Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)

TERAPI BERMAIN MEWARNAI


DI RUANG SRIKANDI RSUD JOMBANG

Kelompok 4 :

Irma Wahyuni 7422005


Ahmad Alimuddin 7422022
Atha Widya Hapsari 7422024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2022
BAB I
PENDAHULAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bermain menurut Hughes, seorang ahli perkembangan anak dalam
bukunya children, play, and development, mengatakan bahwa permainan
merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu kegiatan
bermain harus ada lima unsur di dalamnya antara lain: Mempunyai tujuan
yakni untuk mendapatkan kepuasan, Memilih dengan bebas atas kehendak
sendiri tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa, Menyenangkan dan
dapat menikmati, Menghayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan
kreativitas, Melakukan secara aktif dan standar.
Hetherington & Parke mendefinisikan permainan sebagai “a
nonserious and self contained activity engaged in for the sheer sastisfaction it
brings. Jadi permainan bagi anak- anak adalah suatu bentuk aktivitas yang
menyenangkan yang dilakukan semata- mata untuk aktivitas itu sendiri,
bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas
tersebut
1.2 TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
b. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena
penyakit dan dirawat
c. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
d. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat
penyembuhan.
e. Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
f. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak
BAB II
LAMPIRAN TEORI

2.1 PENGERTIAN BERMAIN


Bermain adalah media terbaik untuk belajar karena dengan bermain,
anak-anak akan berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, dan melakukan apa yang dapat dilakukannya ( Whaley & Wong,
2009). Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Supartini
(2012) menjelaskan bahwa bermain sebagai aktifitas yang dapat dilakukan
anak sebagai upaya stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dan
bermain pada anak di rumah sakit menjadi media bagi anak untuk
mengekspresikan perasaan, relaksasi dan distraksi perasaan yang tidak
nyaman. Sedangkan menurut Wong (2009) bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan bermain merupakan
media terbaik untuk belajar karena dengan bermain, anak – anak akan
berkata-kata atau berkomunkasi, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya dan mengenal waktu,
jarak, serta suara.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan tanpa mempertimbangakan hasil akhir sebagai cara untuk
mengekspresikan perasaan, relaksasi, distraksi perasaan tidak nyaman dan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak karena bermain sama dengan
bekerja pada orang dewasa yang dapat menurunkan stress anak, media bagi
anak untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
2.2 Tujuan Terapi Bermain
Supartini (2014) mengemukakan beberapa tujuan dari terapi bermain antara
lain :
1) Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada
saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangannya, walaupun demikian selama anak dirawat di rumah
sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus
tetap di lanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2) Mengespresikan perasaan, keinginan dan fantasi, serta ide-idenya pada
saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit anak mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum
dapat mengespresikannya secara verbal, permainan adalah media yang
sangat efektif untuk mengeskpresikannya.
3) Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah,
permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
4) Dapat beradaptasi secara efektif terhadap sters karena sakit dan dirawat
di rumah sakit.
2.3 Fungsi Bermain
Wong (2013) mengemukakan bahwa fungsi bermain antara lain :
1) Perkembangan Sensori Motorik; memperbaiki keterampilan motorik
kasar dan halus serta koordinasi, meningkatkan perkembangan semua
indera, mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia, memberikan
pelampiasan kelebihan energy.
2) Perkembangan Intelektual; memberikan sumber-sumber yang
beranekaragam untuk pembelajaran, eksplorasi dan manipulasi bentuk,
ukuran, tekstur dan warna, pengalaman dengan angka, hubungan yang
renggang, konsep abstrak, kesempatan untuk mempraktekkan dan
memperluas ketrampilan berbahasa,memberikan kesempatan untuk
melatih pengalaman masa lalu dalam upaya mengasimilasinya ke dalam
persepsi dan hubungan baru, membantu anak memahami dunia dimana
mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realita.
3) Perkembangan Sosialisasi dan Moral ; mengajarkan peran orang
dewasa, termasuk perilaku peran seks, memberikan kesempatan untuk
menguji hubungan, mengembangkan ketrampilan sosial, mendorong
interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain,
menguatkan pola perilaku yang telah disetujui oleh standar moral.
2.4 KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI
1.Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan
dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya,
dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya
bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya
mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah
atau ibu.
2.5 KLASIFIKASI BERMAIN
Semakin bertambahnya usia anak maka akan bertambah pula
kemampuan mereka. Meskipun demikian kebanyakan anak lebih asyik
dengan jenis mainan sehingga orang tua tidak dapat memaksakan apabila
mainan tersebut merupakan mainan kesukaan anak-anak. Mainan anak dapat
menjadi alat atau media yang mendukung tumbuh kembang anak sesuai
dengan usianya. Dengan melakukan permainan yang tepat maka anak dapat
di stimulasi aspek perkembangannya yaitu kognitif, motorik, emosional,
bahasa dan interaksi dengan teman sebayanya. Setiap anak tidak dapat
dipaksakan untuk melakukan mainan yang belum tepat usianya.
Pada usia anak di bawah 6 bulan akan berbeda dengan mainan anak
usia 12 tahun hal ini dikarenakan gaya dukung dari organ tubuh anak yang
berbeda. kemampuan dan kebutuhan anak Anda berbeda-beda sesuai dengan
usianya. Tidak akan menjadi masalah anak anda bermain cilukba yang sering
dilakukan pada usia 6 bulan ke bawah tetapi manfaatnya sudah berkurang
ketimbang dilakukan ketika merangsang kemampuan dan melihat dan
mendengar pada usia 6 bulan ke bawah.
Untuk dapat memahami mainan anak yang sesuai dengan usianya
berikut ini adalah tahapan anak dan jenis mainan yang dibutuhkan untuk
mendukung proses perkembangan anak adalah sebagai berikut :
1. Mainan untuk usia 0-9 bulan
Awal bayi lahir belum memiliki penglihatan yang sempurna
masih memiliki keterbatasan sehingga diperlukan rangsangan dengan
menggunakan warna yang mencolok. warna-warna yang menarik
diantaranya adalah merah, biru, kuning, atau warna terang lainnya.
Selanjutnya anak akan mengalami proses duduk, mengalami
merangkak, merambat, dan juga melangkah. kemampuan inilah yang
harus didukung oleh kemampuan kontras dan berdesain. selain itu
perhatikan juga keamanan dari bahan yang digunakan sehingga tidak
memiliki risiko berbahaya dan melukai bayi.
a. Jenis mainan untuk usia 0-9 bulan
Adapun jenis mainan yang cocok untuk usia 0 sampai 9 bulan
adalah mainan rattle atau kerincingan, mainan gigitan (teether),
matras gimnastik, beberapa boneka yang berbahan kain, bola karet,
boneka yang memiliki bunyi, matras berbentuk boneka, boneka
gantung, buku kain atau boneka jari yang memiliki beraneka ragam
karakter. selain itu permainan yang tidak menggunakan alat bisa
dilakukan dengan bermain cilukba atau mainan menepuk tubuh ibu
oleh tangan anak.
2. Mainan untuk usia 9-18 bulan
Rentang waktu yang seringkali dikategorikan anak balita. inilah
periode emas yang banyak sekali mengalami perkembangan. pada usia
ini anak sudah kuat ketika memegang, mengangkat, dan menarik benda
asing. mainan yang diberikan sudah dalam bentuk pengembangan
kreativitas dan emosi. dengan demikian anak akan lebih banyak belajar
ketelitian, kesabaran, inovasi, kepercayaan, ketekunan, dan juga
pengalaman.
a. Jenis mainan untuk usia 9-18 bulan
Beberapa mainan yang dapat dilakukan untuk usia 9-18 bulan
ini adalah mainan yang menirukan kehidupan sehari-hari seperti
sayuran, buah, binatang, telepon dan mobil-mobilan. sedangkan
untuk memecahkan masalah diantaranya adalah mainan buka tutup,
balok susun, puzzle dan bola besar.
3. Mainan untuk usia 18-36 bulan
Merupakan masa yang aktif di mana anak lebih suka melakukan
gerakan dengan memulai berjalan lebih cepat, berjinjit, berlari, memanjat
kursi dan melompat kecil. bahkan kemampuan berbicara semakin
bertambah ketika sudah mampu menirukan penyanyi idolanya
a. Jenis mainan untuk usia 18-36 bulan
Mainan yang membuatnya berkreasi seperti krayon, lilin
kreasi, melukis, drum, Plano atau gitar mainan. selain itu dapat
mengembangkan imajinasi dengan menggunakan mainan rumah
boneka, merias diri, berpakaian, berdandan dan peralatan masak.
4. Mainan untuk usia 4-5 tahun
Perkembangan motorik yang dilakukan oleh anak usia 4-5 tahun
lebih besar dibandingkan usia sebelumnya pada usia ini anak akan
dipersiapkan untuk berpikir dan bersosialisasi dengan teman-temannya.
kemampuan daya pikir dan daya ingat yang tajam akan membantu dalam
menunjukkan dan menggemari kegiatannya bahkan anak sudah dapat
belajar menggunakan jemari dan benda sekitarnya.
a. Jenis mainan untuk usia 4-5 tahun
Pada usia ini anak dapat menggunakan jenis mainan seperti
monopoli, ular tangga, atau Lego. selain itu anak akan belajar untuk
angka dan waktu seperti permainan sempoa model huruf dan angka.
bahkan dengan teknologi yang semakin berkembang anak dapat
bermain dengan permainan komputer atau aplikasi pada gadget
asalkan dilakukan pengawasan orang tua.
Sedangkan untuk mainan yang menggunakan teknologi
memang boleh dikenakan kepada anak akan tetapi peranan orang tua
sangat berpengaruh. orang tua dapat memilihkan permainan dengan
tema kekerasan atau menggunakan senjata tajam selain itu anak dapat
mendampingi dan mengingatkan durasi bermain. sehingga anak tidak
mengalami kecanduan dan membahayakan kesehatan. akibat dari
mata yang terlalu lama menatap monitor.
Permainan yang menggunakan teknologi memang sangat
membantu terlebih dapat mengatur siasat dan memiliki skor yang
baik dan permasalahan yang dihadapi dalam permainan tersebut
meskipun demikian tetap harus melalui pengawasan dan bimbingan
orang tua agar anak dapat bijak menggunakan permainan online.
2.6 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN

1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan

2. Status kesehatan, anak sakitperkembangan psikomotor kognitif


terganggu
3. Jenis kelamin

4. Lingkungan lokasi, negara, kultur

5. Alat permainan yang senang

6. Intelegensia dan status sosial ekonomi


2.7 TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN
1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
2.8 BERMAIN DI RUMAH SAKIT
1. Tujuan
a. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
b. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang
tepat
c. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
2. Prinsip
a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi
silang
c. Kelompok umur sama
d. Melibatkan keluarga/orangtua
3. Upaya Perawatan Dalam Pelaksanaan Bermain
a. Lakukan saat tindakan
keperawatan
b. Sengaja mencari kesempatan
khusus
4. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan
a. Alat bermain
b. Tempat bermain
5. Pelaksanaan Bermain Di Rs Dipengaruhi Oleh
a. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan
keluarga
b. Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain

2.9 BERMAIN MEWARNAI GAMBAR


a. Definisi
Menurut Nursetyaningsih (2015) mewarnai merupakan proses memberi
warna pada suatu media, mewarnai gambar diartikan sebagai proses
memberi warna pada media yang sudah bergambar. Mewarnai buku
gambar adalah terapi permainan melalui buku gambar untuk
mengembangkan kreativitas pada anak untuk mengurangi stress dan
kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak (Supartini,
2004). Menurut Supartini (2004) manfaat mewarnai gambar sebagai
berikut:
1) Mewarnai gambar merupakan media berekspresi.
2) Membantu mengenal perbedaan warna.
3) Mewarnai merupakan media terapi.
4) Mewarnai melatih kemampuan koordinasi.
5) Dapat membantu menggenggam pensil.
6) Mewarnai membantu kemampuan motorik.
7) Mewarnai meningkatkan konsentrasi.
8) Mewarnai dapat melatih anak mengenal garis bidang
9) Mewarnai melatih anak membuat target.
10) Warna sebagai media komunikasi.
Menurut Gusnadi(2013) tujuan mewarnai gambar sebagai berikut :
1) Gerakan motorik halusnya lebih terarah
2) Berkembang kognitifnya
3) Dapat bermain sesuai tumbuh kembangnya
4) Dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman sebaya
5) Cemas/stress selama dirawat di RS berkurang/hilang
b. Pengaruh Pemberian Terapi Mewarnai
Menurut Faris (2013) Dalam otak manusia, terdapat struktur yang
mengelilingi pangkal otak, yaitu sistem limbik. Didalam sistem limbik
tersebut terdapat amigdala, yang berfungsi sebagai bank memori emosi
otak, tempat menyimpan semua kenangan baik tentang kejayaan dan
kegagalan, harapan dan ketakutan, kejengkelan dan frustasi Struktur
otak lainnya adalah hippocampus dan neocortex. Dalam ingatan,
amigdala dan hippocampus bekerja bersama – sama, masing – masing
menyimpan dan memunculkan kembali informasi khusus secara
mandiri. Bila hippocampus memunculkan kembali informasi maka
amigdala menentukan apakah informasi mempunyai nilai emosi
tertentu.
c. Pola Perkembangan Motorik Menurut Hurlock
Perkembangan motorik mengikuti pola perkembangan, antara lain
sebagai beriku
1) Continuity (bersifat kontinyu) artinya perkembangan motorik
dimulai dari gerakan yang sederhana menuju ke gerakan yang lebih
komplek, seiring dengan bertambahnya usia.
2) Uniform sequence (memiliki pola tahapan yang sama), dalam hal
ini semua anak memiliki pola tahapan perkembangan motorik yang
sama meskipun tingkat perkembangan setiap anak berbeda.
3) Maturity (kematangan), perkembangan motorik depengaruhi oleh
perkembangan sel syaraf dan berlangsung terus samapai beberapa
tahun kemudian.
4) Gerak yang bersifat umum ke khusus, gerakan secara menyeluruh
dari badan terjadi lebih dahulu sebelum gerakan bagian- bagiannya.
Hal ini disebabkan karena otot- otot besar berkembang lebih dahulu
dibandingkan dengan otot halus.
5) Dimulai dari gerak refleks ke gerak yang terkoordinasi, tapi anak
yang lahir di dunia telah memilki gerak refleks, seperti menangis
bila lapar. Gerak refleks tersebut akan menjadi gerak yang
terkoordinasi dan bertujuan seiring dengan usia kematangan anak.
6) Bersifat chepalo caudal derection, artinya bagian yang mendekati
kepala berkembang terlebih dahulu dibandingkan bagian yang
mendekati ekor. Otot pada leher berkembang lebih dahulu dari pada
otot kaki.
7) Bersifat proximo distal, artinya bahwa yang mendekati sumbu
tubuh (tulang belakang) berkembang lebih dahulu dari pada otot
yang jauh dari tulang belakang.
8) Koordinasi bilateral menuju crosslateral artinya bawa koordinasi
organ yang sama berkembang lebih dahulu sebelum bisa
melakukan koordinasi organ bersilangan. Seperti: melempar bola
tenis, tangan kanan terayun.
Perkembangan Motorik Kasar menurut tingakat Usianya berdasarkan
Hurlock.

Ketrampilan tangan Anak usia 1-4 Ketrampilan kaki Anak usia 1- 4


tahun tahuan

1. Menyisir rambut dan mandi 1. berjalan, merayap, merangkak

2. Mengikat tali sepatu 2. naik turun tangga, berlari, dan


sudah bisa keseimbangan dan
naik sepeda roda 3

Anak Usia 5- 6 tahun Anak Usia 5- 6 tahun

1. Melempar dan menangkap bola 1. melompa

2. Bisa menggunakan gunting 2. berlari dengan cepat

3. Dapat membentuk dengan tanah 3. dapat memanjat


liat, membuat kue- kuean dan
menjahit

4. Dapat menggunkan krayon, 4. berenang dan naik sepeda roda


pensil, dan cat untuk mewarnai 2
gambar

5. Dapat menggambar, mengecat 5. lompat tali, keseimbangan


gambar, dan menggambar orang tubuh saat berjalan diatas
dinding atau pagar, bermain
sepatu roda dan menari

Anak Uisa 6-10 tahun Anak Usia 6- 10 tahun

Perkembangan ketrampilan Perkembangan ketrampilan


tangannya lebih berkembang kakinya lebih berkembang lagi dan
suka olah raga
Santrock (2014) bahwa keterampilan motorik halus melibatkan gerakan-
gerakan yang diatur secara halus. Menggenggam mainan, mengancingkan baju,
atau melakukan apapun yang memerlukan keterampilan tangan menunjukkan
keterampilan motorik halus. Di usia 3 tahun, terkadang anak-anak sudah mampu
memungut obyek-obyek yang paling kecil dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuknya, meskipun masih canggung. Seorang anak berusia 3 tahun secara
tidak disangka dapat membangun menara yang tinggi dengan menggunakan
balok-balok. Anak meletakkan setiap balok itu dengan penuh konsentrasi namun
sering kali tidak sepenuhnya lurus. Ketika seorang anak 3 tahun bermain puzzle,
ia masih meletakkan potongan-potongan dengan agak kasar. Pada usia 4 tahun,
koordinasi motorik halus anak sudah memperlihatkan kemajuan yang bersifat
substansial dan ia juga menjadi lebih cermat. Kadangkala anak usia 4 tahun
mengalami kesulitan dalam membangun menara yang tinggi dengan
menggunakan balok-balok karena ketika mereka ingin meletakkan setiap balok
dengan sempurna, mereka terganggu dengan balok-balok yang telah tersusun
sebelumnya. Ketika menginjak usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anakanak
telah memperlihatkan kemajuan yang lebih jauh lagi. Tangan, lengan dan tubuh
semuanya bergerak bersama dibawah komando mata.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 11 September 2019 di TK
Nurudzholam Kalimantan Timur, Kecamatan Bandar terdapat beberapa anak
yang kemampuan motorik halusnya belum sempurna. Mengalami kendala dalam
memegang alat tulis seperti pensil dan pena. Berdasarkan wawancara singkat
(personal communication) dengan Pengurus TK Nurudzholam yaitu Ibu armi pada
tanggal 11 September 2019 (pukul 10.00 WIB) setelah proses belajar mengajar
selesai. Anak-anak TK Nurudzholam yang berusia 4-6 tahun masih terdapat
sebagian anak yang kemampuan motorik halusnya belum terlalu baik dan
sempurna seperti menggunakan alat tulis, seperti memegang pena atau pensil.
Anak tersebut memegang alat tulis seperti pensil atau pena dengan cara
menggenggam alat tulis tersebut.
Caughlin (2019), anak usia 5-6 tahun sudah mampu memegang pensil
dengan benar antara ibu jari dan dua jari. Sedangkan menurut Noorlaila (2019),
tahap perkembangan anak usia 5 tahun salah satunya adalah dapat memegang
pensil dengan benar antara ibu jari dan 2 jari tangan. Guna dapat mengembangkan
keterampilan dan kemampuan motorik halus diperlukan sebuah strategi
pembelajaran yang ringan dan menyenangkan yang dapat mengarahkan anak
untuk mencapai pada tahapan perkembangan motorik halus. Salah satu strategi
pembelajaran tersebut adalah dengan metode mewarnai. Anak-anak sangat suka
memberi warna melalui berbagai media baik saat menggambar atau meletakkan
warna saait mengisi bidang-bidang gambar yang harus diberi warna (Pamadhi dan
Sukardi, 2012).
Janet W. Lerner dalam Anggani Sudono (2013) yang mengatakan bahwa
dalam mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak harus menggunakan
media dengan koordinasi mata dan tangan. Sehingga gerakan tangan perlu
dikembangkan dengan baik agar keterampilan dasar yang meliputi gerakan
manipulatif yang berupa gerakan membuat garis horizontal, garis vertikal, garis
miring kiri atau miring kanan, lengkung dan lingkaran dapat ditingkatkan dan
anak akan mampu menggerakkan dan mengontrol gerakan-gerakan otototot kecil
anak, untuk terampil melakukan gerakan yang sulit seperti mewarnai.
PREPLANING PROGRAM BERMAIN
PADA ANAK USIA 5 - 6 TAHUN

1. Judul : Terapi bermain “mewarnai gambar”

Alasan : Terapi bermain “mewarnai gambar” judul ini dipilih kelompok

untuk menambah pengetahuan mengenali warna, dan mengembangkan imajinasi pada


anak usia 5-6 tahun.
2. Karakteristik permainan : Anak dibimbing untuk mewarnai sebuah pola yang disediakan
dengan warna pilihannya sendiri.
3. Sasaran :

1) Anak usia (5 - 6 tahun)

2) Anak yang dirawat di ruang anak

3) Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain)yang dapat menghalangi
proses terapi bermain
4) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai

5) Anak yang dapat memegang crayon/pensil warna

6) Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar

4. Tujuan :

TUJUAN UMUM

Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.

TUJUAN KHUSUS
 Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.

 Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena penyakit dan
dirawat
 Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
 Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat
penyembuhan.
 Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
 Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.
5. Waktu Pelaksanaan :
Hari/Tanggal :
Pukul :

Tempat: Tempat bermain anak diruang srikandi

Setting tempat

Meja

Moderat Leader

or

Anak dan
orang tua
Observasi

6. Media
a. Pensil warna
b.Karpet
c. Kertas bergambar
d.Lembar penilaian
7. Strategi bermain

No Waktu Kegiatan Peserta


1. 10 menit Pra kegiatan :
Memfasilitasi media terapi bermain
Mempersiapkan anggota terapi bermain
Mempersiapkan peserta
2. 5 menit Pembukaan : Menjawab salam
Membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam. Memperkenalkan diri Menjelaskan Mendengarkan
tujuan dari terapi bermain Kontrak waktu Memperhatikan
anak dan orang tua Memperhatikan
3. 15 menit Kegiatan bermain : Memperhatikan
Menjelaskan tata cara pelaksanaan terapi Bingung
bermain mewarnai kepada anak Antusias saat menerima
Memberikan kesempatan kepada anak untuk peralatan Memulai untuk
bertanya jika belum jelas Membagikan mewarnai gambar Menjawab
kertas bergambar dan pensil warna. pertanyaan Mendengarkan
Fasilitator mendampingi anak dan Memperhatikan
memberikan motivasi kepada anak
Menanyakan kepada anak apakah telah
selesai mewarnai gambar Memberitahu anak
bahwa waktu yang diberikan telah selesai
Memberikan pujian terhadap anak yang
mampu mewarnai gambar sampai selesai
4. 10 menit Kegiatan penutup: Menceritakan
Memotivasi anak untuk menyebutkan apa Gembira
yang diwarnai Mengumumkan nama anak
yang dapat mewarnai dengan baik.
Membagikan reward kepada seluruh peserta
5. 5 menit Terminasi: Memperhatikan
Memberikan motivasi dan pujian kepada Mendengarkan
seluruh anak yang telah mengikuti program Menjawab salam
terapi bermain Mengucapkan terima kasih
kepada anak dan orang tua Mengucapkan
salam penutup
untuk bertanya jika belum jelas Bingung
Membagikan kertas bergambar
dan pensil warna.
Fasilitator mendampingi anak Antusias saat
dan memberikan motivasi menerima peralatan
kepada anak Menanyakan Memulai untuk
kepada anak apakah mewarnai gambar
telah selesai mewarnai gambar Me njawab pertanyaan
Memberitahu anak bahwa waktu yang
diberikan telah selesai Mendengarkan
Memberikan pujian terhadap Memperhatikan
anak yang mampu mewarnai
gambar
sampai selesai
6. 10 menit Kegiatan penutup:
Menceritakan
Memotivasi anak untuk
menyebutkan apa yang diwarnai
Mengumumkan nama anak yang
dapat mewarnai dengan baik.
Membagikan reward kepada seluruh
peserta Gembira

7. 5 menit Terminasi:
Memberikan motivasi dan Memperhatikan
pujian kepada seluruh anak yang
telah mengikuti program terapi Mendengarkan
bermain Mengucapkan terima Menjawab salam
kasih kepada
anak dan orang tua

Mengucapkan salam penutup

8. Analisa tugas
a. Anak dibimbing memberi warna sesuai gambar yang tersedia sesuai dengan kemampuan
anak masing-masing.
b. Anak dibimbing memilih warna sesuai warna kesukaannya sendiri.
c. Anak dilatih untuk mewarnai gambar sesuai garis pola yang tersedia.
d. Kriteria Penilaian:
 Berhasil bila anak mewarnai dengan 5 warna yang berbeda (nilai
100).
 Anak mewarnai dengan 3 warna yang berbeda (75).
 Anak mewarnai dengan 2 warna (50).
 Anak tidak memberi warna pada gambar yang tersedia (0).
9. Aspek kognitif
a. Pengetahuan atau hafalan anak tentang warna,missal daun berwarna hijau.
b. Pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti bahwa itu gambar bunga.
c. Penerapan anak member warna hijau pada daun.
10. Aspek psikomotor
a. Motorik halus
Pengetahuan dan pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti bahwa itu gambar
bunga.
b. Motorik kasar
Anak dibimbing untuk mewarnai gambar berpola.
Hasilnya dapat diukur melalui
1. Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku anak selama proses bermain.
2. Anak mampu mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir.
11. Aspek afektif
Anak dapat member respon rangsangan dari pembimbing.
12. Aspek sosial
Anak dapat berinteraksi dengan ibu,teman sebaya dan pembimbing.
13. Perkiraan hambatan :
a) Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan
b) Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain
14. Antisipasi hambatan/masalah
1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)
2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama
program terapi.
15. Pengorganisasian
1) Pembimbing Pendidikan :
2) Pembimbing Ruangan :
3) Leader : Noor Latifah
Tugas : Pengkoordinir anggota kelompok dan mengawasi jalannya acara dari awal
hingga akhir
4) Moderator : Niawati
Tugas : Mengawal dan mengawasi jalannya terapi yang menjadi tanggung jawab agar
berjalan sesuai dengan topic
5) Observer : Rahmat Effendy
Tugas : Membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi yang direkam
dalam bentuk nilai tertentu sebagai refleksi dari penilaian skala observasi terapi
bermain.
6) Fasilitator : Rizky Noorsyafarin
Tugas : Memfasilitasi peralatan yang dibutuhkan agar tujuan dari terapi bermain dapat
tercapai.
7) Anak : anak berusia 5 - 6 tahun dirawat di ruang anak Tulip II
16. Kriteria evaluasi
1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 2 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang anak Tulip II
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Mewarnai gambar sesuai dengan contoh
d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. ( 2013) Bermain melatih konseentrasi anak. [Online]. Tersedia :


Erlita, dr. (2016). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada
http://info.balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 25 Desember 2016

Foster and Humsberger, 2011, Family Centered Nursing Care of Children. WB


sauders Company, Philadelpia USA
Hurlock, E B.2015. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta
L. Wong, Donna. 2016. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC:
Jakarta www.Pediatrik.com Minggu 25 Desember 2016
Markum, dkk. 2015.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta
Nursalam. (2015). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat
danBidan). Jakarta: Salemba Medika.
Soetjiningsih, 2014,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta
Whaley and Wong, 2016, Nursing Care Infanst and Children. Fourth Edition.
Mosby Year Book. Toronto Canada.

Anda mungkin juga menyukai