Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

PERMAINAN UNTUK ANAK USIA SEKOLAH


Proposal ini diajukkan untuk memenuhi salah satu tugas
Praktik Klinik Keperawatan Anak
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Oleh :
Romadhoni
18.092
II B

AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT DUSTIRA


CIMAHI
2021
A. LATAR BELAKANG
Bemain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social, dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-
anak akan berkata-kata(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, mengenal waktu, jarak
serta suara (Erlita., 2006).
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi
perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak
dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun
harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit,
anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil
dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak
selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti
bermain dalam puzzel gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu
terampil dalam meletakkan gambar yang telah di bongkar.
Menyesuaikan diri terhadap lingkungan, belajar mengenal dunia
sekitar kehidupannya dan penting untuk meningkatkan kesejahteraan
mental serta social anak (Markum, dkk, 2009).

B. SASARAN
1. Anak usia 11tahun dan orang tua.

C. TUJUAN
1. TIU (Tujuan Instruksional Umum)
Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
Setelah diajak bermain, anak diharapkan:
a. Gerakan motorik halusnya lebih terarah.
b. Berkembang kognitifnya.
c. Dapat bermain dengan mainan yang berikan.
d. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik.
e. Kejenuhan selama bermain di masa pandemi berkurang.
f. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
g. Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan.
h. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
i. Beradaptasi dengan lingkungan
j. Mempererat hubungan antara perawat dan anak

D. STRATEGI PELAKSANAAN
Di Ruang Anak Salak kamar 7

E. MATERI
1. PENGERTIAN
Bermain adalah suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan
sesuatu atau mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap
pemikiran, menjadi kreatif, serta mempersiapkan diri untuk berperan dan
berperilaku dewasa (Hidayat, 2005)
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari
karena bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa yang dapat
menurunkan stress anak, media yang baik bagi anak untuk belajar
berkomunikasi dengan lingkungannya (Markum, dkk. 2009).
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi
perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat
di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus
disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak
akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan,
seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan, anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya
karena permainan dapat mengalihkan rasa sakitnya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif
terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit
(Wong, 2009).
Permainan ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu membuat anak untuk kreatif
dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif
dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan
tertentu.

2. FUNGSI BERMAIN PADA ANAK.


Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga
tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi
merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta
kasih.
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi
(Soetjiningsih, 1995). Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa
fungsi bermain pada anak di antaranya:
a. Membantu perkembangan sensorik dan motorik
Cara yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang sensorik dan
motorik terutama pada bayi. Rangsangan bisa berupa taktil, audio dan visual.
Anak yang sejak lahir telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat
mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila
sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya
pendengaran dikemudian hari lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada
stimulasi sejak dini.
b. Membantu perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat
terlihat pada saat anak sedang bermain. Anak akan mencoba melakukan
komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti
dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu
belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang
digunakan dalam permainan. Dengan demikian maka fungsi bermain pada
model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
c. Meningkatkan sosialisasi anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan. Sebagai contoh pada
usia bayi iaakan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan
merasakan ada teman yang dunianya sama. Pada usia toddler anak sudah
mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi
satu dengan yang lain. Pada usia toddler anak biasanya sering bermain peran
seperti berpura-pura menjadi seorang guru, menjadi seorang anak, menjadi
seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain. Kemudian pada usia
prasekolah ia sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga
anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.
d. Meningkatkan kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak
mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu
memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak
akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar
pasang mobil-mobilan.
e. Meningkatkan kesadaran diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
mengekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar akan orang lain yang
merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan. Anak belajar mengatur
perilaku dan membandingkan perilakunya dengan perilaku orang lain.
f. Mempunyai nilai terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga
stress dan ketegangan dapat dihindarkan. Dengan demikian bermain dapat
menghibur diri anak terhadap dunianya.
g. Mempunyai nilai moral pada anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak. Pada
permainan tertentu seperti sepak bola, anak belajar benar atau salah karena dalam
permainan tersebut ada aturan-aturan yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar.
Apabila melanggar, maka konsekuensinya akan mendapat sanksi. Anak juga
belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi
dengan temannya.

3. TUJUAN BERMAIN.
Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut :
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun
demikian, selama anak dirawat kegiatan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
b. Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya. Seperti yang
telah di uraikan diatas pada saat sakit dan dirawat anak mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat
mengekspresikannya.
c. Mengembangkan kreatifitas permainan akan menstimulasi daya piker, imajinasi,
fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. Pada
saat melakukan permainan, anak juga akan dihadapkan pada masalah dalam
konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk
dapat menyelesaikannya dengan baik.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat stress
yang dialami anak sakit tidak dapat dihindarkan sebagaimana juga yang dialami
orang tua. Untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang
tua untuk dapat beradaptasi dengan stressor yang dialaminya di rumah sakit secara
efeaktorktif. Permainan adalah media yang efektif untuk beradaptasi karena telah
terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri dan marah.

4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN


Menurut Supartini (2004) ada 5 faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada
anak yaitu : tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, status kesehatan anak,
jenis kelamin anak, lingkungan yang mendukung, serta alat dan jenis permainan
yang cocok atau sesuai bagi anak.
a. Tahap perkembangan anak
Aktifitas bermain yang dilakukan anak harus sesuai dengan tahapan
pertumbuhan dan perkembangannya. Artinya, permainan anak usia bayi tidak
lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah,
begitupun sebaliknya. Permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak sehingga jenis dan alat permainannya pun harus sesuai
dengan karakteristik anak untuk tiap-tiap tahap usianya.
b. Status kesehatan anak
Untuk melakukan aktifitas bermain diperlukan energi. Walaupun
demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit.
Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada
orang dewasa. Yang terpenting pada saat kondisi anak sedang menurun atau
anak terkena sakit, bahkan dirawat di rumah sakit, orang tua dan perawat harus
jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip
bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit.
c. Jenis kelamin anak.
Ada beberapa pandangan tentang konsep gender dalam kaitanya dengan
permainan anak. Permainan adalah salah satu alat untuk membantu mengenal
identitas diri sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak
dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki laki.
d. Lingkungan
Terselanggaranya aktifitas bermain yang baik untuk perkembangan anak
salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya, dan lingkungan fisik
rumah. Fasilitas bermain tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan
jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreatifitas
anak, bahkan sering kali mainan tradisonal yang dibuat sendiri dari atau berasal
dari benda-benda di sekitar kehidupan anak lebih merangsang anak untuk
kreatifitas.
e. Alat dan jenis permainan
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak.
Pilih yang sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Label yang tertera
pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah
mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Orang tua dan anak dapat memilih
mainan bersama-sama, tetapi harus diingat bahwa alat permainan harus aman
bagi anak. Oleh karena itu, orang tua harus membantu anak memilihkan
mainan yang aman.

5. KLASIFIKASI BERMAIN
a. Berdasarkan isi permainan
1) Social affective play Inti permainan ini adalah adanya hubungan
interpersonal yang menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya,
anak akan mendapatkan kesenagan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya atau orang lain.permainan yang
biasa dilakukan adalah “menggambar”
2) Sense of pleasure play Permainan ini menggunakan alat yang dapat
menimbulkan rasa senang pada anak dan mengasyikan. Misalnya, dengan
menggunakan pensil, anak akan menggambar, kemudian diwarnai.
3) Skill play Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan
ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalkan anak
akan trampil menggambar dan mewarnai,
4) Games atau permainan Games atau permainan adalah jenis permainan
yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan
dan/skor. Permainan ini bias dilakukan oleh anak sendiri dan/ atau
temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya
tradisional maupun yang modern. Misalnya : ular tangga, congkla,
puzzle,dll.
5) Unoccupied behavior Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-
mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan
kursi, meja atau apa saja yang ada disekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak
tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau objek yang ada
disekelilingnya yang digunakannnya sebagai alat permainan. Anak
tampak senang, gembira dan asyik dengan situasi serta lingkungannya
tersebut.
6) Dramatic play Sesuai dengan sebutannya pada permainan ini anak
memainkan peran sebagai orang lain melalui permainan. Anak berceloteh
sambil berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya,
ayahnya, kakanya, dan sebagainya yang ia tiru.
b. Berdasarkan karakter soaial
1) Onlooker play Pada jenis permainan ini anak hanya mengamati temannya
yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan, jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses
pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temanya.
2) Solitary play Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok
permainan tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang
dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan
yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama, atau komunikasi dengan
teman sepermainan.
3) Parallel play Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat
permainan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak yang lain
tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak yang satu dengan
anak yang lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan
ini dilakukan oleh anak usia toddler.
4) Assosiatif play Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu
anak dengan anak yang lain, tetapi tidak terorganisasi tidak ada
pemimpin atau yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak
jelas. Contoh bermain boneka, bermain hujan-hujanan, bermain masak-
masakan.
5) Cooperative play Aturan permainan dlam kelompok tampak lebih jelas
pada permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak
yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkan
anggotanya,untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak
bola (Soetjiningsih, 2006)
c. Berdasarkan kelompok usia anak
1) Anak usia bayi Bayi usia 0-3 bulan.seperti yang disinggung pada uraian
sebelumnya karakteristik khas permainan bagi usia bayi adalah adanya
interaksi social yang menyenangkan antara bayi dan orang tua dan atau
orang dewasa sekitarnya. Selain itu, perasaan senang juga menjadi cirri
khas dan permainan untuk bayi usia ini. Alat permainan yang biasa
digunakan misalnya mainan gantung yang berwarna terang dan bunyi
music yang menarik.
2) Bayi usia 4-6 bulan. Untuk menstimulasi penglihatan dapat dilakukan
permainan seperti mengajak bayi menonton TV, member mainan yang
mudah dipeganggnya dan berwarna terang, serrta dapat pula dengan cara
member cermin dan meletakkan bayi di depannya sehingga
memungkinkan bayi dapat melihat bayangan di cermin.stimulasi
pendengaran dapat dilakukan dengan cara selalu membiasakan
memanggil namaya. Untuk stimulasi taktil berikan mainan yang dapat
digenggamnya lembut dan lentur, atau pada saat memandikan biar bayi
bermain air di dalam bak mandi. Bayi usia 7-9 bulan. Untuk stimulasi
penglihatan dapat dilakukan dengan memberikan mainan yang berwarna
terang atau berikan kepadanya kertas dan alat tulis biarkan ia mencoret-
coret sesuai keinginannya.
3) Anak usia toddler(>1 tahun-3tahun) Anak usia toddler kegiatan belajar
menunjukan karakteristik yang khas yaitu banyak bergerak, tidak bias
diam, dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk
dapat mandiri.jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler
adalah solitary play dan parallel play.
4) Anak usia pra sekolah (>3 tahun-6 tahun) Sejalan dengan pertumbuhan
dan perkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai kemampuan
motorik kasar dan halus yang lebih matang daripada anak usia
toddler.anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga
kemampuan berbicara dan berhubungan social dengan temannya semakin
meningkat. Oleh karena itu jenis permainan yang sesuai adalah
associative play, dramatic play, dan skill play.
5) Anak usia sekolah(6-12tahun) Karakteristik permainan untuk anak usia
sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya. Anak laki-laki tepat jika
diberikan mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan
kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki misalnya mobil-
mobilan. Ank perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapat
menstimulasi untuk mengembangkan perasaan, pikiran, dan sikapnya
dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat
untuk memasak dan boneka.
6) Anak usia remaja (13-18 tahun) Melihat karakteristik ank remaja
demikian, mereka perlu mengisi kegiatan yang konstruktif, misalnya
dengan melakukan permainan berbagai macam olahraga, mendengar, dan
atau bermain music serta melakukan kegiatan organisasi remaja yang
positif serta kelompok basket, sepak bola, karang taruna dan lain-
lain.prinsipnya, kegiatan bermain bagi anak remaja tidak hanya sekedar
mencari kesenagan dan meningkatkan perkembangan fisiemosional,
tetapi juga lebih kearah menyalurkan minat. Bakat, aspirasi, serta
membantu remaja untuk menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat
permainan yang tepat bias berupa berbagai macam alat olahraga, alat
music, dan alat gambar atau lukis.

6. PEDOMAN UNTUK KEAMANAN BERMAIN


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal,
maka diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
b. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan
Untuk bermain, alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di
tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan
pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
f. Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan
membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan
bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi
lebih akrab.

7. PRINSIP-PRINSIP DALAM AKTIVITAS BERMAIN


Soetjiningsih (1995) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
agara aktivitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif sebagai mana berikut
ini:
a. Perlu ekstra energy
Bermain memerlukan energy yang cukup, sehingga anak memerlukan
nutrisi yang memadai.asupan ( intake ) yang kurang dapat menurunkan gairah
anak.anak yang sehat memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik
bermain aktif maupun bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan atau
jenuh. Pada anak yang sakit, keinginan untuk bermain umumnya menurun
karena energy yang digunakan untuk mengatasi penyakitnya. Aktivitas
bermain anak sakit yang bias dilakukan adalah bermain pasif, misalnya :
menonton tv, mendengarkan musik dan menggambar
b. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai waktu yang cukup waktu untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.selain itu, anak akan mempunyai
kesempatan yang cukup untuk mengenal alat – alat permainanya.
c. Alat permainan Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan
usia dan tahap perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal
ini, sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar.
Yang perlu diperhatikan adalah alat permainan tersebut harus aman dan
mempunyai unsure edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain Aktivitas bermain dapat dilakukan dimana saja, diruang
tamu, dihalaman bahkan diruang tidur. Diperlukan suatu ruanganan atau
tempat khhusus untuk bermain bila memungkinkan, dimana ruangan tersebut
sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan mainanya.
e. Pengetahuan cara bermain Anak belajar bermain dari mencoba – coba sendiri,
meniru teman – temannya atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang
terakhir adalah yang terbaik karena anak lebih terarah dan lebih berkembang
pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang
tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan yang diberikan
umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang
hangat.
f. Teman bermain Dalam bermain, anak memerlukan bisa teman sebaya,
saudara, atau orang tuanya. Ada saat – saat tertentu dimana anak bermain
sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain yang
dilakukan bersama dengan orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan
sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui setiap
kelainan yang dialami oleh anaknya.

8. ALAT PERMAINAN EDUKATIF


Alat permainan edukatif ( APE ) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangannya dan yang berguna untuk perkembangan aspek fisik,
bahasa, kognitif, dan social anak (soetjningsih, 2008).
Agar orang tua dapat memberikan alat permainan yang edukatif
pada anaknya, syarat – syarat berikut ini yang perlu diperhatikan adalah :
a. Keamanan Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya
tidak terlalu kecil, cat tidak beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak
mudah pecah, karena pada usia ini anak kadang – kadang suka memasukkan
benda kedalam mulut.
b. Ukuran dan berat Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan
usia anak. Apabila mainan terlalu besar atau berat, anak akan sukar
menjangkau atau memindahkannya. Sebaliknya, bila terlalu kecil, mainan
akan mudah tertelan.
c. Desain APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran,
susunan, ukuran dan warna serta jelas maksud dan tujuannya. Selain itu, APE
hendaknya tidak terlalu rumit untuk menghindari kebingungan anak.
d. Fungsi yang jelas APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk
menstimuli perkembangan anak.
e. Variasi APE APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat
dibongkar pasang), namun tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi dan tidak
terlalu mudah, karena anak akan cepat bosan.
f. Universal APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya
dan bangsa. Jadi, dalam menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa
dimengerti oleh semua orang.
g. Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakat luasm
Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka
setiap lapisan masyarakat, baik yang dengan tingkat social ekonomi tinggi
maupun rendah, hendaknya dapat menyediakannya. APE bias didesain sendiri
asal memenuhi persyaratan.

9. BERMAIN UNTUK ANAK SAAT COVID


Faktor yang mempengaruhi kegiatan bermain anak menurut (Hurlock, 2011)
diantanya kesehatan anak, perkembangan motorik, inteleensi, jenis kelamin,
lingkungan dan taraf sosial ekonomi, alat permainan. Secara garis besar dukungan
keluarga termasuk dalam faktor yang mempengaruhi kegiatan bermain anak.
Namun dukungan keluarga merupakan sesuatu faktor yang melebur didalam
faktor lingkungan dan taraf sosial ekonomi. Dalam penelitian ini terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kegiatan bermain
anak artinya dukungan orang tua sangat berperan penting didalam kegiatan
keseharian anak dalam memilih permainan edukaif serta permainan yang disukai
oleh anak. Menurut (Ayuni, 2020) dukungan keluarga sangat berperan penting,
karena keluarga dapat memberikan sebuah dorongan baik fisik maupun mental
dengan fungsi dukungan informasional, dukungan penilaian atau penghargaan,
dukungan instrumental, dan dukungan emosional. Peneliti berasumsi dukungan
keluarga dalam hal ini peran dari orang tua, ayah maupun ibu sangat diperlukan
dalam hal kegiatan bermain anak. Perlu adanya peran orang tua agar anak dapat
memilih permainan yang tepat untuk anak sehingga anak tidak akan merasa bosan
jika berada dirumah selama penerapan PSBB yang mengharuskan anak untuk
tetap tinggal dirumah. Dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap
bagaimana anak dalam bermain dan permainan apa yang akan dilakukan anak.
Dukungan keluarga yang baik dapat membuat anak dapat bermain dengan nyaman
karena tidak tertekan dengan orang tua yang melarang atau membatasi anak
bermain. Meskipun dukungan keluarga baik namun masih banyak faktor yang
mempengaruhi anak dalam bermain, beberapa faktor yang mempengaruhi anak
dalam kegiatan bermainnya adalah kesehatan anak, tingkat intelegensi anak, jenis
kelamin, lingkungan, status sosial, alat permainan yang dimiliki, serta
perkembangan anak. Saat pandemi merupakan penyebab stress bagi anak dan
orang tuanya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Perasaanpun sangat
berpengaruh terlebih wabah yang tak kunjung menghilang, sehingga timbul
perasaan seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak
menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak bahkan orang tuanya karena
harus tetap berdiam diri dalam rumah.
Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan
perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan orang tua selama
dalam tumbuh kembangnya. Media yang paling efektif adalah melalui
kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik didasari oleh pandangan
bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan
untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk
dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran anak,
mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan
bermain harus menjadi bagian integral dan pelayanan kesehatan anak
dirumah sakit (Brennan, 1994) namun sekarang bermain juga diperlukan
untuk anak yang tidak hanya mengalami sakit, namun anak-anak yang
dibatasi keaktifannya untuk berinteraksi karena pandemi yang sedang
berlangsung saat ini.
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah akan
memberikan keuntungan sebagai berikut :
a. Meningkatkan hubungan antara anak dengan keluarga (orang tua) karena
dengan melaksanakan kegiatan bermain, orang tua mempunyai kesempatan
untuk membina hubungan yang baik dan menyenangkan anak serta
memberikan suatu pemahaman yang dapat ditangkap oleh anak. Bermain
merupakan alat komunikasi yang elektif antara anak dengan orang tua.
b. Dirumah saja akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri serta
berinteraksi. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan
mandiri pada anak dan mulai mengenali suatu aspek yang terlihat dan
terdengar.
c. Permainan pada anak dirumah tidak hanya akan memberikan rasa senang pada
anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran
cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat
mengekspresikan perasaan dan pikiran secara verbal dan/ atau pada anak yang
kurang dapat mengekspresikannya, permainan menggambar, mewarnai, atau
melukis akan membantunya mengekspresikan perasaan tersebut.
d. Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.
e. Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk
berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan
keluarganya (Kliegman, Robert M., 2000)

10. MANFAAT
a. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat
terapeutik (sebagai permainan penyembuh/ ”therapeutic play”).
b. Dengan menebak gambar dan suara berarti anak dapat mengekspresikan
wawasanya tentang suara hewan dan gambar hewan ataupun sesuatu yang anak
ketahui.
c. Sebagai terapi kognitif, pada saat anak menghadapi kecemasan karena harus
didalam rumah saja, pada keadaan cemas dan sterss, kognitifnya tidak akurat
dan negatif karena pembatasan kegiatan diuar rumah, maka rumah harus
dicerminkan menjadi tempat bermain yang nyaman dan aman dan dapat
menjadi tempat untuk anak beraktualisasi diri sesuai tumbuh kembangnya.
d. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode
penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirumah saja.

11. PERENCANAAN
a. Jenis Program
Jenisnya disesuaikan dengan tumbuh kembang anak dan adanya edukasi untuk
orang tua dalam memberikan terapi bermain kepada anak selama pandemi.
b. Karakteristik bermain
1) Melatih motorik kasar dan halus
2) Melatik kesabaran dan ketelitian
3) Melatih konsentrasi dan meningkatkan kemampuan logika
4) Memberikan informasi kepada orang tua agar dapat melihat perkembangan
anak sesuai usia anak
c. Karakteristik peserta
1) Usia 11 tahun
2) Jumalah peserta: 1 anak dan didampingi orang tua
3) Keadaan umum yang sehat dan tidak memiliki penyakit menular
4) Keluarga dapat duduk dan menjaga jaraknya sesuai dengan protocol covid-19
5) Peserta kooperatif
d. Metode: Demontrasi dan Ceramah
e. Alat-alat yang digunakan (Media)
1) Alat permainan yang sering digunakan anak
2) Yoyo
3) Leafleat
4) Lembar bolak balik
F. . WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
1. Hari : Senin
2. Tanggal : 31 Mei 2021
3. Waktu : disesuaikan
4. Tempat : Ruang Perawatan Anak Salak RS. Dustira

G. RENCANA PELAKSANAAN
1. Materi : Meningktakan kemampuan logika dan memberikan
kesenangan anak dimasa pandemi dan selama perawatan
2. Metode : Diskusi dan ceramah Ceramah, Tanya Jawab
3. Media : Leaflet
4. Pembicara : Romadhoni
5. Evaluasi : - Hadirnya keluarga sebagai pendamping
- Tempat dan peralatan tersedia
- Peran dan tugas penyuluh sesuai rencana
- Kegiatan sesuai dengan waktu yang tersedia
- Peserta berperan aktif

H. DAFTAR PUSTAKA
Markum, dkk., 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak., IDI : Jakarta
Amhar, A. A. A., & Alfira, N. (2020). Family Support Relationship With Playing
Activities Of 5-6 Years Old Children In The Pandemic Period. Jurnal Life Birth,
4(3), 96-103.
Yuliastati dan Amelia. 2016. Keperawatan Anak. KEMENKES RI

I. LAMPIRAN
1. Lembar Pengesahan
2. Susunan Acara.
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN AKPER
RS. DUSTIRA

Cimahi, 31 Mei 2021


Hormat Kami,

Dosen pembimbing Pelaksana

Novi Trisudawati,S.Kep.,Ners Romadhoni


Susunan acara

Kegiatan
No Waktu
Penyuluh Peserta
Persiapan Ruangan tersedia, alat dapat
1) Menyiapkan ruangan dimainkan, anak siap bermain,
1 5 menit
2) Menyiapkan alat keluarga bisa mendampingi
3) Menyiapkan anak dan keluarga
1 Pembukaan
1) Perkenalan dengan anak dan keluarga Mendengarkan dan menyetujui
5 Menit 2) Menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan
3) Melakukan kontrak waktu

2 Kegiatan
1) Memperkenalkan anak dengan alat Mendengarkan dan
bermain pemperhatikan dengan baik,
2) Mencontohkan cara bermain cara bermain dan menggunakan
15 Menit 3) Meminta anak untuk alat permainan, dan
mempraktekannya mengungkapkan perasaan
4) Menanyakan perasaan anak saat
bermain

4 Penutup
1) Memberi reward pada anak atas hasil Menerima reward dan
5 menit bermainnya mengucapkan terimakasih
2) Memberi pujian atas hasil karyanya

Anda mungkin juga menyukai