Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

KEPERAWATAN HOLISTIK

untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Holistik

dosen pembimbing : Biben Fikriana,S.Kep.,Ners.,M.Kep.,CWCCA,CH.t

Disusun oleh :

Adinda Putri (19.002)

Ine Ernawati (19.018)

M. Alwan Rendi (19.026)

Resi Rosnia (19.034)

Taci Riska (19.044)

Yuli Purnamasari (19.050)

AKADEMI KEPERAWATAN RS. DUSTIRA

CIMAHI

2021
KONSEP LUKA

A. Pengertian
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini
dapat dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu,
zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan (Sjamsuhidajat, 2017).
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau
pembedahan. Luka bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
proses penyembuhan, dan lama penyembuhan (Kartika, 2015).
Jadi luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, yang
menyebabkan secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau
hilang
B. Penyebab
Bentuk luka bermacam-macam bergantung penyebabnya, misalnya
luka sayat atau vulnus scissum yang disebabkan oleh benda tajam, sedangkan
luka tusuk yang disebut vulnus punctum akibat benda runcing. Luka robek,
laserasi atau vulnus laceratum merupakan luka yang tepinya tidak rata atau
compangcamping disebabkan oleh benda yang permukaanya tidak rata. Luka
lecet pada permukan kulit akibat gesekan disebut ekskoriasi. Panas dan zat
kimia juga dapat menyebabkan luka bakar atau vulnus kombusi
(Sjamsuhidajat, 2017).
Beberapa etiologi dari luka menurut (Maryunani, 2015) di antaranya :
1. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
2. Luka abrasi / babras / lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit
bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak
tajam. Biasa terjadi pada kulit dan tidak sampai jaringan subkutis.
3. Luka robek / laserasi, biasanya terjadi akibat benda tajam atau benda
tumpul. Seringkali meliputi kerusakan jaringan yang berat, sering
menyebabkan perdarahan yang serius dan berakibat syok hipovolemik.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
Walaupun perdarahan nyata seringkali sedikit, kerusakan jaringan internal
dapat sangat luas. Luka bisa mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi
sehubungan dengan adanya benda asing pada tubuh.
5. Luka tembak, yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada
bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung
biasanya lukanya akan melebar. Luka ini biasa disebabkan oleh peluru.
6. Luka gigitan, biasanya di sebabkan oleh gigitan binatang mau pun gigitan
manusia. Biasanya kecil namun dalam dan dapat menimbulkan komplikasi
infeksi berat.
7. Luka avulsi, yaitu luka yang di sebabkan oleh terkelupasnya sebagian
jaringan bawah kulit tetapi sebagian masih terhubung dengan tubuh.
8. Luka hancur, sulit di golongkan dalam salah satu jenis luka. Luka hancur
seringkali berujung pada amputasi.
C. Riwayat luka dan keparahannya
Berdasarkan tingkat keparahannya, luka terbagi menjadi klasifikasi
yang berbeda. Sesuai kedalaman dan luasnya, melansir dermnet new Zealand
luka terbuka memiliki beberapa klasifikasi sebagai berikut.
1. Superfisial
Luka hanya mengenai epidermis lapisan terluar kulit. Luka ini cenderung
ringan
2. Partial thickness
Luka melibatkan hilangnya lapisan kulit epidermis dan lapisan dermis
(lapisan kulit dibawah epidermis) atas.
3. Full thickness
Kerusakan akibat luka sudah meliputi jaringan hypodermis pada struktur
kulit. Jaringan ini meliputi lapisan kulit lemak, kelenjar keringat, dan sel
kolagen.
4. Deep and complicated
Luka sudah lebih dalam mencapai lapisan otot, tulang, atau organ tubuh.
Sementara itu, klasifikasi tingkat keparahan luka tertutup adalah sebagai
berikut.
1. Tingkat 1 : memar yang ditimbulkan cenderung ringan, tidak ada
pembengkakan, sakit bila ditekan.
2. Tingkat 2 : memar, nyeri ringan, dan sedikit bengkak.
3. Tingkat 3 : memar parah dengan rasa sakit yang tak tertahankan,
pembengkakkan yang kentara, dan anggota tubuh yang terdampak sulit
digerakkan.
D. Fase penyembuhan luka
Proses penyembuhan luka terjadi dalam empat tahap, yaitu
penghentian perdarahan (hemostasis), peradangan (inflamasi), pembangunan
jaringan baru, dan penguatan jaringan. Masing-masing tahapnya terjadi secara
otomatis dengan tujuan mengembalikan fungsi jaringan agar bisa seperti
semula. 
1. Proses penghentian perdarahan (hemostasis)
Saat kulit mulai terluka dan berdarah, dalam waktu beberapa menit
atau bahkan detik, sel-sel darah secara otomatis akan berkumpul dan
membentuk gumpalan darah. Proses inilah yang disebut sebagai proses
penghentian perdarahan atau pembekuan darah. Dalam istilah medis,
mekanisme ini disebut sebagai fase hemostasis.Gumpalan darah ini
berfungsi untuk melindungi luka dan mencegah darah keluar lebih banyak
lagi. Selain sel darah yang dinamakan trombosit, gumpalan ini juga
mengandung protein yang disebut dengan fibrin, akan membentuk suatu
“jaring” agar gumpalan darah tetap pada tempatnya.
2. Proses peradangan (inflamasi)
Pada proses penyembuhan luka selanjutnya, gumpalan darah akan
mengeluarkan suatu zat kimia yang akan menyebabkan peradangan.
Sehingga, tidak heran saat darah mulai berhenti, di sekitar luka Anda akan
terlihat pembengkakan dan kemerahan. Inilah yang disebut sebagai fase
inflamasi.Saat hal ini terjadi, sel darah putih akan menuju ke area luka.
Lalu, sel darah putih akan melawan bakteri dan kuman dari area tersebut,
agar kita tidak mengalami infeksi.Sel darah putih juga akan memproduksi
suatu zat kimia yang dinamakan growth factors. Zat ini berfungsi untuk
membantu memperbaiki jaringan yang rusak.
3. Proses pembangunan jaringan baru (proliferasi)
Setelah area luka bersih dari bakteri dan kuman berkat sel darah
putih, selanjutnya, sel darah merah yang kaya akan oksigen datang ke area
tersebut untuk membangun jaringan baru yang disebut jaringan parut.
Tahap ini disebut sebagai fase proliferasi.Oksigen yang dibawa oleh sel
darah merah juga akan membantu pembentukan jaringan yang baru. Tubuh
juga akan mulai memproduksi kolagen, yang berperan sebagai penyangga
untuk jaringan yang sedang diperbaiki. Proses ini akan membuat bekas
luka yang awalnya terlihat berwarna kemerahan, lalu lama-kelamaan
memudar.
4. Proses penguatan jaringan
Proses penyembuhan luka yang terakhir atau fase maturasi adalah
untuk menguatkan jaringan yang baru terbentuk. Anda mungkin pernah
melihat, bekas luka terlihat seperti kulit yang ditarik melebar. Itu adalah
salah satu usaha tubuh agar jaringan kulit yang baru benar-benar kuat di
tempatnya.Penyembuhan total bisa memakan waktu beberapa hari,
minggu, atau bahkan tahun. Saat sudah sembuh total, maka jaringan
tersebut akan kembali sekuat sebelumnya, saat sebelum mengalami
perlukaan.Tidak semua jenis luka akan benar-benar melewati keempat
proses penyembuhan ini. Sebab, tidak semua luka membuat kulit Anda
berdarah. Beberapa di antaranya adalah luka bakar, memar, serta luka
tekan atau ulkus dekubitus.

E. Tipe penyembuhan luka


Secara fisiologis, tubuh dapat memperbaiki kerusakan jaringan kulit
sendiri yang dikenal dengan penyembuhan luka. Menurut Arisanty (2013) cara
penyembuhan luka berdasarkan tipe atau cara penyembuhannya yaitu
penyembuhan luka secara primer (primary intention), secara sekunder
(secondary intention), dan secara tersier (tertiary intention atau delayed
primary intention).
1. Sering diketahui di dalam kamar operasi petugas medis melakukan upaya
penyembuhan luka secara primer. Penyembuhan luka secara primer
(primary intention) adalah luka yang ditutup dengan cara dirapatkan
kembali dengan menggunakan alat bantu sehingga bekas luka (scar) tidak
ada atau minimal (Arisanty, 2013). Luka terjadi tanpa kehilangan banyak
jaringan kulit. Luka ditutup dengan cara dirapatkan kembali dengan
menggunakan alat bantu sehingga bekas luka(scar) tidak ada atau minimal.
Proses yang terjadi adalah epitelisasi dan deposisi jaringan ikat.
Contohnya adalah luka sayatan robekan dan luka operasiyang dapat
sembuh dengan alat bantu jahitan, stapler, taoe eksternal, atau lem perekat
kulit (Arisanty, 2013)
2. Penyembuhan luka secara sekunder(secondary intention). Pada proses
penyembuhan luka sekunder kulit mengalami luka (kerusakan) dengan
kehilangan banyak jaringan sehingga memerluka proses granulasi
(pertumbuhan sel), kontraksi, dan epitelisasi (penutupan epidermis) untuk
menutup luka. Pada kondisi luka yang mengalami proses penyembuhan
sekunder, jika dijahit kemungkinan terbuka lagi atau menjadi nekrosis
(mati) sangat besar (Arisanty, 2013).
3. Penyembuhan luka secara tersier atau delayed primary terjadi jika
penyembuhan luka secara primer mengalami infeksi atau ada benda asing
sehingga penyembuhannya terlambat. Luka akan mengalami proses debris
hingga luka menutup. Penyembuhan luka dapat juga diawali dengan
penyembuhan secara sekunder yang kemudian ditutup dengan balutan
jahitan/dirapatkan kembali. Contohnya adalah luka oprerasi yang
terinfeksi (Arisanty, 2013).

Berdasarkan waktu penyembuhannya, luka dapat dibagi menjadi dua yaitu


luka akut dan luka kronis.
1. Luka akut adalah luka yang terjadi kurang dari 5 hari dengan diikuti
proses hemostasis dan inflamasi. Luka akut sembuh atau menutup
sesuai dengan waktu penyembuhan luka fisiologis 0-21 hari (Arisanty,
2013). Luka akut juga merupakan luka trauma yang biasanya segera
mendapat penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila
tidak terjadi komplikasi.
2. Luka kronik merupakan luka yang berlangsung lama atau sering
timbul kembali (rekuren), dimana terjadi gangguan pada proses
penyembuhan yang biasanya disebabkan oleh masalah multifaktor dari
penderita. Luka kronik juga sering disebut kegagalan dalam
penyembuhan luka (Arisanty, 2013)
F. Faktor yang mempercepat penyembuhan luka
Faktor – faktor yang mempengaruhi Penyembuhan luka adalah faktor
lokal yang terdiri dari Praktek management luka, hipovelemia, infeksi dan
Adanya benda asing. Sedangkan faktor umum terdiri Dari usia, nutrisi, steroid,
sepsis, penyakit ibu seperti Anemia, diabetes dan obat-obatan (Eka putra,
2013). Menurut Teori Fatimah & Lestari, 2019 Faktor yang Memengaruhi
kesembuhan luka, yaitu:
1. Usia
Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada Orang tua.
Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat menolerir Stres seperti trauma
jaringan atau infeksi.
2. Cara Perawatan
Perawatan yang tidak benar menyebabkan infeksi memperlambat
Penyembuhan, karena perawatan yang kasar dan salah dapat
Mengakibatkan kapiler darah baru rusak dan mengalami perdarahan.
Kemungkinan terjadinya infeksi karena perawatan yang tidak benar Dapat
meningkat dengan adanya benda mati dan benda asing. Jika Luka dirawat
dengan baik, maka kesembuhannya juga akan lebih Cepat.

3. Personal hygiene
Personal hygiene (kebersihan diri) dapat memperlambat Penyembuhan, hal
ini dapat menyebabkan adanya benda asing Seperti debu dan kuman.
Adanya benda asing pengelupasan jaringan Yang luas akan memperlambat
penyembuhan dan kekuatan regangan Luka menjadi tetap rendah. Luka
kotor harus dicuci bersih. Bila luka Kotor, maka penyembuhan sulit terjadi.
Kalaupun sembuh akan Memberikan hasil yang buruk.
4. Aktivitas
Aktivitas berat dan berlebihan menghambat perapatan tepi luka, Sehingga
menggangu penyembuhan yang diinginkan.
5. Infeksi
Infeksi menyebabkan peningkatan inflamasi dan nekrosis yang
Menghambat penyembuhan luka. (Fatimah & Lestari, 2019).

G. Faktor yang menghambat penyembuhan luka


1. Nutrisi
Istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang berarti nutrisi.
Gizi merupakan substansi organik dan non-organik yang ditemukan dari
makanan yang dibutuhkan oleh tubuh agar bisa berfungsi dengan baik..
Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan
yang konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat–zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ. Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan
memelihara jaringan tubuh , mengatur proses-proses dalam tubuh, serta
sebagai sumber tenaga. Penyembuhan luka secara normal memerlukan
nutrisi yang tepat.
Secara fisiologispada pasien post operasi terjadi peningkatan
metabolik ekspenditur untuk energi dan perbaikan, meningkatnya
kebutuhan nutrien untukhomeostasis, pemulihan, kembali pada kesadaran
penuh, danrehabilitasi ke kondisi normal. Prosedur operasi tidak hanya
menyebabkan terjadinya katabolisme tetapi juga mempengaruhi digestif,
absorpsi, dan prosedur asimilasi di saatkebutuhan nutrisi juga meningkat.
Proses fisiologi penyembuhan luka bergantung pada tersedianya protein,
vitamin terutama A dan C serta mineral renik zink dan tembaga. Kolagen
adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang di peroleh fibroblas
dari protein yang di makan. Vitamin A terdapat di minyak ikan, hati,
mentega, susu, keju, telur, serta minyak nabati. Sedangkan sumber
Vitamin A yang utama adalah hati, wortel, mentega, susu, dan margarin.
Lalu selanjutnya ada vitamin C yang merupakan senyawa berwarna putih,
berbentuk kristal, dan sangat larut dalam air. Vitamin ini banyak terdapat
di hampir semua bahan pangan nabati seperti sayuran dan buah-buahan
segar. Selain itu vitamin C terdapat di pangan hewani seperti hati, ginjal
mentah, susu segar. Vitamin C berfungsi mendukung pembentukan semua
jaringan tubuh, terutama jaringan ikat. (Mubarak,& Chayatin, 2008).
Jaringan ikat dibutuhkan untuk mensitesis kolagen.
2. Usia
Biasanya penyembuhan luka pada lansia cenderung lebih lambat,
aspek fisiologi penyembuhan luka tidak bebeda dengan klien yang berusia
muda. Masalah yang terjadi selama proses penyembuhan sulit ditentukan
penyebabnya, karena proses penuaan atau karena penyebab lainnya. Usia
dapat menggangu semua tahap penyembuhan luka perubahan
vaskuler,mengganggu sirkulasi ke daerah luka. Penuaan fungsi hati
mengganggu sintesis pembekuan darah maka respon imflamasi menjadi
lambat, pembentukan antibodi dan limfosit menurun, jaringan kolagen
kurang lunak, dan jaringan parut kurang elastis. Usia berpengaruh
terhadap semua penyembuhan luka sehubungan dengan adanya gangguan
sirkulasi dan keogulasi, respon imflamasi yang lebih lambat dan penuruna
aktifitas fibroblas.
Kulit utuh yang sehat pada orang dewasa muda merupakan suatu
barier yang baik terhadap trauma mekanis dan infeksi. Begitu pula dengan
efisiensi sistem imun, sistem kardiovaskuler, dan sistem respirasi, yang
memungkinkan penyembuhan luka terjadi cepat. Menurut Bartini, 2013
usia dewasa muda antara 20 – 35 tahun, kulit utuh pada dewasa muda yang
sehat merupakan suatu barier yang baik terhadap trauma mekanis dan juga
infeksi, begitu juga yang berlaku pada efisiensi sistem imun, sistem
kardiovaskuler, dan respirasi yang memungkinkan penyembuhan luka
lebih cepat. Usia reproduksi sehat adalah usia yang aman bagi seorang
wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu usia 20-35 tahun . Sementara
usia >35 tahun fungsi-fugsi organ reproduksi menurun sehingga beresiko
menjalani kehamilan.
3. Mobilisasi
Mobilisasi ialah kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehat. Mobilisasi berpengaruh pada proses penyembuhan luka,
karena dengan mobilisasi dini dapat memperbaiki tonus otot,
meningkatkan mobilisasi sendiri memperbaiki toleransi otot untuk latihan,
mungkin meningkatkan masa otot pada sistem toleransi otot, membantu
proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan secara sectio caesarae.
Mobilisasi ialah kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas,mudah, serta teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya. Mobilisasi dini merupakan
faktor yang mendukung proses penyembuhan atau pemulihan pasca bedah
dengan cepat. Dengan mobilisasi dini maka vaskularisasi menjadi semakin
baik sehingga akan mempengaruhi proses penyembuhan luka post
operasikarena luka membutuhkan peredaran darah yang baik untuk
pertumbuhan atau perbaikan sel. Mobilisasi dini berpengaruh terhadap
penyembuhan luka sectio caesarea karena dengan melakukan mobilisasi
dini peredaran darah menjadi lancar sehingga darah dapat menyalurkan
oksigen ke jaringan yang mengalami luka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi
a. Gaya hidup
Latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan tempat
tinggal dapat mempengaruhi mobilitas seseorang.
b. Ketidakmampuan
c. Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk
melakukan aktivitas. Secara umum ketidakmampuan ada dua macam,
yakni ketidakmampuan primer dan ketidakmampuan sekunder.
Ketidakmampuan primer ialah disebabkan oleh penyakit atau trauma,
sedangkan ketidakmampuan sekunder terjadi akibat dampak dari
ketidakmampuan primer yang mengakibatkanKelemahan otot dan tirah
baring.
d. Tingkat energy
Mobilisasi sangat membutuhkan energi dalam hal ini, cadangan energi
yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
e. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalammelakukan
mobilisasi, pada lansia kemampuan untuk melakukan aktivitas dan
mobilisasi sudah berkurang sejalan dengan penuaan. Pada hari-hari
pertama pasca bedah cesar, ibu pasti akan memerlukan bantuan untuk
melakukan hampir semua kegitan. Irisan diperut biasnya masih teras
sakit dan sulit untuk bergerak. Oleh karena itu ibu perlu bantuan untuk
melakukan mobilisasi.
f. Diabetes Melitus
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti "mengalirkan
atau mengalihkan" (siphon). Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau
penurunan relatifinsensititas sel terhadap insulin. Berdasarkan bukti
epidemiologi terkin jumlah penderita diabetes di seluruh dunia saat ini
mencapai 200 juta dan diperkirakan meningkat lebih dari 330 juta pada
tahun 2025. Alasan peningkatan ini termasuk meningkatkan angka
harapan hidup dan pertumbuhan populasi yang tinggi dua kali lipat
disertai peningkatan angka obesitas yang dikaitkan dengan urbanisasi
dan ketergantungan terhadap makanan olahan. Di Amerika Serikat,
18,2 juta individu pengidap diabetes (6,3% dari populasi), hampir satu
per tiga tidak menyadari bahwa mereka memiliki diabetes.
Diabetes melitus berpengaruh besar dalam penyembuhan luka,
salah satu tanda DM ialah tingginya kadar gula darah yang biasa di
sebut hiperglikemi. Hiperglikemi dapat menghambat leukosit
melakukan fagositosis sehingga rentan terhadap infeksi maka orang
yang mengalami hiperglikemi akan mengalami penyembuhan luka
yang sulit dan berlangsung lama. Penyakit kronik menimbulkan
penyakit pembuluh darah kecil yang dapat mengganggu perfusi
jaringan. Diabetes menyebabkan hemoglobin memiliki afinitas yang
lebih besar untuk oksigen,sehingga hemoglobin gagal melepaskan
oksigen ke jaringan.
Hiperglikemia mengganggu kemampuan leukosit untuk
melakukan fagositosis dan juga mendorong pertumbuhan infeksi jamur
dan ragi yang berlebih. Tipe diabetes Melitus menurut dokumen
konsensus tahun 1997 oleh American Diabetes Association's expert
Commit teeon the Diagnosis and Class ification of Diabetes mellitus
menjabarkan empat kategori utama diabetes: tipe 1, dengan
karakteristik ketiadaan insulin absolut; tipe 2, ditandai dengan sistensi
insulin disertai defek sekresi insulir; tipe 3, tipe spesifik nya.
g. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah
merah atau hemoglobin kurang dari normai. Kadar hemogiobin normal
umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan Untuk pría, anemia
biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5
gram/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 120
gram/100ml. Anemia adalah gejala kekurangan (defisuisiensi) sel
darah merah karena kadar hemoglobin yang rendah, atau dalam medis
bisa di artika kadar hemoglobin atau sel darah merah dalam tubuh
rendah. Anemia dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
2) Hb 7-8 gr : Anemia sedang
3) Hb <7 gr% : Anemia berat
h. Obesitas
Obesitas memiliki resiko kesehatan yang serius kelebihan berat badan
termasuk dalam obesitas mengalami peningkatan penyakit jantung,
hipertensi, Diabetes Melitus tipe 2. (Black, & Hawks, 2014). Obesitas
juga menyebabkan jaringan lemak kekurangan suplai darah untuk
melawan infeksi bakteri dan untuk mengirimkan nutrisi serta elemen
seluler yang berguna dalam penyembuhan luka.
i. Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat mempengaruhi penyembuha luka post operasi
adalah jenis obat obatan yang mengandung Steroid. Steroid
menurunkan respon imflamasi dari memperlambat sintesis kolagen,
obat obatan anti inflamasi menekan sintesis protein, kontraksi luka,
epitalisasi dan imflamasi. Penggunaan antibiotik dalam waktu lama
dapat meningkatkan resiko terjadinya superinfeksi. Obat-obatan
kemoterapi dapat menekan fungsi sum-sum tulang, menurunkkan
jumlah leukosit, dan mengganggu respon imflamasi.
j. Stres luka
Muntah distensi abdomen dan usaha pernafasan dapat menimbulkan
stres,pada jahitan operasi dan merusak lapisan luka. Tekanan
mendadak yang tidak terduga pada luka insisi akan menghambat
pembentukan sel endotel dan jaringan kolagen.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat, AS. 2014. Luka, Peradangan dan Pemulihan. Jurnal Entropi. 9 (1) :
729-738

Arisanty, L.P. (2013). Manajemen Perawatan Luka : Konsep Dasar. Jakarta :


EGC

Ekaputra, E. (2013). Evolusi manajemen luka : Menguak 5 keajaiban moist

dressing . Jakarta : Trans Info Media

Kartika, Ronald W. 2015. Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing.


Jakarta: Wound Care/Diabetic Center

Maryunani, A. (2015). Perawatan Luka Modern Terkini dan Terlengkap Sebagai


Bentuk Tindakan Keperawatan Mandiri. Jakarta: In Media.

Sihotang, H. M., & Yulianti, H. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Proses Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea. Care: Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan, 6(2), 175-183.
Sjamsuhidajat, R., Prasetyono, T., & Riwanto, I. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah:
Masalah Pertimbangan Klinis Bedah dan Metode Pembedahan. Jakarta: EGC.

Suriadi (2007). Manajemen Luka. STIKEP Muhammadiyah. Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai