Anda di halaman 1dari 9

KONSEP PATOFISIOLOGI LUKA

Disusun oleh :
1. Fenny Arifin (2233035)
2. Sabiela (2233057)
3. Siti Rahma Amelia (2233020)
4. Yesicha Maharani (2233007)
5. Angelina Martha Rezeki Panjaitan (2233027)
6. Paska Vanny Tambunan (2233049)

Dosen Pengampu : Ns. Lilik Pranata

MK : Ilmu Dasar Keperawatan

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka adalah terputusnya kontinuitas .jaringan akibat adanya substansi jaringan yang
rusak atau hilang akibat cedera atau pembedahan. Luka merupakan degradasi integritas
jaringan epitel. Gangguan keutuhan kulit, permukaan mukosa atau jaringan organ dapat
menyebabkan terbentuknya luka. Luka dapat terjadi sebagai bagian dari proses suatu
penyakit atau memiliki etiologi yang tidak disengaja atau disengaja. Luka yang disengaja
ditujukan sebagai terapi, misalnya pada prosedur operasi atau pungsi vena. Akan tetapi,
luka yang tidak disengaja terjadi secara accidental. Luka dapat disebabkan oleh adanya
trauma tumpul dan tajam. Trauma tumpul merupakan suatu rudapaksa akibat terbentur
oleh benda tumpul. Trauma tumpul dapat menyebabkan luka memar (contusio), luka lecet
(abrasio) dan luka robek (vulnus laceratum). Trauma tajam adalah suatu rudapaksa akibat
kontak dengan benda tajam. Trauma tajam dapat mengakibatkan terbentuknya luka iris
atau luka sayat (vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus
caesum).
Luka dapat diklasifikasikan sebagai jenis yang berbeda, yaitu dari luka ringan, sedang
sampai parah, dari luka kecil sampai besar, dari luka dangkal sampai luka dalam, dari
luka tidak menular sampai infeksi, dari luka bakar, memar, luka pisau, crush injury, luka
tertusuk jarum, hingga luka tembak, dari luka akut hingga kronis. Luka akut seperti abrasi
ringan, luka pisau, luka lepuh ringan, kulit pecah, dan luka tahap awal setelah operasi
terjadi secara tiba-tiba dan membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk sembuh, yaitu
dua sampai tiga minggu. Luka kronis seperti luka ulseratif, ulkus kaki diabetik, ulkus
vena ekstremitas inferior, ulkus arteri ekstremitas inferior, cedera radiasi kronis dan luka
bakar dalam atau melepuh adalah luka dengan proses penyembuhanyang berlangsung
lebih lama, yaitu empat sampai enam minggu.
Penyembuhan luka merupakan proses yang rumit, dengan strategi yang berbeda
dalam merawat berbagai jenis luka Penyembuhan luka adalah suatu proses perbaikan
jaringan kulit atau organ lainnya setelah terjadi luka. Terdapat tiga fase penyembuhan
luka, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi atau fibroplasia, dan fase remodelling atau
maturasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka dan potensi infeksi, yaitu faktor
pasien, faktor luka dan faktor lokal. Faktor pasien mencakup usia, penyakit yang diderita
(anemia, diabetes mellitus, mendasari, atau immunocompromised penyakit yang
mendasari, pengaruh cedera pada penyembuhan (misalnya devaskularisasi). Faktor luka
berupa organ atau jaringan yang terluka, tingkat cedera, sifat cedera, kontaminasi atau
infeksi, waktu antara cedera dan pengobatan. Faktor lokal meliputi hemostasis dan
debridement serta waktu penutupan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep luka
1.2.2 Mahasiswa mengetahui tahapan-tahapan luka
1.2.3 Mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi penulis, menambah pengetahuan dan wawasan tentang patofisiologis
luka
1.3.2 Bagi klinik perawatan luka, menambah bahan rujukan untuk mengedukasi
pasien
1.3.3 Bagi peneliti lain, menambah wawasan dan sebagai bahan untuk penellitian
lainnya yang berkaitan dengan patofisiologi luka

BAB II
ISI
2.1 Konsep luka
2.1.1 Pengertian
Luka dapat diartikan sebagai gangguan atau kerusakan integritas dan fungsi
jaringan pada tubuh (suriadi 2007).
2.1.2 Klasifikasi luka
Berdasarkan sifatnya:
- Luka akut, yaitu luka yang sembuh sesuai dengan periode waktu yang
diharapkan. Luka akut dikategorikan sebagai berikut:
 Luka akut pembedahan, contohnya insisi, eksisi, dan skin graft
 Luka akut bukan pembedahan, contohnya luka bakar
 Luka akut akibat factor lain, contohnya abrasi, laserasi, atau injuri
pada lapisan kulit superficial
- Luka kronis, yaitu luka yang proses penyembuhannya mengalami
keterlambatan. Contohnya yaitu luka decubitus, luka diabetes, dan leg
ulcer.
Berdasarkan kehilangan jaringan:
- Superfisial, yaitu luka pada lapisan epidermis
- Parsial (partial-thickness), luka pada lapisan epidermis dan dermis.
- Penuh (full-thickness), luka epidermis, dermis dan jaringan subcutan
bahkan dapat juga melibatkan otot, tendon, dan tulang.
Berdasarkan derajat keparahan:
- Derajat I, lapisan epidermis utuh, namun terdapat eritema atau perubahan
warna.
- Derajat II, kehilangan kulit superfisial dengan kerusakan lapisan epidermis
dan dermis. Eritema di jaringan sekitar yang nyeri, panasa, dan edema.
Exudate sedikit sampai sedang.
- Derajat III, kehilangan jaringan sampai dengan jaringan sub cutan, dengan
terbentuknya rongga (cavity), exudate sedang sampai banyak.
- Derajat IV, hilangnya jaringan sub cutan dengan terbentuknya rongga
(cavity) yang melibatkan otot, tendon dan atau tulang. Exudat sedang
sampai banyak.
Berdasarkan mekanisme terjadinya:
- Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi)
- Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
- Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda
lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
- Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru
atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
- Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca atau oleh kawat.
- Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada
bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
- Luka Bakar (Combustio)
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat
disebabkan oleh panas (api, cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik,
kimia. Luka bakar merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah
berbagai system tubuh.
Berdasarkan penampilan klinis

- Nekrotik (hitam): Eschar yang mengeras dan nekrotik, mungkin kering


atau lembab.
- Sloughy (kuning): Jaringan mati yang fibrous.
- Granulasi (merah): Jaringan granulasi yang sehat.
- Epitelisasi (pink): Terjadi epitelisasi.
- Terinfeksi (kehijauan): Terdapat tanda-tanda klinis adanya infeksi seperti
nyeri, panas, bengkak, kemerahan dan peningkatan eksudat.
2.2 Tipe penyembuhan luka
- Primary Healing, jaringan yang hilang minimal, tepi luka dapat dirapatkan
kembali melalui jahitan, klip atau plester.
- Delayed Primary Healing, terjadi ketika luka terinfeksi atau terdapat benda asing
yang menghambat penyembuhan.
- Secondary Healing, proses penyembuhan tertunda dan hanya bisa terjadi melalui
proses granulasi, kontraksi dan epitelisasi. Secondary healing menghasilkan scar.
2.3 Tahapan luka
- Fase koagulasi dan inflamasi (0-3 hari)
Koagulasi merupakan respon yang pertama terjadi sesaat setelah luka terjadi dan
melibatkan platelet. Pengeluaran platelet akan menyebabkan vasokonstriksi.
Proses ini bertujuan untuk homeostatis sehingga mencegah perdarahan lebih
lanjut.
Fase inflamasi selanjutnya terjadi beberapa menit setelah luka terjadi dan berlanjut
hingga sekitar 3 hari. Fase inflamasi memungkinkan pergerakan leukosit
(utamanya neutrofil). Neutrofil selanjutnya memfagosit dan membunuh bakteri
dan masuk ke matriks fibrin dalam persiapan pembentukan jaringan baru.
- Fase Proliferasi atau Rekonstruksi (2-24 hari).
Apabila tidak ada infeksi atau kontaminasi pada fase inflamasi, maka proses
penyembuhan selanjutnya memasuki tahapan Proliferasi atau rekonstruksi. Tujuan
utama dari fase ini yaitu:
 Proses granulasi (untuk mengisi ruang kosong pada luka).
 Angiogenesis (pertumbuhan kapiler baru), Secara klinis akan tampak
kemerahan pada luka. Angiogenesis terjadi bersamaan dengan fibroplasia.
Tanpa proses angiogenesis sel-sel penyembuhan tidak dapat bermigrasi,
replikasi, melawan infeksi dan pembentukan atau deposit komponen
matrik baru.
 Proses kontraksi (untuk menarik kedua tepi luka agar saling
berdekatan).Menurut Hunt (2003) kontraksi adalah peristiwa fisiologi yang
menyebabkan terjadinya penutupan pada luka terbuka. Kontraksi terjadi
bersamaan dengan sintesis kolagen. Hasil dari kontraksi akan tampak
dimana ukuran luka akan tampak semakin mengecil atau menyatu.
- Fase Remodelling atau Maturasi (24 hari-1tahun).
Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan
luka. Aktifitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan.
Serabut-serabut kolagen meningkat secara bertahap dan bertambah tebal
kemudian disokong oleh proteinase untuk perbaikan sepanjang garis luka.
Kolagen menjadi unsur yang utama pada matrks. Serabut kolagen menyebar
dengan saling terikat dan menyatu serta berangsur-angsur menyokong pemulihan
jaringan. Akhir dari penyembuhan didapatkan parut luka yang matang yang
mempunyai kekuatan 80 % dibanding kulit normal.

2.4 Faktor yang mempengaruhi luka


- Factor umum
 Usia
 Penyakit yang menyerta
 Vascularisasi
 Kegemukan
 Gangguan sensasi dan pergerakan
 Nutrisi
 Status psikologis
 Terapi radiasi
 Obat-obatan
- Factor local
 Kelembaban luka
 Temperatur luka
 Managemen luka
 Tekanan, gesekan, dan tarikan
 Benda asing
 Infeksi luka.
2.5 Transudat
Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena
gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang(tekanan osmosis
koloid, stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik dan kerusakan endotel.
Kontrol transudat merupakan hal yang penting dalam penyembuhan luka, terutama
pada fase akut pada fase inflamasi. Keadaan eksudat yang berlebih atau kurang sangat
mempengaruhi penyembuhan luka.
Produksi transudat dihasilkan dari reaksi vasodilatasi pembuluh darah sewaktu
terjadi proses inflamasi pada luka dimana luka mengeluarkan mediator inflamasi
seperti histamin dan bradikinin. Selanjutnya akan diproduksi cairan serous dari luka,
dan ini merupakan bagian dari penyembuhan luka termasuk peyembuhan pada luka
donor STSG. Namun, apabila cairan ini tidak dikontrol dengan baik, maka akan
terjadi proses inflamasi yang abnormal dan juga dapat menimbulkan adanya suatu
infeksi (White, 2006).
2.6 Eksudat
Eksudat adalah cairan yang diproduksi oleh luka akut maupun kronik. Pengelolaan
eksudat luka bertujuan untuk mempertahankan kondisi luka dalam keadaan lembap
(moist). Luka yang basah atau mengandung banyak eksudat dikontrol melalui
penyerapan eksudat dengan menggunakan kasa absorben, vacuum bertekanan negatif,
pencucian atau irigasi dengan air steril sehingga menurunkan jumlah bakteri dan
menurunkan jumlah eksudat. Eksudat juga memberikan luka suatu nutrisi dan
menyediakan kondisi untuk mitosis dari sel-sel epitel.
Selama penyembuhan luka, jenis dan jumlah pembentukan eksudat bervariasi.Luka
terus menghasilkan eksudat sampai epitelisasi terjadi secSelama penyembuhan luka,
jenis dan jumlah pembentukan eksudat bervariasi. Luka terus menghasilkan eksudat
sampai epitelisasi terjadi secara sempurna.Kuantitas eksudat bervariasi dari sedikit,
sedang, banyak, dan sangat banyak (profuse).Biasanya, makin besar ukuran luka,
makin banyak eksudat yang terbentuk. Berdasarkan kandungan material di dalamnya,
eksudat dibedakan menjadi : serous, serohemoragis, hemoragis dan purulen (pus).
Tingkat kelembaban luka dan jumlah eksudat mempengaruhi pemilihan
dressing.Perban harus dapat menyerap cairan berlebihan sekaligus mempertahankan
kelembaban lingkungan luka.Dokter harus waspada jika luka menghasilkan banyak
eksudat. Eksudat banyak mengandung protein, sehingga pada beberapa kasus dengan
luka eksudatif yang luas, misalnya luka bakar luas, diperlukan pemantauan kadar
protein serum.

2.7 Edema
Edema adalah penumpukan cairan yang berlebihan dalam jaringan
Derajat Edema:
- Derajat I : Kedalamannya 1-3 mm dengan waktu kembali 3 detik
- Derajat II: Kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
- Derajat III: Kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
- Derajat IV : Kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik
BAB III
KESIMPULAN

Perawatan luka yang optimal memiliki peran penting dalam proses penyembuhan luka agar
dapat berlangsung dengan baik dan dalam waktu yang singkat sehingga tidak menurunkan
produktivitas dan meningkatkan biaya perawatan luka. Penanganan umum luka terdiri dari
preparasi bed luka dan penutupan luka. Preparasi bed luka dilakukan melalui debridement,
kontrol bakteri, dan pengelolaan eksudat luka. Penutupan luka dilakukan bila luka telah
terpraparasi dengan baik dan dapat dilakukan per-sekundam, per-primam, skin graft, flap,
serta dengan menggunakan sel punca. Penilaian luka, penentuan tindakan, dan pemilihan
dressing pada perawatan luka dengan diagnosis apapun dilakukan berdasarkan kondisi dan
problem luka. Kondisi luka dapat diidentifikasi melalui warna dan permukaan luka. Warna
luka dapat disesuaikan dengan jenis luka, yaitu luka akut, luka nekrotik (hitam), luka slough
(nekrotik kuning), luka granulasi, luka infeksi (kuning hijau), dan luka epitelialisasi.
Permukaan luka dapat berupa luka basah, luka kering, dan luka moist (lembap). Problem luka
dapat berupa infeksi bakteri, jaringan nekrotik, dan eksudat. Infeksi bakteri dapat dikontrol
dengan pemberian antibiotik, material antibakteri dan debridement. Jaringan nekrotik dapat
diatasi dengan debridement. Eksudat dapat diatasi dengan pemberian produk abortif.
REFERENSI

Aminuddin, M, dkk. 2020. Modul perawatan luka. Samarinda: CV Gunawana Lestari


Wintoko, Risal, dkk. 2020. "Manajemen terkini perawatan luka" 4(2), 183-189
Ariningrum, Dian, dkk. 2018. Buku Pedoman Keterampilan Klinis Manajemen Luka.
Surakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta
https://www.academia.edu/31610829/251939594_Transudat_Eksudat_docx?
source=swp_share, diakses pada 16 april 2023, pukul 18.04 WIB
Purnama, Handi, dkk. 2017. "Review Sistematik: Proses Penyembuhan Dan Perawatan
Luka. 15(2), 251-258
Asrizal, dkk. 2022. Buku ajar Manajemen Perawatan Luka Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Grup penerbitan CV Budi Utama
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/74717/MzkwMjkw/Perbedaan-Tingkat-
Kejadian-Epitelisasi-Pada-Luka-Donor-Split-Thickness-Skin-Graft-Di-Daerah-Paha-
Dengan-Pemakaian-Leukocrepe-Dan-Medicrepe-13.pdf , diakses pada 16 april 2023 ,
pukul 17.59 WIB

Anda mungkin juga menyukai