Disusun oleh :
1. Fenny Arifin (2233035)
2. Sabiela (2233057)
3. Siti Rahma Amelia (2233020)
4. Yesicha Maharani (2233007)
5. Angelina Martha Rezeki Panjaitan (2233027)
6. Paska Vanny Tambunan (2233049)
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi penulis, menambah pengetahuan dan wawasan tentang patofisiologis
luka
1.3.2 Bagi klinik perawatan luka, menambah bahan rujukan untuk mengedukasi
pasien
1.3.3 Bagi peneliti lain, menambah wawasan dan sebagai bahan untuk penellitian
lainnya yang berkaitan dengan patofisiologi luka
BAB II
ISI
2.1 Konsep luka
2.1.1 Pengertian
Luka dapat diartikan sebagai gangguan atau kerusakan integritas dan fungsi
jaringan pada tubuh (suriadi 2007).
2.1.2 Klasifikasi luka
Berdasarkan sifatnya:
- Luka akut, yaitu luka yang sembuh sesuai dengan periode waktu yang
diharapkan. Luka akut dikategorikan sebagai berikut:
Luka akut pembedahan, contohnya insisi, eksisi, dan skin graft
Luka akut bukan pembedahan, contohnya luka bakar
Luka akut akibat factor lain, contohnya abrasi, laserasi, atau injuri
pada lapisan kulit superficial
- Luka kronis, yaitu luka yang proses penyembuhannya mengalami
keterlambatan. Contohnya yaitu luka decubitus, luka diabetes, dan leg
ulcer.
Berdasarkan kehilangan jaringan:
- Superfisial, yaitu luka pada lapisan epidermis
- Parsial (partial-thickness), luka pada lapisan epidermis dan dermis.
- Penuh (full-thickness), luka epidermis, dermis dan jaringan subcutan
bahkan dapat juga melibatkan otot, tendon, dan tulang.
Berdasarkan derajat keparahan:
- Derajat I, lapisan epidermis utuh, namun terdapat eritema atau perubahan
warna.
- Derajat II, kehilangan kulit superfisial dengan kerusakan lapisan epidermis
dan dermis. Eritema di jaringan sekitar yang nyeri, panasa, dan edema.
Exudate sedikit sampai sedang.
- Derajat III, kehilangan jaringan sampai dengan jaringan sub cutan, dengan
terbentuknya rongga (cavity), exudate sedang sampai banyak.
- Derajat IV, hilangnya jaringan sub cutan dengan terbentuknya rongga
(cavity) yang melibatkan otot, tendon dan atau tulang. Exudat sedang
sampai banyak.
Berdasarkan mekanisme terjadinya:
- Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi)
- Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
- Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda
lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
- Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru
atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
- Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca atau oleh kawat.
- Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada
bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
- Luka Bakar (Combustio)
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat
disebabkan oleh panas (api, cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik,
kimia. Luka bakar merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah
berbagai system tubuh.
Berdasarkan penampilan klinis
2.7 Edema
Edema adalah penumpukan cairan yang berlebihan dalam jaringan
Derajat Edema:
- Derajat I : Kedalamannya 1-3 mm dengan waktu kembali 3 detik
- Derajat II: Kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
- Derajat III: Kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
- Derajat IV : Kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik
BAB III
KESIMPULAN
Perawatan luka yang optimal memiliki peran penting dalam proses penyembuhan luka agar
dapat berlangsung dengan baik dan dalam waktu yang singkat sehingga tidak menurunkan
produktivitas dan meningkatkan biaya perawatan luka. Penanganan umum luka terdiri dari
preparasi bed luka dan penutupan luka. Preparasi bed luka dilakukan melalui debridement,
kontrol bakteri, dan pengelolaan eksudat luka. Penutupan luka dilakukan bila luka telah
terpraparasi dengan baik dan dapat dilakukan per-sekundam, per-primam, skin graft, flap,
serta dengan menggunakan sel punca. Penilaian luka, penentuan tindakan, dan pemilihan
dressing pada perawatan luka dengan diagnosis apapun dilakukan berdasarkan kondisi dan
problem luka. Kondisi luka dapat diidentifikasi melalui warna dan permukaan luka. Warna
luka dapat disesuaikan dengan jenis luka, yaitu luka akut, luka nekrotik (hitam), luka slough
(nekrotik kuning), luka granulasi, luka infeksi (kuning hijau), dan luka epitelialisasi.
Permukaan luka dapat berupa luka basah, luka kering, dan luka moist (lembap). Problem luka
dapat berupa infeksi bakteri, jaringan nekrotik, dan eksudat. Infeksi bakteri dapat dikontrol
dengan pemberian antibiotik, material antibakteri dan debridement. Jaringan nekrotik dapat
diatasi dengan debridement. Eksudat dapat diatasi dengan pemberian produk abortif.
REFERENSI