Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR LUKA

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Nutrisi’’.
Pada penusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan karena keterbatasan dan pengetahuan penulis, maka dari itu penulis mohon kritik
dan saran membangun kebaikan penulisan selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
berguna bagi pembaca khususnya mahasiswa STIKes Flora Medam.
Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu mencurahkan kasih karunia-Nya kepada semua
pihak yang telah membantu mendukung penulis. Sekian dan terima kasih.

Medan , Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Luka
2.2 Klasifikasi Luka
2.3 Proses Penyembuhan Luka
2.4 Tipe-Tipe Penyembuhan Luka
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masalah Luka
2.6 Masalah Yang Terjadi Pada Luka
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang
berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu. (Potter & Perry, 2006). Luka
adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang bisa disbabkan oleh trauma benda
tajam atau tumpu, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan
(sjamsuhidajat & wim de jong, 2005).
Klasifikasi luka memberikan gambaran tentang status integritas kulit, penyebab luka,
keparahan, luasnya cedera atau kerusakan jaringan, kebersihan luka, atau gambaran kualitas
luka, misalnya warna. Luka penetrasi akibat pisau di sebut luka terbuka, dan luka kontusi disebut
luka tertutup. Luka terbuka menimbulkan resiko infeksi yang lebih besar dari pada luka tertutup.
Luka jahitan post sectio caesarea merupakan hilangnya kontinuitas jaringan atau kulit yang
disebabkan oleh trauma atau prosedur pembedahan.
Menurut teori tepi luka bagian luka secara normal terlihat mengalami imflamasi pada hari ke-
2 sampai hari ke-3, tetapi lama kelamaan imflamasi ini akan menghilang dalam waktu 7-10 hari
luka dengan penyembuhan normal akan terisi sel epitel dan bagian pinggirnya akan menutup.
Apabila terjadi infeksi tepi luka akan terlihat bengkak dan meradang (Kozier, 2012).

1.2 Tujuan
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan lama penyembuhan luka pada pasien
post operasi.

1.3 Manfaat
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada profesi keperawatan
tentang pentingnya pengetahuan tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan lama
penyembuhan luka pada pasien post operasi laparatomi.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Luka
Luka merupakan kejadian yang sering kita jumpai dalam kehidupan seharihari. Luka
adalah kerusakan pada fungsi perlindungan kulit disertai hilangnya kontinuitas jaringan epitel
dengan atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan lainnya seperti otot, tulang dan nervus yang
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: tekanan, sayatan dan luka karena operasi (Ryan, 2014).
Menurut Arisanty Luka merupakan gangguan atau kerusakan dari keutuhan kulit (Arisanty,
2013).
Luka adalah gangguan pada struktur, fungsi dan bentuk kulit normal yang dapat
dibedakan menjadi 2 jenis menurut waktu penyembuhannya yaitu luka akut dan luka kronis
(Granic & Teot, 2012). Ketika luka timbul ada beberapa efek yang akan muncul yaitu:
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ Luka merupakan kejadian yang sering
ditemui di kehidupan sehari-hari yang menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi
organ. Luka merupakan kerusakan secara seluler maupun anatomis pada fungsi kontinuitas
jaringan hidup (Nalwaya ,et al. 2009).
2. Respon stres simpatis Reaksi pada respon stres simpatis dikenal juga sebagai alergi
terkait sistem imun tubuh. Reaksi yang sering muncul dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe.
Tipe satu yaitu reaksi segera atau reaksi vasoaktif substansi sel mast ataubasofil yang diikuti
dengan reaksi spesifik antigen atau atibody. Tipe dua yaitu reaksi sitotoksik berupa reaksi
merusak sel, fagositosis, dan mekanisme bula. Tipe tiga yaitu reaksi imun kompleks berupa
sirkulasi antigen atau antibodi ke jaringan inflamasi, trombosit rusak, vasoaktif menurun, dan
pemearbelitas vaskuler meningkat. Tipe empat yaitu raksi hipersensitif (Arisanty, 2013).
3. Pendarahan dan pembekuan darah Luka dapat menyebabkan reaksi pendarahan dan
pembekuan darah akibat respon imun di dalam tubuh. Lesi kulit dapat terjadi karena gangguan
pembuluh darah arteri dan vena (Arisanty, 2013). Pendarahan dibedakan menjadi dua yaitu
pendarahan internal dan eksternal. Pendarahan internal ditandai dengan nyeri pada area luka,
perubahan tanda-tanda vital dan adanya hematoma yang menyebabkan penekanan jaringan
disekitarnya, sehingga dapat menyumbat aliran darah(Treas dan Wilkinson, 2013).
4. Kontaminasi bakteri Semua luka traumatik cenderung terkontaminasi bakteri serta
mikro organisme lainnya. Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang berpotensi
menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan, walaupun beberapa
diantaranya bersifat parasit (Boyle, 2009). Imunitas terhadap bakteri bervariasi tergantung pada
organisme yang hidup di dalam atau di luar sel.. Walaupun banyak bekteri dapat ditolak atau
bahkan dimusnahkan oleh sistem pertahanan tubuh dasar, beberapa bakteri telah
mengembangkan kemampuannya untuk memperdaya sistem pertahanan tubuh (Boyle, 2009).
5. Kematian sel Luka dapat menyebabkan kematian sel akibat beberapa faktor.
Kerusakan sel disebabkan beberapa faktor, yaitu shear (lipatan), pressure (tekanan),
friction(gesekan),bahan kimia, iskemia (kekurangan oksigen), dan neuropati (mati rasa).
Mekanisme kerusakan pada kulit menyebabkan terjadinya luka (arisanty, 2013).
2.2 .     KLASIFIKASI LUKA
 Berdasarkan sifatnya :
a) Luka akut
Adalah luka yang sembuh sesuai dengan periode waktu yang diharapkan atau dengan
kata lain sesuai dengan konsep penyembuhan luka akut dengan dikatagorikan
sebgaLuka akut pembedahan , contoh insisi, eksisi dan skin graft
Luka bukan pembedahan, contoh lika bakar
      Luka akut factor lain , contoh abrasi, laserasi, atau imnjuri pada lapisan kulit
superfisial
b) Luka kronis
Adalah luka yang proses penyembuhannya mengalami keterlambatan atau bahkan
kegagalan
. Contoh luka dekubitus, luka diabetes dan leg ulcer.
      Berdasarkan kehilangan jaringan.
1. Superficial : luka hanya terbatas pada lapisan epodermis
2. Parsial (partial thickness) luka meliputi epidermi dan dermis
3. Penuh(full thickness) luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan sub kutan bahan
dengan juga melibatkn otot, tendon, dan tulang
 Berdasarakan stadium
1. Stage 1
Lapisan epidermis utuh, namun terdengan eritema atau perubahan warna
2. Stage 2
Kehlangan kulit superficial dengan kerusakan lapisan epidermis dan dermis, eritema di
jaringan yang nyeri panas, dan edema.
3. Stage 3
Kehilangan jaringan sampai dengan jaringan sub kutan, dengan terbentuknya rongga
(cavity), eksudat sedang samapi banyak
4. Stage 4
Hilangnya jaringan sub kutan dengan terbentuknya rongga yang melibatkan otot,
tendon, dan atau tulang. Eksudat sedang sampai banyak.
 Berdasarkan mekanisme terjadinya
1) Luka Insisi (incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam.
Misalny ayang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptic), biasanya
tertutup oleh sutura atau setelahseluruh pembuluh darah yang luka di ikat
(ligasi).
2) Luka memar (contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikan oleh cedar pada jaringan lunak, perdarahan dan bengaak
3) Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain
yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4) Luka tusuk (punctured wound), terjadi akibat adanya benda seperti peluru atau
pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5) Luka gores (lacerated wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca
/ kawat.
6) Luka tembus (penetrating wound), luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung
biasanya lukanya akan melebar.
7) Luka bakar (Combutsio), luka yang disebabkan oleh trauma panas, listrik,
kimiawi, radiasi atau suhu dingin yang ekstrim
 Berdasarkan penampilan
1) Nekrotik, (hitam), Eschar yang mengeras dan nekrotik, mungkin kering atau
lembab
2) Sloughy (kuning), jaringan mati yang fibrous
3) Terinfeksi (kehijauan), terdengan tanda-tanda klinis adanya infeksi seperti
nyeri, panas, bengkak, kemerahan dan peningkatan eksudat.
4) Granulasi (merah), jaringan granulasi yang sehat
5) Epitalisasi (pink), terjadi epitelisasi.

2.3 Proses Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringanyang mati/rusak
dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi.
Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu :    Pemulihan jaringan → Regenerasi
jaringan pulih seperti semula baik struktur maupun fungsi        Repair → Pemulihan atau
penggantian oleh jaringan Ikat ( Mawardi Hasan, 2002)

Fase penyembuhan luka terdiri dari


1) Fase koagulasi dan inflamasi (0-3 hari)
Koagulasi merupakan respon yang pertama terjadi sesaat setelah luka terjadi dan
melibatkan platelet. Pengeluaran platelet menyebabkan vasokontriksi. Proses ini
bertujuan untuk hemostasis sehingga mencegah perdarahan lebih lanjut.
Fase inflamasi selanjutnya terjadi beberapa menit setelah luka terjadi berlanjut sekitar 3
hari. Fase inflamasi memungkinkan pergerakan leukosit (utamanya Neutrifil). Neotrofil
selanjutnya memfagosit dan membunuh bakteri dan masuk ke matriks fibrin dalam
persiapan pembentukkan jaringan baru .
2) Fase proliferasi / rekonstruksi (2-24hari)
Apabila tidak ada infeksi / kontaminasi pada fase inflamasi, maka proses penyembuhan
selanjutnya memasuki tahapan proliferasi / rekonstruksi.
Tujuan utama fase ini adalah :      Proses granulasi (untuk mengisi ruang yang kosong
pada luk Angiogenesis (pertumbuhan kapiler baru) Secara klinis akan tampak
kemerahan pada luka. Angiogenesis terjadi bersamaan dengan fibrioplasia. Tanpa
proses angiogenesis sel-sel penyembuhan tidak dengan bermigrasi, replikasi, melawan
infeksi dan pembentukkan atau deposit komponen matriks baru.
       Proses konstriksi (untuk menarik kedua tepi luka agar saling berdekatan).
Menurut Hunt (2003) konstraksi adalajh peristiwa fisiologi yang menyebabkan
terjadinya penutupan pada luka terbuaka. Konstraksi terjadi bersamaan dengan sintesis
kolagen. Hasil konstraksi dari kolagen akan tamp
.Fase Remodilling atau MAturasi (24 hari – 3 tahun)
Fase ini merupakan fase terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka.
Aktifitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Serabut-serabut
kolagen meningkat secara berthap dan bertambah tebal kemudian disokong
oehproteinase untuk perbaikan sepanjang garis luka.kolagen menjadi unsure yang
utama pada matriks. Serabut kolagen menyebardengan saling terikat dan menyatu serta
berangsur=angsur menyokong pemulihan jaringan.
Akhir dari penyembuhan didengankan parut luka yang matang yang mempunyai
kekuatan 80% disbanding kulit normal.

2.4 TIPE-TIPE PENYEMBUHAN LUKA


 Primery Intention Healing
Jaringan yang hilang minimal, tepi luka dengan dirapatkan kembali melalui jahitan, klip
atau plester.
 Delayed Primery Intention Healing
Terjadi ketika luka terinfeksi atau terkena benda asing yang menghambat penyembuhan.
 Secondary Healing
 Proses penyembuhantertunda dan hanya bisa terjadi melalui proses granulasi, kontraksi
dan epitelisasi. Secondary healing menghasilkan scar.
Tipe Penyembuhan Luka
1. Penyembuhan Primer
 Penyembuhan luka tanpa terdengannya proses infeksi & biasanya terjadi pada luka
superfisial.
 Biasanya tepi luka ditauntukan dengan jahitan
 Penyembuhan primer ini ditandai tidak tampak tanda inflamasi, sesudah 48 jam luka
menutup & tidak terdengan tepi luka pada hari ke 7 & ke 9.

2.      Penyembuhan sekunder


 Terjadi pada luka yang luas, tepi luka berjauhan shg terbentuk rongga yang diisi oleh
bekuan darah & jar.nekrotik
 Ditandai dengan terdengannya :
1. Jar.granulasi Pucat atau tidak ada kemajuan penyembuhan luka, terlalu basah
atau terlalu kering
2. Ukuran luka ; tidak berubah atau meluas sesudah pus dikeluarkan
3. eksudat, menebal atau dengan tanpa bau
4. Jar. Epitel : Tidak terdengan atau terdengan disekitar luka

3.      Penyembuhan Tertier


1. Luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridemen,
setelah diyakini bersih tepi luka dipertauntukan.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan Luka


1. Vaskularisasi
2. mempengaruhi luka karena luka m’butuhkan peredaran darah yang baik untuk
pertumbuhan atau perbaikan sel
3. Usia
Kecepatan perbaikan sel berlangsung dengan pertumbuhan atau kematangan usia
seseorang. Namun selanjutnya proses penuaan dpt menurunkan sistem perbaikan sel
sehingga dengan memperlambat proses penyembuhan luka
4. Anemia
Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan
kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu org yang mengalami kekurangan kadar Hb
dalam darah akan mengalami proses penyembuhan yang lebih lama.
5.      Penyakit
Adanya penyakit spt diabetes melitus & ginjal dpt memperlambat proses
penyembuhan luka
6.      Nutrisi
merupakan unsur utama dlm membantu perbaikan sel, terutama karena terdengan
kandungan zat gizi didalamnya. Contoh : vit A diperlukan untuk membantu proses
epitelisasi atau penutupan luka & sintesis kolagen; Vit B kompleks sbg kofaktor
pada sistem enzim yang mengatur metabolisme protein, karbohidariat & lemak; Vit
C dpt berfungsi dbg fibroblas, mencegah timbulnya infeksi & membentuk kapiler2
darah; Vit K membantu sintesis protrombin & berfungsi sbg zat pembekuan darah
7. Kegemukan, obat-obatan, merokok & stres mempengaruhi proses penyembuhan
luka. Org yang terlalu gemuk, banyak mengkonsumsi obat2an, merokok atau stres akan
mengalami proses penyembuhan yang lebih lama.
 Faktor2 Yang Mengganggu Penyembuhan Luka

Efek Fisiologis Implikasi Keperawatan


USIA
Penuaan dpt menganggu semua tahap Instruksikan klien untuk berhati2 agar tidak terjadi
penyembuhan luka cedera
Perubahan vaskuler menganggu sirkulasi kedaerah Bersiap untuk melakukan perawatan luka untuk
luka waktu yang lbh lama
Penurunan fungsi hati menganggu sintesis faktor
pembekuan
Respons inflamasi lambat Ajarkan tehnik2 perawatan luka pada orang yang
Pembentukan antibodi & limfosit menurun merawat klien dirumah
Jaringan kolagen kurang lunak
Jaringan parut kurang elastic
MALNUTRISI Beri diet seimbang yang kaya protein, karbohidariat,
Semua fase penyembuhan luka terganggu lemak, vit.A & C serta mineral (contoh zink,
Stres akibat luka atau trauma yang parah akan tembaga)
meningkatkan kebutuhan nutrisi Beri kalori & cairan yang adekuat
OBESITAS Observasi adanya tanda2 infeksi luka & eviserasi
Jaringan lemak kekurangan suplai darah untuk pada klien dengan obesitas
melawan infeksi bakteri & untuk mengirimkan
nutrisi serta elemen seluler yang berguna dlm
penyembuhan luka
GANGGUAN OKSIGENASI
Tekanan oksigen arteri yang rendah akan
menganggu sintesis kolagen & pembentukan sel Berikan zat besi yang adekuat. Vit B 12 & asam folat.
epitel Monitor jumlah hematokrit & Hb pada klien yang
Jika sirkulasi lokal aliran darah buruk, jaringan memiliki luka
gagal memperoleh oksigen yang dibutuhkan
MEROKOK
Merokok mengurangi jumlah Hb fungsional dlm Dorong klien untuk tidak merokok dengan cara
darah shg menurunkan oksigenasi jaringan menjelaskan akibatnya pada penyembuhan luka
Merokok dpt meningkatkan agregasi trombosit &
menyebabkan hiperkoagulasi
Merokok menganggu mekanisme sel normal yang
dpt meningkatkan pelepasan oksigen ke dlm
jaringan
OBAT-OBATAN
Steroid menurunkan respons inflamasi & Observasi klien yang menerima obat2an ini dengan
memperlambat sintesis kolagen hati2 karena tanda2 inflamasi mungkin tidak akan
Obat2an antiinflamasi menekan sintesis protein, terlihat jelas
kontraksi luka, epitelisasi & inflamasi Vit. A dengan bekerja melawan efek steroid
Penggunaan antibiotik dlm waktu lama dpt
meningkatkan risiko terjadinya superinfeksi
Obat2an kemoterapi dpt menekan fungsi sum2
tulang, menurunkan jumlah leukosit, & mggu
respon inflamasi
DIABETES
Penyakit kronik menyebabkan timbulnya penyakit
pembuluh darah kecil yang dpt mggu perfusi Instruksikan klien diabetes untuk mencegah kulit
jaringan potong atau luka
Diabetes menyebabkan Hb memiliki afinitas yang Beri tindakan pencegahan berupa perawatan kaki
lebih besar untuk oksigen shg Hb gagal melepaskan Kontrol gula darah utk mengurangi perubahan
oksigen ke jaringan fisiologis yang berhubungan dengan diabetes
Hiperglikemia mggu kemampuan leukosit utk
melakukan fagositosis & juga mendorong
pertumbuhan infeksi jamur & ragi yang berlebihan Observasi secara ketat adanya komplikasi luka pada
RADIASI klien yang menjalani pembedahan setelah dilakukan
Proses p’bentukan jar. parut vaskuler & fibrosa akn radiasi
t’jadi pada jar kulit yang tidak teradiasi
Jar. mudah rusak & kekurangan oksigen
STRES LUKA Kontrol mual dengan pemberian antiemetik
Muntah, distensi abdomen & usaha pernapasan dpt Jaga kepatenan selang nasogaster & aliran cairan
menimbulkan stres pada jahitan operasi & merusak yang keluar utk mencegah akumulasi sekresi
lapisan luka Instruksikan & bantu klien menekan luka abdomen
Tekanan mendadak yang tidak terduga pada luka saat klien batuk
insisi akan menghambat pembentukan sel endotel
& jaringan kolagen
Manajemen Luka yang tidak Tepat -          Gunakan tekhnik pembalutan yang tepat
-          Gunakan antiseptik solution dengan tepat
Psikososial Berikan pemahaman yang baik kepada klien
-          Buruknya pemahaman & penerimaan trhd program
pengobatan
-          Kecemasan yang berkaitan dengan perubhan pada
pekerjaan, penghasilan, hub. Pribadi & body
image

 FAKTOR PENYULIT
1. Faktor Petuga Kesehatan
2. Cara insisi luka
3. Factor Pasien
4. Malnutrisi seperti difesiensi protein, pada usia lanjut
5. Defisiensi vitamin C, menyebabkan gangguan pembentukan kolagen , luka mudah
terinfeksi dan gangguan proses inflamasi.
6. Defisiensi vitamin A, mengakibatkan perlambatan proses re-epitelialisasi dan
sintesa kolagen.
7. Defisiensi vitamin K, mengakibatkan gangguan hemostasis pada fase inflamasi
8. Defisiensi Zink (Zn), mengakibatkan gangguan proliferasi sel dan sintesa kolagen
9. Penyakit penyerta seperti DM, DVT dan kelainan pembentukkan
10. Obat-obatan seperti anti infalation dariugs.

2.6 MASALAH YANG TERJADI PADA LUKA


1. Infeksi, terjadi bila terdengan tanda2 seperti kulit kemerahan, demam atau
panas, rasa nyeri & timbul bengkak, jaringan di sekitar luka mengeras, serta
adanya kenaikan leukosit
2. Dehiscene, merupakan pecahnya luka sebagian at seluruhnya yang dpt
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kegemukan, kekurangan nutrisi,
terjadinya trauma dll. Sering ditandai dengan kenaikan suhu tubuh (demam),
takikardia & rasa nyeri pada daerah luka
3. Eviceration, yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam kearah luar melalui
luka. Hal ini dpt terjadi jika luka tidak segera menyatu dengan baik akibat proses
penyembuhan yang lambat
4. Perdarahan, ditandai dengan adanya perdarahan disertai perubahan tanda vital
seperti kenaikan denyut nadi, kenaikan pernapasan, penurunan tekanan darah,
melemahnya kondisi tubuh, kehausan, serta keadaan kulit yang dingin & lembab.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka merupakan kejadian yang sering kita jumpai dalam kehidupan seharihari. Luka
adalah kerusakan pada fungsi perlindungan kulit disertai hilangnya kontinuitas jaringan epitel
dengan atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan lainnya seperti otot, tulang dan nervus yang
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: tekanan, sayatan dan luka karena operasi.
3.2 Saran
Semoga dapat terus dikembangkan untuk mencari dan menambah ilmu pengetahuan
tentang Konsep Dasar Luka yang sudah ada dimakalah ini.
DAFTAR PUSTKA
Arisanty, I. P. ( 2013 ). Manajemen Perawatan Luka :Konsep Dasar. Jakarta : EGC.
Boulton AJ KS, Vileykite L. Neuropathic Diabetic Foot Ulcers. Journal Medic.
2004;351:48-55.
California Podiatric medical Association Diabetic Wound Care. Cited September 2016.
Available at : URL http :// www.
Podiatrist.org Corwin, Elizabeth J. 2000.
Buku Saku Patofisiologi.EGC.Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. World Diabetes Day. Jakarta . (2008).
Doenges, E. M. (2002)Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Frykberg RG. Diabetic Foot Ulcer : Phatogenesis and Management. Am Fam Physician,
Vol 66, Number 9. 2002. p 1655 – 62.
Gitarja, W. Perawatan Luka Diabetes. Cetakan kedua. Bogor : Wocare Publishing. Juli.
2008 Handayani, T. ( 2010 ).
Pengaruh pengelolaan depresi dengan latihan pernafasan yoga ( pranayama ) terhadap
perkembangan proses penyembuhan ulkus diabetikum di rumah sakit pemerintah Aceh.
Desertasi Universitas Indonesia.
Jones R. ( 2007 ). Exploring The Complex Care of The Diabetic Foot Ulcer. JAAPA.

Anda mungkin juga menyukai