Disusun Oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2010
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP
2. Data Objektif
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik tidak hanya dilakukan terhadap lukanya saja
tetapi juga terhadap kondisi fisik secara umum. ( Stotts dan
Cavanaugh, 1991 ), berarti kaji juga tanta-tanda vital pasien karena
menurut (Aziz Alimul, 2008) adanya pendarahan disertai perubahan
tanda vital seperti kenaikan denyut nadi, kenaikan pernapasan,
penurunan tekanan darah.
Mengidentifikasikan keadaan fisik luka dalam tiga kategori
utama, yaitu :
a. Vasculer ulcers, yaitu dengan mengevaluasi kulit, kuku, rambut,
warna, capillary refill, temperatur, nadi, edema extremitas dan
hemosiderin.
b. Arterial ulcers, ditandai dengan adanya kelemahan atau
hilangnya denyut nadi, kulit, dan hilangnya rambut pada
ekstremitas.
c. Neuropathic ulcers dengan menggunakan Wagner scale seperti
pada pengkajian luka tekan ( pressure ulcer ).
Mengenai pengkajian luka meliputi cara mengkaji,
mendokumentasikan lokasi dan gambaran luka serta area disekitar
luka.
a. Lokasi
Pengkajian diawali dengan mengamati lokasi misalkan
terdapat sepuluh jahitan diarea keadran kanan bawah.
b. Ukuran
Ukuran luka mengacu pada panjang sejajar dari kepala ke kaki
dan lebar sejajar dengan potongan horizontal badan.
c. Gambaran umum luka
Pengkajian dan dokumentasi gambaran luka meliputi warna,
bau, cairan yang keluar, dari luka serta gambaran area
sekitarnya. Lakukan inspeksi dan palpasi khususnya daerah
sekitar luka.
1. Inspeksi : -Penampilan luka, kaji tanda penyembuhan luka
-Adanya perdarahan
-Pinggiran luka terikat/melekat bersama
-Adanya gejala inflamasi ( rubor, kolor, dolor,
tumor, functiolesa)
-Kedalaman luka
-Luas luka
-Tempat luka
-Produksi cairan
-Bau dan warna cairan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan pada pasien yang mengalami luka difokuskan
pada upaya pencegahan terjadinya komplikasi dan peningkatan proses
penyembuhan.
Kolaborasi
Intervensi Rasionalisasi
Analgesik IM Segera mencapai pusat rasa sakit, efektif
dengan dosis kecil. IM butuh waktu
lama dan tergantung tingkat absorpsi.
Analgesik dikontrol pasien (ADP ) Sangat efektif untuk pascaopersi, dosis
kecil, instruksi harus detil dan dipantau
ketat
Anestesi local, misal : blok epidural Mungkin diinjeksikan ke lokasi opersi
yang tetap terlindung pada pascaoperasi
yang segera untuk mencegah rasa sakit
Mandiri
Intervensi Resionalisasi
Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai Isolasi luka/linen dan cuci tangan
indikasi dibutuhkan untuk mengalirkan luka,
pembatasan pengunjung mengurangi
resiko infeksi
Cuci tangan sebelum dan sesudah Mengurangi kontiminasi silang
aktifitas walaupun menggunakan sarung
tangan steril
Batasi penggunaan alat invasive jika Mengurangi jumlah tempat kembang
mungkin mikroorganisme
Inspeksi luka/sisi alat invasive setiap hari, Mencatat tanda inflamasi/infeksi, dapat
beri perhatian utama pada jalur memberikan gejala masukan porta, tipe
hiparalimintasi infeksi, identifikasi awal, catatan: NGT
dengan nutrien tinggi mendukung
pertumbuhan bakteri
Gunakan teknik steril pada penggantian Mencegah masuknya bakteri,
balutan/penhisapan/beriakn lokasi nosokomial
perawatan, misal jalur invasive, kateter
urinaris
Gunakan sarung tangan/pakaian steril Mencegah penyebaran infeksi silang
pada merawat luka yang terbuka,
antisipasi dari kontak langsung dengan
sekresi/ekresi
Buang balutan/bahan kotor dalam Mengurangi kontaminasi/area kotor
kantung ganda membatasi penyebaran infeksi
Pantau kecenderungan suhu Demam (38,50C-400C) adalah efek
pelepasan pirogen. Hipotermia (<360C)
merefleksikan syok/penurunan perfusi
jaringan
Amati adanya mengigil dan diaforesis Mengigil mendahului memuncaknya
suhu pada adanya infeksi umum
Memantau kegagalan dan penyimpangan Menunjukkan tepat atau tidaknya terapi
selama terapi yang diberikan
Kolaborasi
Intervensi Rasionalisasi
Dapatkan spesimen darah cairan luka Identifikasi terhadap portal entri dan
mikroorganisme, penting dalam
pengobatan
Berikan obat antiinfeksi sesuai pentujuk Dapat membasmi bakteri/memberi imun
sementara untuk mengulangi infeksi
Bantu dengan/siapkan insisi dan Memberikan kemudahan untuk
drainase luka, irigasi, penggunaan sabun memindahkan material purulen/jaringan
hangat/lembab sesuai indikasi nekrotik
c. Intervensi Diagnosa 3
Mandiri
Intervensi Rasionalisasi
Periksa tegangan balutan, beri perekat Dapat mengganggu/membendung
pada pusat insisi menuju ke tepi luar sirkulasi pada luka bagian distal dari
dari balutan luka, hindari dari menutup extreitas
seluruh extremitas
Periksa luka secara teratur, catat Pengenalan akan adanya kegagalan proses
karateristik cairan dan integritas penyembuhan luka dan komplikasi untuk
mencegah kondisi yang, lebih buruk
Kaji jumlah dan karateritik cairan luka Menurunnya cairan erarti terjadi evolusi
penyembuhan, menigkatnya cairan dan
adanya eksudat menunjukkan komplikasi
Berikan kantong penampung cairan Menurunkan resiko infeksi dan
pada drain/insisi yang mengalami kecelakaan secara kimiawi pada jaringan
pengeluaran cairan dan kulit
Tinggikan daerah yang dioperasi Meningkatkan pengembalian aliran vena
sesuai kebutuhan dan menurunkan pembentukan vena.
Catatan: meninggikan daerah yang
insufiensi pada vena menyebabkan
kerusakan
Tekanan areal atau daerah insisi Meminimalkan resiko ruptur/dehinsens
abdominal saat batak/bersin dengan
bantal
Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh Mencegah kontaminasi luka
daerah luka
Biarkan terjadi kontak udara dan luka Membantu mengeringkan luka, pemberian
atau dengan kain kasa tipis/batalan cahaya mungkin perlu untuk mencegah
telfa iritasi jika luka bergesekan dengan linen
Bersihkan luka dengan hydrogen Menurunkan kontaminasi dan
peroksida/air mengalir dan sabun lunak membersihkan kulit
setelah insisi tertutup
Kolaborasi
Intervensi Rasionalisme
Gunakan korset pada daerah luka jika Memberi pergencangan tambahan pada
perlu insisi beresiko tinggi (pada pasien
obesitas)
Berikan es pada daerah luka jika perlu Mencegah edema
Irigrasi luka, dendan debrideman sesuai Membuang jaringan mati/eksidat
kebutuhan
4. a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan pasien tidak
mengalami dikubitus
b. Kriteria hasil diagnosa 4 :
1. Mempertahankan kondisi kulit
2. Mencegah kerusakan kulit
3. Kesembuhan meningkat
c. Intervensi Diagnosa 4
Mandiri
Intervensi Rasinalisai
Antisipasi pada pasien yang memiliki Pasien kurus, kegemukan, lansia atau
resiko kerusakan kulit kelemahan beresiko mengalami
kerusakan kulit
Kaji status nutrisi dan lakukan perbaikan Keseimbangan nutrisi penting jika
terjadi kekeringan kulit
Ubah posisi sering (10 menit setiap jam) Meningkatkan sirkulasi, tonus otot,
di tempat tidur atau kursi dengan rentang gerakan tulamg dan sendi
gerak
Masase lembut pada oenonjolan tulang Meningkatkan sirkululasi jaringan,
dengan krim/losion meningkatkan tonus vaskuler dan
mengurangi edema
Pertahankan sprei dan selimut kering, Menghindari friski/abrasi kulit
bersih bebas dari kerutan dan benda lain
yang mengiritasi
Gunakan pelindung lutut, bantalan busa, Mengurangi resiko abrasi kulit dan
kulit domba saat ditempat tidur maupun penekanan kulit
kursi
Awasi pemejanan berlebih, suhu tinggi Mencegah trauma jaringan
dan rendah
Periksa permukaan kulit/lekukan Kerusakan mudah terjadi pada daerah
terutama yang menggunakan pembalut nekrotik dan resiko terinfeksi
Rawat derah kemerahan/iritasi ketika Perawatan rutin penting untuk
kerusakan kulit terjadi mencegah dekubitus
Observasi adanya dikubitus, obat sesuai Intervensi dini dapat mencegah
protocol kerusakan lebih parah
Kolaborasi
Intervensi Rasionalisasi
Beri tempat tidur air, bantalan kursi, Proteksi dan meningkatkan sirkulasi
matras yang dapat diubah tekanannya dengan mengurangi tekanan
Pantau Hb/Ht dan gula darah Anemia, gula darah tinggi adalah factor
yang mempengaruhi kerusakan hati
Beri tamban zat besi dan vitamain C Membantu penyembuhan/regenerasi
selular
c. Diagnosa 5
Mandiri
Intervesi Rasionalisasi
Kaji/ Pertimbangkan persiapan pasien Pasien yang menganggap amputasi
dan pandangan terhadap amputasi. sebagai rekontruksi akan menerima lebih
cepat.
Dorong ekspresi ketakutan, perasaan Ekspresi emosi membantu pasien mulai
negatif, dan kehilangan bagian tubuh. kenyataan dan realita hidup dengan cacat
fisik.
Beri penguatan informasi pasca operasi Memberi kesempatan untuk menanyakan
termasuk tipe/ lokasi amputasi, tipe dan mengasimilasi informasi dan mulai
prostase bila tepat, harapan tindakan menerima perubahan gambaran diri dan
pasca operasi, kontrol nyeri dan fungsi, yang dapat membantu
rehabilitasi. penyembuhan.
Diskusikan persepsi pasien tentang Membantu mengartikan dan
perubahannya dengan pola/ peran fungsi memecahkan masalah sehubungan pola
yang biasanya. hidupnya dulu.
Dorong partisipasi dalam aktivitas Meningkatkan kemandirian dan
sehari-hari. meningkatkan harga diri.
Perhatikan perilaku, menarik diri, Mengidentifikasi tahap berduka untuk
pernyataan negatif terhadap diri, terus acuan untuk intervensi lanjutan.
melihat perubahan nyata.
Kolaborasi
Intervensi Rasionalisasi
Diskusikan adanya berbagai sumber, Untuk membantu adaptasi lebih lanjut,
contoh : konseling psikiantrik, terapi pengoptimalan, dan rehabilitasi.
kejuruan.
D. IMPLEMENTASI
Intervensi keperawatan untuk meningkatkan proses penyembuhan luka
serta mencegah terjadinya infeksi dilakukan sejak masih berada dipelayanan
emergency untuk mempertahankan homeostasis dan membersihkan serta
membalut.
2. Membersihkan Luka
Tujuan membersihkan luka adalah untuk mengangkat kotoran
(debris) dan bakteri dari jaringan luka yang trauma yang seminimal
mungkin untuk mendapatkan pertumbuhan jaringan yang sesehat
mungkin. Pemilihan larutan untuk membersihkan luka pada umumnya
telah diprogramkan oleh dokter atau berdasarkan ketentuan yang telah
dibuat oleh rumah sakit. Pada umumnya cairan yang direkomendasikan
untuk membersihkan luka bersih adalah normal saline atau lactated
ringers. Penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka terbuka
masih menjadi perdebatan berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan
terhadap sel darah putih dan fiobriblast. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa larutan yang sering digunakan adalah povidone
iodine 10 %, hidrogen peroxide 3% sodium hypochlorite ( Dakin’s
Solution ), acetic acid sangat efektif membunuih bakteri namun pada
saat bersamaan dapat merusak fibroblasts dan jaringan granuler yang
sehat .
Prinsip utama yang harus dipegang ketika melakukan perawatan
luka adalah sebagai berikut :
a. Selalu menggunakan Standard Precautions.
b. Ketika mengusap atau menghapus jaringan untuik membersihkan
luka dengan kasa lakukan dari area yang lebih bersih ke area kotor.
Ganti kasa setiap kali usap ketika akan mengulangi usapan
berikutnya.
c. Ketika melakukan irigasi luka, hangatkan terlebih dahului larutan
yang akan digunakan sesuai temperatur badan. Pastikan larutan
mengalir dari area yang lebih bersih ke area yang lebih kotor atu
terkontaminasi.
E. EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka perawat perlu
melakukan evaluasi terhadap pencapaian tujuan dari rencana tindakan. Pada
umumnya tujuan perawatan pasien yang mengaalmi luika difokuskan pada
penyembuhan luka, pencegahan infeksi, dan pendidikan pasien. Apabila
tujuan tidak tercapai maka perawat perlu mengevaluasi lagi rencana
tindakan dan strategi yang telah dilakukan serta melakukan perbaikan
rencana tindakan yang akan dilakukan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz. Alimul, 2008, Pengantar KDM, Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
Pearce, Evelin, 1999, Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis, Jakarta : PT
Gramedia
Scotts dan Cavanaugh, 1991, Assesing the patient wint a wound, Vol 17 hal: 27-36,
NA. Scootts, CE Cavanaugh.
Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong, 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta:
EGC
Tjokronegoro, Arjatmo, 1987, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta : FKUI