Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ardi Febriasnyah

Tingkat : 3A D3 Keperawatan

Nim : PO71200180006

Tugas :

Dosen Pengampu :

A. Anatomi Fisiologi Kulit


Kulit merupakan system organ tubuh yang terletak paling luar dan paling luas.
Membangun barrier yang membtasi organ internal dari lingkungan luar. Kulit merupakan
organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.
Kulit sendiri tersusun atas 3 lapisan utama yaitu : lapisan epidermis, lapisan
dermis, lapisan subkutis (hypodermis)
Fungsi Kulit ialah sebagai proteksi diaman kulit menjaga bagian dalam tubuh
terhdapat ganguan fisis atau mekanis missal : tekanan, gesekan, tarikan. Mengeluarkan
zat sisa metabolisme dalam tubuh melalui keringat. Mengatur suhu tubuh, pembentukan
pigmen atau wrna kulit.
1. Lapisan epidermis
tersusun atas :
 Stratum korneum/Tanduk
Lapisan paling luar, terdiri dari lapisan sel sel gepeng yang mati dan tidak berinti
 Startum lusidium
Lapisan dibawah korneum, lapisannya terag, lapisan sel gepeng tanpa inti, hanya
ada kulit yag tebal seperti di telapak tangan dan kaki
 Startum granulasum
Terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng, lapisan bulir padi (grainy), terdapat inti
didalamnya, tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
 Startum spinosum
Terdapat keratin yaitu merupakan protein yang tidak larut air yang berfungsi
menjaga kelembapan kulit
 Startum basale
Lapisan yang paling dalam, terdiri dari sel-sel yang berbentuk kubus, terdiri dari
sel pembentuk melainin yg mengandung pikmen.
2. Lapisan dermis
Berisi 3 jaringan : kolagen, dan serat elastis , otot dan saraf. Mendapat suplai darah dan
saraf. Sensori : sentuhan, tekanan, temperature, nyeri
 Pars papilare : bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan
P.darah
 Pars retikulare : Banyak mengandung jaringan ikat, folikel rambut, p.darah, saraf
dan kolagen
3. Lapisan hypodermis
Terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel sel lemak di dalamnya, lapisan lemak disebut
panikulus adipose yang berfungsi sebagai caangan makanan. Dalam lapisan ini terdapat
ujung-ujung saraf tepi, P. darah dan getah Bening.
B. Melanocytes
 Mampu meproduksi pigmen coklat
 Dapat menyerap sinar UV
 Dapat mencegah kerusakan DNA, mencegah kangker kulit
C. Kelenjar Minyak ( Sebasea )
 Terdapat diseluruh permukaan kulit kecuali telapak tangan dan kaki.
 Terletak di samping akar rambut , bermuara pada folikel rambut
 Fungsi : memberi lapisan lemak, bakteriostatik, menahan evaporasi
 Masa remaja kelenjar ini sangat produktif
D. Rambut
 Terdiri dari akar rambut dan batang
 Menutupi hamper seluruh permukaan tubuh
 Diproduksi folikel raambut
 Warna rambut ditentukan oleh densitas melanin di cortex
E. Kuku
Bagian Terminal Lapisan tanduk yang menebal
Bagian-bagian kuku :
1. Akar Kuku : bagian yang terbenam kulit
2. Badan kuku : Bagian diatas jaringan lunak ujung jari
3. Tumbuh 1mm/minggu
4. Fungsi melindungi jari tangan

Perubahan warna pada kuku dapat menandakan adanya suatu kondisi patologis.
A. PENGERTIAN LUKA
Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan tubuh.
Luka antara lain dapat mengakibatkan perdarahan, infeksi, kematian sel dan
gangguan sebagian atau seluruh fungsi organ. JENIS LUKA Secara garis besar luka
dapat digolongkan menjadi :
LUKA TERBUKA
 Yaitu luka yang terpapar oleh udara karena adanya kerusakan pada kulit tanpa
atau disertai kerusakan jaringan di bawahnya.
 Luka terbuka merupakan jenis luka yang banyak dijumpai.
B. JENIS-JENIS LUKA
1. LUKA TERBUKA
1) Luka lecet (abrasi atau ekskoriasis) Yaitu luka yang mengenai lapisan kulit
paling atas (epidermis) yang disebabkan oleh gesekan kulit dengan permukaan
yang kasar.
2) Luka insisi atau luka iris (vulnus scissum) Yaitu luka yang terjadi karena
teriris oleh benda yang tajam dan rata seperti silet atau pisau. Tepi luka
tampak teratur. Misalnya luka operasi.
3) Luka robek (laserasi atau vulnus laceratum) Yaitu luka yang disebabkan oleh
benturan keras dengan benda tumpul. Tepi luka biasanya tidak teratur.
4) Luka tusuk (vulnus punctum) Yaitu luka yang disebabkan oleh benda runcing
yang menusuk kulit, misalnya jarum atau paku.
5) Luka karena gigitan (vulnus morsum) Yaitu luka yang terjadi akibat gigitan
hewan atau manusia. Bentuk luka tergantung dari bentuk dan susunan gigi
yang menggigit.
6) Luka tembak Yaitu luka karena peluru dari tembakan senjata api.
7) Luka bakar (combustio) Yaitu luka yang terjadi karena kontak dengan api atau
benda panas lainnya, zat kimia, terkena radiasi, aliran listrik atau petir.
2. LUKA TERTUTUP
Yaitu cedera pada jaringan di mana kulit masih utuh atau tidak mengalami luka.
Misalnya :
1) Luka memar (kontusio) Merupakan cedera pada jaringan dan menyebabkan
kerusakan kapiler sehingga darah merembes ke jaringan sekitarnya. Biasanya
disebabkan oleh benturan dengan benda tumpul.
2) Hematoma Adalah pengumpulan darah setempat (biasanya menggumpal) di
dalam organ atau jaringan akibat pecahnya dinding pembuluh darah.

Berdasarkan kedalaman luka, LUKA BAKAR digolongkan menjadi :

1. Luka bakar derajat 1 (luka superfisial) Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan
epidermis kulit. Biasanya hanya ditandai dengan kemerahan pada kulit dan rasa
nyeri.
2. Luka derajat 2 (partial thickness burn) Yaitu luka yang mengenai lapisan
epidermis hingga dermis. Dibagi lagi menjadi :
a. Luka derajat 2 superfisial (superficial partial thickness wound) Yaitu luka
bakar yang mengenai lapisan epidermis hingga dermis bagian atas. Dapat
ditandai dengan adanya kemerahan pada kulit, adanya lepuhan berisi cairan
(blister atau bula) dan terasa sangat nyeri.
b. Luka derajat 2 dalam (deep partial thickness wound) Yaitu luka bakar yang
mengenai lapisan epidermis hingga dermis bagian bawah. Biasanya tidak
ditemukan adanya bula, namun luka biasanya basah atau lembab.
3. Luka derajat 3 (full thickness burn).
Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis hingga subkutan. Biasanya
luka terlihat pucat dan luka tidak terasa nyeri karena ujung saraf pada luka telah
rusak.
4. Luka derajat 4 Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis, dermis,
subkutan, hingga otot, tendon atau tulang.

Berdasarkan derajat kontaminasi yaitu :

1. Luka Bersih : Yaitu luka yang bersih tanpa kontaminasi.


2. Luka terkontaminasi : Yaitu luka yang terkontaminasi, misalnya luka insisi pada
organ yang mengalami inflamasi atau luka insisi yang terkena sekresi saluran
gastrointestinal, saluran kemih, genital atau pernapasan atau luka insisi dengan
tindakan asepsis /antisepsis yang kurang. Tingkat infeksi ± 15,2%.
3. Luka bersih terkontaminasi Yaitu luka bersih yang dapat terkontaminasi.
4. Luka Kotor : Yaitu luka yang kotor. Tingkat infeksi ± 40%

Berdasarkan lamanya penyembuhan

luka dapat digolongkan menjadi :


1. Luka Akut Yaitu luka yang baru terjadi yang dapat sembuh sesuai dengan lama
fase penyembuhan yang normal (waktu penyembuhan luka dapat diperkirakan)
Contoh : luka lecet, luka robek, luka operasi tanpa komplikasi.
2. Luka Kronik Yaitu luka yang telah berlangsung lama karena mengalami
kegagalan dalam proses penyembuhan yang normal atau luka yang sering kambuh
(waktu penyembuhan luka tidak dapat diperkirakan) Contoh : ulkus diabetik,
ulkus akibat tekanan (pressure ulcer), ulkus akibat gangguan vaskular, dll.
C. Mekanisme Terjadinya Luka
Luka terjadi karena adanya kerusakan jaringan kulit yaitu pada lapian kulit itu sendiri
D. Stadium Luka
1. Sedang
Derajat luka bakar tingkat 2 (superficial partial-thickness burn)
Derajat luka bakar ini dapat dikatakan luka bakar tingkat sedang. Luka bakar
tingkat 2 ini terjadi pada epidermis dan sebagian lapisan dermis kulit (lapisan
kulit yang lebih dalam).
Ketika mengalami luka bakar tingkat 2, kulit Anda akan tampak merah, lecet,
melepuh, bengkak, dan terasa sakit. Luka bakar tingkat dua ini bisa ditangani
dengan beberapa metode pengobatan tanpa operasi atau bedah.
2. Parah
Derajat luka bakar tingkat 3 (full thickness burn)
Kerusakan jaringan mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, atau lebih
dalam lagi. Secara klinis, kulit yang terbakar akan tampak putih dan kasar, namun
juga dapat terlihat hangus dan mati rasa. Operasi atau bedah menjadi pilihan
utama untuk menangani luka bakar pada tingkat ini.
Luka bakar yang parah juga dapat berisiko menyebabkan hipotermia dan
hipovolemia atau berkurangnya jumlah cairan di dalam darah. Kondisi ini dapat
menyebabkan syok.
Dearajat Luka Bakar Tingkat 4 Yaitu :
luka bakar yang mengenai lapisan epidermis, dermis, subkutan, hingga otot,
tendon atau tulang.
E. Fase-Fase Penyembuhan Luka
Dalam keadaan normal, proses penyembuhan luka mengalami 3 tahap atau 3 fase
yaitu:
1. Fase Inflamasi
2. Fase Proliferasi
3. Fase Maturasi atau Remodelling Fase Inflamasi
Terjadi : mulai injuri s.d hari ke-5.
Terjadi proses :
a. Hemostasis (usaha tubuh untuk menghentikan perdarahan), terjadi :
 Konstriksi pembuluh darah (vasokonstriksi)
 Agregasi platelet dan pembentukan jala-jala fibrin
 Aktivasi serangkaian reaksi pembekuan darah
a. Inflamasi, terjadi :
 Peningkatan permeabilitas kapiler dan vasodilatasi yang disertai dengan migrasi
sel-sel inflamasi ke lokasi luka
 Proses penghancuran bakteri dan benda asing dari luka oleh neutrofil dan
makrofag
b. Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia, dan terdiri dari proses :
 Angiogenesis Adalah proses pembentukan kapiler baru yang distimulasi oleh
TNF-α2 untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka.
 Granulasi Yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang mengandung kapiler pada
dasar luka (jaringan granulasi). Fibroblas pada bagian dalam luka berproliferasi
dan membentuk kolagen.
 Kontraksi Pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke arah tengah luka yang
disebabkan oleh kerja miofibroblas sehingga mengurangi luas luka. Re-epitelisasi
Proses re-epitelisasi merupakan proses pembentukan epitel baru pada permukaan
luka. Sel-sel epitel bermigrasi dari tepi luka melintasi permukaan luka. EGF
berperan utama dalam proses ini.
c. Fase Maturasi Atau Remodelling
Fase ini terjadi sejak akhir fase proliferasi dan dapat berlangsung berbulan-
bulan.Pada fase ini terjadi :
 Pembentukan kolagen
 Penyerapan kembali sel-sel radang
 Penutupan dan penyerapan kembali kapiler baru Serta pemecahan kolagen yang
berlebih. Selama proses ini jaringan parut yang semula kemerahan dan tebal akan
berubah menjadi jaringan parut yang pucat dan tipis.
 Pada fase ini juga terjadi pengerutan maksimal pada luka. Jaringan parut pada
luka yang sembuh tidak akan mencapai kekuatan regang kulit normal, tetapi
hanya mencapai 80% kekuatan regang kulit normal.
F. Factor yang mempengaruhi penyembuhan Luka
Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan LukaPenyembuhan luka dapat
tegantung oleh penyebab dari dalam tubuh sendiri (endogen) atau oleh penyebab dari
dalam tubuh sendri (eksogen). Penyebab endogen terpenting adalah ganguan
koagulasi yang disebut koagulopati dan ganguan sistem imun. Berikut adalah faktor
yang bisa menghambat penyembuah luka.
1. Infeksi
Luka yang terinfeksi akan membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh.
Tubuh selain harus bekerja dalam menyembuhkan luka, juga harus bekerja dalam
melawan infeksi yang ada, sehingga fase inflamasi akan berlangsung lebih lama.
Infeksi tidak hanya menghambat penyembuhan luka tetapi dapat menambah
ukuran luka (besar dan/atau dalamnya luka). Luka yang sembuh juga tidak sebaik
jika luka tanpa infeksi.
2. Usia Semakin lanjut usia, luka akan semakin lama sembuh karena respon sel
dalam proses penyembuhan luka akan lebih lambat.
Gangguan Suplai Nutrisi dan Oksigen pada Luka Gangguan suplai nutrisi dan
oksigen (misal akibat gangguan aliran darah atau kekurangan volume darah) dapat
menghambat penyembuhan luka
3. Status Gizi Gizi buruk akan memperlambat penyembuhan luka karena
kekurangan vitamin, mineral, protein dan zat-zat lain yang diperlukan dalam
proses penyembuhan luka.
Penyakit yang mendasari Luka pada penderita diabetes dengan kadar gula darah
yang tidak terkontrol biasanya akan sulit sembuh atau bahkan dapat memburuk.
4. Merokok Suatu studi menunjukkan bahwa asap rokok memperlambat
penyembuhan karena asap rokok akan merusak fibroblas yang penting dalam
proses penyembuhan luka. 8. Stres Stres yang berlangsung lama juga akan
menghambat penyembuhan luka.
5. Obat-obatan Penggunaan steroid atau imunosupresan jangka panjang dapat
menurunkan daya tahan tubuh yang dapat menghambat penyembuhan luka.
G. Moist Wound Healing
Adalah metode untuk mempertahankan kelembaban luka dengan
menggunakan balutan penahan kelembaban, sehingga penyembuhan luka dan
pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami.
Metode ini secara klinis memiliki keuntungan akan meningkatkan proliferasi
dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang tipis, mengurangi resiko
timbulnya jaringan parut dan lain-lain
H. Tipe-Tipe penyembuhan luka
1. Ada luka yang dapat sembuh sendiri, misalnya pada luka baru yang kecil, superfisial
(hanya mengenai lapisan kulit paling atas) serta tidak terkontaminasi.
2. Ada luka yang memerlukan intervensi untuk penyembuhannya, misalnya dengan
penjahitan luka, penggunaan wound dressing, atau dengan pemberian obat.

Anda mungkin juga menyukai