NIM : 04011381823212
KELAS: BETA 2018
II. Luka
Luka didefinisikan sebagai terputusnya kontinuitas jaringan tubuh oleh sebab-
sebab fisik, mekanik, kimia dan termal. Kerusakan jaringan tersebut bisa berupa
goresan kecil pada jari atau bahkan luka bakar derajat tiga yang meliputi hampir
seluruh bagian tubuh. Luka juga bisa disebabkan oleh mekanis seperti luka operasi
atau penyebab fisik seperti luka bakar.
b. Kontusio :
Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau ledakan.
Dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang luas.
Pada awalnya, lapisan kulit di atasnya bisa jadi intak, tapi pada
akhirnya dapat menjadi non-viable.
Hematoma berukuran besar yang terletak di bawah kulit atau atau
di dalam otot dapat menetap.
Kontusio luas dapat mengakibatkan infeksi dan compartment
syndromes.
c. Laserasi :
Laserasi terjadi jika kekuatan trauma melebihi kekuatan regang
jaringan, misalnya robekan kulit kepala akibat trauma tumpul pada
kepala.
Laserasi diklasifikasikan berdasarkan mekanisme terjadinya,
yaitu :
1. Insisi :
Luka sayatan, disebabkan oleh benda tajam. -
Kerusakan jaringan sangat minimal.
Contoh : luka tusuk, luka pembedahan, terkena pecahan
kaca.
Ditutup dengan bantuan jahitan, klip, staples, adhesive
strips (plester) atau lem. Luka pembedahan dapat
terbuka kembali secara spontan (dehisensi) atau dibuka
kembali karena terbentuk timbunan cairan, darah
(hematoma) atau infeksi.
2. Tension laceration :
Disebabkan oleh trauma tumpul, biasanya karena
tangential force yang kekuatannya melebihi daya
regang jaringan.
Akibatnya adalah terjadinya robekan kulit dengan tepi
tidak teratur disertai kontusio jaringan di sekitarnya.
Contoh : benturan dengan aspal pada kecepatan tinggi,
laserasi kulit karena pukulan tongkat dengan kekuatan
tinggi.
3. Crush laceration atau compression laceration :
Laserasi kulit terjadi karena kulit tertekan di antara
objek dan tulang di bawahnya.
Laserasi tipe ini biasanya berbentuk stellate dengan
kerusakan sedang dari jaringan di sekitarnya.
Kejadian infeksi lebih tinggi. - Hasil kosmetik kurang
baik.
Contoh : laserasi kulit di atas alis seorang anak karena
terjatuh dari meja.
4. Kombinasi dari ketiga tipe luka di atas.
2. Berdasarkan tingkat kontaminasinya, luka diklasifikasikan sebagai :
a. Luka bersih
luka elektif, bukan emergency, tidak disebabkan oleh trauma,
ditutup secara primer tidak ada tanda inflamasi akut, prosedur aseptik dan
antiseptik dijalankan dengan baik, tidak melibatkan traktus respiratorius,
gastrointestinal, bilier dan genitourinarius. Kulit di sekitar luka tampak
bersih, tidak ada tanda inflamasi. Jika luka sudah terjadi beberapa saat
sebelumnya, dapat terlihat sedikit eksudat (bukan pus), tidak terlihat
jaringan nekrotik di dasar luka. Risiko infeksi <2%.
e. Unstageable
Luka dikatakan tidak dapat ditentukan stadiumnya (unstagable)
jika dasar luka kuning atau hitam dan merupakan jaringan mati (nekrosis),
terutama jika jaringan nekrosis ≥ 50% berada di dasar luka. Dasar luka
yang nekrosis dapat dinilai stadiumnya setelah ditemukan dasar luka
merah (granulasi) dengan pembuluh darah yang baik.
5. Berdasarkan warna dasar luka atau penampilan klinis luka, luka dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Hitam
Warna dasar luka hitam artinya jaringan nekrosis (mati) dengan
kecenderungan keras dan kering. Jaringan tidak mendapatkan
vaskularisasi yang baik dari tubuh sehingga mati. Luka dengan warna
dasar hitam berisiko mengalami deep tissue injury dengan lapisan
epidermis masih terlihat utuh. Luka terlihat kering namun sebetulnya itu
bukan jaringan sehat dan harus diangkat.
b. Kuning
Warna dasar luka kuning artinya jaringan nekrosis (mati) yang
lunak berbentuk seperti nanah beku pada permukaan kulit yang sering
disebut dengan slough. Jaringan ini juga mengalami kegagalan
vaskularisasi dalam tubuh dan memiliki eksudat yang banyak hingga
sangat banyak. Perlu dipahami bahwa jaringan nekrosis manapun (hitam
atau kuning) belum tentu mengalami infeksi sehingga penting sekali bagi
klinisi luka untuk melakukan pengkajian dengan tepat. Pada beberapa
kasus, kita akan menemukan beberapa slough yang keras yang disebabkan
oleh balutan yang tidak lembap.
c. Merah
Warna dasar luka merah artinya granulasi dengan vaskularisasi
yang baik dan memiliki kecenderungan mudah berdarah. Warna dasar
merah menjadi tujuan klinisi dalam perawatan luka hingga luka dapat
menutup. Hati-hati dengan luka dasar merah yang tidak cerah atau
berwarna pucat karena kemungkinan ada lapisan biofilim yang menutupi
jaringan granulasi.
d. Pink
Warna dasar luka pink menunjukkan terjadinya proses epitalisasi
dengan baik menuju maturasi. Artinya luka sudah menutup, namun
biasanya sangat rapuh sehingga perlu untuk tetap dilindungi selama proses
maturasi terjadi. Memberikan kelembapan pada jaringan epitel dapat
membantu agar tidak timbul luka baru.
b. Luka terbuka
Yaitu luka yang terjadi langsung melibatkan kulit sehingga terjadi
hubungan langsung antara luka dengan dunia luar. Terdiri dari:
1. Luka lecet (vulnus excoriatio)
Merupakan luka yang paling ringan dan paling mudah sembuh. Luka
ini disebabkan karena adanya gesekan tubuh dengan benda benda rata
(misal: aspal atau tanah)
2. Luka sayat (vulnus scissum / incisivum)
Merupakan luka dengan tepi yang tajam dan licin, biasanya
disebabkan oleh potongan menggunakan instrument tajam misalnya
luka yang dibuat oleh ahli bedah dalam prosedur operasi
3. Luka robek (vulnus laceratum)
Adalah luka dengan tepi bergerigi, tidak teratur, seperti luka yang
disebabkan oleh kaca atau goresan kawat. Biasanya pendarahan lebih
sedikit karena mudah terbentuk cincin thrombosis akibat pembuluh
yang hancur dan memar.
4. Luka tusuk (vulnus punctum)
Luka ini merupakan bukaan kecil pada kulit yang disebabkan oleh
benda runcing memanjang. Luka bisa terlihat kecil dari luar akan
tetapi bagian dalam mungkin rusak berat. Derajat bahaya luka ini
tergantung benda yang menusuk dan daerah yang ditusuk. Luka tusuk
juga sering disebut dengan luka tembus (vulnus venetrosum)
5. Luka potong (vulnus caesum)
Luka yang disebabkan oleh tekanan benda tajam yang besar, misal
pedang, pisau, belati, dll. Ditandai dengan tepi luka yang tajam dan
rata. Kemungkinan infeksi pada luka ini besar karena luka lebih sering
terkontaminasi.
6. Luka tembak (vulnus sclopetorum)
Terjadi karena tembakan atau granat. Luka ini ditandai dengan tepi
luka bisa tidak teratur dan sering ditemukan benda asing (corpus
alienum) didalam luka, misalnya peluru dan pecahan granat sehingga
kemungkinan infeksi dikarenakan bakteri anaerob dan gangrene lebih
besar.
7. Luka gigit (vulnus morsum)
Disebabkan oleh gigitan binatang ataupun manusia. Bentuk luka
tergantung gigi penggigit dan kemungkinan infeksi lebih besar.
b. Pendarahan
Terjadi karena terpotongnya pembuluh darah pada daerah yang mengalami
luka. Banyaknya pendarahan tergantung pada vaskularisasi daerah luka
dan banyaknya pembuluh darah yang terpotong atau rusak. Pendarahan
akan terhenti bila terjadi retraksi / kontraksi pembuluh darah dan cincin
thrombosis telah terbentuk.
Sumber:
1. http://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2018/08/MANUAL-Manajemen-Luka-
Part-1_2018-smt-3.pdf
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62574/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
3. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6868/bab%20ii.pdf?
sequence=3&isAllowed=y
4. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/penanggulangan_pendarahan.pdf
5. http://drdewanto.staff.ugm.ac.id/2018/08/18/deskripsi-luka-dalam-ilmu-kedokteran-
forensik/
6.