Anda di halaman 1dari 13

NAMA : AGRINIA ILZA ISHLAHIYAH

NIM : 04011381823212
KELAS: BETA 2018

PENDARAHAN & LUKA


I. Pendarahan
Ada tiga tipe pendarahan yaitu:
a. Pendarahan arterial
b. Pendarahan venous (pembuluh darah balik)
c. Pendarahan kapiler
Pada pendarahan arteri, darah tampak keluar menyemprot dan berwarna merah
segar. Pada pendarahan venous, darah keluar mengalir dan berwarna hitam. Pada
pendarahan kapiler, darah keluar merembes dan berwarna merah segar.

Sebab sebab terjadinya pendarahan antara lain:


a. Pendarahan oleh trauma
b. Pendarahan non-traumatik (spontan), yaitu pendarahan yang terjadi karena
suatu penyakit pendarahan (hemofilia, septikemia, trombositopenia)
c. Pendarahan oleh karena pembuluh darah yang terluka (pendarahan arteri,
pendarahan venous, pendarahan kapiler)
d. Pendarahan oleh karena menurut lokasinya:
1. Pendarahan external: yaitu pendarahan yang keluar dari kulit atau
jaringan lunak dibawahnya
2. Pendarahan internal: yaitu pendarahan dimana darah masuk kedalam
rongga tubuh atau jaringan

II. Luka
Luka didefinisikan sebagai terputusnya kontinuitas jaringan tubuh oleh sebab-
sebab fisik, mekanik, kimia dan termal. Kerusakan jaringan tersebut bisa berupa
goresan kecil pada jari atau bahkan luka bakar derajat tiga yang meliputi hampir
seluruh bagian tubuh. Luka juga bisa disebabkan oleh mekanis seperti luka operasi
atau penyebab fisik seperti luka bakar.

A. Jenis – jenis luka


1. Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi :
a. Erosi, Abrasi, Excoriasi :
Erosi: Luka hanya sampai stratum corneum.
Abrasi: Luka sampai stratum spinosum.
Excoriasi: Luka sampai stratum basale.
 Merupakan kerusakan epitel permukaan akibat trauma gesek pada
epidermis.
 Abrasi luas dapat mengakibatkan kehilangan cairan tubuh.
 Luka harus segera dicuci, benda asing dalam luka harus
dibersihkan dengan seksama untuk meminimalkan risiko infeksi
dan mencegah “tattooing” (luka kedalamannya sampai stratum
papilare dermis).

b. Kontusio :
 Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau ledakan.
 Dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang luas.
 Pada awalnya, lapisan kulit di atasnya bisa jadi intak, tapi pada
akhirnya dapat menjadi non-viable.
 Hematoma berukuran besar yang terletak di bawah kulit atau atau
di dalam otot dapat menetap.
 Kontusio luas dapat mengakibatkan infeksi dan compartment
syndromes.

c. Laserasi :
 Laserasi terjadi jika kekuatan trauma melebihi kekuatan regang
jaringan, misalnya robekan kulit kepala akibat trauma tumpul pada
kepala.
 Laserasi diklasifikasikan berdasarkan mekanisme terjadinya,
yaitu :
1. Insisi :
 Luka sayatan, disebabkan oleh benda tajam. -
Kerusakan jaringan sangat minimal.
 Contoh : luka tusuk, luka pembedahan, terkena pecahan
kaca.
 Ditutup dengan bantuan jahitan, klip, staples, adhesive
strips (plester) atau lem. Luka pembedahan dapat
terbuka kembali secara spontan (dehisensi) atau dibuka
kembali karena terbentuk timbunan cairan, darah
(hematoma) atau infeksi.
2. Tension laceration :
 Disebabkan oleh trauma tumpul, biasanya karena
tangential force yang kekuatannya melebihi daya
regang jaringan.
 Akibatnya adalah terjadinya robekan kulit dengan tepi
tidak teratur disertai kontusio jaringan di sekitarnya.
 Contoh : benturan dengan aspal pada kecepatan tinggi,
laserasi kulit karena pukulan tongkat dengan kekuatan
tinggi.
3. Crush laceration atau compression laceration :
 Laserasi kulit terjadi karena kulit tertekan di antara
objek dan tulang di bawahnya.
 Laserasi tipe ini biasanya berbentuk stellate dengan
kerusakan sedang dari jaringan di sekitarnya.
 Kejadian infeksi lebih tinggi. - Hasil kosmetik kurang
baik.
 Contoh : laserasi kulit di atas alis seorang anak karena
terjatuh dari meja.
4. Kombinasi dari ketiga tipe luka di atas.
2. Berdasarkan tingkat kontaminasinya, luka diklasifikasikan sebagai :
a. Luka bersih
luka elektif, bukan emergency, tidak disebabkan oleh trauma,
ditutup secara primer tidak ada tanda inflamasi akut, prosedur aseptik dan
antiseptik dijalankan dengan baik, tidak melibatkan traktus respiratorius,
gastrointestinal, bilier dan genitourinarius. Kulit di sekitar luka tampak
bersih, tidak ada tanda inflamasi. Jika luka sudah terjadi beberapa saat
sebelumnya, dapat terlihat sedikit eksudat (bukan pus), tidak terlihat
jaringan nekrotik di dasar luka. Risiko infeksi <2%.

Gambar 1. Luka Bersih


b. Luka bersih terkontaminasi
luka urgent atau emergency tapi bersih, tidak ada material
kontaminan dalam luka. Risiko infeksi <10%.
Gambar 2. Luka Bersih Terkontaminasi
c. Luka terkontaminasi
tampak tanda inflamasi non-purulen; luka terbuka < 4 jam; luka
terbuka kronis; luka terbuka dan luas (indikasi untuk skin grafting);
prosedur aseptic dan antiseptic tidak dijalankan dengan baik; risiko infeksi
20%.

Gambar 3. Luka Terkontaminasi


d. Luka kotor/ terinfeksi
tampak tanda infeksi di kulit sekitar luka, terlihat pus dan jaringan
nekrotik; luka terbuka > 4 jam; terdapat perforasi traktus respiratorius,
gastrointestinal, bilier atau genitourinarius, risiko infeksi 40%.
Gambar 4. Luka Kotor / Terinfeksi
3. Berdasarkan onset terjadinya luka, luka diklasifikasikan menjadi :
a. Luka akut
disebabkan oleh trauma atau pembedahan. Waktu penyembuhan relatif
cepat, dengan penyembuhan secara primer.
b. Luka kronis
luka kronis didefinisikan sebagai luka yang belum sembuh setelah 3 bulan.
Sering disebabkan oleh luka bakar luas, gangguan sirkulasi, tekanan yang
berlangsung lama (pressure ulcers/ ulkus dekubitus), ulkus diabetik dan
keganasan. Waktu penyembuhan cenderung lebih lama, risiko terinfeksi
lebih besar.
4. berdasarkan anatomi kulit atau kedalamannya menurut National Pressure
Ulcer Advisory Panel (NPUAP) diklasifikasikan menjadi:
a. Stadium 1
Luka dikatakan stadium 1 jika warna dasar luka merah dan hanya
melibatkan lapisan epidermis, epidermis masih utuh atau tanpa merusak
epidermis. Epidermis hanya mengalami perubahan warna kemerahan,
hangat atau dingin (tergantung pada penyebab), kulit melunak dan ada
rasa nyeri atau gatal. Contohnya adalah kulit yang terpapar matahari atau
sunburn atau ketika kita duduk pada satu posisi selama lebih dari dua jam,
kemudian ada kemerahan di gluteus (bokong).
b. Stadium 2
Luka dikatakan stadium 2 jika warna dasar luka merah dan
melibatkan lapisan epidermis-dermis. Luka menyebabkan epidermis
terpisah dari dermis dan/atau mengenai sebagian dermis (partial-tickness).
Umumnya kedalaman luka hingga 0,4 mm, namun bergantung pada lokasi
luka. Contoh luka pada stadium ini adalah bula atau blister karena
epidermis sudah terpisah dengan dermis.
c. Stadium 3
Luka dikatakan stadium 3 jika warna dasar luka merah dan lapisan
kulit mengalami kerusakan dan kehilangan lapisan epidermis, dermis,
hingga sebagian hipodermis (full-thickness). Umumnya kedalaman luka
hingga 1 cm (sesuai dengan lokasi luka pada tubuh bagian mana). Pada
proses penyembuhan luka, kulit akan membutuhkan lapisan-lapisan yang
hilang (granulasi) sebelum menutup (epitalisasi).
d. Stadium 4
Luka dikatakan stadium 3 jika warna dasar luka merah dan lapisan
kulit mengalami kerusakan dan kehilangan lapisan epidermis, dermis,
hingga seluruh hipodermis, dan mencapai otot dan tulang (deep full-
thickness). Undermining (gua) dan sinus masuk ke dalam stadium 4.

e. Unstageable
Luka dikatakan tidak dapat ditentukan stadiumnya (unstagable)
jika dasar luka kuning atau hitam dan merupakan jaringan mati (nekrosis),
terutama jika jaringan nekrosis ≥ 50% berada di dasar luka. Dasar luka
yang nekrosis dapat dinilai stadiumnya setelah ditemukan dasar luka
merah (granulasi) dengan pembuluh darah yang baik.

5. Berdasarkan warna dasar luka atau penampilan klinis luka, luka dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Hitam
Warna dasar luka hitam artinya jaringan nekrosis (mati) dengan
kecenderungan keras dan kering. Jaringan tidak mendapatkan
vaskularisasi yang baik dari tubuh sehingga mati. Luka dengan warna
dasar hitam berisiko mengalami deep tissue injury dengan lapisan
epidermis masih terlihat utuh. Luka terlihat kering namun sebetulnya itu
bukan jaringan sehat dan harus diangkat.
b. Kuning
Warna dasar luka kuning artinya jaringan nekrosis (mati) yang
lunak berbentuk seperti nanah beku pada permukaan kulit yang sering
disebut dengan slough. Jaringan ini juga mengalami kegagalan
vaskularisasi dalam tubuh dan memiliki eksudat yang banyak hingga
sangat banyak. Perlu dipahami bahwa jaringan nekrosis manapun (hitam
atau kuning) belum tentu mengalami infeksi sehingga penting sekali bagi
klinisi luka untuk melakukan pengkajian dengan tepat. Pada beberapa
kasus, kita akan menemukan beberapa slough yang keras yang disebabkan
oleh balutan yang tidak lembap.
c. Merah
Warna dasar luka merah artinya granulasi dengan vaskularisasi
yang baik dan memiliki kecenderungan mudah berdarah. Warna dasar
merah menjadi tujuan klinisi dalam perawatan luka hingga luka dapat
menutup. Hati-hati dengan luka dasar merah yang tidak cerah atau
berwarna pucat karena kemungkinan ada lapisan biofilim yang menutupi
jaringan granulasi.
d. Pink
Warna dasar luka pink menunjukkan terjadinya proses epitalisasi
dengan baik menuju maturasi. Artinya luka sudah menutup, namun
biasanya sangat rapuh sehingga perlu untuk tetap dilindungi selama proses
maturasi terjadi. Memberikan kelembapan pada jaringan epitel dapat
membantu agar tidak timbul luka baru.

6. Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi :


a. Luka diabetes karena hiperglikemia
b. Luka tekan/dekubitus karena penekenan/gesekan/lipatan pada satu area
dalam kurun waktu tertentu
c. Luka kanker karena adanya keganasan pada kulit, baik sebagai keganasan
utama maupun metastasis dari keganasan lain.
d. Luka kaki bawah/lower leg ulcer (venous/arterial) karena gangguan pada
pembuluh darah arteri/vena
e. Luka kecelakaan, luka pasca-operasi, luka bakar.

7. Berdasarkan mekanisme terjadinya luka:


a. Luka tertutup
Yaitu luka yang terjadi dibawah kulit sehingga tidak terjadi hubungan
antara luka dengan dunia luar. Terdiri atas:
1. Luka memar (vulnus contusum)
Yaitu luka yang disebabkan oleh dorongan tumpul. Kulit tidak
mengalami cedera, akan tetapi terjadi cedera berat pada bagian yang
lunak. Pembuluh darah subkutan dapat rusak sehingga terjadi
hematom dan pembengkakan.
2. Luka trauma (vulnus traumaticum)
Terjadi didalam tubuh, tetapi tidak tampak dari luar. Dapat
memberikan tanda tanda hematom hingga gangguan sistem tubuh. Bila
melibatkan organ vital, maka penderita dapat meninggal mendadak.
Contoh luka ini pada benturan di dada, perut, leher, dan kepala yang
dapat menyebabkan kerusakan pada organ dalam.

b. Luka terbuka
Yaitu luka yang terjadi langsung melibatkan kulit sehingga terjadi
hubungan langsung antara luka dengan dunia luar. Terdiri dari:
1. Luka lecet (vulnus excoriatio)
Merupakan luka yang paling ringan dan paling mudah sembuh. Luka
ini disebabkan karena adanya gesekan tubuh dengan benda benda rata
(misal: aspal atau tanah)
2. Luka sayat (vulnus scissum / incisivum)
Merupakan luka dengan tepi yang tajam dan licin, biasanya
disebabkan oleh potongan menggunakan instrument tajam misalnya
luka yang dibuat oleh ahli bedah dalam prosedur operasi
3. Luka robek (vulnus laceratum)
Adalah luka dengan tepi bergerigi, tidak teratur, seperti luka yang
disebabkan oleh kaca atau goresan kawat. Biasanya pendarahan lebih
sedikit karena mudah terbentuk cincin thrombosis akibat pembuluh
yang hancur dan memar.
4. Luka tusuk (vulnus punctum)
Luka ini merupakan bukaan kecil pada kulit yang disebabkan oleh
benda runcing memanjang. Luka bisa terlihat kecil dari luar akan
tetapi bagian dalam mungkin rusak berat. Derajat bahaya luka ini
tergantung benda yang menusuk dan daerah yang ditusuk. Luka tusuk
juga sering disebut dengan luka tembus (vulnus venetrosum)
5. Luka potong (vulnus caesum)
Luka yang disebabkan oleh tekanan benda tajam yang besar, misal
pedang, pisau, belati, dll. Ditandai dengan tepi luka yang tajam dan
rata. Kemungkinan infeksi pada luka ini besar karena luka lebih sering
terkontaminasi.
6. Luka tembak (vulnus sclopetorum)
Terjadi karena tembakan atau granat. Luka ini ditandai dengan tepi
luka bisa tidak teratur dan sering ditemukan benda asing (corpus
alienum) didalam luka, misalnya peluru dan pecahan granat sehingga
kemungkinan infeksi dikarenakan bakteri anaerob dan gangrene lebih
besar.
7. Luka gigit (vulnus morsum)
Disebabkan oleh gigitan binatang ataupun manusia. Bentuk luka
tergantung gigi penggigit dan kemungkinan infeksi lebih besar.

B. Tanda tanda luka


1. Tanda tanda umum
a. Syok
Syok dapat terjadi akibat kegagalan sirkulasi perifer, yang dapat diketahui
dengan adanya tanda tanda berikut: tekanan darah turun hingga tak teratur,
nadi kecil hingga tak teraba, keringat dingin dan lemah, kesadaran
menurun hingga tak sadar. Syok dapat terjadi akibat adanya rasa nyeri dan
pendarahan.
b. Sindroma remuk (crush syndrome)
Terjadi akibat banyaknya daerah yang hancur, misalnya otot otot pada
daerah luka, sehingga mioglobin turut turut hancur dan menumpuk di
ginjal dan menyebabkan kelainan yang disebut lower nephron nephrosis.
Tanda tandanya yaitu: urin berwarna merah, oliguria hingga aneuria,
ureum darah meningkat.

2. Tanda tanda lokal


a. Nyeri
Adanya rasa nyeri ditimbulkan oleh adanya lesi pada sistem syaraf. Pada
luka luka besar sering tidak terasa nyeri karena gangguan sensibilitas
akibat syok setempat pada jaringan tersebut.

b. Pendarahan
Terjadi karena terpotongnya pembuluh darah pada daerah yang mengalami
luka. Banyaknya pendarahan tergantung pada vaskularisasi daerah luka
dan banyaknya pembuluh darah yang terpotong atau rusak. Pendarahan
akan terhenti bila terjadi retraksi / kontraksi pembuluh darah dan cincin
thrombosis telah terbentuk.
Sumber:
1. http://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2018/08/MANUAL-Manajemen-Luka-
Part-1_2018-smt-3.pdf
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62574/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
3. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6868/bab%20ii.pdf?
sequence=3&isAllowed=y
4. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/penanggulangan_pendarahan.pdf
5. http://drdewanto.staff.ugm.ac.id/2018/08/18/deskripsi-luka-dalam-ilmu-kedokteran-
forensik/
6.

Anda mungkin juga menyukai