Terkontaminasi, Luka
Kotor/Infeksi
a. Luka bersih : luka elektif, bukan emergency, tidak disebabkan oleh trauma, ditutup
secara primer tidak ada tanda inflamasi akut, prosedur aseptik dan antiseptik
dijalankan dengan baik, tidak melibatkan traktus respiratorius, gastrointestinal, bilier
dan genitourinarius. Kulit di sekitar luka tampak bersih, tidak ada tanda inflamasi. Jika
luka sudah terjadi beberapa saat sebelumnya, dapat terlihat sedikit eksudat (bukan
pus), tidak terlihat jaringan nekrotik di dasar luka. Risiko infeksi 1% – 5%.
d. Luka kotor/ terinfeksi : tampak tanda infeksi di kulit sekitar luka, terlihat pus dan
jaringan nekrotik; luka terbuka > 4 jam; terdapat perforasi traktus respiratorius,
gastrointestinal, bilier atau genitourinarius, risiko infeksi 40%.
Berdasarkan onset terjadinya luka, luka diklasifikasikan menjadi :
a.Luka akut : disebabkan oleh trauma atau pembedahan. Waktu penyembuhan relatif
cepat, dengan penyembuhan secara primer.
b.Luka kronis : luka kronis didefinisikan sebagai luka yang belum sembuh setelah 3
bulan. Sering disebabkan oleh luka bakar luas, gangguan sirkulasi, tekanan yang
berlangsung lama (pressure ulcers/ ulkus dekubitus), ulkus diabetik dan keganasan.
Waktu penyembuhan cenderung lebih lama, risiko terinfeksi lebih besar. Semua jenis
luka berpotensi menjadi kronis jika pemilihan regimen terapi tidak adekuat.
Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada
lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda
klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi
tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis,
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu
lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
Berdasarkan mekanisme terjadinya luka
a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi
karena teriris oleh instrumen yang tajam. akibat adanya benda, seperti peluru atau
Misal yang terjadi akibat pembedahan. pisau yang masuk kedalam kulit dengan
Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup diameter yang kecil.
oleh sutura seterah seluruh pembuluh
darah yang luka diikat (Ligasi) e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi
akibat benda yang tajam seperti oleh kaca
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi atau oleh kawat.
akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu
jaringan lunak, perdarahan dan bengkak. luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
akibat kulit bergesekan dengan benda lukanya akan melebar
lain yang biasanya dengan benda yang
tidak tajam. g. Luka Bakar (Combustio)
Menejemen Luka bersih
Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan
jaringan juga untuk mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh
bidan di klinik atau rumah sakit biasanya luka yang bersih tanpa
kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya.
Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka
menjadi port de entre nya mikroorganisme yang dapat menginfeksi
luka .
Manajemen Luka Bersih Terkontaminasi
Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds). Jenis
luka ini adalah luka pembedahan dimana saluran respirasi,
pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, dan kemungkinan terjadinya infeksi
luka pada luka jenis ini adalah 3% – 11%.
Tujuan manajemen luka yaitu mendapatkan penyembuhan yang
cepat dengan fungsi dan hasil estetik yang optimal. Dalam
penanganan luka, sudah umum diketahui bahwa salah satu yang
mesti dilakukan yaitu tindakan debridement. Debridement bertujuan
untuk menciptakan luka menjadi bersih sehingga mengurangi
kontaminasi pada luka dan mencegah terjadinya infeksi.
1. Anamnesis :
a.Riwayat Luka : mekanisme, kapan, dimana, kontaminasi,
perdarahan, dan faktor yang mempengaruhi luka
b.Keluhan yang dirasakan
c.Riwayat kesehatan dan penyakit pasien secara keseluruhan
d.Riwayat penanganan luka yang sudah diperoleh
e.Konsekuensi luka dan bekas luka bagi pasien.
2.Pemeriksaan klinis
a.Pemeriksaan tanda vital
b.pemeriksaan fisik umum : mencari tanda adanya faktor komorbid
c.Penilaian adanya infeksi
d.Penilaian terhadap kerusakan struktur di bawah luka
Menejemen luka kotor/infeksi
Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme
yang menyebabkan infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang
operatif sebelum pembedahan. Hal ini mencakup luka traumatik
yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan
luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang
mengalami perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih
dari 27 % (Potter and Perry, 2005).
Untuk membersihkan luka yang sangat kotor, misalnya
kontaminasi kotoran atau aspal, diperlukan irigasi tekanan tinggi
(5-8 psi) atau tindakan scrubbing.
Irigasi tekanan tinggi dilakukan dengan menyemprotkan NaCl fisiologis atau
akuades menggunakan spuit 10- 50 mL.Irigasi dengan tekanan terlalu tinggi
(>20-30 psi, misalnya dengan jet shower) tidak boleh dilakukan karena justru
merusak jaringan.Dokter dapat mengenakan kacamata pelindung untuk
menghindari percikan air ke mata.Jika luka sangat kotor, mungkin diperlukan
washlap dan pinset untuk membersihkan kotoran dari dalam luka.