Anda di halaman 1dari 40

Ns. Finni A. Liveta,S.

Kep
31730199785

RSCM Kencana
Head Nurse Operating Room
Ketua Peer Group Perioperatif

PP HIPKABI
Bendahara Umum

0815 6363 4344

finni.liveta@gmail.com
Pendahuluan
Penyembuhan luka adalah proses regenerasi jaringan yang mengalami luka. Penyembuhan luka merupakan suatu
proses kompleks yang terdiri dari beberapa tahap atau fase dan melibatkan banyak faktor seperti jenis luka, penyebab
luka, ada tidaknya infeksi, nutrisi dan sebagainya.

Luka bedah dan traumatis beresiko untuk infeksi. Di samping bakteri dan jamur yang secara alami ada pada kulit setiap
pasien, prevalensi virus dan mikroba di fasilitas medis menimbulkan risiko infeksi besar pada luka.
Surgical Site Infeksi (SSI) sering diperoleh selama perawatan rumah sakit karena kebersihan yang tidak memadai dan
tindakan disinfeksi dan memperhitungkan lebih dari 20% dari semua infeksi kesehatan yang terkait *.
WHO Healthcare-associated Infections Fact sheet 2014

Proses penyembuhan luka akan lebih cepat dalam lingkungan luka yang lembab (moist environment). Untuk
mendapatkan atau mempertahankan lingkungan yang lembab, dapat dilakukan antara lain dengan mengaplikasikan
wound dressing di atas permukaan luka. Terdapat beberapa jenis wound
dressing yang tersedia saat ini, misalnya kasa, tule, film, dll.
Apakah itu LUKA ???
Luka insisi / iris (vulnus scisum ), yaitu jenis
Luka adalah terputusnya kontinuitas luka yang diakibatkan oleh irisan benda tajam
suatu jaringan karena adanya cedera atau misalnya pisau, yang terjadi akibat
pembedahan (Agustina, 2009) pembedahan. Jenis luka ini sering
menimbulkan rusaknya pembuluh-pembuluh
yang cukup besar bila irisannya cukup dalam.
Luka insisi biasanya dapat fatal apabila
Luka adalah rusaknya kesatuan atau tempat yang terkena luka pada bagian leher.
komponen jaringan dimana secara spesifik Luka yang dalam keadaan aseptis maka luka
terdapat subtansi jaringan yang rusak atau jenis ini akan segera tertutup setelah
hilang ( Widhiastuti, 2008 sebelumnya terjadi penutupan pembuluh
darah dengan meninggalkan bekas berbentuk
sutura (Prabakti, 2015).
Mekanisme terjadinya luka
a. luka insisi (incised wound)

b. luka memar (contusion wound)

c. luka lecet (abraded wound)

d. luka tusuk (Punctured wound)

e. luka gores (Lacerated wound)

f. luka tembus (penetreting wound)

g. luka bakar (combustio)


Jenis luka berdasarkan proses penyembuhan
Primary Intention - Secondary Intention - Tertiary Intention

- Luka bersih, Kehilangan jaringan kulit yang luas Penundaan penutupan karena
- Penutupan luka mudah infeksi atau gangguan
- Luka infeksi atau terkontaminasi
dilakukan hemostasis
Types of Wound Healing
1.) Healing by first intention
• .Disebut juga penyembuhan primer, penutupan primer
• Luka ditutup dengan jahitan, flap atau graft, atau luka yang dibuat dan ditutup
di kamar operasi.
• Untuk luka bersih, baru dan vaskularisasi yang baik.
• Komplikasi minimal, dengan penyembuhan yang cepat dan secara kosmetik
lebih baik.
2.) Healing by second intention
• Disebut juga penyembuhan sekunder atau penyembuhan spontan.
• Luka dibiarkan terbuka dan menutup dengan epitelisasi dan kontraksi.
• Penyembuhan luka tanpa adanya intervensi pembedahan.
• Ditandai adanya granulasi.
• Untuk manajemen luka terkontaminasi atau luka infeksi.
• Komplikasi : Kontraktur dan hipertropi scar.
3.) Healing by third intention

• Disebut juga penyembuhan tersier atau penyembuhan primer tertunda.

• Untuk luka terkontaminasi berat.

• Luka dibersihkan, dirawat sd proses inflamasi selesai dan kuman berkurang, lalu

dilakukan tindakan penjahitan atau penutupan luka.


4.) Partial Thickness Wounds
● Luka superfisial, tidak sd dermis
● Biasanya terjadi pada luka bakar grade 1 dan abrasi.
● Penyembuhan dengan epitelisasi.
● Kontraksi sedikit dibandingkan luka full-thickness.
● Minimal produksi kolagen dan formasi scar.
Types of Wound Healing
Proses penyembuhan luka

Proses Inflamasi/ Fase defensive Fase proliferasi Fase maturasi & Remodeling
Berlangsung 3 -4 hari Pembentukan jaringan baru Proses pembentukan kembali
Aktivasi faktor pembekuan, melalui proses granulasi & melalui penutupan luka .
pembentukan fibrin & agregasi epitelisasi hari ke - 4 s/d hari Proses dapat berlangsung selama
platelet ke - 21 1 tahun
Jenis infeksi pada luka operasi :

1. Infeksi luka operasi superfisial


2. Infeksi luka operasi profunda
/deep insicional
3. Infeksi luka operasi organ
/rongga
Tingkat Infeksi Luka Operasi
Elektif, bukan darurat, non-traumatis, terutama ditutup; tidak ada
Bersih peradangan akut; tidak ada terobosan dalam teknik; saluran 2,1 %
pernapasan, gastrointestinal, empedu dan genitourinari tidak
dimasukkan.
Kasus mendesak atau darurat yang dinyatakan bersih; pembukaan
Bersih elektif saluran pernapasan, gastrointestinal, empedu atau genitourinari 3,3 %
Tercemar dengan tumpahan minimal (misalnya usus buntu) tidak menghadapi
terinfeksi urin atau empedu; minor teknik istirahat.
Peradangan non-purulen; tumpahan kotor dari saluran pencernaan;
Tercemar masuk ke dalam saluran empedu atau genitourinari di hadapan 6,4 %
empedu terinfeksi atau urin; terobosan besar dalam teknik; menembus
trauma < 4 jam tua; luka terbuka kronis yang akan dicor atau ditutupi
Peradangan purulen (misalnya abses); pra operasi perforasi
Kotor pernapasan, gastrointestinal, empedu atau saluran genitourinari; 7,1 %
menembus trauma > 4 jam.
Culver DH, Horan TC, Gaynes RP, Martone WJ, Jarvis
WR, Emori TG, et al. Surgical wound infection rates by
wound class, operative procedure, and patient risk index.
National Nosocomial Infections Surveillance System. Am J
Med 1991; 91(3B): 152S-157S
Manajemen penyembuhan luka
1. Pertahankan proses hemostasis
2. Jaga kebersihan luka :
~ Cara kimia
~ Cara mekanis
~ Cara pembedahan
3. Drainage
4. Usia

5, Status Gizi
6. Penggunaan dressing
7. Pertahankan kelembaban luka
Wound Dresing Adalah

adalah suatu bahan yang digunakan untuk


menutup luka dan atau menghentikan
perdarahan pada luka.
Prinsip Perawatan Luka
Karakteristik Wound Dersing
Mempertahankan Menyerap eksudat yang berlebihan

01 lingkungan yang
lembab (moist) pada 02 tanpa “strikethrough” (merembes ke
permukaan dressing)
luka

05
Meningkatkan
hemostasis
Mencegah luka dan . Memberikan perlindungan

03 04 11
jaringan epitel baru terhadap mikroorganisme
patogen (impermeabel/tidak Steril
dari cedera mekanik
dapat ditembus oleh
mikroorganisme patogen)
08 Tidak bersifat toksik
dan alergenik

07
.Dapat diaplikasikan pada kulit Menjaga pertukaran

06 bagian tubuh termasuk daerah


yang tidak datar seperti siku,
udara pada luka

09
lutut atau tumit (conformable) Tidak melekat pada

10 Kedap air luka sehingga mudah


dilepas tanpa trauma
Wound Healing
Ketentuan pemilihan jenis dressing

1. Jenis luka
2. Proses penyembuhan luka : primary,
Secondary atau Tertiary intention
3. Jumlah cairan eksudat
4. Lokasi luka
JENIS WOUND DRESSING
Secara umum wound dressing dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Dressing primer (primary dressing) Yaitu


dressing yang diletakkan secara langsung di
atas permukaan luka

2. Dressing sekunder (secondary dressing)


Yaitu dressing yang tidak kontak secara
langsung dengan luka tetapi diletakkan di
atas dressing primer. Biasanya digunakan
untuk memfiksasi atau melindungi dressing
primer.
Rekomendasi CDC : Penyembuhan luka post operasi tertutup (primary intention )

● Gunakan dressing steril untuk menutup luka selama 24 – 48 jam post


operasi.
● Gunakan tekhnik steril dalam penggantian dressing.
● Tidak ada rekomendasi diteruskan penggunaan dressing setelah 24 –
48 jam, dan tidak ada rekomendasi batasan waktu kapan luka boleh
terkena air ( mandi ) pada luka yang tidak tertutup.
Jenis Wound Dresing
Kassa Alginat (alginate dressing)

Tule (tulle)
Foam dressing
Hidrogel
(hydrogel dressing) ’’ Film transparan
(transparent film dressing)
Hidrokoloid
(hydrocolloid dressing)
Jenis Wound Dresing

Kassa Terbuat dari tenunan katun. Karakteristik :


a. Dapat digunakan sebagai dressing primer atau sekunder pada luka
dengan atau tanpa infeksi
b. Merupakan absorben (penyerap eksudat) yang cukup kuat
c. Mempunyai efek debrideman, tetapi tidak selektif sehingga jaringan
normal dapat ikut terlepas dari luka dan menimbulkan rasa nyeri bila
dilepaskan dari luka (debrideman mekanik)
d. Dapat meninggalkan serpihan kain/benang kasa pada luka
e. Memerlukan larutan atau gel untuk mempertahankan kelembaban
permukaan luka
Jenis Wound Dresing

Tule (tulle)
Merupakan dressing yang berbentuk lembaran seperti
kasa dengan lubang-lubang yang lebih jarang tetapi
lebih kuat, tidak meninggalkan serpihan kain/benang
pada luka dan bentuknya relatif tetap (tidak seperti
kasa). Sesuai untuk luka yang datar dan dangkal.
Biasanya diisi (impregnated) dengan gel, vaselin,
parafin, antiseptik atau antibiotika topikal.
Jenis Wound Dresing
Hidrogel
(hydrogel dressing)
Dressing yang mengandung air dalam jumlah besar
yang dapat memberikan efek menyejukkan dan
mengurangi nyeri pada luka. Karakteristik :
a. Digunakan sebagai dressing primer pada luka dengan
atau tanpa infeksi dengan eksudat yang minimal
b. Memberikan lingkungan luka yang lembab
c. Mempunyai efek debrideman autolitik
d. Dapat mengisi dead space (rongga yang masih ada
setelah penutupan luka)
e. Tidak nyeri bila dilepaskan dari luka
f. Memerlukan dressing sekunder
Jenis Wound Dresing
. Hidrokoloid
(hydrocolloid dressing) Dressing ini mengandung sodium
carboxymethylcellulose. Karakteristik :
a. Digunakan sebagai dressing primer
b. Tidak digunakan pada luka dengan infeksi
c. Memberikan lingkungan luka yang lembab
d. Kapasitas menyerap eksudat sedang
e. Mempunyai efek debrideman autolitik
f. Tahan air dan impermeabel terhadap bakteri
g. Dapat melekat sendiri pada permukaan luka
h. Nyeri bila dilepaskan dari luka
i. Tidak memerlukan dressing sekunder
Alginat merupakan derivat dari ganggang laut. Bila dressing kontak
Alginat dengan eksudat luka, akan terbentuk suatu gel hidrofilik pada
(alginate dressing) permukaan luka akibat pertukaran antara ion kalsium dalam dressing
dengan ion natrium dalam eksudat luka yang akan menciptakan
suatu lingkungan yang lembab untuk luka yang menyebabkan re-
epitelisasi dan pembentukan jaringan granulasi lebih optimal.
Karakteristik :
a. Digunakan sebagai dressing primer pada luka dengan
atau tanpa infeksi dengan eksudat sedang hingga
banyak
b. Memberikan lingkungan luka yang lembab
c. Merupakan absorben yang kuat
d. Mempunyai efek debrideman autolitik
e. Dapat mengisi dead space
f. Tidak nyeri dan atraumatik bila dilepaskan dari luka
g. Memerlukan dressing sekunder
Foam dressing
Merupakan foam polyurethane hidrofilik yang
dapat menyerap eksudat. Karakteristik :
a. Dapat digunakan sebagai dressing primer atau
sekunder pada luka dengan atau tanpa infeksi.
b. Memberikan lingkungan luka yang lembab
c. Merupakan absorben yang kuat
d. Tidak nyeri dan atraumatik bila dilepaskan dari
luka
Film transparan
(transparent film dressing)

Merupakan suatu membran polimer semipermeabel yang tipis dan


transparan yang dilapisi dengan suatu lapisan perekat akrilik yang
tahan air. Dressing ini dapat mempertahankan pertukaran udara atau
oksigen pada luka tetapi dapat mencegah masuknya air, kotoran dan
bakteri ke dalam luka. Karakteristik :
a. Dapat digunakan sebagai dressing primer atau sekunder
b. Tidak digunakan pada luka dengan infeksi atau luka eksudatif
c. Memberikan lingkungan luka yang lembab
d. Tidak menyerap eksudat
e. Permeabel terhadap oksigen, impermeabel terhadap air, kotoran
dan bakteri
f. Dapat melekat pada permukaan kulit (adesif)
g. Karena transparan, maka dapat memonitor proses penyembuhan
luka dengan lebih mudah
Dressing tranparant dengan bantalan luka

● Tipis dan transparan


● Terbuat dari bahan yang dapat
dilalui oleh oksigen dan uap air,
waterproof dan bateriaproof
(misal polyurethane)
● Daya rekat kuat, hipoalergi
(misalnya polyacrylate)
● Bantalan yang menyerap darah
dan eksudat , tetapi tidak
lengket (polyethylene)
Keuntungan penggunaan dressing Transparan
Sterile and waterproof barrier Highly breathable and conformable

Absorbent, cushioning, low adherent Antimicrobial properties prevent infection

Ref: Rubio, P.A., “Use of Semiocclusive, Transparent Film Dressings for Surgical Wound Protection; INTERNATIONAL
SURGERY, 1991:76
Klasifikasi dressing untuk penutup Luka Operasi

WHO. Global Guidelines for the Prevention of


Surgical Site Infection.2017

GDG (Guidelines Development Group)


Varian Dressing untuk mencegah dan mengatasi Surgical Site Infection (SSI)
Mekanisme kerja yang berbeda menghasilkan efek yang berbeda

Antibiotik topikal  Menurunkan tingkat infeksi  Membunuh bakteri

• Menghentikan pertumbuhan bakteri yang dapat menginfeksi luka terbuka


Silver
 Menghambat replikasi DNA  Merusak dinding sel dan plasma membran
 Merusak membran  Menonaktifkan enzim1
PHMB Merusak dinding dan membrane sel2

 Memiliki sifat antiseptik dan antimikroba.


Iodine
 Merusak protein dan membrane sel3
 Melawan infeksi kuman yang resisten terhadap antibiotik
Honey  Daya 0smolaritas berdampak pada integritas dinding sel4

DACC Ikatan hidrofobik. Tidak merusak dinding sel5

WHO. 2017.Global Guidelines for the Prevention of Surgical Site Infection


Konsep teknologi DACC
● DACC (dialkylcarbamoyl chloride) adalah turunan asam
lemak yang memiliki sifat hidrofobik.

● Mikroroganisme (bakteri, jamur) pathogen juga memiliki


sifat hidrofobik.

● Ketika partikel hidrofobik bertemu dengan partikel


hidrofobik maka akan terjadi ikatan hidrofobik.

● Pada saat dressing DACC diaplikasikan ke dasar luka, maka


mikroroganisme (bakteri, jamur) akan terikat secara
hidrofobik sehingga pada saat pergantian dressing bakteri
ikut terangkat dari dasar luka.

● Keuntungan : tidak ada pelepasan endotoksin dan resiko


resisten antimicrobial akibat bakteri yang dibunuh.
Chadwick, paul. Bacterial-binding dressings in the management of wound
healing and infection prevention: a narrative review. JOURNAL OF WOUND
CARE VOL 28, NO 6, JUNE 2019
Wound in OT ???
References
1. Keast D, Orsted H. The Basic Principles of Wound Healing. www.pilonidal.org/pdfs/Principles- of-
Wound-Healing.pdf.30/10/2007.
2. Wound Care guide. www.mckinley.uiuc.edu/Handouts/pdfs/wound_care.pdf. 30/10/2007
3. Diegelmann R.F, Evans M.C. Wound Healing : An Overview of Acute, Fibrotic and Delayed Healing.
Frontiers in Bioscience 2004;9:283-9.
4. Drosou A, Falabella A, Kirsner R.S. Antiseptics on Wounds : An Area of Controversy. Wounds
2003;15(5):149-66.
5. Ovingtin L.G. Advances in wound dressings. Clinics in Dermatology 2007;25:33-8.
6. Synthetic wound dressings. http://dermnetnz.org/procedures/dressings.html.
7. An Overview of the topical management of wounds. AVJ 1997;75(6):20819.
8. Wiseman D.M, Rovee D.T, Alvarez O.M. Wound Dressings : Design and Use.
Dalam : Cohen K, Diegelmann R.F, Lindblad R.F, ed. Wound Healing. Biochemical
& Clinical Aspects. Philadelphia : W.B. Saunders Company 1992:592-76.
THANK YOU
THANK YOU
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai