Anda di halaman 1dari 3

LUKA KOTOR DAN LUKA BERSIH

A.    PENGERTIAN
Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan
infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini mencakup
luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan luka yang
melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami perforasi.
Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %. (Potter and Perry, 2005)
Luka bersih adalah luka tidak terinfeksi yang memiliki inflamasi minimal dan tidak
sampai mengenai saluran pernapasan, pencernaan, genital atau perkemihan.
1.       Perawatan Luka Bersih
Prosedur perawatan yang dilakukan pada luka bersih (tanpa ada pus dan necrose), termasuk
didalamnya mengganti balutan.
2.       Perawatan Luka Kotor
Perawatan pada luka yang terjadi karena tekanan terus menerus pada bagian tubuh tertentu
sehingga sirkulasi darah ke daerah tersebut terganggu.

B.     TUJUAN
1.    luka bersih
 Mencegah timbulnya infeksi.
 Observasi perkembangan luka.
 Mengabsorbsi drainase.
 Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.
2.    Luka kotor
 Mempercepat penyembuhan luka.
 Mencegah meluasnya infeksi.
 Mengurangi gangguan rasa nyaman bagi pasien maupun orang lain.

C.     INDIKASI
1.      Luka bersih
 bersih tak terkontaminasi
 Balutan kotor dan basah  akibat eksternal ada rembesan/ eksudat.
 Ingin mengkaji keadaan luka.
2.      Luka kotor
 Kotor terkontaminasi dan luka terbuka.
 Ingin mengkaji keadaan luka.

D.    PENGKAJIAN JENIS – JENIS LUKA


1.      Berdasarkan tingkat kontaminasi
a) Clean Wounds (Luka bersih):
yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan
(inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak
terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan
dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% –
5%.
b) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi):
merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
c) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi):
termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan
besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini
juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% –
17%.
d) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi):
yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2.      Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a) Stadium I :
Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan
epidermis kulit.
b) Stadium II :
Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan
bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti
abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c) Stadium III :
Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau
nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan
fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang
dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d) Stadium IV :
Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan  tulang dengan
adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3.      Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a) Luka akut
yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang
telah disepakati.
b) Luka kronis
yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena
faktor eksogen dan endogen.
4. Klasifikasi penyembuhan luka
a. Penyembuhan primer
Penyembuhan luka dengan alat bantu seperti jaritan, klip atau tape. Pada
penyembuhan primer ini, kehilangan jaringan minimal dan pinggiran luka ditutup
dengan alat bantu. Menghasilkan skar yang minimal. Misalnya; luka operasi, laserasi
dan lainnya.
b. Penyembuhan sekunder
Penyembuhan luka pada tepi kulit yang tidak dapat menyatu dengan cara pengisian
jaringan  granulasi dan kontraksi. Pada penyembuhan ini, terdapat kehilangan
jaringan yang cukup luas, menghasilkan scar lebih luas, dan memiliki resiko terjadi
infeksi.  Misalnya pada leg ulcers, multiple trauma, ulkus diabetik, dan lainnya
c. Penyembuhan primer yang terlambat/ tersier
Ketika luka terinfeksi atau terdapat benda asing dan memerlukan perawatan luka/
pembersihan luka secara intensif maka luka tersebut termasuk penyembuhan primer
yang terlambat. Penyembuhan luka tersier diprioritaskan menutup dalam 3-5 hari
berikutnya. Misalnya luka terinfeksi, luka infeksi pada abdomen dibiarkan terbuka
untuk mengeluarkan drainase sebelum ditutup kembali, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai