Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) TROMBOSIS


1; Definisi
Stroke (CVA) atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap
gangguan neurologi mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya
aliran darah melalui sistem suplai arteri otak sehingga terjadi gangguan
peredaran darah otak yang menyebabkan terjadinya kematian otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke
trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan lumen
pembuluh darah otak karena trombus yang makin lama makin menebal,
sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran darah ini
menyebabkan iskemi, (Fransisca, 2008; Price & Wilson, 2006).
Stroke thrombosis dapat mengenai pembuluh darah besar termasuk sistem
arteri carotis atau pembuluh darah kecil termasuk percabangan sirkulus wilis
dan sirkulasi posterior. Tempat yang umum terjadi thrombosis adalah titik
percabangan arteri serebral khususnya distribusi arteri carotis interna.
(Fransisca, 2008; Price & Wilson, 2006).
2; Etiologi
Meurut Adib. M (2009) thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setetah
thrombosis.Beberapa keadaan yang menyebabkan trombosis otak:
a; Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
b; Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah serebral.
c; Arteritis( radang pada arteri )
3; Faktor Resiko
Faktor-faktor risiko pada stroke adalah menurut Adib. M (2009):
a; Hipertensi
Insidensi stroke bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan
berkurang bila tekanan darah dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg,
baik pada stroke iskemik, perdarahan intrakranial maupun perdarahan
subarachnoid.
b; Pebyakit jantung
Meliputi penyakit jantung koroner, kongestif, hipertrofi ventrikel kiri,
aritmia jantung dan atrium fibrilasi merupakan faktor risiko stroke
c; Diabetes melitus
Diabetes mellitus adalah faktor risiko stroke iskemik. Resiko pada wanita
lebih besar daripada pria. Bila disertai hipertensi, risiko menjadi lebih besar.
d; Peningkatan kadar lemak darah
Ada hubungan positif antara meningkatnya kadar lipid plasma dan
lipoprotein dengan aterosklerosis serebrovaskular; ada hubungan positif
antara kadar kolesterol total dan trigliserida dengan risiko stroke; dan ada
hubungan negatif antara menigkatnya HDL dengan risiko stroke.
e; Merokok
Risiko stroke meningkat sebanding dengan banyaknya jumlah rokok yang
dihisap per hari.
f; Obesitas
Sering berhubungan dengan hipertensi dan gangguan toleransi glukosa.
Obesitas tanpa hipertensi dan DM bukan merupakan faktor risiko stroke
yang bermakna.
g; Kurangnya aktivitas fisik/olahraga
Aktivitas fisik yang kurang memudahkan terjadinya penimbunan lemak.
Timbunan lemak yang berlebihan akan menyebabkan resistensi insulin
sehingga akan menjadi diabetes dan disfungsi endote.
h; Usia tua
Usia berpengaruh pada elastisitas pembuluh darah. Makin tua usia,
pembuluh darah makin tidak elastis. Apabila pembuluh darah kehilangan
elastisitasnya, akan lebih mudah mengalami aterosklerosis.
4; Patofisiologi
Menurut Francisca (2008), proses trombosis terjadi akibat adanya interaksi
antara trombosit dan dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan
kerusakan endotel pembuluh darah. Pada endotel yang mengalami kerusakan,
darah akan berhubungan dengan serat-serat kolagen pembuluh darah,
kemudian merangsang trombosit dan agregasi trombosit dan merangsang
trombosit mengeluarkan zat-zat yang terdapat di dalam granula-granula di
dalam trombosit dan zat-zat yang berasal dari makrofag yang mengandung
lemak. Akibat adanya reseptor pada trombosit menyebabkan perlekatan
trombosit dengan jaringan kolagen pembuluh darah.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ;
a; Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang
bersangkutan.
b; Edema dan kongesti disekitar area
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang besar. Edema dapat berkurang
dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan,CVA. Karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif.
6; Manifestasi klinis
Menurut tarwotto (2007), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau
bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi
kolateral.
Pada stroke akut gejala klinis meliputi :
a; Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang timbul
secara mendadak
b; Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
c; Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma)
d; Afasia (kesulitan dalam bicara)
e; Disatria (bicara cadel atau pelo)
f; Gangguan penglihatan, diplopia
g; Ataksia
h; Verigo, mual, muntah, dan nyeri kepala
7; Pemeriksaan Penunjang
a; Pemeriksaan radiologis
1; CT-Scan
Pada kasus stroke, CT-Scan dapat menentukan dan memisahkan antara
jaringan otak yang infark dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagus
juga untuk menilai kalsifikasi jaringan.
2; Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Secara umum lebih sensitif dibandingkan CT-Scan. MRI juga dapat
digunakan pada kompresi spinal.
b; Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada stroke akut meliputi
beberapa parameter yaitu hematologi lengkap, kadar gula darah, elektrolit,
ureum, kreatinin, profil lipid, enzim jantung, analisis gas darah, protrombin
time (PT) dan activated thromboplastin time (aPTT), kadar fibrinogen serta
D-dimer.
8; Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin (2008),
a; Penatalaksanaan Medis
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
sebagai berikut:
1; Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a; Mempertahankan saluran napas yang paten, yaitu sering lakukan
penghisapan lendir, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernapasan.
b; Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha
memperbaiki hipertensi dan hipotensi.
2; Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
a; Merawat kandung kemih, serta sedapat mungkin jangan memakai
kateter
b; Menempatkan klien pada posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin. Posisi klien harus diubah setiap 2 jam dan dilakukan
latihan-latihan gerak pasif.
b; Pengobatan Konservatif
1; Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan
2; Dapat diberikan histamine, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intraarterial
3; Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan
peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
4; Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem
kardiovaskular.
c; Pengobatan Pembedahan
1; Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
2; Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3; Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
4; Ligasi arteri karotis komunis di leher khusunya pada aneurisma.
9; Komplikasi
Menurut Muttaqin (2008), setelah mengalami stroke klien mungkin akan
mengalami komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokkan berdasarkan:
a; Dalam hal immobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi, dan
tromboflebitis
b; Dalam hal paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas, dan terjatuh
c; Dalam hal kerusakan otak: epilepsy dan sakit kepala
d; Hidrosefalus
10; Diagnosa Keperawatan dan intervensi
a; Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien tidak menunjukkan


peningkaatan TIK, dengan kriteria:
1; Klien akan mengatakan tidak sakit kepala dan merasa nyaman
2; Mencegah cedera
3; TTV normal, GCS normal
Intervensi :
1; Ubah posisi klien secara bertahap
2; Atur posisi klien bedrest
3; Berikan lingkungan yang nyaman
4; Tinggikan kepala
5; Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK dengan cara
6; Monitor TTV

Rasional :
1; Klien dengan paraplegia berisiko mengalami luka tekan (dekubitus).
Perubahan posisi setiap 2 jam dan melindungi respon klien dapat
mencegah teterjadinya luka tekan akibat tekanan yang lama karena
jaringan tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen yang dibawa oleg
darah
2; Bedrest bertujuan mengurangi kerja fisik, beban kerja jantung, mengatasi
keadaan high output yang disebabkan oleh tiroksin, anemia, beri-beri, dll,
3; Suasana terang akan memberikan rasa nyaman pada klien dan mencegah
ketegangan
4; Membantu drainase vena untuk mengurangi kongesti serebrovaskuler
5; Fungsi kortikal dapat dikaji dengan mengevaluasi pembukaan mata dan
respon motorik. Tidak ada respon menunjukkan kerusakan mesenfalon.
6; TIK. Perubahan nadi dapat menunjukkan tekanan
b; Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neurovascular
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien akan memiliki
mobilitas fisik yang maksimal dengan kriteria:
1; Tidak ada kontraktur otot
2; Tidak ada ankilosis pada sendi
3; Tidak terjadi atropi
4; Mampu menggunakan alat bantu secara efektif

Intervensi :
1; Kaji fungsi motorik dan sensorik dengan mengobservasi setiap
ekstremitas secara terpisah terhadap kekuatan dan gerakan normal,
respon terhadap rangsang
2; Lakukan latihan secara teratur dan letakkan telapak kaki klien di lantai
saat duduk di kursi atau papan penyangga saat tidur di tempat tidur
3; Lakukan latihan di tempat tidur. Lakukan latihan kaki sebanyak 5x
kemudian ditingkatkan secara perlahan sebanyak 20x setiap latihan
4; Lakukan latihan pergerakan sendi (ROM) 4x sehari setelah 24 jam
serangan stroke jika sudah tidak mendapat terapi

5; Bantu klien duduk atau turun dari tempat tidur


Rasional :
1; Lobus frontal dan parietal berisi saraf-saraf yang mengatur fungsi
motorik dan sensorik dan dapat dipengaruhi oleh iskemia atau perubahan
tekanan
2; Dapat terjadi dislokasi panggul jika meletakkan kaki terkulai dan jatuh
serta mencegah fleksi
3; Membantu klien hemiplegia latihan di tmpat tidur berarti memberikan
harapan dan mempersiapkan aktivitas di kemudian hari akan perasaan
optimis sembuh.

4; Lengan dapat menyebabkan nyeri dan keterbatasan pergerakan


berhubungan dengan fibrosis sendi atau subluksasi
5; Klien hemiplegia mempunyai ketidakseimbangan sehingga perlu dibantu
untuk keselamatan dan keamanan
c; Defisit perawatan diri b.d paralisis, hemiparesis, quadriplegia
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam, pemenuhan
kebersihan mandi, gigi, dan mulut, berpakaian, menyisir rambut terpanuhi
dengan kriteria:
1; Klien tampak bersih dan rapi
2; Napas tidak berbau
3; Kebutuhan terpenuhi
Intervensi :
1; Bantu klien mandi
2; Lakukan oral higyene
3; Bantu klien berpakaian
4; Bantu klien menyisir rambur
5; Bantu klien mengganti alas tempat tidur
6; Ganti alas tempat tidur
Rasional :
1; Memandikan klien merupakan alah satu cara memperkecil infeksi
nosokomial, dengan memandikan klien perawat akan menemukan
kelainan pada kulit seperti memar, tanda lahir, kulit pucat, dekubitus, dll.
2; Membersihkan mulut dan gigi, perawat dapat mengetahui adanya
kelainan seperti karies, gigi palsu, gusi berdarah, napas bau aseton
sebagai cirri khas DM serta adanya tumor
3; Merupakan bentuk fisioterapi
4; Mengurangi resiko terjadinya ruam, infeksi pada klien
5; Alas tempat tidur tempat berkembangnya kuman

Anda mungkin juga menyukai