Anda di halaman 1dari 5

Pemeriksaan Penunjang

Diare
Diare adalah buang air besar yang lebih sering dan dengan konsistensi yang lebih
encer dari biasanya. Berdasarkan lamanya, etiologi, dan manifestasi klinis, diare dapat
digolongkan menjadi diare akut, diare berlanjut/persisten, atau diare kronis. Diare akut adalah
diare dengan konsistensi cair karena infeksi yang berlangsung kurang dari 7 hari.
Pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan melalui tinja dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berupa dehidrasi, asidosis metabolik,
hipokalemia, hiponatremia, hipernatremia, dan hipoglikemia. Pada diare invasif (disenteri)
dapat terjadi sepsis dan komplikasi sistemik lainnya.
Pada diare akut cair mungkin tidak diperlukan pemeriksaan penunjang, kecuali pada
dehidrasi berat dan indikasi khusus. Pada sindrom disenteri kultur tinja dan uji resistensi
diperlukan karena penyebabnya tidak selalu Shigella dan meningkatnya resistensi kuman
terhadap antibiotik.
Pada PPM IDAI pemeriksaan penunjang pada diare akut sebagai berikut:
 Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
 Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja:
1. Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau
2. Mikroskopis: leukosit, eritrosist, parasit, bakteri
3. Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
4. Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
 Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit
Disentri
Banyak organisme yang bisa menyebabkan diare berdarah dan tidak berdarah,
konsekuensi klinis dari disentri akut infeksius bisa lebih berat dari[ada kasus diare tidak
berdarah. Pemeriksaan penunjang sangat disarankan untuk mengetahui diagnosis etiologi
pasien dengan diare berdarah.
Disentri didefinisikan sebagai serangan akut dari diarea kurang dari 14 hari dimana
pasien memiliki BAB dengan darah. Tidak semua tinja pada penyakit disentri mengandung
darah yang terlihat, bahkan tinja lebih banyak mengandung mukus. Toksisitas sistemik dan
demam sering dikaitkan dengan disentri. Ketika diare berdarah kronik lebih dari 30 hari atau
seseorang mengalami BAB berdarah tanpa diare (hematochezia), penyebab non-infeksius,
maka tindakan bedah perlu dilakukan.
Ketika pasien mengalami diare berat, atau dengan demam (lebih dari 39oC) , atau
darahterlihat di tinja tak beberntuk dengan mukus, dimana pasien awalnya sehat, maka
diagnosis kemungkinan adalah infectious bacterial colitis. Patogen ini juga bisa menghasilkan
diare cair tanpa disertai disentri. Starin Shigella, Salmonella, dan Campylobacter penting
sebagai penyebab disentri di berbagai belahan dunia. Di negara tropis dan semitropis yang
berkembang, E. hystolytica penting sebagai penyebab disentri di anak yan lebih tua dan orang
dewasa yang hidup di area terpencil. Di negara maju, STEC lebih sering menyebabkan
disentri.

Ketika pasien memiliki manifestasi klinis berupa disentri akut, tes diagnostik paling
penting adalah kultur tinja untuk mengetahui etiologi bakteri colitis.
Daftar Pustaka
Pfeiffer ML, DuPont HL, Ochoa TJ. The patient presenting with acute dysentery—a
systematic review. J Infect. 2012;64(4):374‐386. doi:10.1016/j.jinf.2012.01.006
IDAI. (2009). Pedoman Pelayanan Medis . Jakarta: IDAI.
ANMAL
1. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya diare tanpa disertai darah dan mukus?
Diare yang disertai darah dan mukus termasuk diare inflamatorik. Penyebabnya (1) infeksi
bakteri yang bersifat invasif seperti Campylobacter Jejuni. Shigella, Salmonella Yersinia
enterocolica. Enteroinvasive Eschericia coli (EIEC), Enterohemorrhagic Eschericia coli
(EHEC), Clostridium difficile atau infeksi amuba ; (2) non-infeksi berupa gluten sensitive
enteropathy, inflammatory bowel disease, atau radiasi. Karakteristik berupa feses dengan pus,
mukus, atau darah karena kerusakan mukosa. Analisis feses menunjukkan leukosit, fecal
lactoferrin, dan calciprotetin positif. Diare diare diluar dari etiologi diatas tidak mempunyai
karakteristik seperti itu diare tersebut tergolong dalam diare osmotik, sekretorik, dan
dismotilitas
2. Mengapa Budi tidak mau minum sehari sebelum dirawat
Pada awalnya, dehidrasi merangsang pusat haus di otak, menyebabkan penderita minum lebih
banyak air. Bila asupan cairan tidak dapat mengimbangi pengeluarannya, dehidrasi akan
menjadi lebih berat. Jumlah keringat akan berkurang dan hanya sedikit menghasilkan air
kemih. Air akan berpindah dari cadangan dalam sel ke dalam aliran darah. Bila dehidrasi
berlangsung terus menerus, jaringan tubuh mulai mengering. Sel-sel mulai mengkerut dan
mengalami gangguan fungsi. Salah satu gangguan fungsinya adalah penurunan kesadaran,
tandanya adalah pasien akan jadi malas minum. Budi dalam kasus mengalami penurunan
kesadaran karena dehidrasi sehingga ia menjadi malas minum
3. Bagaimana epidemiologi disentri?
Disentri basiler terjadi di seluruh dunia dan bertanggung jawab terhadap lebih dari 600.000
kematian setiap tahun, dengan 2/3 kasus kematian muncul pada anak-anak usia dibawah 10
tahun (Public Health Agency of Canada, 2005). Penularan penyakit ini umumnya disebabkan
karena person-to-person infection. Selain itu dapat terjadi melalui makanan atau minuman
yang telah terkontaminasi bakteri Shigella sp., menggunakan air yang tercemar, dan
kurangnya higienitas (Shigellosis Investigation Guidelines, 2012). Terkait dengan higienitas,
disentri basiler terutama terdapat pada negara berkembang dengan kebersihan lingkungan
yang kurang dan penghuni padat. Disentri basiler mudah menyebar pada kondisi lingkungan
yang jelek (Tjokoprawiro, 2007). Di Amerika, penyebab disentri basiler paling banyak adalah
Shigella sonnei yang mencapai 75,2% dan kejadian terendah disebabkan oleh Shigella
dysentriae yaitu sebesar 0,3% dari jumlah keseluruhan kasus disentri basiler (CDC, 2012).
Selain itu, pada tahun 2012 juga dilaporkan bahwa umur ratarata terjangkit disentri basiler
akibat Shigella sonnei adalah umur 7 tahun dan angka tersebut relatif sama dari tahun ke
tahun (CDC, 2012).
Di Indonesia, dari hasil penelitian yang dilakukan di berbagai rumah sakit dari tahun 1998
sampai dengan 1999, terdapat 3848 penderita diare berat dan 5% disebabkan oleh bakteri
Shigella sp. (Subekti et al., 2001). Selain itu juga dilaporkan bahwa 29% kematian anak-anak
usia 1 hingga 4 tahun yang disebabkan diare adalah akibat disentri basiler (Nafianti dan
Sinuhaji, 2005).
4. Bagaimana SKDI disentri?
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit
tersebut secara mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter

Anda mungkin juga menyukai