Anda di halaman 1dari 15

Atika Ayu Idadya

04011381823215
BETA 2018
Kelompok B5

Learning Issue
OBAT GLIMEPIRIDE
Glimepiride merupakan suatu obat anti diabetes melitus golongan sulfonilurea generasi kedua
yang diberikan secara oral dan berfungsi menurunkan gula darah dengan cara meningkatkan
kerja insulin dalam proses pengambilan glukosa perifer. Glimepiride dapat mencapai
penurunan glukosa darah dengan dosis paling rendah dari semua senyawa sulfonilurea
sehingga obat ini mempunyai potensi hipoglikemik 100x lebih besar dari pada obat anti
diabetes golongan sulfonil urea generasi pertama. Dosis tunggal besar 1 mg terbukti efektif
dan dosis harian maksimal yang dianjurkan adalah 8 mg. Glimepiride mempunya waktu
paruh 5 jam dan dimetabolisme secara lengkap oleh hati menjadi produk yang tidak aktif.

FARMAKOKINETIK
Glimepiride secara oral dapat diabsorpsi sempurna (100%) pada sistem pencernaan.
Penelitian pada pasien normal yang mendapat dosis tunggal per oral dan pada pasien NIDDM
yang mendapat dosis berulang menunjukkan hasil yang bermakna pada absorpsi glimepiride
yaitu dapat dicapai dalam 1 jam setelah pemberian dan kadar puncak obat (C max) dapat
dicapai pada 2 hingga 3 jam. Bila glimepiride diberikan pada saat makan, T max rata-rata
(waktu yang dibutuhkan untuk mencapai C max) sedikit meningkat (12%) dan C max ratarata
dan AUC (area under curve) sedikit menurun (berturut-turut 8% dan 9%). Glimepiride
dimetabolisme secara sempurna melalui biotransformasi oksidatif setelah pemberian dosis
oral. Metabolit utama adalah turunan cyclohexyl hydroxy methyl (M1) dan turunan carboxyl
(M2). Sitokrom P450 II C9 ikut terlibat dalam biotransformasi glimepiride menjadi M1. M1
kemudian dimetabolisme menjadi M2 oleh satu atau beberapa enzim sitosolik, M1, tetapi
tidak M2, mempengaruhi 1/3 dari aktivitas farmakologi dibandingkan dengan
senyawainduknya pada contoh yang dilakukan pada hewan.
Absorpsi
Sulfonilurea diabsorpsi oleh usus setelah pemasukan oral sebanyak 100%. Hiperglikemia
dapat menurunkan absorpsi sulfonilurea karena dapat menurunkan motilitas, hal yang sama
juga terjadi dengan pemasukan makanan. Oleh sebab itu untuk mengoptimalkan absorpsi,
konsumsi sulfonilurea sebaiknya dilakukan sekitar 30 menit sebelum makanan. Studi dengan
glimepiride dosis tunggal menunjukkan absorpsi obat dalam 1 jam setelah administrasi dan
pencapaian peak drug level pada waktu 2 hingga 3 jam. Pada saat obat dikonsumsi dengan
makanan, pencapaian peak drug level menjadi semakin cepat sebanyak 12%, serta jumlah
dan area under the curve (AUC) menurun sedikit sekitar 8% dan 9%. Ada juga studi yang
menyatakan bahwa efek glimepiride 2 mg terhadap glukosa darah selama 2 minggu pada saat
konsumsi sebelum atau sesudah makan pagi tidak begitu berbeda selama periode 0-4 jam

Distribusi
Setelah absorpsi, sulfonilurea juga hampir secara keseluruhan terikat oleh protein plasma
(>99.5%), terutama albumin. Distribusi volume obat adalah 113 mL/kg, dan total body
clearance adalah 47.8 mL/menit.

Metabolisme
Hasil metabolisme glimepiride adalah derivat sikloheksil hidroksi metil (M1) dan derivat
karboksil. Sitokrom P450 2C9 berperan dalam transformasi glimepiride menjadi M1. M1
memiliki sekitar sepertiga dari aktivitas farmakologi glimepiride dan hingga saat ini masih
tidak jelas apakah memiliki dampak yang bermakna pada tingkat gula darah manusia. M2
bersifat inaktif.

Ekskresi

Waktu paruh glimepiride adalah 5-8 jam dan metabolitnya dapat terus aktif hingga 3-6 jam.
Ekskresi terjadi sekitar 80% pada urin. Efek biologis glimepiride seringkali lebih lama dari
waktu paruhnya oleh karena interaksi reseptor dan pembentukan metabolit aktif (M1).
Efeknya pun juga dapat berlangsung lebih lama, terutama pada pasien-pasien dengan gagal
ginjal

FARMAKODINAMIK
Glimepiride dapat dikategorikan sebagai sulfonilurea generasi kedua ataupun ketiga
tergantung dari sumber yang dikutipnya. Sulfonilurea generasi kedua termasuk gliclazide,
glipizide, glibenclamide, dan glimepiride. Semua sulfonilurea memiliki struktur kimia yang
mirip namun pada generasi kedua memiliki kapasitas binding pada sel beta yang lebih
selektif sehngga memiliki potensi yang lebih tinggi dan dapat diberikan dengan dosis yang
lebih rendah dari pada generasi pertama. Sulfonilurea generasi pertama (contoh: tolbutamide,
chlorpropamide) sudah tidak dipakai lagi.

Efek penurunan kadar glukosa ringan nampak setelah pemberian dosis oral tunggal pada
dosis rendah 0.5 – 0.6 mg. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai efek yang maksimum
adalah sekitar 2 hingga 3 jam.

INTERAKSI OBAT
1. Risiko hipoglikemia akan meningkat pada pemberian glimipiride bersama-sama
dengan obat-obat tertentu, yaitu NSAID dan obat lain dengan ikatan protein tinggi,
seperti salisilat, sulfonamida, kloramfenikol, kumarin, probenesid, MAO inhibitors, β-
adrenergic blocking agents.
2. Daya kerja glimepiride dalam menurunkan kadar glukosa darah akan menurun jika
diberikan bersamaan dengan obat-obat yang cenderung menimbulkan hiperglikemia,
seperti tiazid dan diuretik lain, kortikosteroid, fenotiazin, produk-produk kelenjar
tiroid, estrogen, kontrasepsi oral, fenitoin, asam nikotinat, simpatomimetik dan
isoniazid.
3. Pemberian propanolol (40 mg tid) dan glimepiride meningkatkan Cmax, AUC, dan
T1⁄2 dari glimepiride sebesar 23%, 22% dan 15% serta menurunkan CL/f sebesar
18%, pasien perlu diperingatkan akan potensi hipoglikemia yang akan terjadi.
4. Pemberian glimepiride bersamaan dengan warfarin akan menurunkan respon
farmakodinamik dari warfarin.
5. Interaksi antara mikonazol oral dan obat hipoglikemia oral dilaporkan dapat
menyebabkan hipoglikemia.
6. Glimepiride berpotensi terjadi interaksi dengan fenitoin, diklofenak, ibuprofen,
naproksen dan asam mefenamat, karena seluruhnya dimetabolisme oleh sitokrom
P450 II C9.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


A. Indikasi

- Merupakan obat golongan sulfonylurea untuk pengobatan diabetes melitus tipe II,
diresepkan sebagai tambahan pada diet dan olahraga.
- Menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang tubuh memproduksi insulin
lebih banyak.
B. Kontraindikasi

- Pasien yang hipersensitif terhadap obat ini, obat-obat golongan sulfonamida lain, atau
bahan-bahan tambahan lain (yang menimbulkan resiko hipersensitif).

- Pasien dengan ketoasidosis diabetes, dengan atau tanpa koma. Keadaan seperti ini
harus diatasi dengan terapi insulin.

EFEK SAMPING

- Gangguan pada saluran cerna seperti muntah, nyeri lambung dan diare.

- Reaksi alergi seperti pruritus, erythema, urtikaria, erupsi morbiliform atau


maculopapular, reaksi ini bersifat sementara dan akan hilang meskipun penggunaan
glimepiride harus dihentikan.

- Gangguan metabolisme berupa hiponatremia.

- Perubahan pada akomodasi dan/atau kaburnya penglihatan.

- Reaksi hematologik seperti leukopenia, agranulositosis, trombositopenia, anemia


hemolitik, anemia aplastik, dan pansitopenia.

DOSIS DAN CARA PEMAKAIAN


Bentuk sediaan glimepiride adalah tablet.
Dosis : Kadar glukosa darah pasien dan HbA1c harus diukur secara berkala untuk
menetapkan dosis minimum yang efektif bagi pasien tersebut dengan tujuan:

- Untuk mendeteksi kegagalan primer yaitu tidak adanya penurunan berarti dari gula
darah pada pemberian dosis maksimum yang diperbolehkan

- Untuk mendeteksi kegagalan sekunder yaitu hilangnya respon penurunan glukosa


darah setelah adanya periode keefektifan inisial.

Dosis awal : 1-2 mg satu kali sehari, diberikan bersamaan makan pagi atau makanan
utama yang pertama. Untuk pasien yang lebih sensitif terhadap obat-obat hipoglikemik, dosis
awal yang diberikan sebaiknya dimulai dari 1 mg satu kali sehari, kemudian boleh dinaikkan
(dititrasi) dengan hati- hati.
Dosis lanjutan: 1-4 mg satu kali sehari. Dosis maksimum yang dianjurkan 8 mg satu kali
sehari. Pada saat pemberian telah mencapai dosis 2 mg maka kenaikan dosis tidak boleh
melebihi 2 mg dengan interval 1-2 minggu tergantung dari respon gula darah pasien. Efikasi
jangka panjang harus dimonitor dengan mengukur kadar HbA1c setiap 3-6 bulan.
Atika Ayu Idadya
04011381823215
BETA 2018
Kelompok B5

Learning Issue
OBAT METFORMIN
Metformin adalah anti-diabetes oral yang termasuk pada kelas biguanid. Metformin
merupakan obat pilihan pertama untuk penderita diabetes tipe 2, khususnya untuk orang-
orang dengan kelebihan berat badan dan gemuk serta orang-orang dengan fungsi ginjal yang
normal. Metformin digunakan untuk penderita diabetes yang baru terdiagnosis stelah dewasa.
Obat ini dapat digunakan sebagai kombinasi terapi pada penderita yang tidak responsif atau
tidak mempan setelah penggunaan terapi tunggal sulfonylurea. Selain itu, kadang digunakan
pula untuk mengurangi dosis insulin apabila dibutuhkan

FARKMAKOKINETIK
Absorpsi
Bioavailabilitas absolut dari metformin hidroklorida tablet 500 mg, diberikan pada kondisi
pasien berpuasa, adalah sekitar 50% ‒ 60%. Makanan menurunkan kecepatan absorpsi
metformin.
Waktu puncak plasma sediaan regular adalah 2-3 jam, sedangkan sediaan extended
release adalah 4-8 jam.
Konsentrasi plasma secara stabil dapat dicapai dalam waktu 24‒48 jam, umumnya <1 µg/mL.
Pada uji klinis, pemberian metformin hidroklorida tablet, bahkan pada dosis maksimum
sekalipun, kadar plasma maksimum tidak melebihi 5 mcg/mL Pada dosis reguler, efek
maksimum metformin dapat terjadi dalam dua minggu
Distribusi
Ikatan metformin dengan protein plasma adalah minimal, dan dapat diabaikan. Volume
distribusi: 650 L, pada obat kerja reguler. Metformin dapat terdistribusi masuk ke dalam
eritrosit.
Metabolisme
Metformin tidak melalui efek lintas pertama di hepar.
Eliminasi
Renal clearance berkisar 3,5 kali lebih besar daripada creatinine clearance. Pada penggunaan
tablet metformin kerja reguler, renal clearance sekitar 450‒540 mL/menit.
Ekskresi metformin 90% terjadi di urin, dalam bentuk tidak berubah. Sekitar 90% dari dosis
obat yang diabsorpsi, diekskresikan ke urin dalam waktu 24 jam pertama, setelah konsumsi
metformin per oral.
Waktu paruh plasma sekitar 6,2 jam. Waktu paruh dalam darah adalah sekitar 17,6 jam. Hal
ini berkenaan dengan massa eritrosit yang dapat menjadi kompartemen dalam pendistribusian
obat ini.
Durasi kerja sampai 24 jam, tidak berikatan dengan protein plasma, tidak terjadi metabolisme
dan diekskresikan oleh ginjal sebagai senyawa aktif .
Waktu paruh: 3-6 jam.
Dosis: 3 dd 500 mg atau 2 dd 850 mg, bila perlu setelah 1-2 minggu perlahan-lahan
dinaikkan sampai maksimal 3 dd 1g.

FARMAKODINAMIK
Farmakodinamik metformin berbeda dengan obat antidiabetik lainnya, yaitu dengan cara
menurunkan produksi glukosa hepatik, menurunkan absorpsi glukosa intestinal, memperbaiki
sensitivitas insulin dengan cara meningkatkan pengambilan dan penggunaan glukosa perifer.
Penggunaan metformin tidak menjadikan pasien diabetik tipe 2 atau orang normal mengalami
hipoglikemia. Kecuali, dalam hal tertentu, yaitu metformin dikombinasikan pemberiannya
bersamaan dengan insulin, atau obat lain yang memiliki efek hipoglikemia. Metformin juga
tidak menyebabkan hiperinsulinemia. Dengan terapi metformin, sekresi insulin tidak berubah.
Hal ini berkenaan dengan menurunnya kadar insulin puasa, dan respon insulin plasma harian.
Kecil kemungkinan metformin meningkatkan berat badan. Sebaliknya, berat badan dapat
menurun pada terapi dengan metformin.
Mekanisme : Bekerja langsung pada hati (hepar), menurunkan produksi glukosa hati. Tidak
merangsang sekresi insulin oleh kelenjar pankreas.
Efek samping: Flu, palpitasi, sakit kepala, asidosis laktat, anoreksia, diare, dan gangguan
penyerapan vitamin B12, terjadi pada hingga 20% pasien
Kombinasi Obat: Gliburid, Glipizid, Glibenklamid, dan Rosiglitazon

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


A. Indikasi : Diabetes Mellitus Tipe 2
B. Kontraindikasi: Metabolik asidosis akut atau kronik dengan/tanpa koma, Kondisi akut
yang dapat mengubah fungsi ginjal (contoh: dehidrasi, infeksi parah, infeksi, syok),
Penyakit akut atau kronik akibat hipoksia (contoh: ketidakstabilan jantung atau gagal
jantung, Recent Myocardial Infraction, syok), Keracunan alcohol akut atau
Alkoholoik. Gangguan ginjal berat (eGFR<30mL/min). Pemberian agen kontras
iodium dalam intravascular.

EFEK SAMPING
1. Efek samping metformin yang paling umum adalah iritasi pada saluran pencernaan
misalnya diare, kram perut, mual, muntah, perut kembung dan lebih sering kentut.
Efek samping obat ini pada saluran pencernaan lebih tinggi dibandingkan obat anti
diabetes lainnya.
2. Efek samping yang lebih serius namun jarang terjadi adalah asidosis laktat. Kejadian
lebih sering bila pasien juga menderita gangguan hati, ginjal paru, gangguan jantung
kongestif atau mengkonsumsi alkohol secara berlebihan. Jika efek samping ini terjadi
segera hentikan pemakaian obat dan hubungi pihak medis. Tanda-tanda asidosis laktat
adalah : merasa sangat lemah, lelah, atau tidak nyaman, nyeri otot, kesulitan bernapas,
gangguan perut, merasa kedinginan, pusing, detak jantung lambat atau tidak teratur.
3. Pada penggunaan jangka panjang, waspadai terjadinya malabsorpsi vitamin B12.
4. Efek samping lain eritema, pruritus, urtikaria dan bisa menyebabkan hepatitis jika
diberikan pada dosis tinggi dan jangka waktu lama.

INTERAKSI ANTAR OBAT


1. Cimetidine, antibiotik cefalexin mengurangi clearance metformin oleh ginjal sehingga
menyebabkan peningkatan konsentrasinya dalam plasma.
2. Obat kationik misalnya amilorid, digoxin, morfin, procainamide, quinidine, kina,
ranitidine, triamterene, trimetoprim, atau vankomisin, secara teoritik juga bisa
menyebabkan peningkatan konsentrasi plasma metformin dengan mekanisme yang
sama.
MEKANISME KERJA GLIMEPIRIDE DENGAN METFORMIN

Metformin menstimulasi uptake glukosa, menekan produksi glukosa hepatik berlebih, dan
mengurangi absorpsi glukosa di usus. Golongan biguanid ini juga memperbaiki resistensi
insulin, memiliki kecepatan respons awal yang tinggi, aman, tidak menyebabkan kenaikan
berat badan, dan menguntungkan terhadap profil lipid. Sulfonilurea dan biguanid memiliki
mekanisme kerja yang saling melengkapi, dengan efek antihiperglikemik yang sinergis dan
tidak meningkatkan reaksi simpang dari masing-masing golongan. Sulfonilurea (glimepirid)
menstimulasi sel Beta untuk melepaskan insulin, sedangkan metformin mengurangi produksi
glukosa hepatik, menurunkan absorpsi glukosa di usus, serta memperbaiki sensitivitas insulin
melalui perbaikan uptake dan penggunaan glukosa perifer.

Gambar 1. Mekanisme kerja glimepiride dan metformin

Glimepirid merupakan SU generasi ketiga dengan durasi kerja lebih panjang dan onset yang
lebih cepat. Berbeda dengan SU lainnya, glimepirid mampu mengurangi komplikasi
kardiovaskular (ischemic preconditioning) dan menyesuaikan kadar insulin yang disekresikan
dengan kadar gula darah, terutama dalam keadaan post prandial, sehingga insiden
hipoglikemia glimepirid lebih rendah daripada glibenklamid. Dengan profil yang dimiliki
keduanya, kombinasi metformin/glimepirid lebih efektif dan aman bagi penyandang DM tipe
2 yang telah gagal dengan monoterapi AHO.

Berikut merupakan mekanisme kerja kombinasi glimepiride dengan biguanides (metformin)


yang saling melengkapi satu sama lain:

- Kedua senyawa memiliki efek antihipperglycaemic sinergis tanpa meningkatkan efek


samping kelas farmakologis.

- Glimepiride bertindak melalui sel beta pankreas yang merangsang untuk melepaskan
insulin dan juga meningkatkan sensitivitas perifer insulin.

- Metformin menurunkan produksi glukosa hepatik, menurunkan penyerapan glukosa usus


dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan meningkatkan penyerapan glukosa dan
pemanfaatan perifer.
ANALISIS MASALAH
1. Apa saja faktor penyebab penurunan kesadaran pada kasus?
Kemungkinan beberapa faktor yang menyebabkan kondisi penurunan kesadaran pada
kasus adalah sepsis, hipoglikemi, uremikum,
Asupan makan sedikit + konsumsi obat glimepiride (meningkatkan sekresi insulin)
jangka panjang  kadar serum glucagon menurun  hati tidak dapat mengubah glikogen
menjadi glukosa  hipoglikemia  suplai glukosa ke otak tidak adekuat + hypoglycemia
unawareness  tidak sadar.
Selain itu, tidak sadar pada kasus bisa juga disebabkan oleh riwayat hipoglikemia berat,
ketidaksadaran hipoglikemia (hypoglycemia unawareness), atau keduanya karena
neuropati otonom pada usia lanjut. Sulfonylurea bekerja dengan memacu pelepasan
insulin dari sel beta pankreas dengan cara berikatan dengan reseptor sulfonylurea pada sel
beta pankreas yang menyebabkan inhibisi efluks ion kalium dan menyebabkan
depolarisasi dan pelepasan insulin. Pemakaian sulfonylurea jangka panjang pada pasien
DM tipe 2 dapat menurunkan kadar serum glukagon yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya hipoglikemia. Mekanisme inhibisi glukagon ini terjadi karena stimulasi
pelepasan insulin dan somatostatin menghambat sekresi sel alfa pankreas.
2. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi dari metformin?
Indikasi : Diabetes Mellitus Tipe 2
Kontraindikasi : Metabolik asidosis akut atau kronik dengan/tanpa koma, Kondisi akut
yang dapat mengubah fungsi ginjal (contoh: dehidrasi, infeksi parah, infeksi, syok),
Penyakit akut atau kronik akibat hipoksia (contoh: ketidakstabilan jantung atau gagal
jantung, Recent Myocardial Infraction, syok), Keracunan alcohol akut atau Alkoholoik.
Gangguan ginjal berat (eGFR<30mL/min). Pemberian agen kontras iodium dalam
intravascular.
3. Bagaimana mekanisme terjadinya GDS yang rendah pada kasus?

Hipoglikemia adalah suatu keadaan idmana kadar gula (glukosa) secara abnormal rendah,
dimana pancreas mensekresi insulin secara berlebihan sehingga sel-sel di dalam tubuh
pun menyerap lebih banyak gula (glukosa) dari dalam darah. Menurunnya kadar gula
darah inilah yang menyebabkan seseorang menjadi lemas dan sempoyongan.

Tingkat gula darah dapat tiba-tiba menjadi terlalu rendah karena berbagai alasan,
diantaranya adalah :
- aktivitas fisik berlebihan,
- penggunaan dosis yang tidak tepat untuk insulin/obat anti diabetes atau
- tidak cukup makan atau makan terlambat.
- Keadaan tersebut sifatnya ringan dan dapat ditangani dengan cepat dengan
memberikan makan atau minum sesuatu berkadar gula tinggi seperti teh manis atau
jus buah manis.
4. Bagaimana edukasi terhadap pasien pada kasus?
Hipoglikemia dicegah dengan mengikuti pola makan, penyuntikan insulin dan latihan
yang teratur. Makan cemilan antara jam-jam makan dan saat akan tidur malam diperlukan
untuk melawan efek insulin yang maksimal. Pasien harus menghadapi saat puncak kerja
insulin dengan mengkonsumsi cemilan dan makanan tambahan pada saat melakukan
aktivitas fisik dengan intensitas yang lebih besar. Pemeriksaan rutin kadar glukosa darah
harus dilakukan sehingga perubahan kebutuhan insulin dapat diantisipasi dan disesuaikan.

Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan


kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti me- rokok, meningkatkan aktifitas fisik,
dan mengu- rangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.
Adapun stategi penanggulangannnya sebagai berikut (Moh Joeharno,2009):
1. Primordial prevention
merupakan upaya untuk mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan keadaan risiko
rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum.
Pada upaya penanggulangan DM, upaya pencegahan yang sifatnya primordial adalah :
7. Intervensi terhadap pola makan dengan tetap mempertahankan pola makan
masyarakat yang masih tradisional dengan tidak membudayakan pola makan cepat
saji yang tinggi lemak,
8. Membudayakan kebiasaan puasa senin dan kamis
9. Intervensi terhadap aktifitas fisik dengan mempertahankan kegiatan-kegiatan
masyarakat sehubungan dengan aktivitas fisik berupa olahraga teratur (lebih
mengarahkan kepada masyarakat kerja) dimana kegiatan-kegiatan masyarakat yang
biasanya aktif secara fisik seperti kebiasaan berkebun sekalipun dalam lingkup kecil
namun dapat bermanfaat sebagai sarana olahraga fisik.
10. Menanamkan kebiasaan berjalan kaki kepada masyarakat
2. Health promotion
sehubungan dengan pemberian muatan informasi kepada masyarakat sehubungan dengan
masalah kesehatan. Dan pada upaya pencegahan DM, tindakan yang dapat dilakukan
adalah :
a. Pemberian informasi tentang manfaat pemberian ASI eksklsif kepada masyarakat
khususnya kaum perempuan untuk mencegah terjadinya pemberian susu formula yang
terlalu dini
b. Pemberian informasi akan pentingnya aktivitas olahraga rutin minimal 15 menit
sehari
3. Spesific protection
dilakukan dalam upaya pemberian perlindungan secara dini kepada masyarakat
sehubungan dengan masalah kesehatan. Pada beberapa penyakit biasanya dilakukan
dalam bentuk pemberian imunisasi namun untuk perkembangan sekarang, diabetes
mellitus dapat dilakukan melalui :
a. Pemberian penetral radikal bebas seperti nikotinamid
b. Mengistirahatkan sel-beta melalui pengobatan insulin secara dini
c. Penghentian pemberian susu formula pada masa neonatus dan bayi sejak dini
d. Pemberian imunosupresi atau imunomodulasi
4. Early diagnosis and promp treatment
dilakukan sehubungan dengan upaya pendeteksian secara dini terhadap individu yang
nantinya mengalami DM dimasa mendatang sehingga dapat dilakukan upaya
penanggulangan sedini mungkin untuk mencegah semakin berkembangnya risiko
terhadap timbulnya penyakit tersebut. Upaya sehubungan dengan early diagnosis pada
DM adalah dengan melakukan :
a. Melakukan skrining DM di masyarakat
b. Melakukan survei tentang pola konsumsi makanan di tingkat keluarga pada kelompok
masyarakat
5. Disability limitation
upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah dampak lebih besar yang diakibatkan oleh
DM yang ditujukan kepada seorang yang telah diangap sebagai penderita DM karena
risiko keterpaparan sangat tinggi.
Upaya yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemberian insulin yang tepat waktu
b. Penanganan secara komprehensif oleh tenaga ahli medis di rumah sakit
c. Perbaikan fasilitas-fasilitas pelayanan yang lebih baik
6. Rehabilitation
ditujukan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan kembali pada individu yang telah
mengalami sakit. Pada penderita DM, upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan adalah :
a. Pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak dan pengkonsumsian
makanan karbohidrat tinggi yang alami
b. Pemeriksaan kadar glukosa darah secara teratur dengan melaksanakan pemeriksaan
laboratorium komplit minimal sekali sebulan
c. Penghindaran atau penggunaan secara bijaksana terhadap obat-obat yang diabetagonik

Anda mungkin juga menyukai