BAB II
PEBAHASAN
A. Integumen Normal
Kulit merupakan organ yang cukup luas yang terdapat di permukaan
tubuh, dan berfungsi sebagai pelindung untuk menjaga jaringan internal dari
trauma, bahaya radiasi ultraviolet, temperature yang ekstrime, toksin, dan
bakteri.
Kulit terdiri dari beberapa lapisan ; epidermis, dermis dan lapisan jaringan
subkutaneus
1. Epidermis
Epidermis adalah merupakan lapisan bagian luar kulit. Ketebalan
dari pada epidermis ini bervariasi tergantung tipe kulit. Pada bagian
epidermis terdapat 5 (lima) lapisan mulai dari bawah sampai ke atas yaitu
statum basale atau germinatum, stratum spinosum, stratum lucidum, dan
startume corneum.
Keratinisasi, maturasi dan migrasi pada sel kulit, dimulai pada
lapisan yang paling dalam yaitu stratum basal atau germinatum. Sel ini
dikatakan sebagai keratinocytes ( sel kulit yang imatur), berperan dalam
merubah bentuk lapisan sel yang sudah mati. Stratum basal ini dalah asal
mula untuk diperlukan sebgai regenerasi pada lapisan epidermis. Dalam
proses keratinocytes ini diproduksi sejumlah filamens (tono filaments atau
tonofibrilis) yang dibuat dari suatu protein yang disebut keratin dan
keratohyalin granules. Keratinocytes ditandai dengan akumulasi pada
keratin yang disebut dengan keratinisasi. Pada epidermis terdapat
melanocytes yang membuat melanin dan memberikan warna pada kulit.
Fungsi pada lapisan epidermis adlah melindungi dari masuknya
bakteri, toksin, untuk keseimbangan cairan yaitu menghindari pengeluaran
cairan secara berlebihan.
2. Dermis
Lapisan dermis lebih tebal daripada lapisan epidermis . fungdi utama
adalah sebagia penyokong untuk epidermis. Pada lapisan dermis
strukturmya lebih kompleks dan terdapat dua lapisan bagian superficial
paillary dan bagian dalam reticular dermis. Pada bagian papillary berisi
serabut kolagen yang tipis, serabut elastis dan serabut retikuler. Kemudian
pada lapisan reticular dermis terdapat serabut kolagen yang tebal, juga
fibrobalst, sel mast, ujung saraf dan limpatik. Fibroblast adalh tipe sel
utama pada dermis. Sel terebut memproduksi dan mensekresi prokolagen
dan serabut elastis.
Sedangkan fungsi dari dermis adalah untuk keseimbangan cairan
melalui pengaturan airan darah kulit, termoregulasi melalui pengontrolan
aliran darah kulit dan juga sebagai faktor pertumbuhan dan perbaikan
dermal.
1. Kelenjar keringt ekskrin
Pengeluaran keringat sari kelenjar ekskrin adalah
prosespendinginan tubuh. Keringat diproduksi dalam suatu tubulus
coiled dalam dermis dan transportasi oleh saluran kelenjar keringat
melalui epidermis untuk dikeluarkan.
2. Folikel rambut
Folikel rambut dibuat dari keratin, tertanam dalam epidermis dan
dermis dan transportasi oleh saluran kelenjar keringat melalui
epidermis untuk dikeluarkan.
3. Kelenjar keringat apokrin
Kelenjar apokrin ini ditemukan pada lokasi aksila, aerola puting
susu, dan regional anal. Apokrin juga diproduksi dalam tubulus
coiled dalam dermis. Aktivitas bakteri pada kulit yang normal ada
hubungannya dengan pengeluaran keringat yang menyebabkan bau
badan.
4. Kelenjar sebasea
Kelenjar ini memproduksi substansi minyak yang disebut dengan
sebum. Paling menyolok pada kulit bagian kepala, muka dan bahu
atas. Pada masa remaja kelenjar sebasea meningkat ukurannya san
sebum banyak diprosuksi dalam merespon tingkat hormon
khususnya androgen. Peran pentingnya adalah perkembangan
jerawat.
3. Lapisan Subkutaneus
Jaringan subkutaneus adalah lapisan lemak dan jaringan ikat yang
banyak terdapat pembuluh darah dan saraf. Pada lapisan ini penting untuk
pengaturan temperature pada kulit.Lapisan ini dibuat dari kelompok
jaringan asiposa (sel lemak) yang dipisahkan oleh fibrous septa. Sebagai
bantalan jaringan yang lebih dalam dan pada lapisan ini berfungsi sebagi
pelindung tubuh terhadap dingin, serta tempat penyimpanan bahan bakar.
4. Kuku
Kuku juga merupakan kulit yang berlokasi pada akhir jari tangan dan kaki.
Kuku ini berupa plat yang padat yang dibuat dari keratin. Kuku
berkembang dari sel-sel matrik kuku yang berfoliferasi dan menjadi
keratin. Kuku tumbuh rata-rata 0,1 mm perharinya, tetapi kuku akan lebih
lambat tumbuhnya. Adapun fungsinya sebagai penghias. Selain itu kuku
pada jari tangan juga dapat mengidentifikasi kesehatan sesorang dimana
pada kuku yang berwarna pink memnandakan suplai oksigenisasi baik.
B. Jenis-jenis luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu
dan menunjukan derajat luka (Taylor,1997).
1. Berdasarkan derajat kontaminasi
a. Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang
merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi untuk
terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan orofaring,traktus respiratorius
maupun traktus genitourinarius. Dengan demikian kondisi luka tetap dalam
keadaan bersih. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Luka bersih terkontaminasi
Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran perkemihan dalam kondisi
terkontrol. Proses penyembuhan luka akan lebih lama namun luka tidak
menunjukkan tanda infeksi.Kemungkinan timbulnya infeksi luka sekitar 3% -
11%.
c. Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran kemih. Luka menunjukan tanda
infeksi. Luka ini dapat ditemukan pada luka terbuka karena trauma atau
kecelakaan (luka laserasi), fraktur terbuka maupun luka
penetrasi.Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan
mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa
sebagai akibat pembedahan yang sangat terkontaminasi. Bentuk luka seperti
perforasi visera, abses dan trauma lama.
2. Berdasarkan Penyebab
a. Vulnus ekskoriasi atau luka lecet/gores adalah cedera pada permukaan
epidermis akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau
runcing. Luka ini banyak dijumpai pada kejadian traumatik seperti
kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun benturan benda tajam ataupun
tumpul.
b. Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka
berupa garis lurus dan beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada
aktifitas sehari-hari seperti terkena pisau dapur, sayatan benda tajam
( seng, kaca ), dimana bentuk luka teratur .
c. Vulnus laseratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak
beraturan atau compang camping biasanya karena tarikan atau goresan
benda tumpul. Luka ini dapat kita jumpai pada kejadian kecelakaan lalu
lintas dimana bentuk luka tidak beraturan dan kotor, kedalaman luka bisa
menembus lapisan mukosa hingga lapisan otot.
d. Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing
yang biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya. Misalnya tusukan
pisau yang menembus lapisan otot, tusukan paku dan benda-benda tajam
lainnya. Kesemuanya menimbulkan efek tusukan yang dalam dengan
permukaan luka tidak begitu lebar.
e. Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan hewan
memiliki bentuk permukaan luka yang mengikuti gigi hewan yang
menggigit. Dengan kedalaman luka juga menyesuaikan gigitan hewan
tersebut.
f. Vulnus combutio adalah luka karena terbakar oleh api atau cairan panas
maupun sengatan arus listrik. Vulnus combutio memiliki bentuk luka
yang tidak beraturan dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit
yang menghitam. Biasanya juga disertai bula karena kerusakan epitel kulit
dan mukosa.
2. Fase Inflamasi
Fase inflamasi mulainya dalam beberapa menit setelah luka dan kemudian
dapat berlangsung sampai beberapa hari. Selama fase ini, sel-sel
inflammatory terikat dalam luka dan aktif melakukan pergerakan dengan
lekosites (polymorphonuclear leukocytes atau neuthrophil). Yang pertama
kali muncul dalam luka adalah neuthrophil, karena densitasnya lebih tinggi
dalam bloodstrem. Kemudian neuthrophil akan memfagosit bakteri dan
masuk ke matriks fibrin dalam persiapan untuk jaringan baru. Kemudian
dalam waktu yang singkat mensekresi mediator vasodilatasi dan cytokin
yang mengaktifkan fibroblast dan keratinocytes dan mengikat macrofag ke
dalam luka . kemudian macrofag memfagosit phatogen, dan sekresi
cytokin, dan growth factor seperti fibroblast growth factor (FGF),
epidermal growth factor (EGF), vaskuler endhotelial growth factor
(VEGF), tumor necrosis factor (TNF-alpa), interferon gamma (IFN-
gamma), dan interleukin-1 (IL-1), kimia ini juga akan merangsang
infiltrasi, dan proliferasi dan migrasi fibroblast dan sel endhothelial (dalam
hal ini, angiogenesis). Angiogenisis adalah suatu proses dimana pembuluh-
pembuluh kapiler darah yang baru mulai tumbuh dalam luka setelah injury
dan sangat penting perannya dalam fase proliferasi. Fibroblast dan sel
endhothelial mengubah oksigen moleculer dan larut dengan superoxide
yang merupakan senyawa penting dalam resistensi terhadap infeksi
maupun pemebrian isyarat oxidative dalam menstimulasi produksi growth
factor lebih lanjut. Dalam proses inflamatory adalah suatu perlawanan
terhadap infeksi dan sebagai jembatan antara jaringan yang mengalami
injury dan untuk pertumbuhan sel-sel baru.
3. Fase Proliferasi
Apabila tidak ada infeksi dan kontaminasi pada fase inflamasi,
maka akan cepat terjadi fase proliferasi. Pada fase proliferasi ini terjadi
proses granulasi dan kontraksi, fase proliferasi ditandai dengan
pembentukan jaringan granulasi dalam luka, pada fase ini macrofag dan
lymphocytes masih ikut berperan, tipe sel predominan mengalami
proliferasi dan migrasi termasuk sel ephitelial, fibroblast dan sel
endotelial. Proses ini tergantung pada metabolik, konsentrasi oksigen dan
faktor pertumbuhan. Dalam beberapa jam setelah injury, terjadi
epitelialisasi dimna epidermal yang mencakup sebagian besar
keratinocytes mulai bermigrasi dan mengalami stratifikasi dan deferensiasi
untuk menyusun kembali fungsi barier epidermis. Pada proses ini
diketahui sebagai epitelialisasi, juga meningkatkan produksi ekstraseluler
matrik (promotes – extracelluler matrik atau disingkat ECM), growth
factor. Sitokin dan angiogenesis melalui pelepasan faktor pertumbuhan
seperti keratinocyte growth factor (KGF). Pada fase proliferasi fibroblast
adalah merupakan elemen sintetik utama dalam proses perrbaikan dan
berperan dalam produk struktur protein yang digunakan selama
rekontruksi jaringan. Secara khusus fibroblast menghasilkan sejumlah
kolagen yang banyak. Fibroblast biasanya akan tampak pada sekeliling
luka.
Pada fase ini juga terjadi angiogenesis yaitu suatu proses dimana
kapiler-kapiler pembuluh darah yang baru tumbuh atau pembentukan
jaringan baru (granulation tissue). Secara klinis akan tampak kemerahan
pada luka. Kemudianpada fase kontraksi luka, kontraksi disini adalah
berfungsi dalam mefasiltasi penutupan luka. Menurut Hunt dan Dunphy
(1969) kontraksi merupakan peristiwa fisiologis yang menyebabkan
terjadinya penutupn luka pada luka terbuka. Kontraksi terjadi bersamaan
dengan sintesis kolagen. Hasis dari kontraksi akan tampak ukuran luka
akan tampak semakin mengecil atau menyatu.
Injury
Fibroblast
Epitelialisasi
Penyembuhan luka
c) Insufisiensi vaskuler
Insufisiensi vaskuler juga merupakan faktor penghambat
pada proses penyembuhan luka. Seringkali pada kasus luka
ektremitas bawah seperti luka diabetik dan lukapembuluh arteri
dan atau vena kemudian akan berdampak pada penurunan atau
gangguan sirkulasi darah.
d) Obat-obatan
Terutama sekali pada pasien yang menggunakan terapi
steroid, kemoterapi dan imunosupresi.
2. Faktor lokal
a) Suplai darah
b) Infeksi
Infeksi sistemik atau lokal dapat menghambat penyembuhan luka
c) Nekrosis
Luka dengan jaringan yang mengalami nekrosis dan eskar akan
dapat menjadi faktor penghambat untuk perbaikan luka.
d) Adanya benda asing pada luka
Tabel kemungkinan penyebab nyeri pada tempat luka dan pada saat penggantian
balutan
Jika pasien mengeluh nyeri pada tempat luka atau mengalami nyeri pada saat
penggantian balutan, maka perawat harus mempertimbangkan pertanyaan-
pertanyaan berikut ini :
A. Nyeri di tempat luka
1. Apakah luka terinfeksi ? carilah tanda dan gejala infeksi klinis lainnya
baik lokal maupun sitemik
2. Apakah perban yang digunakan berlapis-lapis atau terlalu kencang?
Apakh perban tersebut bergeser? Adakah tarikan perban yang amat
ketat di atas luka atau di atas prominensia tulang di dekat luka?
3. Apakah terdapat iskemia? Sebagai contoh, pada pasien dengan
penyakit vaskuler perifer berat meskipun hanya luka tebuka kecil dapat
dirasakan sakit dan mungkin terjadi rest pain (nyeri pada waktu
istirahat) pada anggota badan
d. Faktor-faktor psikososial
Tabel dibawah ini adalah daftar periksa yang sangat berguna untuk
melakukan identifikasi beberapa faktor psikososial baik yang
positif maupun negatif, yang dapat memfasilitasi atau
memeperlambat pemulihan dari penyakit apapun dan mungkin
juga penting untuk penyembuhan luka, serta adnya kemampuan
pasien dan keinginan untuk memenuhi pwngobatan serta
mempermudah pengobatan.
A. KESIMPULAN
Luka accident / luka kecelakaan / luka lecet atau abrasi adalah luka yang
terjadi akibat gesekan pada benda tumpul seperti aspal. Dalam perawatan luka
lecet perlu kesabaran atau memaknai dalam perawatan, karena luka lecet
menyebabkan bekas luka yang sulit hilang dan proses yang lama.
B. SARAN
Mahasiswa atau perawat perlu memaknai dalam merawat luka, karena luka
yang perih dan sulit hilang. Perawat perlu mengetahui keadaan luka, dan ekspresi
serta kondisi psikologis pasien agar perawat dapat merawat dengan hati-hati
humanis dengan pasien,
DAFTAR PUSTAKA