Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH DIIT TERHADAP PENURUNAN KADAR GDS

PADA PASIEN DM TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS


SUSUKAN BANJARNEGARA
STUDI KASUS
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk Menyelesaikan
Program Ahli Madya Keperawatan

Oleh:

IMAM SETIYO AJI

(1440118060)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KEPERAWATAN YAKPERMAS BANYUMAS

TAHUN 2023
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Imam Setiyo Aji

Nim : 1440118060

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : Politeknik Yakpermas Banyumas

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal Karya Tulis Ilmiah yang saya
tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.

………………,……………..20……

Pembuat Pernyataan

………………………………..
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Imam Setiyo Aji NIM 1440118060 dengan
judul “Pemberian Pola Diit pada Orang yang mengalami Diabetes Mellitus ” telah
diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Banyumas,…………………………..

Pembimbing utama Pembimbing


pendamping

…………………………. ………………………………

……… ……….

NIDN NIDN
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Imam Setiyo Aji NIM 1440118060 dengan
judul “Pengaruh pemberian diit terhadap penurunan kadar GDS pada pasien
diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Susukan Banjarnegara” telah
dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal ……………….

Dewan Penguji

Ketua Penguji

…………………………………
(…………………………..)

NIDN

Penguji Anggota I
(………………………….)

…………………………………

NIDN

Penguji ANggota II
(………………………….)

…………………………………

NIDN

MENGETAHUI

DIREKTUR POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS

EKO JULIANTO, A.Kep.,S,Pd.,M.Kes.,CCWC

NIDN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diabetes telah menjadi penyakit mematikan mengingat komplikasi yang


terjadi pada mata, jantung, ginjal, saraf dan kemungkinan amputasi yang terjadi.
Diabetes telah menjadi penyakit mematikan ke-4 di dunia dan angka kejadiannya
terus melonjak dalam beberapa tahun terakhir. International Diabetes Federation
(IDF) memperkirakan sekitar 463 juta orang berusia 20-79 tahun di seluruh dunia
mengidap diabetes pada 2019, laporan ini menunjukan kenaikan dari tahun 2012
sebesar 371 orang. America Diabetes Association (ADA) memperkirakan pada
tahun 2025 jumlah penderita diabetes akan mencapai 350 juta orang, ternyata
sudah jauh terlampaui. Indonesia menempati peringkat ker 7 sebagai penyandang
diabetes tetinggi di dunia yaitu sebesar 10,7 juta orang (IDF 2021). Hasil
riskesdas pada tahun 2018 menunjukan angka penderita DM sebesar 8,5%, hal ini
menunjukan bahwa terjadi peningkatan pada hasil Riskerdas 2013 6,9%. Di jawa
tengah prevalensi penderita DM sekitar 2,1% atau 67,977 jiwa menderita DM.
Kabupaten dengan persentase pelayanan kesehatan penderita DM tertinggi adalah
di Purbalingga, Pati, Semarang, Sukoharjo, Kudus, Wonosobo, Karanganyar,
Jepara, Tegal dan Kota Magelang. Sedangkan di Banjarnegara sekitar 1,05% atau
1794 orang menderita Diabetes mellitus. Di kecamatan susukan sendiri terjadi
sebanyak 994 orang dan diantaranya 697 orang yang tercatat di Puskesmas
Susukan 1 sebagai penderita Diabetes mellitus (Riskerdas 2018).

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi ketika


pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula
darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara
efektif. Diabetes mellitus merupakan masalah serius dalam kesehatab masyarakat,
dan salah satu dari empat prioritas penyakit tidak menular yang menjadi perhatian
dunia (WHO, 2016). Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia akibat kerusakan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya. Hiperglikemia kronis pada diabetes mellitus diakitkan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ , terutama
mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah ( ADA, 2018). Diabetes mellitus
merupakan penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan (Kemenkes RI, 2019). Menurut Desita
(2019) Diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu Diabetes mellitus
tipe 1 atau insulin, Diabetes tipe 2 atau non insulin, Diabetes gestsional dan tipe
diabetes lainnya karena penyakit pankreas, autoimun, defek genetik kerja insulin.

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang sering terjadi pada semua


umur, lansia, pemuda atau bahkan anak-anak. Pada orang yang terkena Diabetes
tidak dapat di sembuhkan namun dapat dikontrol, seperti melakukan diet,
olahraga, edukasi dan obat-obatan. Diabetes mellitus ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah dalam tubuh melebihi batas normal atau
hiperglikemia. Pada orang yang mengalami DM, pankreas dapat sama sekali tidak
bisa memproduksi insulin atau kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin
menurun serta tubuh tidak mampu untuk melakukan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein. Maka klien dengan Diabetes mellitus di anjurkan melakukan
diet yang benar dan mengontrol asupan makanannya untuk dapat
mempertahankan kadar glukosa darah yang seimbang dan mencegah komplikasi
(Andra saferi &Yessi )

Gaya hidup masyarakat saat ini yang cenderung serba instan, menjadi
faktor pemicu dan dihubungkan dengan timbulnya berbagai penyakit, salah satu
penyakit yang dimaksud diabetes melitus (Haqiqi & Sentana, 2019). Gaya hidup
dengan pola makan tinggi lemak, garam, dan gula mengakibatkan masyarakat
cenderung mengkonsumsi makanan secara berlebihan. Selain itu pola makan yang
serba instan saat ini memang sangat digemari sebagian masyarakat, seperti
gorengan jenis makanan murah serta mudah di dapat karena banyak dijual
dipinggir jalan, sehingga mengakibatkan peningkatan kadar gula darah tinggi
(Widayanti et al., 2017). Diet merupakan salah satu penatalaksanaan bagi orang
DM, klien diharapkan dapat menjaga kadar gula darah serta mencegah terjadinya
komplikasi penyakit lain. Orang yang menderita penyakit DM biasa memiliki
keluhan seperti sering buang air kecil, sering haus, sering lapar, luka yang tak
kunjung sembuh dan keluhan lain. Diabetes mellitus jika tidak ditangani akan
menyebabkan komplikasi, seperti hipertensi, stroke, gagal ginjal, gangguan saraf
(neuropati), ulkus, Vaskulopati (gangguan aliran darah).

Dengan merubah gaya hidup agar kualitas hidup meningkat, penderita DM


diharapkan mendapat edukasi, terapi nutrisi medis (TNM) , latihan jasmani, terapi
farmakologis (PERKENI 2015). Dengan melakukan pengobatan yang benar, diit
DM yang benar dengan 3J (jumlah, jenis, jam), olahraga yang cukup, pendkes,
serta pemantauan GDS secara rutin diharapkan pasien dapat menjaga kadar gula
yang stabil. Kadar glukosa darah setiap hari bervariasi, kadar gula dar,ah akan
meningkat setelah makan lalu kembali normal dalam waktu 2 jam. Seseorang
mengalami diabetes jika Gula darah sewaktu (GDS) melebihi 200mg/dl dengan
keluhan klasik poliuri, polifagi, polidipsi dan penurunan berat badan yang tidak
jelas sebabnya. Gula darah puasa (GDP) melebihi 126 mg/dl, setelah tes toleransi
glukosa oral (TTGO) melebihi 200mg/dl (Infodatin,2020). Bagi penderita diabetes
agar kadar gula darah lebih stabil, perlu pengaturan pola makan sehat, makanan
yang diperbolehkan, makanan yang dianjurkan, makanan yang dibatasi, Makanan
seperti nasi merah, kentang, ubi dan roti dianjurkan bagi penderita DM, makanan
yang dibatasi seperti kopi, teh manis, gorengan, junk food, kue manis, telor asin
dan makanan dengan pengawet (Dr. Hans tandra, 2013).

American Diabetes Association merekomendasikan diit bagi penderita DM


yaitu Medical nutricion therapy (MNT). Dalam terapi direncanakan apa yang
dimakan, kapan waktunya, seberapa banyak yang bisa dimakan serta bagaimana
menyiapakn hidangan yang cocok. Keberhasilan suatu pengobatan atau terapi
dipengaruhi oleh kualitas pelayanan, sikap dan keterampilan petugas. Sikap dan
gaya hidup pasien beserta keluarganya, dan dipengaruhi juga kepatuhan pasien
terhadap program pengobatan. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa pasien yang patuh terhadap diit DM sebanyak 65,7%, sedangkan
pasien yang tidak patuh 34,3% (Gustina, Suratun & Heryati 2014). Hasil terapi
tidak akan optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien, bahkan dapat
menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula menimbulkan komplikasi
yang sangat merugikan dan pada akhirnya dapat berakibat fatal (Setiawan,
2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dr. Hans tandra pada 2013 diit
berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah sewaktu dengan melakukan
prinsip 3J, jam makan, jumlah makan dan jenis makan. Pasien yang melakukan
diit dengan benar dengan mengatur rencana menu yang sehat dan mendapat
edukasi yang tepat kadar glukosa darah sewaktu pasien dapat dikendalikan. Pasien
yang memeriksakan diri di pelayanan kesehatan dan di diagnosa dengan DM ,
mendapatkan edukasi. Memang benar diit dapat menjaga kadar glukosa darah
normal (Hans tandra 2013).

Dari latar belakang di atas maka saya tertarik utuk menyusun proposal
Karya Tulis Ilmiah dengan tema Pengaruh pemberian diit pada pasien diabetes
mellitus terhadap penurunan glukosa darah sewaktu (GDS) di wilayah puskesmas
susukan Banjarnegara.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka munculah rumusan masalah proposal


Karya tulis ilmiah ini yaitu “Bagaimana pengaruh pemberian diit pada pasien
diabetes mellitus terhadap penurunan GDS di wilayah puskesmas susukan
Banjarnegara?”

C. Tujuan studi kasus

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak di capai


dalam proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengaruh pola
diit terhadap penurunan GDS pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

D. Manfaat studi kasus

Penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi manfaat ke


semua pihak

1. Bagi masyarakat

Dapat memberi informasi tentang penyakit Diabetes mellitus serta


mengedukasi masyarakat tentang pola diit yang harus di jalani bagi orang dengan
diagnosa Diabetes Mellitus.

2. Bagi Institusi

Di harapkan penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi


bacaan/referensi bagi mahasiswa keperawatan dan semua orang untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan.

3. Bagi Penulis

Dapat bertambahnya ilmu pengetahuan di bidang keperawatan, mengetahui


asuhan keperawatan dengan diabetes mellitus, mengedukasi masyarakat dengan
diabetes mellitus dan dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien diabetes
mellitus.

4. Bagi Ilmu Keperawatan

Sebagai bahan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di


bidang ilmu keperawatan, dan berkembangnya ilmu keperawatan modern, bagi
pasien diabetes mellitus.
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus
1. Definisi
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi ketika
pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin ( hormon yang mengatur gula
darah, atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara
efektif. Diabetes mellitus merupakan masala serius dalam kesehetan masyarakat,
dan salah satu dari empat prioritas penyakit tidak menular yang menjadi perhatian
dunia (WHO, 2016).
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang diatndai dengan
hiperglikemia akibat kerusakan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Hieperglikemia kronis pada diabetes mellitus dikaitkan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama ginjal, mata, saraf,
jantung dan pembuluh darah (American Diabetes Association (ADA), 2018).
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya (PERKENI 2021).
2. Anatomi fisiologi
Pankreas merupakan kalenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam
tubuh baik hewan maupun manusia. Pankreas adalah organ memanjang yang
ditemukan disebelah bagian pertaman dari usus kecil (Meivy 2017).
Menurut Tarwoto, 2012 Pankreas adalah organ pipih yang terletak
dibelakang lambung dalam abdomen , panjangnya stekitar 20-25 cm, tebal +2,5
cm dengan berat kira-kira 80 gram, terbentang dari atas sampai ke lengkungan
besar dari abdomen dan dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum. Struktur
pankreas ini lunak dan berlobus, yang tersusun atas :
1. Kepala pankreas yaitu bagian yang paling lebar , terletak di sebelah
kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum yang praktis
melingkarinya
2. Badan pankreas yaitu bagian pertama pada organ ini, letaknya di
belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.
3. Ekor pankreas yaitu bagian yang runcing yang terletak di sebelah kiri
dan berdekatan/menyenturnkreas teri dan limpa.
Pankreas terletak melintang di bagian atas abdomen di belakang gaster di
dalam ruang retroperinoeal. Di sebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa di
arah cranio dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus
pankreas oleh leher pankreas adalah bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak
lebih dari 4cm, arteri dan vena mesenterika superior berada dileher pankreas
bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus uncinatus panckreas
(Hendra, 2018). Pankreas memiliki dua saluran utama yang menyalurkan
sekresinya ke dalam duodenum, antar lain :
1. Duktus wirsung atau duktus pankreatikus, duktus ini dimulai dari ekor /kauda
pankreas dan berjalan sepanjang kalenjar, menerima banyak cabang pada
perjalanannya. Duktus ini yang bersatu dengan duktus koledukus, kemudian
masuk ke dalam duodenum melalui sphincter oddi.
2. Duktus santorini atau duktus pankreatikus asesori, duktus ini bermuara
sedikit di atas duktus pankreatikus pada duodenum.
Aliran darah yang memperdarahi pankreas adalah arteria lienalis dan
arteria pankreas tikoduodenalis superipr dan inferior.Sedangkan pengaturan
persarafan berasal dari serabut-serabut saraf simpatis dan parasimpatis saraf vagus
(Siregar, 2021). Selain itu, pembuluh darah baliknya melalui vena gastro
duodenalis, vena gastrica sinistra dan vena portae hepatica (Triyani, 2019).
Kelenjar pankreas tersusun atas dua jaringan utama yaitu asinus yang
mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum dan Pulau Langerhans, yang
tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun sebaliknya
mengekresikan insulin dan glucagon langsung ke dalam darah. Pulau Langerhans
yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas tersebar di seluruh seluruh
pankreas dengan berat hanya 1-3% dari berat total pankreas. Pankreas manusia
mempunyai 1-2 juta Pulau Langerhans. Pulau Langerhans berbentuk ovoid
dengan besar masing-masing pulau berbeda. Setiap pulau Langerhans hanya
berdiameter 0-3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler ( Pujianti,
2020 & Bandura, et all., 2016 dalam Asna, 2019).

1.1 gambar pankreas


3. Klasifikasi Diabetes mellitus
Diabetes mellitus dibagi menjadi 4 macam (Desita, 2019) :
1. DM tpe 1 / Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Diabetes mellitus tipe 1 terjadi karena kerusakan sel-sel pankreas yang
memproduksi insulin. Kebanyakan penderita DM tipe 1 ini sudah terdiagnosis
sejak usia muda. Umumnya pada saat mereka belum mencapai usia 30 tahun,
karenanya diabetes mellitus sering disebut dengan diabetes yang bermula pada
usia muda (IDF, 2015)
2. DM tipe 2/ Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Diabetes mellitus tipe 2 sering terjadi pada usia lebih dari 30 tahun. Sekitar 90%
dari diabetes mellitus di dunia sebagai penderita DM tipe 2, yang sebagian besar
karena obesitas dan kurangnya aktivitas fisik. Gejalanya mirip DM tipe 1 namun
sering kurang ditandai akibatnya, penyakit ini dapat terdiagnosis beberapa tahun
setelah onset dan sesekali komplikasi sudah muncul (WHO, 2015).
3. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes mellitus gestasional adalah diabetes mellitus yang didiagnosis selama
kehamilan (ADA,2015). Perempuan dengan DM yang berkembang selama masa
kehamilan dan menjadi salah satu faktor risiko berkembangnya diabetes mellitus
pada ibu setelah melahirkan. Bayi yang dilahirkan cenderung akan mengalami
obesitas serta berpeluang mengalami penyakit DM pada usia dewasa (sari, 2018).
4. Tipe Diabetes Lainnya
Diabetes tipe ini terjadi karena penyebab lain, misalnya pada defek genetik fungsi
sel-sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan
kenaikan genetik lain ( ADA, 2015).
4. Etiologi
Etiologi penyebab terjadinya diabetes mellitus berdasarkan klasifikasi menurut
WHO (Infodatin, 2018) :
1. DM tipe 1 ( IDDM)
a) Faktor genetik/Herediter
Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerantanan
sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah
perkembangan antobodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah
pada penghancuran sel-sel beta.
b) Faktor Infeksi/Virus
Penyebabnya berupa infeksi virus coxakie dan gondogen yang
merupakan pemicu yang menentukan proses autoimun pada individu
yang peka secara genetik.
2. DM tipe II (NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa, di mana terjadi obesitas pada
individu yang dapat menurunkan jumlah reseptor insulin dari dalam sel target
insulin di seluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang efektif
dalam meningkatkan efek metabolism.
3. DM Malnutrisi
a. Fibrio calcuolus pancreatic (FCPD)
Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah
protein sehingga klasifikasi pankreas melalui proses mekanik (fibrosis)
atau toksik yang menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.
b. Protein defisiensi pancreatic Diabetes mellitus (PDPD)
Karena kekurangan protein yang kronis menyebabkan hipofungsi sel
beta pada pankreas.

5. Patofisiologis
Menurut Williams & Hopper (2015) jaringan tubuh dan sel-sel yang
menyusunya menggunakan glukosa sebagai energi. Glukosa adalah gula
sederhana yang disediakan pada makanan yang dikonsumsi oleh manusia. Ketika
karbohidrat masuk kedalam tubuh, maka akan dicerna menjadi gula, termasuk
glukosa, yang kemudian diserap ke dalam aliran darah. Karbohidrat mengandung
sebagian besar glukosa yang diperlukan oleh tubuh, lemak dan protein secara
tidak langsung dapat memberikan glukosa dalam jumlah yang lebih kecil.
Glukosa hanya dapat masuk ke dalam sel dengan bantuan insulin, yaitu
hormon yang di produksi oleh sel beta di Pulau-pulau Langerhans pankreas. Saat
insulin masuk dan kontak dengan membrane sel, insulin bergabung dengan
reseptor yang memungkinkan aktivasi transporter glukosa khusus di selaput.
Dengan membantu glukosa memasuki sel-sel tubuh, insulin akan menurunkan
kadar glukosa dalam darah. Insulin juga membantu tubuh menyimpan kelebihan
glukosa di hepar/hati dalam bentuk glikogen. Hormon lain yaitu glukagon,
diproduksi oleh alfa sel di Pulau Langerhans. Glukagon meningkatkan darah
glukosa bila diperlukan dengan melepaskan glukosa yang di simpan dari hati dan
otot. Insulin dan glukagon bekerja sama untuk menjaga glukosa darah pada
tingkat yang konstan (Williams & Hopper, 2015).
Diabetes mellitus terjadi akibat kekurangan produksi insulin oleh sel beta
di pankreas, atau dari ketidakmampuan sel-sel tubuh untuk menggunakan insulin.
Ketika glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel tubuh dan tetap dalam aliran
darah, maka akan mengakibatkan terjadinya hiperglikemia. Sekresi glukagon
abnormal mungkin juga berperan dalam diabetes mellitus tipe 2 (Williams &
Hopper, 2015).
6. Manifestasi klinis
Peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia mengarah kepada
manifestasi klinis umum yang berhubungan dengan DM. Pada DM tipe 1, onset
manifestasi klinis mungkin tidak kentara dengan kemungkinan situasi yang
mengancam hidup yang biasanya terjadi, missal ketoasidosis diabetikum. Pada
DM tipe 2, onset manifestasi klinis mungkin berkembang secara bertahap yang
mungkin klien rasakan atau tanpa manifestasi klinis selama beberapa tahun
(Black, J.M & Hawks, J.H, 2014).
Manifestasi diabetes mellitus dimulai dengan pengingkatan frekuensi
buang air kecil (Poliuri), peningkatan rasa haus dan minum (polidipsi), dan karena
penyakit berkembang terjadi penurunan berat badan meskipun ada peningkatan
makan dan lapar (Polifagia) ( Black, J.M & Hawks, J.H.,2014).

Manifestasi klinis Dasar patofisiologis

Poliri (sering BAK) Air tidak diserap kembali oleh tubulus


ginjal sekunder untuk aktifitas osmotik
glukosa, mengarah kepada kehilangan
air, glukosa dan elektrolit.
Polidipsi (Haus Berlebihan) Dehidrasi sekunder terhadap poliuri
menyebabkan haus
Polifagi (lapar berlebihan) Kelaparan sekunder terhadap
katabolisme jaringan menyebabkan
rasa lapar
Penurunan berat badan Kehilngan awal sekunder terhadap
penipisan simpanan air, glukosa dan
trigliserid ; kehilangan kronis sekunder
terhadap penurunan masa otot karena
asam amino dialihkan untuk
membentuk glukosa dan keton
Pandangan kabur berulang Sekunder terhadapp paparan kronis
retina dan lensa mata terhadap cairan
hyperosmolar
Ketonuria Ketika glukosa tidak dapat digunakan
untuk energy oleh sel tergantung
insulin, asam lemak digunakan untuk
energy; asam lemak akan dipecah
menjadi keton dalam darah dan
diekskresikan oleh ginjal . Pada DM
tipe 2, insulin cukup untuk menekan
berlebihan penggunaan asam lemak
tetapi tidak cukup untuk penggunaan
glukosa.
Lemah dan letih, pusing Penurunan isi plasma mengarah pada
postural hipertensi, kehilangan kalium
dan katabolisme protein berkontribusi
terhadap keemahan
Sering Asimtomatik Tubuh dapat beradaptasi terhadap
peningkatan pelan-pelan kadar glukosa
darah sampai tingkat lebih besar
dibandingkan peningkatan yang cepat

7. Diagnosis
Penegakan diagnosis diabetes mellitus dilakukan dengan pengukuran
glukosa darah. Pemeriksaan gula darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
secara enzimatik dengan menggunakan bahan plasma dengan menggunakan bahan
plasma darah vena (Infodatin).
Kriteria diagnosis diabetes mellitus meliputi 4 hal, yaitu :
1) Pemeriksaan glukosa plasma puasa .lebih dari 126mg/dl. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam
2) Pemeriksaan glukosa plasma lebih dari 200mg/dl 2 jam setelah tes toleransi
glukosa oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
3) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200mg/dl dengan keluhan klasik
(poliuri, polifagi, polidipsi dab penurunan BB yang tidak ada sebabnya)
4) Pemeriksaan HbA1c lebih dari 6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin standardization Program
(NGSP)
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal maupun kriteria DM
maka digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang terdiri dari Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT). GDPT
terjadi ketika hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan
pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam <140 mg/dl. TGT terpenuhi juka hasil
pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan
glukosa plasma puasa <100 mg/dl (Infodatin, 2020).
HbA1c (%) GDP (mg/dl) Glukosa Plasma 2
jam (mg/dl)
Diabetes
Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199
Normal <5,7 < 100 <140
Sumber: Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM Tipe-2 di Indonesia 2015
dalam infodatin, 2020.
8. Komplikasi
Menurut Dwinanjar, 2018, komplikasi dibagi menjadi akut dan kronis ;
a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah yang rendah, yang terjadi apabila
glukosa darah turun di bawah 50-60 mg/dl terjadi karena peurunan insulin yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlau sediki.
2) Ketoasidosis (DKA)
Ketoasidosis terjadi dimana tidak adanya insulin atau insulin tidak cukup, karena :
a. Dehidrasi
b. Kehilangan elektrolit
c. Asidosis
3) Hiperglikemik Hiperosmoler Nonketotik (HHNK)
adalah keadaan yang di dominasioleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan
disertai perubahan tingkat kesadaran. Keadaan hiperglikemia pasien menyebabkan
diuresis osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit.
b. Komplikasi kronis
1) Makrovaskuler atau penyakit pembuluh darah besar lebih sering di jumpai
pada DM tipe 2 yang lebih tua berbagai tipe penyakit makrovaskuler tergantung
pada lokasi aterosklerotik. Makrovaskuler dapat terjadi pada pasien diabetes atau
non diabetes.
2) Mikrovaskuler atau penyakit pembuluh darah kecil lebih sering dijumpai
pada DM tipe 1, penyakit ini ditandai oleh penebalan membrane basalis pembuluh
darah kapiler. Ada duda tempat dimana gangguan fungsi kapiler dapat berakibat
serius yaitu mikrosirkulasi pada retina mata dan ginjal.
3) Neuropati sensori adalah hilangnya perasaan nyeri dan stabilitas tekanan,
sedangkan neuropati otonom menimbulkan peeningkatan kekeringan dan
pembentukan fisura pada kulit ( yang terjadi akibat penurunanprespirasi) penyakit
vaskuler perifer karena sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk akan
menyebabkan gangrene.

9. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Pada dasarnya, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan disertai
dengan latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2- 4 minggu). Bila
setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran
metabolik yang diinginkan, baru dilakukan intervensi farmakologik dengan obat -
obat anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Dalam
keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, DM dengan stres
berat, berat badan yang menurun dengan cepat, insulin dapat segera diberikan.
Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat digunakan sesuai dengan
indikasi dan dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan kadar glukosa darah bila
dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah mendapat pelatihan
khusus untuk itu (PERKENI, 2015).
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes. Menurut consensus nasional ada 4 pilar utama dalam
pengelolaan DM , yaitu :
a. Edukasi
Edukasi merupakan upaya peningkatan pengetahuan dan motivasi pasien yang
komprehensif dalam pencapaian perubahan perilaku. Tujuam perubahan perilaku
adalah agar penyandang diabetes dapat menjalani pola hidup sehat. Edukasi dapat
dilakukan secara individual maupun di pelayanan kesehatan dengan pendekatan
berdasarkan penyelesaian masalah.
b. Terapi nutrisi medis (TNM)
Terapi nutrisi medis merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DM
secara komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli, gizi, petugas kesehatan yang lain
serta pasien dan keluarganya). TNM sebaiknya diberikan sesuai dengan
kebutuhan setiap pasien DM agar mencapai sasaran. Prinsip pengaturan
makan pada pasien DM hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat
umu, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan
zat gizi masing-masing individu. Pasien DM perlu diberikan penekanan
mengenai pentingnya pengaturan 3J (jadwal makan, jumlah dan jenis)
kandungan kalori terutama pada mereka yang menggunakan obat yang
meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin.
c. Latihan Jasmani (olahraga)
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara tertaur
sebanyak 3-5 kali per minggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150
menit per minggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan
jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dl pasien harus mengkonsumsi
karbohidrat terlebih dahulu bila >250mg/dl dianjurkan untuk menunda latihan
jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan termasuk latihan
jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani
selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobic dengan intensitas sedang (50%-70% denyut jantung maksimal) seperti
jalan cepat, bersepeda santai, jogging dan berenang. Denyut janjtung
maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka 220 dengan usia pasien.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran
jasmani. Makanan yang di anjurkan dan dibatasiProporsi diit atau makanan
harian yang benar bagi penderita diabetes mellitus berdasarkan anjuran
PERKENI adalah sebagai berikut :
a. Karbohidrat : 60-70%
b. Protein : 10-15%
c. Lemak : 20-25%
Jenis makanan yang di konssumis dan yang tidak diperbolehkan diklasifikasikan
sebagai berikut :
1) Jenis makanan yang tidak boleh dikonsumsi
a. Sumber protein hewani, keju abon, dendeng, susu
b. Buah buahan yang diwetkean seperti durian, nangka, alpukat, kurma
c. Makanan yang manis seperti madu, roti, coklat, sirup selai

2) Jenis makanan yang boleh dimakan tapi harus di batasi :


a. Semua jenis karbohidrat seperti nasi, bubur, mie, kentang, singkong,
ubi, gandum, sagu, seral, ketan
b. Sumber protein hewani mengandung lemak jenuh tinggi, sosis, sarden,
jeroan, kuning telur, kornet
c. Sayuran, kol, bayam, rebung, daun singkong
d. Buah-buahaan seperti nanas, anggur, klengkeng, mangga sirsak,
pisang, sawo, semangka

3) Jenis makanan yang di anjurkan :


a. Sumber protein hewani, ayam tanpa kulit, ikan, putih telur, daging
tidak berlemak
b. Sumber protein nabati seperti tahu, tempe, kacang merah, kacang
tanah, kacang kedelai
c. Sayuran tinggi serat seperti, kangkung, sawi, kembang kol, lobak,
terong, seledri, oyong, tomat, labu air

d. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani. Terapi farmaklogi terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan;
Golongan obat Cara kerja utama Efek samping Penurunan
utama hbA1c
Metformin Menurunkan Dispepsia, diare 1,0-1,3%
produksi glukosa Asidosis laktat
hati dan
meningkatkan
Thiazolidinedione sensifitas terhadap Edema 0,5-1,4%
insulin
Sulfonylurea Meningkatkan BB naik, 0,4-1,2%
sensitifitas terhadap hipoglikemia
Glinid insulin BB naik, 0,5-1,0%
Penghambat alfa- Meningkatkan hipoglikemia 0,5-0,8%
glukosidase sekresi insulin Flatulen, tinja
Penghambat DPP-4 Meningkatkan lembek 0,5-0,9%
sekresi insulin Sebah, muntah
Penghambat SGLT- Menghambat 0,5-0,9%
2 absorpsi glukosa Infeksi saluran
Menghambat sekresi kemih dan
insulin dan glukagon genital
Menghambat
reasrbsorpsi glukosa
di tubulus distal

B. Diit DM
1. Menu Diit
Peaksanaan diit hendaknya disertai dengan latihan jasmani dan perubahan
perilaku tentang makanan. Diit yang digunakan sebagai bagian dari
penatalaksanaan diabetes mellitus dikontrol berdasarkan kandungan energi,
protein, lemak, dan karbohidrat.
a. Jumlah bahan makanan diet menurut standar diet DM
Golongan bahan Standar diit
makanan
1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Kkal Kkal kkal kkal Kkal kkal kkal kkal
Nasi atau penukar 2 1/2 3 4 5 5 1/2 6 7 7 1/2
Ikan atau penukar 2 2 2 2 2 2 2 2
Daging atau 1 1 1 1 1 1 1 1
penukar
Tempe atau 2 2 2 2 1/2 3 3 3 5
penukar
Sayuran/penukar A S S S S S S S S
Sayuran/penukar B 2 2 2 2 2 2 2 2
Buah atau penukar 4 4 4 4 4 4 4 4
Susu atau penukar - - - - - - 1 1
Minyak atau 3 4 4 4 6 7 7 7
penukar

b. Pembagian makanan sehari tiap standar DM dan nilai gizi


Energy 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Kkal
Pagi
Ikan ½ 1 1 1 1½ 1½ 1½ 2
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe - - ½ ½ 1 1 1 1
Sayuran S S S S S S S S
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2

Pukul
10.00
Buah 1 1 1 1 1 1 1
Subuh - - - - - - 1 1

Siang
Nasi 1 1 2 2 2½ 3
Daging 1 1 2 1 1 1 1 3
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran S S 1 S S S S S
A S
1 1 1 1 1 1 1
Sayuran
B 1
1 1 1 1 1 1 1
Buah 3
1 2 1 2 2 3 3
Minyak
2
Pukul
16.00 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1
Malam 1 1 2 2 2 2½ 2½
Nasi 1 1 1 1 1 1 1 1
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 2
Tempe S S 1 S S S S S
Sayuran 1 1 S 1 1 1 1 1
A 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran 1 1 1 1 2 2 2 1
B 1
Buah
minyak
1100 1300 1700 1900 2100 2300 2500
Nilai gizi 43 45 1500 55,5 60 62 73 80
Energy 51,1
(kkal) 30 35 36,5 48 53 59 62
Protein 36,5
(g) 172 192 275 299 319 369 396
Lemak 275
(g)
Kh (g)
S = sekehendak
c. Contoh menu sehari Diit dm 1900 kkal
Waktu Bahan penukar Urt Menu
makanan
Pagi Nasi 1½p 1 gls Nasi
Telur ayam 1p 1 btr Telur dadar
Tempe 1p 2 ptg sdg Oseng-oseng
Sayuran A S tempe
Sop
Minyak 2p 1 sdm
oyong+tomat
Pukul 10.00 Buah 1p 1 ptg sdg
Siang Nasi 2p 1 ½ gls Papaya
Ikan 1p 1 ptg sdg Nasi
Tempe 1p 2 ptg sdg Pepes ikan
Sayuran B 1p 1 gls Tempe goring
Buah 1p ¼ bh sdg Lalapan,
Minyak 2p 1 sdm kacang
Pukul 16.00 Panjang + kol
Buah 1p 1 bh gls nanas
Malam
Nasi 2p 1 ½ gls nasi
Ayam tanpa 1p 1 ptg sdg nasi
kulit
Tahu 1p 1 bh bs ayam bakar
Sayuran B 1p 1 gls bb kecap
tahu bacem
Buah 1p 1 pt sdg
stup buncis +
Minyak 2p 1 sdm
wortel
pepaya

Nilai gizi :
Energi 1912 kkal Kolesterol 303 mg
Protein 60 g (12,5% energi total)
Lemak 48 g (22,5% energi total)
Karbohidrat 299 g (62,5%energi total)
Serat 37 g
C. Gula darah sewaktu (GDS)
1. Pengertian
a. Glukosa darah sewaktu/GDS merupakan kadar gula darah yang diambil
kapan saja alias tidak memperhatikan waktu makan. Bisa setiap saat di
luar puasa dan dua jam setelah makan.
b. Gula darah puasa/GDP adalah kadar gula darah yang diambil ketika
dalam kondisi puasa.
c. Gula darah 2 jam posprandial/GDPP adalah kadar gula darah yang
diperiksa 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 gram. Pemeriksaannya
dilakukan setelah GDP. Setelah dilakukan pemeriksaan GDP pasien
akan diberi larutan 75 gram gula. Baru setelah 2 jam kembali dilakukan
pemeriksaan gula darah.
2. Pemeriksaan GDS
Berdasarkan infodatin tahun 2020, penegakan diagnosis diabetes mellitus
dilakukan dengan pengukuran glukosa darah. Pemeriksaan gula darah yang
dianjurkan adalah pemeriksaan secara enzimatik dengan menggunakan bahan
plasma darah vena.
Kriteria diagnosis diabetes mellitus melliputi 4 hal, yaitu :
a. Pemeriksaan glukosa darah puasa (GDP) _>126 mg/dl. Puasa adalah
kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
b. Pemeriksaan glukosa darah (GDS) _>200 mg/dl 2 jam setelas tes toleransi
glukosa oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu (GDS) _>200 mg/dl dengan keluhan
klasik (poliuri, polidipsi, polifagi dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya).
d. Pemeriksaan HbA1c _>6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemogloin Standarization Program
(NGP).

Table pemeriksaan kadar gula darah normal dapat dilihat sebagai berikut :
a) Kadar GDS,GDP,GDPP :
Pemeriksaan Kadar normal Kadar terbaik
Gula darah sewaktu <200mg/dl <200 mg/dl
(GDS)
Gula darah puasa (GDP) 80-125 mg/dl 80-110 mg/dl
Gula darah 2 jam setelah 110-180 mg/dl 100-145 mg/dl
makan (GDPP)
b) Kadar GDS, GDPT, TGT, DM :
Kadar glukosa darah mg/dl mmol/L HbA1c
Normal 5,6%
Puasa <100 <5,6
2 jam sesudah makan <140 <7,8
Glukosa darah puasa terganggu (GDPT) 5,7-6,4%
Puasa >100 & <126 >5,6 & <7,0

2 jam sesudah makan <140 <7,8


Toleransi glukosa terganggu (TGT) 5,7-6,4%
Puasa <126 <7,0
2 jam sesudah makan > 140 & <200 >7,8 & <11,1
Diabetes Mellitus >6,5
Puasa >126 >7,0
2 jam sesudah makan >200 >11,1
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain studi kasus

Metodologi penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan studi kasus


desain deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan fenomena yang ada, yaitu fenomena alam atau fenomena buatan
manusia atau yang digunakan untuk menganalisis atau menggambarkan hasil
subjek tetapi tidak dimaksudkan untuk memberikan implikasi yang lebih luas.
Penelitian deskriptif muncul karena begitu banyaknya muncul pertanyaan
pertanyaan yang berkaitan dengan masalah kesehatan seperti mortalitas,
morbilitas yaitu menyangkut besarnya masalah, luasnya masalah dan pentingnya
masalah tersebut (Silvia Yolandi Listi, 2022).

Rancangan penelitian pada proposal Karya Tulis Ilmiah ini yaitu


menggunakan rancangan penelitian studi kasus. Pada proposal karya tulis ini
menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu mendeskripsikan atau
menggambarkan pengaruh pemberiaan diit bagi pasien diabetes mellitus terhadap
penurunan GDS.
B. Subyek studi kasus
Subjek studi kasus adalah subjek yang akan dituju untuk dilakukan penelitian
oleh peneliti.Supaya karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,
maka sebelum dilakukannya pengambilan sampel perlu menentukan adanya
kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Kriteria inklusi merupakan kriteria ata ciri-ciri
yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai
sampel. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan ciri-ciri anggota populasi yang tak
dapat diambil menjadi sampel.
Subjek pada proposal Karya tulis ilmiah ini yaitu pengaruh pemberiian diit
pada pasien diabetes mellitus terhadap penurunan GDS.
Kriteria inklusi :
1. Pasien yang menderita diabetes mellitus
2. laki-laki dan perempuan
3. DM tipe 2 GDS >200mg/dl
4. Mampu berkomunikasi dengan baik
5. Menyetujui sebagai klien
Kriteria eksklusi :
1. Pasien yang menderita diabetes mellitus dengan komplikasi kronis
2. DM tipe 1 atau tipe lainnya
3. Tidak dapat berkomunikasi dengan baik
4. Tidak menyetujui sebagai klien
C. Fokus studi
Fokus studi penelitian umumnya identic dengan variable penelitian yang
menjadi faktor perhatian (Arikunto, 2018)
Fokus studi artinya kajian utama dari permasalahan yang akan dijadikan titik
acuan studi kasus, yang menjadi penekanan studi ini adalah menjaga kadar
glukosa darah sewaktu (GDS) agar tetap stabil dengan memberikan edukasi dan
diit.
D. Definisi operasional fokus studi
Untuk membatasi ruanh lingkup atau pengertian variable-variable diamati atau
diteliti, perlu sekaali variable-variable tersebut diberi batasan atau definisi
operasional. Definisi operasional ini bermanfaat untuk mengarah pada
pengukuran serta pengamatan terhadap variable-variable yang bersangkutan
serta pengembangan instrument/alat ukur (Notoadmojo, 2018).
Pada proposal Karya tulis ilmiah ini variable yaitu diit DM, GDS, dan DM
tipe 2.
Variable Definisi Parameter Alat ukur
operation
Diit DM Diit yang Diit selama 1 minggu sesuai Leaflef, BMI
tipe 2 diberikan program diit.
kepada
pasien sesuai
program.
Dm tipe 2 DM yang 1. Obesitas/ BB dibawah Leaflet
diakibatkan normal
karena gaya 2. GDS >200mg/dl
hidup. 3. Polifagi,poliuri,polidipsi
GDS Menjaga GDS <200mg/dl Glucometer
kadar
glukosa
darah dalam
rentang
normal.

Sumber : Setiadi 2013


E. Instrumen studi kasus
Instrumen penelitian artinya alat-alat yang dipergunakan untuk
mrngumpulkan data (notoadmojo, 2018). Instrumen penelitian yang
digunakan dalam proposal karya tulis ilmiah ini yaitu :
1. Wawancara
Peneliti untuk mendapatkan keterangan yang lengkap secara langsung
kepada klien.
2. Observasi
Peneliti melakukan observasi untuk memperoleh fakta-fakta melalui
obsevasi secara langsung kepada klien.
3. Lembar dokumentasi asuhan keperawatan\
Peneliti mencatat tentang hasil pengkajian yang sudah dilakukan untuk
mengumpulkan data-data pasien, dan membuat catatan tentang kesehatan
pasien.

F. Metode pengumpulan data


Metode pengumpulan data merupakan metode atau cara peneliti untuk
mengumpulkan data yang akan digali dari responden (Karbi, 2019) pada studi
kasus ini metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah :
1. Wawancara
Peneliti menggunakan metode Tanya jawab yang diharapkan bisa
mendapatkan datab yang lengkap secara langsung kepada klien.
2. Observasi
Observasi merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan fakta-
fakta melalui pengamatan secara langsung kepada klien.
3. Dokumentasi
Metode pengumpulan data menggunakan dokumentasi meliputi data yang
berupa catatan, transkripsi buku dan lainnya.
G. Lokasi dan waktu Studi Kasus
1. Lokasi
Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara
2. Waktu
Waktu penelitian yang digunakan 2 minggu sesuai program diit.

H. Aalisa data
Analisa data merupakan metode proses pengelolaan data dengan tujuan
untuk memilih informasi yang berguna yang dapat dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan untuk olusi suatu permasalahan. Proses analisis ini
merupakan kegiatan pengelompokan data sesuai karakteristiknya, melakukan
pembersihan data, mentransformasi data, membuat contoh data untuk
menemukan informasi penting dari data tersebut. Analisis deskriptif
digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang
terkumpul untuk membentuk suatu kesimpulan. Penyajian data adalah salah
satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan
supaya dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Data yang digunakan harus sederhana, supaya jelas dan mudah dibaca
(Notoadmojo,2018).
Pada proposal Karya tulisa ilmiah ini, analisa data yang digunakan adalah
analisa deskriptif yang meliputi :
1. Pengumpulan data
Didapat dari hasil wawancara dan observasi.
2. Reduksi data
Merangkum hal hal yang penting dengan tujuan untuk menyederhanakan
data yang sudah diperoleh.
3. Penyajian data
Bertujuan mendapatkan gambaran dari keseluruhan data yang diperoleh.
4. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan proses akhir dalam penyajian data yang sudah
diperoleh.

I. Etika studi kasus


Etika studi kasus merupakan suatu pedoman yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, subjek penelitian
dan warga yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut
(Notoadmojo, 2018). Etika dalam penghambilan kasus meliputi (Modiska,
2019) :
1. Informed consent
Peneliti harus memperoleh keterangan lengkap dan sebelum melakukan
penelitian, peneliti memberikan lembar persetujuan untuk bersedia menjadi
responden.
2. Anomymity
Penggunaan subjek penelitian hanya boleh mencantumkan kode di atas
eksemplar pengumpulan data.
3. Confidentiality
Hasil keseluruhan data yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti dengan tidak memberikan informasi mengenai penelitian
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, rosliana. (2021). Asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes


mellitus. Sukabumi: DEEPUBLISH
PERKENI. (2021). PEDOMAN PEMANTAUAN GLUKOSA DARAH
MANDIRI: PB PERKENI
Tandra, Hans. (2013). Life Healthy with Diabetes. Yogyakarta: ANDI
Tandra, Hans. (2016). DIABETES MAKAN APA???. Yogyakarta: ANDI
Tandra, Hans. (2022). 111 KUNCI PENTING UNTUK PENDERITA
DIABETES. Yogyakarta: Rapha Publishing
Tndra, Hans. (2020). DARI DIABETES MENUJU KAKI. Jakarta:
Gramedia
Wahyuningsih, Retno. (2013). Penatalaksanaan Diet pada Pasien.
Yogyakarta: GRAHA ILMU
Wijaya Saferi, Andra & Putri Mariza, Yessie. (2013). KMB 2 keperawatan
medical bedah (keperawatan dewasa). Bengkulu: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai