Anda di halaman 1dari 2

Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia yang merupakan suatu keadaan

yang ditandai oleh adanya anemia, leukopenia, dan trombositopenia pada darah tepi. Hal ini
disebabkan karena adanya kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau
hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sumsum tulang. Teori terjadinya
kegagalan sumsum tulang dalam hematopoiesis adalah terjadinya defek pada sumsum tulang
atau kerusakan sel-sel induk. Berdasarkan etiologinya, anemia aplastic dibagi menjadi acquired
aplastic anemia dan congenital aplastic anemia. Berdasarkan derajat keparahan, Anemia aplastik
diklasifikasikan menjadi derajat sedang, berat dan sangat berat (Adi Putra, 2019).
Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia (bisitopenia) pada darah tepi
yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau hipoplasia
tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sumsum tulang (Bakta, 2013).
Anemia aplastik atau hipoplastik adalah cedera atau destruksi sel tunas (stem cells) didalam
sumsum tulang atau matriks sumsum tulang sehingga terjadi pansitopenia (anemia, leukopenia,
serta trombositopenia) dan karena hipoplasia sumsum tulang (Kowalak, 2017).
c. Etiologi
Keadaan yang mungkin menyebabkan anemia aplastik adalah: 1. Radiasi (sekitar separuh
seluruh kasus anemia aplastik) 2. Obat (antibiotik, antikonvulsan) atau zat-zat toksik (seperti
benzana atau kloramfenikol) 3. Reaksi autoimun (belum dipastikan) , penyakit berat (khususnya
hepatitis) atau infiltrasi preleukemik atau neoplastik pada sumsum tulang 4. Kongenital (anemia
idiopatik) . Ada dua bentuk anemia aplastik yang sudah teridentifikasi, yaitu anemia hipoplastik
atau Blackfan – Diamond (yang terjadi pada usia antara dua dan tiga bulan) serta sindrom
Fanconi (yang terjadi antara usia sejak lahir dan usia 10 tahun) (Kowalak, 2017).
d. Patofisiologi
Anemia aplastik disebabkan oleh kegagalan sel induk hematopoietik. Kegagalan mungkin
disebabkan kelainan sel-sel induk hematopoietik sendiri atau beberapa faktor yang menekan atau
menghancurkannya. Penting untuk membedakan antara anemia aplastik dari penyebab lain
pansitopenia seperti mielodisplasia, anemia megaloblastik, dan leukemia akut. Pada anemia
aplastik, sel-sel bersifat normal atau hanya memiliki kelainan morfologi ringan. Adanya Eritrosit
berinti atau berbentuk tidak normal, neutrofil hipersegmen atau leukosit abnormal lainnya, sel-
sel prematur, atau fragmen megakariosit dapat terjadi karena gangguan lain, selain anemia
aplastik (Kiswari, 2014).
e. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala anemia aplastik bervariasi menurut berat kondisi pansitopenia tetapi pada
banyak kasus terjadi secara insidius. Tanda dan gejala tersebut meliputi : 1. Kelemahan serta rasa
mudah lelah yang meningkat secara progresif, sesak napas, sakit kepala, pucat dan akhirnya
takikardia serta gagal jantung akibat hipoksia dan peningkatan alian balik vena 2. Ekimosis,
petekie dan perdarahan, khususnya dari membran mukosa (hidung, gusi, rektum, vagina) atau
kedalam retina 18 atau sistem saraf pusat yang disebabkan oleh trombositopenia 3. Infeksi
(demam,ulkus oral serta rektal, nyeri tenggorok (sore throats) tanpa disertai inflamasi yang khas,
gejala ini disebabkan oleh neutropenia (defisiensi sel-sel neutrofil) (Kowalak, 2017).
h. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium 1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan
pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya
anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada
komponen-komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks Eritrosit, (MCV, MCV, dan
MCHC), apusan darah tepi. 2) Pemeriksaan darah seri anemia : Hitung leukosit, trombosit, laju
endap darah (LED), dan hitung retikulosit. 3) Pemeriksaan sum-sum tulang : pemeriksaan ini
memberikan informasi mengenai keadaan system hematopoesis. 4) Pemeriksaan atas indikasi
khusus : pemeriksaan ini untuk mengkomfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki
komponen berikut ini : 1) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan
feritin serum. 20 2) Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B 12. 3) Anemia
hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb 4) Anemia pada leukemia akut
biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia. 2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal
ginjal, faal endokrin, asam urat, faal hati, biakan kuman. 3. Radiologi : toraks, bone survey,
USG, atau linfangiografi 4. Pemeriksaan sitogenetik 5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR =
polymerase chain raction, FISH = fluorescence in situ hybridization) (Nurarif, 2015).
i. Penatalaksanaan medik Penanganan yang efektif harus menyisihkan dahulu penyebab yang
dapat diidentifikasi dan melaksanakan tindakan suportif secara intensif, yang meliputi: a.
Transfusi packed red cells atau plasma kaya trombosit; transfusi leukosit yang cocok antigennya
dan memiliki lokasi histokompatibilitas (terapi masih bersifat eksperimental) b. Transplantasi
sumsum tulang (terapi pilihan bagi keadaan anemia yang disebabkan oleh aplasia berat dan bagi
pasien 21 yang memerlukan transfusi sel darah merah secara terusmenerus) c. Bagi pasien yang
menderita leukopenia, tindakan khusus untuk mencegah infeksi (menghindari pajanan penyakit
menular, rajin mencuci tangan, dan sebagainya) d. Antibiotik yang spesik untuk mengatasi
infeksi (pemberian antibiotik tidak boleh dilakukan sebagai terapi profilaksis karena dapat
mendorong timbulnya galur mikroorganisme yang resisten) e. Dukungan respiratorik melalui
pemberian oksigen dan transfusi darah (bagi pasien dengan kadar hemoglobin rendah) f.
Kotrikosteroid untuk menstimulasi eritropoisis ;marrowstimulating agents yang akan
menstimulasi sumsum tulang, seperti hormon androgen (kontroversial) ; preparat globulin
antilimfosit (eksperimental) ; preparat imunosupresant (jika tidak responsif terhadap terapi lain) ,
dan colony-stimulating factor untuk mendorong pertumbuhan komponen sel yang spesifik
(Kowalak, 2017).

Anda mungkin juga menyukai