Anda di halaman 1dari 39

KONSEP DASAR DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


ANEMIA
DISUSUN OLEH:
1. DWI PUJI LESTARI
2. HALIDA RAHMANINGRUM
3. ZHARIFAH AL MAANI
PENGERTIAN ANEMIA
Anemia adalah istilah yang menunjukkan
rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit dibawah normal.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.
Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
PATOFISIOLOGI ANEMIA
Timbulnya anemia mencerminkan adanya
kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam
plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin
bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin
akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria).
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya anemia dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Perdarahan
2. Gangguan pembentukan sel darah merah
(eritrosit)
3. Meningkatnya proses pemecahan eritrosit
(hemolisis)
KLASIFIKASI ANEMIA
Anemia dapat klasifikasikan secara morfologis (ukuran, bentuk
dan warna) sel darah merah dan berdasarkan etiologinya.
1. Klasifikasi anemia berdasarkan morfologis :
a. Normokromik, anemia normokromik (normal MCHC,
normal MCV) menyebabkan anemia penyakit kronis,
anemia hemolitik, anemia perdarahan akut, anemia
aplastik
b. Hipokromik, anemia mikrositik (rendah MCHC, rendah
MCV) menyebabkan anemia defisiensi besi,
thalassemia, anemia penyakit kronis (kasus yang jarang
terjadi)
c. Normokromik, anemia makrositik (normal MCHC, tinggi
MCV) menyebabkan anemia kekurangan vitamin B12,
defisiensi folat
Klasifikasi anemia berdasarkan etiologi :
1. Anemia Aplastik
Merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel
darah merah dalam darah perifer, sebagai akibat
terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum
tulang.
Anemia aplastik biasanya terdapat pada anak berumur
lebih dari 6 tahun. Etiologi :
a. Faktor kongenital : Sindrom Fanconi yang biasanya
disertai dengan kelainan bawaan seperti mikrosefali,
strabismus, anomali jari, kelainan ginjal, dan
sebagainya.
b. Faktor didapat : bahan kimia, obat-obatan ,radiasi
c. Idiopatik : mungkin faktor imunologik
Pemeriksaan Hematologis dan Manifestasi Klinis yang
ditimbulkan
Retikulositopenia, sehingga kadar Hb, hematokrit dan
jumlah eritrosit menurun
Leukopenia : hipertermi, infeksi berulang
Trombositopenia : ekimosis, petekie, epistaksis,
perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih,
perdarahan susunan saraf pusat
2. Anemia Hemolitik
Biasanya terjadi pada bayi baru lahir. Merupakan dampak
apabila ada ketidaksesuaian atau isoimunisasi antara darah
fetal dan darah ibu. Pada anemia hemolitik, umur eritrosit
menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120 hari)
Gejala:
a. Limpa mengalami pembesaran
b. Peningkatan nilai bilirubin
c. Kelainan tulang rangka
Penyebab anemia hemoilitik diduga sebagai berikut:
d. Kongenital, misalnya kelainan rantai Hb dan defisiensi
enzim C6PD
e. Didapat, misalnya infeksi, sepsis, penggunaan obat,
dan maligna
3. Anemia defisiensi zat besi
Ditinjau dari umur penderita, etiologi anemia defisiensi zat
besi dapat digolongkan menjadi :
a. Bayi dibawah usia 1 tahun
Kekurangan zat besi sejak lahir, misalnya pada prematuritas,
bayi kembar, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang anemia
Pemberian makanan tambahan yang terlambat
b. Anak umur 1-2 tahun
Infeksi berulang, misalnya enteritis, bonkopneumonia, dan
sebagainya
Diet yang tidak adekuat
c. Anak umur lebih dari 5 tahun
Kehilangan darah kronis karena infeksi parasit, misalnya
ankilostomiasis, amubiasis
Diet yang tidak adekuat
Manifestasi Klinis:
Lemas, lekas lelah
Cianosis pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan, dasar kuku
Konjungtiva okular berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly
white)
Iritabel
Papil lidah atrofi
Pot Belly : perut buncit pada anak MEP dengan infestasi
ankylostoma
Pada MEP yang berat dapat ditemukan hepatomegali dan diatesis
hemoragik
Pica ( Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang
tidak bergizi, Anak yang memakan sesuatu apa saja yang
merupakan bukan makanan seharusnya )
Takikardia
Kuku rapuh dan berbentuk sendok
Pemeriksaan laboratorium:
Gambaran eritrosit mikrositik (MCV menurun)
hipokromik (MCH menurun)
Kadar Hb dan Ht rendah
Serum Iron (SI) rendah dan Iron Binding Capacity (IBC)
meningkat
Tidak terdapat zat besi dalam sumsum tulang
4. Anemia Pernisiosa
Disebabkan karena tidak adanya faktor dalam darah
yang diperlukan untuk perbaikan vitamin B12
(kobalamin) dalam pembentukan sl-sel darah merah.
Pada anemia pernisiosa, bentuk eritrositnya
makrositik normokromik (ukuran RBC besar dengan
bentuk abnormal tetapi kadar Hb normal).
5. Anemia Akibat Perdarahan
Ulkus yang berdarah, ulcerative colitis, dan penyakit
gastrointestinal yang hebat dapat kehilangan darah secara
perlahan, sehingga berakhir dengan anemia. Dapat juga
setelah pembedahan dan pada luka trauma.
Akibat kehilangan darah yang mendadak maka akan terjadi
refleks kardiovaskular yang fisiologis berupa kontraksi arteriol,
pengurangan aliran darah ke organ yang kurang vital, dan
penambahan aliran darah ke organ vital (otak dan jantung).
Selain itu, akan terjadi pergeseran cairan ekstravaskular ke
intravaskular agar tekanan osmotik dapat dipertahankan.
Akibatnya terjadi hemodilusi dengan gejala :
Penurunan hemoglobin, eritrosit, dan
hematokrit
Leukositosis
Gagal jantung
Kelainan cerebral akibat hipoksemia
Oliguria/anuria
PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia umumnya ditujukan untuk mencari
penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1.Anemia aplastik:
Pemberian steroid androgenik disertai kortikosteroid
(misalnya testosteron, prednison) untuk menstimulasi
eritropoiesis
Pemberian antibiotika yang tidak menyebabkan depresi
sumsum tulang, misalnya ALG/ATG
Transfusi darah diberikan pada keadaan perdarahan masif,
perdarahan organ, trombosit kurang dari 20.000/mm3
Transplantasi sumsum tulang memberikan prognosis yang
lebih baik sebesar 80% selama 3 tahun (transplantasi sumsum
tulang sebelum transfusi darah dapat menurunkan reaksi
penolakan tubuh)
Uji dipstik untuk melihat darah dalam urine dan tes guaiac
untuk darah dalam feses, sebagai pemantauan terhadap
kecenderungan perdarahan abnormal
Pantau efek samping terapi steroid (iritasi lambung, edema,
enfeksi, hipertensi, peningkatan BB), androgen (peningkatan
BB, suara memberat, peningkatan pertumbuhan rambut),
dan ATG/ALG (demam, menggigil, ruam, trombositopenia)
2. Anemia pada defisiensi besi
Dicari penyebab defisiensi besi
Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat
ferosus dan fumarat ferosus.
Transfusi (untuk kasus yang berat, kasus infeksi berat,
disfungsi jantung, atau pembedahan darurat)
Awasi efek samping preparat zat besi : mual, muntah, diare
atau konstipasi, feses berwarna hitam atau hijau, dan
perubahan warna gigi
3. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan
pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan
oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi
vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien
yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya
dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan
absorbsi.
PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
Gambaran yang jelas tentang gejala-gejala antara
awitan, durasi, lokasi, dan factor pencetus. Tanda
dan gejala utama dapat mencakup:
Keletihan, sakit kepala, vertigo, iritabilitas, dan depresi.
Anorexia dan penurunan BB.
Kecenderungan perdarahan dan memar, antara
menstruasi berat dan epistaksis.
Infeksi yang sering
Nyeri tulang dan sendi
Kaji riwayat prenatal, individu, dan keluarga
terhadap factor-faktor resiko gangguan
hematologic.
Faktor risiko riwayat prenatal: Rh bayi-ibu atau
inkompatibilitas ABO.
Factor risiko riwayat individu antara lain
prematuritas, BBLR, diet kurang besi atau diet berat
dengan susu sapi (selama masa bayi), perdarahan
(mis., menstruasi berat), kebiasaan diet, atau
pajanan terhadap inveksi virus. Factor resiko
riwayat keluarga antara lain riwayat anemia sel
sabit, atau gangguan perdarahan.
PENGKAJIAN
1. Aktivitas/ Istirahat :
Gejala :
Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktivitas penurunan semangat untuk beraktivitas.
Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda :
Takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda
lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat, angina, CHF
Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi
Tanda :
TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur sistolik
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat
dapat tampak sebagai keabu-abuan).
Kulit seperti berlilin, pucat atau kuning lemon terang
Sklera : biru atau putih seperti mutiara
Kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
Rambut : kering, mudah putus, menipis,
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya
mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4. Eleminasi
Gejala :
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
Flatulen, sindrom malabsorpsi
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala :
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan.
Tidak pernah puas mengunyah
Tanda :
Lidah tampak merah daging/halus
Membrane mukosa kering, pucat.
Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
Stomatitis dan glositis
Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah.
6. Neurosensori
Gejala :
Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia
tangan/kaki; klaudikasi.
Sensasi manjadi dingin.
Tanda :
Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal.
Oftalmik : hemoragis retina.
Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan
posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala :
Riwayat TB, abses paru.
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
10. Keamanan
Gejala :
Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,
sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam,
limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
11. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya
menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan
wanita). Imppoten
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
5. Temuan pemeriksaan labolatorium dan uji
diagnostik
i. Hitung darah lengkap (HDL) memberikan gambaran
lengkap yang jelas tentang elemen-elemen pembentuk
darah.
ii. Hitung retikulosit membantu membedakan berbagai
tipe anemia.
iii. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi sebagai alat
diagnosis banding gangguan perdarahan.
iv. Kapasitas pengikatan besi total (TIBC, total iron-binding
capacity), feritin dan zat besi, dan transferin digunakan
dalam mengevaluasi anemia.
v. Temuan aspirasi sumsum tulang sebagai alat bantu
dalam mendiagnosis anemia aplastik dan gangguan lain.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
2. Kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolar-kapiler
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar
INTERVENSI
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam klien mampu toleransi
dalam aktivitas yaitu memberikan respon fisiologis terhadap pergerakan
yang memerlukan energi yang dipertahankan di skala 3 dan dapat
meningkat di skala 4 pada:
Saturasi oksigen
Frekuensi nadi
Frekuensi pernafasan
Tekanan darah diastolik
Tekanan darah sistolik
Kemudahan bernafas
Hasil EKG
Warna kulit
Kekuatan tubuh bagian atas
Kekuatan tubuh bagian bawah
Rencana Tindakan:
Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi,
palpitasi, takipnue, dispneu, pusing, perubahan warna
kulit, dan lainya
Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk
mencegah kebosanan dan meningkatkan istirahat
Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen
suplemen
Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat
2. Kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
faktor biologis
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam klien mampu
mempertahankan jumlah asupan makanan dan cairan yang masuk
ke dalam tubuh pada skala 3 dan dapat meningkat ke skala 4 pada:
Asupan makanan secara oral
Asupan makanan secara tube feeding
Asupan cairan secara oral
Asupan cairan secara intravena
Asupan cairan secara parenteral
Rencana Tindakan:
Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang,
gandum, sereal kering yang diperkaya zat besi
Berikan susu suplemen setelah makan padat
Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero
suksinat,
fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan
absorpsi berikan bersama jeruk
Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan
zat besi dengan cara berkumur setelah minum obat, minum preparat
dengan air atau jus jeruk
Berikan multivitamin
Jangan berikan preparat Fe bersama susu
Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi
hijau gelap
Monitor kadar Hb atau tanda kliniks
Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau
dalam diet
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar-kapiler
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam klien mampu
mempertahankan status pernapasan dalam pertukaran gas
pada skala 3 dan dapat meningkat diskala 4 pada:
Dispnea saat istirahat
Dispnea pada istirahat ringan
Perasaan kurang istirahat
Mengantuk
Gangguan kesadaran
Tindakan keperawatan:
monitor status pernafasan dan oksigen,
sebagaimana mestinya
auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya
menurun atau tidak ada dan adanya suara
tambahan
posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
gunakan teknik yang menyenangkan untuk
memotivasi bernafas dalam kepada anak-anak
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam klien mampu
mengontrol keparahan dari tanda-tanda ketakutan, ketegangan, atau
kegelisahan pada skala 3 dan dapat meningkat ke skala 4 pada:
Distress
Perasaan gelisah
Wajah tegang
Iritabilitas
Mengeluarkan rasa marah yang berlebihan
Kesulitan berkonsentrasi
Serangan panik
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi nadi
Peningkatan frekuensi pernapasan

Rencana Tindakan:
Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan
prosedur diagnosis
Jelaskan tujuan pemberian komponen darah
Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan
membantu aktivitas anak
Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan
Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan
ketentuan, dengan harapan anak mau menerima

Anda mungkin juga menyukai