Anda di halaman 1dari 6

TERAPI

A. Terapi Non-Farmakologi
Mencukupkan asupan nutrisi Fe, asam folat, dan vitamin B12. Misalnya dari sayur-
sayuran hijau, ikan laut, dan unggas.
B. Terapi Farmakologi
1. Anemia Defisiensi Besi
Terapi : Besi
Mekanisme : zat besi membentuk inti dari cincin heme Fe-porfirin yang bersama-
sama dengan rantai globin membentuk hemoglobin.
a. Besi Oral
Garam Besi Kandungan Besi
Ferro sulfat 20%
Ferro Glukonat 12%
Ferro Fumarat 33%
Besi Karbonat 100%
Kompleks Besi Polisakarida 100%

Indikasi : pencegahan dan pengobatan anemia defisiensi besi


Absorpsi : Garam ferro 3x lebih cepat diabsorpsi daripada Ferri. Makanan
menurunkan absorpsi sampai 50%, namun intoleransi gastrik mengharuskan
pemberian bersama makanan.
Dosis : 200 mg per hari dalam 2 – 3 dosis terbagi
Kontraindikasi : hemokromatosis, anemia hemolitik, hipersensitivitas
Peringatan : penggunaan pada kondisi kehamilan (kategori A)
Efek samping : noda pada gigi, nyeri abdominal, konstipasi, diare, mual,
warna feses gelap
Interaksi obat :
o Antasid : menurunkan absorpsi besi
o Asam askorbat : meningkatkan absorpsi besi
o Garam kalsium : menurunkan absorpsi besi
o Kloramfenikol : meningkatkan konsentrasi plasma besi
o Antagonis histamin H2 : menurunkan absorpsi besi
o PPI : menurunkan absorpsi besi
o Kaptopril : besi dapat menginaktivasi kaptopril
o Fluoroquinolon : membentuk kompleks dengan besi →menurunkan
absorpsi fluoroquinolon
o L-dopa : membentuk khelat dengan besi →menurunkan absorpsi L-dopa
o MMF : besi menurunkan absorpsi MMF
o Tetrasiklin : membentuk kompleks dengan besi → absorpsi besi dan
tetrasiklin turun
b. Besi Parenteral
Na – Besi Besi Dekstran Besi Sukrosa
Karbonat
Kandungan 62,5 mg besi / 5 50 mg besi / mL 20 mg besi / mL
Besi mL
Indikasi Anemia Anemia Anemia
defisiensi besi defisiensi besi defisiensi besi
pada pasien yang pada pasien yang pada pasien yang
menjalani tidak menjalani
hemodialisis memungkinkan hemodialisis
kronis dan diberikan terapi kronis dan
menerima terapi oral menerima terapi
suplemen dan suplemen
eritropoietin epoietin alfa
Kontraindikasi Hipersensitivitas. Hipersensitivitas. Hipersensitivitas.
Infeksi ginjal Kelebihan besi.
akut. Anemia Anemia non
non defisiensi defisiensi besi
besi.
Peringatan Reaksi Black box Black box
hipersensitivitas warning. Reaksi warning. Reaksi
hipersensitivitas. hipersensitivitas.
Rute Parenteral Intravena Intramuskular Intravena
Pengobatan 8 X 125 mg 10 X 100 mg 10 X 100 mg
Efek Samping Kram, mual, Rasa sakit, noda Kram kaki,
muntah, coklat pada hipotensi.
flushing, tempat injeksi,
hipotensi, flushing,
pruritus. hipotensi,
demam,
anafilaksis.
Interaksi Obat Inkompatibilitas Kloramfenikol Menurunkan
dengan benzil meningkatkan absorpsi besi
alkohol. konsentrasi besi oral bila
plasma. diberikan
bersamaan.
2. Anemia Defisiensi Asam Folat
Terapi : Asam Folat

Mekanisme : folat berperan dalam sintesis nukleoprotein dan pemeliharaan


eritropoiesis normal.

Indikasi :
a. Anemia megaloblastik yang disebabkan defisiensi asam folat
b. Peningkatan kebutuhan asam folat pada kondisi kehamilan
c. Profilaksis defisiensi asam folat pada pemakaian antagonis asam folat Page 9
Absorpsi : Asam folat dari makanan harus mengalami hidrolisis, reduksi, dan
metilasi pada saluran pencernaan agar dapat diabsorpsi. Perubahan asam folat
menjadi bentuk aktifnya, tetrahidrofolat, membutuhkan vitamin B12
(sianokobalamin).
Dosis : folat oral 1 mg setiap hari selama 4 bulan
Kontraindikasi : pengobatan anemia pernisiosa dimana vitamin B12 tidak efektif
Efek Samping : perubahan pola tidur, sulit berkonsentrasi, iritabilita, anoreksia,
mual, distensi abdominal, flatulensi.
Interaksi Obat :
 Asam aminosalisilat : menurunkan konsentrasi plasma folat
 Inhibitor dihidrofolat reduktase : menyebabkan defisiensi folat
 Sulfalazin : menyebabkan defisiensi folat
 Fenitoin : menurunkan konsentrasi plasma folat

3. Anemia Defisiensi Sianokobalamin


Terapi : vitamin B12 (sianokobalamin)

Mekanisme : merupakan kofaktor yang mengaktivasi koenzim asam folat

Indikasi :
 Anemia pernisiosa
 Peningkatan kebutuhan vitamin B12 pada kondisi kehamilan, pendarahan, anemia
hemolisis, tirotoksikosis, dan penyakit hati dan ginjal

Absorpsi : absorpsi tergantung pada faktor intrinsik dan kalsium yang cukup.
Dosis : Kobalamin oral 2 mg per hari selama 1 – 2 minggu, dilanjutkan 1 mg per hari.
Sianokobalamin parenteral 1 mg per hari selama seminggu, dilanjutkan seminggu
sekali selama sebulan, dilanjutkan kobalamin oral per hari.

Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap kobalt atau B12


Efek Samping :
o edema pulmonari
o gagal jantung kongestif
o trombosis vaskular perifer
o syok anafilaktik
o atropi saraf optic

Interaksi Obat :
o Asam aminosalisilat : menurunkan efek sianokobalamin Page 10
o Kloramfenikol : menurunkan efek hematologi sianokobalamin pada pasien anemia
pernisiosa
o Kolkisin : menyebabkan malabsorpsi sianokobalamin
o Alkohol : menyebabkan malabsorpsi sianokobalamin

C. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia gizi akibat
kekurangan konsumsi besi adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan
Mengkonsumsi pangan hewani seperti daging, ikan, telur dan gizi yang cukup dapat
mencegah anemia gizi besi. Sayur hijau dan buah-buahan d tambah kacang-kacangan
dan padi-padian yang cukup mengandung zat besi. Vitamin C diperlukan untuk
meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh, peningkatan konsumsi vitamin C
sebanyak 20 mg, 50 mg, 100 mg, dan 250 mg dapat memperbesar penyerapan zat besi
sebesar 2 kali, 3 kali, 4 kali dan 5 kali (Murtini, 2004).
Konsumsi bahan pangan zat-zat penghambat absorbs besi harus dikurangi. Zat
inhibitor seperti filtrate, kontat, tannin dan beberapa jenis besi membentuk senyawa
yang tidak dapat larut di dalam air sehingga tidak dapat di absorbs. The mengandung
tannin, jika dikonsumsi bersama-sama pada saat makan akan mengurangi penyerapan
zat besi sampai 50%. Bahan makanan lain yang mengandung penghambat absorbs
besi diantaranya kopi, fosvitin dalam kuning telur, protein, fitat dan fosfat yang
banyak terdapat pada serealia, kalsium dan serat dalam bahan makanan. (Almatsier)

b. Suplemen zat besi


Tablet besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah ferrous sulfat.
Senyawa ini tergolong murah, dapat diabsorbsi sampai 20%. Dosis yang digunakan
beragam tergantung pada status besi seseorang yang mengkonsumsinya. Biasanya ibu
hamil yang rawan anemia di beri dosis yang lebih tinggi disbanding dengan wanita
biasa (Emma, 2001)
c. Fortifikasi zat besi
Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis gizi kedalam bahan pangan untuk
meningkatkan fortifikasi diantaranya, dapat ditempatkan pada populasi yang besar
dan biasanya relative murah (Emma, 2001).

D. Pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil


Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan cara:
meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan hewani dalam
jumlah cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga masyarakat sulit
menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi
besi, memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi
termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C.
Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan
penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber
vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak. Mengurangi
konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat,
tannin ( Wiknjosastro, 2005 ; Masrizal, 2007).
Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang diminum (oral)
atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah dengan pemberian preparat
besi : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari
dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% per 19 bulan. Sedangkan pemberian preparat
parenteral adalah dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2×10
ml secara intramuskulus, dapat meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu 2gr%.
Pemberian secara parenteral ini hanya berdasarkan indikasi, di mana terdapat intoleransi
besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan pasien yang buruk.
Pada daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat
pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah
diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa
kehamilannya. Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak protein dan
sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin (Sasparyana, 2010 ;
Wiknjosastro 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa . 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : YBSP


Murtini. 2004. Efektifitas Suplementasi Tablet Besi dan Vitamin C Terhadap Kadar
Hemoglobin Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung Kabupaten
Maros.Tesis.UNHAS
Almatsier, S. 2007. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007,
II (1): 140-145. Fakultas Ilmu Kesehatan Unand.

Anda mungkin juga menyukai