Anda di halaman 1dari 16

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Vaksinasi telah menjadi tulang punggung kesehatan masyarakat sejak dulu.
Apabila penyakit berjangkit, vaksinasi muncul dalam benak kita. Ia adalah suntikan
kesehatan yang dianggap dokter (bahkan lembaga kesehatan negara) sangat penting
sebagai pelindung dari serangan penyakit.
Untuk orang-orang yang memiliki riwayat auto-imun seperti rematoid
arthritis, diabetes, asma dan multiple sclerosis, vaksin yang disuntikan akan
menyebabkan sistem imun tubuh mereka menyerang lebih banyak dari yang
seharusnya. Terutama untuk vaksin campak, tetanus dan flu. Efek sampingan suatu
vaksin dapat terjadi segera setelah anak menerima suntikan, tapi juga baru terlihat
setelah

beberapa

jam,

beberapa

hari

atau

bahkan

beberapa

bulan.

Gangguan autisme melibatkan otak, sistem imun dan saluran pencernaan. Berarti
selain gangguan psikiatrik, hiperaktif, disleksia, masalah bicara dan bahasa, ketidak
normalan sensorik, kesulitan kognisi dan perilaku yang tidak biasa, penderita autis
juga memiliki masalah sistem imun yang berakibat alergi, asma dan infeksi, dan
dalam saluran usus mereka ditemukan kelebihan virus, jamur dan organisme
penyebab penyakit lainnya - yang menyebabkan masalah diare dan masalah
penyerapan bahan gizi.
Dengan efek samping yang terjadi, muncul pro - kontra penggunaan vaksin,
bagaimanapun kita memerlukan vaksin untuk melindungi diri dari beberapa penyakit.
Beberapa solusinya antara lain: - Berikan ASI kepada bayi paing sedikit 6 bulan,
supaya bayi menerima imunitas pasif dari ibunya. - Gunakan vaksin yang bebas
timerosal (mercury), tunda vaksin hepatitis B hingga usia anak sekolah, kecuali bila
anak berada dalam resiko tinggi. Berikan suntikan kedua sebulan sesudah yang
pertama dan suntikan ketiga paling sedikit 4 bulan setelah suntukan pertama. -

Selama hamil, hindari vaksin yang mengandung mercury dan perawatan gigi yang
menggunakan mercury /amalgam
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu vaksin dan macam-macam vaksin?
2. Apa itu sera dan macam-macam sera?

Bab 2
Isi

2.1.

Definisi Vaksin
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan

aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh
infeksi oleh organisme alami atau liar. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri
yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.Vaksin dapat juga
berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel
serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau
hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus,
atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel
degeneratif (kanker). Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem
imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi
tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
2.2 Jenis-jenis Vaksin
2.2.1. Live attenuated vaccine
Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya
virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih
mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah. Sifat
vaksin live attenuated vaccine, yaitu :

Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon imun
sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen

Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu dosis
berganda

Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika waktu
pemberiannya tidak tepat.

Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik

Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah

Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan


mencapai 95%

Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh, meningkatkan


dosisi asli dan berperan sebagai imunisasi ulangan
Contoh : vaksin polio (Sabin), vaksin MMR, vaksin TBC, vaksin demam tifoid,
vaksin campak, gondongan, dan cacar air (varisela).

2.2.1. Inactivated vaccine (Killed vaccine)


Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia
(formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri atau
virus, atau bagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja. Sifat vaksin inactivated
vaccine, yaitu :

Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat dimasukkan
dalam bentuk antigen

Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya sedikit
atau tidak menimbulkan imunitas seluler

Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga diperlukan


dosis ulangan, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi hanya
memacu dan menyiapkan system imun, respon imunprotektif baru barumuncul
setelah dosis kedua dan ketiga

Tidak dipengaruhi oleh circulating antibody

Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik

Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah

Contoh : vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk), vaksin pneumonia
pneumokokal, vaksin kolera, vaksin pertusis, dan vaksin demam tifoid.
2.2.3. Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit
dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat
imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi

disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya
antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun. Bahan ajuvan
digunakan untuk memperlama rangsangan antigenik dan meningkatkan
imunogenesitasnya. Contoh : Vaksin Difteri dan Tetanus

2.3 Macam-macam Vaksin


2.3.1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine)
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis (TBC)
tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama Mycobacterium
tuberculosis complex. Pada manusia, TBC terutama menyerang sistem pernafasan
(TB paru), meskipun organ tubuh lainnya juga dapat terserang (penyebaran atau
ekstraparu TBC). Mycobacterium tuberculosis biasanya ditularkan melalui batuk
seseorang. Seseorang biasanya terinfeksi jika mereka menderita sakit paru-paru dan
terdapat bakteria didahaknya. Kondisi lingkungan yang gelap dan lembab juga
mendukung terjadinya penularan. Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak
dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung bakteri
tuberkulosis. Bakteri ini dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru
(paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput
selaput otak (yang terberat). Infeksi primer terjadi saat seseorang terjangkit bakteri
TB untuk pertama kalinya. Bakteri ini sangat kecil ukurannya sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berkembang.
a. Cara Pemberian :
1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.
Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml)
2. Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali
3. Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus
deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml)

4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.


5. Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 28C, tidak boleh beku. BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan.
BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.

b. Efek Samping :
1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan
timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan
ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan
membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan
dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa
disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6
bulan
2.3.2 Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus),
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi tehadap difteri,
pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan
dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis atau batuk rejan
adalah infeksi pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap
serta bunyi pernafasan yang melengking, yang disebabkan oleh bakteri Bordetella
pertussis. Pertusis berlangsung beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan
batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga
dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.
Tetanus adalah penyakit akut, bersifat fatal, disebabkan oleh eksotosin yang
diproduksi oleh bakteri Clostridium tetani. Infeksi bakteri yang bisa menyebabkan
kekakuan pada rahang serta kejang

DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan
atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi
karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
a. Cara Pemberiannya
-

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar


suspensi menjadi homogen

Disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml


sebanyak 3 dosis

Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya


diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)

Di unit pelayanan statis vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh
digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :
1.

Vaksin belum kadaluarsa

2.

Vaksin disimpan dalam suhu 2C - 8C

3.

Tidak pernah terendam air

4.

Sterilitasnya terjaga

5.

VVM masih dalam kondisi A atau B

Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak boleh


digunakan lagi untuk hari berikutnya.

b. Efek Samping
Pada kurang 1% penyuntikan DPT dapat menyebabkan komplikasi berikut :
-

Demam tinggi (lebih dari 40,5C)

Kejang

Kejang demam (resiko) lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya) Syok
(kebiruan, lemah, pucat. Tidak memberikan respon)

2.3.3 Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine =OPV)


Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini

adalah virus yang dilemahkan (Hidayat, 2005).


a. Cara Pemberian
-

Diberikan secara oral (melalui mulut, 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali
(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu

Setiap membuka Vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru

Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 2 minggu dengan ketentuan :
1. Vaksin belum kadaluarsa
2. Vaksin disimpan dalam suhu + 2 C

8C

3. Tidak pernah terendam air


4. Sterilitasnya terjaga
5. VVM masih dalam kondisi A atau B
Terdapat 2 macam vaksin polio:

IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan

OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

b. Efek Samping
Bisa terjadi kelumpuhan dan kejang-kejang
2.3.4. Vaksin Campak.
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
campak pada anak karena penyakit ini sangat menular, ditandai dengan panas, batuk,
pilek, konjungtivitas dan ditemukan spesifek enantemen (Kopliks spot), diikuti
dengan erupsi makulopapular yang menyeluruh. Kandungan vaksin ini adalah virus
yang dilemahkan.
a. Cara Pemberian
-

Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan


pelarut steril yang tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut

Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada
usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah
cath-up campaign, campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.

b. Efek Samping
-

Terjadi ruam timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung
selama 2-4 hari. pada tempat suntikan dan panas

Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38C

Gangguan sistem kekebalan

Alergi terhadap protein telur

Pemakaian obat imunosupresan

Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

Wanita hamil

2.3.5 Vaksin MMR (Measles, Mumps dan Rubela)


Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan
campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam,
ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi
telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius,
seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah
satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa
menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan
pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada
buah zakar sehingga terjadi kemandulan.
Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan
pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban
pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. Jika seorang wanita hamil menderita
rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya
(buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme,
tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan

pemberian vaksin MMR.


a. Cara Pemberian
Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak,
gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya
digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan
imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan. Suntikan pertama diberikan pada
saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan
kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat
anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13
tahun (sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa
yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan
status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.
Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki
kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada
masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan
memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan
gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang
tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.
b. Efek Samping
-

Komponen Campak
1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini
terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,5
Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang
menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu
setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut
jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.

Komponen Gondongan
Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung
selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima

suntikan MMR.
-

Komponen Campak Jerman


Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung
selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR.
Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR (Nurlaila dan
Lubis, P, 2010).

2.3.6. Vaksin Hepatitis B.


Vaksin ini ditujukan untuk memberi tubuh berkenalan terhadap penyakit
hepatitis B, disebakan oleh virus yang telah mempengaruhi organ liver (hati). Virus
ini akan tinggal selamanya dalam tubuh. Bayi-bayi yang terjangkit virus hepatitis
berisiko terkena kanker hati atau kerusakan pada hati. Virus hepatitis B ditemukan
didalam cairan tubuh orang yang terjangkit termasuk darah, ludah dan air mani.
Merupakan vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat
non-infectious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula
polymorphl) menggunakan teknologi DNA rekombinan.
a. Cara Pemberian :
-

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi


menjadai homogen

Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian


suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha

Pemberian sebanyak 3 kali


Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval
minimum 4 minggu (1 bulan) (Depkes RI, 2005).

b. Efek Samping
Umumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan bersifat sementara. Kadangkadang menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari

2.3.7. Imunisasi Hib


Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan
berat. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP : purified capsular
polysaccharide) kuman H. Influenzae tipe b, antigen dalam vaksin tersebut dapat
dikonjugasi dengan protein-protein lain seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid
dipteri (PRP-D atau PRPCR50) atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC).
Cara Pemberian : Dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian
bosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan
2.3.8. Vaksin Influenza
Meskipun kebanyakan virus stabil secara antigenik, virus influenza A dan B
(khususnya A) selalu mengubah struktur antigeniknya, ditunjukkan dengan perubahan
pada hemaglutin (H) dan neuraminidase (N) yang terdapat di permukaan virus.
Penting diketahui bahwa vaksin influenza mengandung komponen H dan N dari
strain yang ada. Strain tersebut kemudian dikembangbiakkan dalam rongga alantoik
embrio ayam (oleh karena itu dikontraindikasikan untuk mereka yang hipersensitif
terhadap telur ayam).
Karena vaksin influenza tidak dapat mengendalikan epidemi, maka imunisasi
hanya dianjurkan bagi orang-orang yang berisiko tinggi. Imunisasi tahunan sangat
dianjurkan untuk individu usia lebih dari 6 bulan, dengan kondisi berikut:penyakit
respirasi kronik; termasuk asma; penyakit jantung kronik; penyakit hati kronik; gagal
ginjal kronik; diabetes melitus; imunosupresi karena penyakit (termasuk asplenia atau
disfungsi limpa) atau pengobatan (termasuk terapi kortikosteroid yang lama); infeksi
HIV (tanpa mempertimbangkan status kekebalan).
Imunisasi influenza juga dianjurkan untuk orang tua usia lebih dari 65 tahun,
penghuni panti jompo atau fasilitas lainnya untuk bertempat tinggal lama dan perawat
panti jompo yang pendapatannya sangat tergantung dari kesehatannya.
Indikasi:

profilaksis terhadap influenza pada dewasa usia di atas 18 tahun.


Peringatan:
pemberian vaksin harus ditunda pada subyek yang menderita febrile illness berat;
vaksin ini tidak memproteksi flu-like symptoms karena agen lain.
Interaksi:
efek imunisasi dapat terpengaruh pada pemberian bersamaan dengan terapi
imunosupresan atau pada kondisi immunodeficiency

Kontraindikasi:
hipersensitivitas; imunisasi harus ditunda sekurangnya 2 minggu pada pasien yang
mengalami demam dan infeksi akut.
Efek Samping:
reaksi lokal: kemerahan, sakit, bengkak, indurasi dan tekanan, tetapi dapat
hilang segera. Reaksi sistemik: malaise, fatigue, gemetar, peningkatan suhu,
berkeringat, sakit kepala, mialgia, artralgia yang hilang dalam 1-2 hari.
Dosis:
Dewasa lebih dari 18 tahun diberikan 1 dosis 0.5 mL secara intramuskular
atau subkutan.
2.4 Sera/Serum
Serum adalah bagian dari plasma yang di dalamnya terlarut berbagai macam
protein, diantaranya gamaglobulin yang berupa zat anti bodi dan berfungsi untuk
mengebalkan seseorang dari gangguan penyakit. Gamaglobulin telah dipakai untuk
memberikan kekebalan atau imunisasi berbagai penyakit seperti cacar air, campak,
hepatitis B, dan polio.
2.5 Jenis Jenis Serum :
Serum karena jumlahnya tidak terlalu banyak seperti vaksin, maka tidak perlu
kita kelompokkan. Contoh serum yang sudah dapat dibuat di Indonesia adalah serum
anti tetanus, serum anti difteri, serum anti bisa ular, dan serum anti rabies.

Fungsi-fungsi dari beberapa serum yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut :
1. Serum Anti Tetanus
Berfungsi untuk pengobatan terhadap penyakit tetanus.
2. Serum Anti Difteri
Berfungsi untuk pengobatan terhadap penyakit difteri.
3. Serum Anti Bisa Ular
Berfungsi untuk pengobatan terhadap gigitan ular berbisa yang mengandung efek
neurotoksik (Naja sputatrix / ular Kobra, Bungarus fasciatus / ular Belang) dan
efek hemotoksis (Ankystrodon rhodostoma / ular Tanah).

Dosis dan Cara Pemberian


Dosis yang tepat sulit untuk ditentukan karena tergantung dari jumlah bisa ular
yang masuk peredaran darah korban dan keadaan korban sewaktu menerima anti
serum .
Dosis pertama sebanyak 2 vial @ 5 ml sebagai larutan 2% dalam garam faali
dapat diberikan sebagai infus dengan kecepatan 40-80 tetes per menit, kemudian
diulang setelah 6 jam. Apabila diperlukan (misalnya gejala-gejala tidak
berkurang atau bertambah) anti serum dapat terus diberikan setiap 24 jam
sampai maksimum (80-100 ml).
Efek Samping
1. Reaksi anafilaktik; jarang terjadi, tetapi bila ada timbulnya dapat segera
atau dalam waktu beberapa jam sesudah suntikan.
2. Serum Sickness; dapat timbul 7 - 10 hari setelah suntikan berupa demam,
gatal-gatal, eksantema, sesak nafas dan gejala alergi lainnya.
3. Demam disertai menggigil yang biasanya timbul setelah pemberian serum
secara intravena.
4. Rasa nyeri pada tempat suntikan; yang biasanya timbul pada penyuntikan
serum dalam jumlah besar. Reaksi ini biasanya terjadi dalam 24 jam.

4. Serum Anti Rabies


Berfungsi untuk pengobatan terhadap gigitan hewan yang sakit atau diduga
rabies.

Bab 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
Vaksin secara arti berasal dari bahasa latin vacca = melemahkan. Definisi
lengkapnya kurang lebih adalah suatu kuman (bakteri/virus) yang sudah dilemahkan
yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh seseorang untuk membentuk kekebalan
tubuh (imunitas) secara aktif. Cara memasukkannya bisa dengan disuntik ataupun
dengan oral (diteteskan red). Fungsi utama dari vaksin adalah untuk pencegahan
terhadap suatu penyakit yang diakibatkan oleh kuman.
Serum secara definisi adalah suatu cairan tubuh yang mengandung sistem
kekebalan terhadap suatu kuman yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh seseorang,
maka orang tersebut akan mempunyai kekebalan terhadap kuman yang sama
(imunitas pasif red). Fungsi utama serum adalah mengobati suatu penyakit yang
diakibatkan oleh kuman.
Vaksinasi telah menjadi tulang punggung kesehatan masyarakat sejak dulu.
Apabila penyakit berjangkit, vaksinasi muncul dalam benak kita. Ia adalah suntikan
kesehatan yang dianggap dokter (bahkan lembaga kesehatan negara) sangat penting
sebagai pelindung dari serangan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1995
Kistner, Otfried, Baxter Vaccine AG, A Novel Cell-Derived Influenza
Vaccine, National Influenza Summit, Chicago, May 20-21, 2003
Abbas AK, Lichtman AH, Prober JS. Cellular and Molecular Immunology.
2nd edition. W. B. Saunders Company: Philadelphia, 1994.
Kuby J. Immunology. 2nd edition. W. H. Freeman and Company: New
York, 1994.
Liu MA. Overview of DNA Vaccines. Annals New York Academy of
Science 1995; 772:15-20.
Subbarao EK, Murphy BR. A General Overview of Viral Vaccine
Development. Genetically Engineered Vacines. Plenum Press: New York,
1992.

Anda mungkin juga menyukai