Pendahuluan
beberapa
jam,
beberapa
hari
atau
bahkan
beberapa
bulan.
Gangguan autisme melibatkan otak, sistem imun dan saluran pencernaan. Berarti
selain gangguan psikiatrik, hiperaktif, disleksia, masalah bicara dan bahasa, ketidak
normalan sensorik, kesulitan kognisi dan perilaku yang tidak biasa, penderita autis
juga memiliki masalah sistem imun yang berakibat alergi, asma dan infeksi, dan
dalam saluran usus mereka ditemukan kelebihan virus, jamur dan organisme
penyebab penyakit lainnya - yang menyebabkan masalah diare dan masalah
penyerapan bahan gizi.
Dengan efek samping yang terjadi, muncul pro - kontra penggunaan vaksin,
bagaimanapun kita memerlukan vaksin untuk melindungi diri dari beberapa penyakit.
Beberapa solusinya antara lain: - Berikan ASI kepada bayi paing sedikit 6 bulan,
supaya bayi menerima imunitas pasif dari ibunya. - Gunakan vaksin yang bebas
timerosal (mercury), tunda vaksin hepatitis B hingga usia anak sekolah, kecuali bila
anak berada dalam resiko tinggi. Berikan suntikan kedua sebulan sesudah yang
pertama dan suntikan ketiga paling sedikit 4 bulan setelah suntukan pertama. -
Selama hamil, hindari vaksin yang mengandung mercury dan perawatan gigi yang
menggunakan mercury /amalgam
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu vaksin dan macam-macam vaksin?
2. Apa itu sera dan macam-macam sera?
Bab 2
Isi
2.1.
Definisi Vaksin
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan
aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh
infeksi oleh organisme alami atau liar. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri
yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.Vaksin dapat juga
berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel
serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau
hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus,
atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel
degeneratif (kanker). Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem
imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi
tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
2.2 Jenis-jenis Vaksin
2.2.1. Live attenuated vaccine
Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya
virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih
mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah. Sifat
vaksin live attenuated vaccine, yaitu :
Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon imun
sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen
Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu dosis
berganda
Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika waktu
pemberiannya tidak tepat.
Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat dimasukkan
dalam bentuk antigen
Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya sedikit
atau tidak menimbulkan imunitas seluler
Contoh : vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk), vaksin pneumonia
pneumokokal, vaksin kolera, vaksin pertusis, dan vaksin demam tifoid.
2.2.3. Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit
dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat
imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi
disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya
antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun. Bahan ajuvan
digunakan untuk memperlama rangsangan antigenik dan meningkatkan
imunogenesitasnya. Contoh : Vaksin Difteri dan Tetanus
b. Efek Samping :
1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan
timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan
ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan
membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan
dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa
disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6
bulan
2.3.2 Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus),
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi tehadap difteri,
pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan
dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis atau batuk rejan
adalah infeksi pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap
serta bunyi pernafasan yang melengking, yang disebabkan oleh bakteri Bordetella
pertussis. Pertusis berlangsung beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan
batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga
dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.
Tetanus adalah penyakit akut, bersifat fatal, disebabkan oleh eksotosin yang
diproduksi oleh bakteri Clostridium tetani. Infeksi bakteri yang bisa menyebabkan
kekakuan pada rahang serta kejang
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan
atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi
karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
a. Cara Pemberiannya
-
Di unit pelayanan statis vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh
digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :
1.
2.
3.
4.
Sterilitasnya terjaga
5.
b. Efek Samping
Pada kurang 1% penyuntikan DPT dapat menyebabkan komplikasi berikut :
-
Kejang
Kejang demam (resiko) lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya) Syok
(kebiruan, lemah, pucat. Tidak memberikan respon)
Diberikan secara oral (melalui mulut, 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali
(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu
Setiap membuka Vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru
Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 2 minggu dengan ketentuan :
1. Vaksin belum kadaluarsa
2. Vaksin disimpan dalam suhu + 2 C
8C
IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
b. Efek Samping
Bisa terjadi kelumpuhan dan kejang-kejang
2.3.4. Vaksin Campak.
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
campak pada anak karena penyakit ini sangat menular, ditandai dengan panas, batuk,
pilek, konjungtivitas dan ditemukan spesifek enantemen (Kopliks spot), diikuti
dengan erupsi makulopapular yang menyeluruh. Kandungan vaksin ini adalah virus
yang dilemahkan.
a. Cara Pemberian
-
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada
usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah
cath-up campaign, campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.
b. Efek Samping
-
Terjadi ruam timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung
selama 2-4 hari. pada tempat suntikan dan panas
Wanita hamil
Komponen Campak
1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini
terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,5
Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang
menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu
setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut
jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.
Komponen Gondongan
Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung
selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima
suntikan MMR.
-
b. Efek Samping
Umumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan bersifat sementara. Kadangkadang menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari
Kontraindikasi:
hipersensitivitas; imunisasi harus ditunda sekurangnya 2 minggu pada pasien yang
mengalami demam dan infeksi akut.
Efek Samping:
reaksi lokal: kemerahan, sakit, bengkak, indurasi dan tekanan, tetapi dapat
hilang segera. Reaksi sistemik: malaise, fatigue, gemetar, peningkatan suhu,
berkeringat, sakit kepala, mialgia, artralgia yang hilang dalam 1-2 hari.
Dosis:
Dewasa lebih dari 18 tahun diberikan 1 dosis 0.5 mL secara intramuskular
atau subkutan.
2.4 Sera/Serum
Serum adalah bagian dari plasma yang di dalamnya terlarut berbagai macam
protein, diantaranya gamaglobulin yang berupa zat anti bodi dan berfungsi untuk
mengebalkan seseorang dari gangguan penyakit. Gamaglobulin telah dipakai untuk
memberikan kekebalan atau imunisasi berbagai penyakit seperti cacar air, campak,
hepatitis B, dan polio.
2.5 Jenis Jenis Serum :
Serum karena jumlahnya tidak terlalu banyak seperti vaksin, maka tidak perlu
kita kelompokkan. Contoh serum yang sudah dapat dibuat di Indonesia adalah serum
anti tetanus, serum anti difteri, serum anti bisa ular, dan serum anti rabies.
Fungsi-fungsi dari beberapa serum yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut :
1. Serum Anti Tetanus
Berfungsi untuk pengobatan terhadap penyakit tetanus.
2. Serum Anti Difteri
Berfungsi untuk pengobatan terhadap penyakit difteri.
3. Serum Anti Bisa Ular
Berfungsi untuk pengobatan terhadap gigitan ular berbisa yang mengandung efek
neurotoksik (Naja sputatrix / ular Kobra, Bungarus fasciatus / ular Belang) dan
efek hemotoksis (Ankystrodon rhodostoma / ular Tanah).
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Vaksin secara arti berasal dari bahasa latin vacca = melemahkan. Definisi
lengkapnya kurang lebih adalah suatu kuman (bakteri/virus) yang sudah dilemahkan
yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh seseorang untuk membentuk kekebalan
tubuh (imunitas) secara aktif. Cara memasukkannya bisa dengan disuntik ataupun
dengan oral (diteteskan red). Fungsi utama dari vaksin adalah untuk pencegahan
terhadap suatu penyakit yang diakibatkan oleh kuman.
Serum secara definisi adalah suatu cairan tubuh yang mengandung sistem
kekebalan terhadap suatu kuman yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh seseorang,
maka orang tersebut akan mempunyai kekebalan terhadap kuman yang sama
(imunitas pasif red). Fungsi utama serum adalah mengobati suatu penyakit yang
diakibatkan oleh kuman.
Vaksinasi telah menjadi tulang punggung kesehatan masyarakat sejak dulu.
Apabila penyakit berjangkit, vaksinasi muncul dalam benak kita. Ia adalah suntikan
kesehatan yang dianggap dokter (bahkan lembaga kesehatan negara) sangat penting
sebagai pelindung dari serangan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1995
Kistner, Otfried, Baxter Vaccine AG, A Novel Cell-Derived Influenza
Vaccine, National Influenza Summit, Chicago, May 20-21, 2003
Abbas AK, Lichtman AH, Prober JS. Cellular and Molecular Immunology.
2nd edition. W. B. Saunders Company: Philadelphia, 1994.
Kuby J. Immunology. 2nd edition. W. H. Freeman and Company: New
York, 1994.
Liu MA. Overview of DNA Vaccines. Annals New York Academy of
Science 1995; 772:15-20.
Subbarao EK, Murphy BR. A General Overview of Viral Vaccine
Development. Genetically Engineered Vacines. Plenum Press: New York,
1992.