Anda di halaman 1dari 10

Devi Kartikasari

04011381419156
Gamma 2014
Anatomi dan histopatologi
Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB local (limfadenopati
lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata). Limfadenopati lokalisata
didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan limfadenopati
generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang berjauhan dan simetris.
Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala dan leher, gambaran lokasi terdapatnya KGB pada daerah
kepala dan leher adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Lokasi KGB pada kepala dan leher.

Gambar 2. Gambaran histopatologi.

LIMFADENOPATI

Definisi
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar
dari 1 cm. Kepustakaan lain mendefinisikan limfadenopati sebagai abnormalitas ukuran atau
karakter kelenjar getah bening. Terabanya kelenjar getah bening supraklavikula, iliak, atau
poplitea dengan ukuran berapa pun dan terabanya kelenjar epitroklear dengan ukuran lebih besar
dari 5 mm merupakan keadaan abnormal.
Epidemiologi
Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada anak
normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu masalah
klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan sendirinya
apabila disebabkan infeksi virus. Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya
infeksi virus ataupun bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati.
Infeksi mononukeosis dan cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting,
tetapi kebanyakan disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata
lebih banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus. Dari studi
yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak diketahui
penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2% kasus membutuhkan
biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan.
Penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4%
dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia <40 tahun yang memiliki risiko keganasan
hanya sekitar 0,4%.
KLASIFIKASI
Berdasarkan luas limfadenopati:

Generalisata: limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda.


Lokalisata: limfadenopati pada 1 regio.

Dari semua kasus pasien yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer, sekitar
penderita datang dengan limfadenopati lokalisata dan 1/4 sisanya datang dengan limfadenopati
generalisata.
ETIOLOGI
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan tersebut
dapat diingat dengan mnemonik MIAMI: malignancies (keganasan), infections (infeksi),
autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and unusual conditions (lain-laindan
kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik).

Table 1. Penyebab, karakteristik, dan diagnostik limfadenopati.


DIAGNOSIS
Anamnesis

Umur penderita dan lamanya limfadenopati


Kemungkinan penyebab keganasan sangat rendah pada anak dan meningkat seiring

bertambahnya usia. Kelenjar getah bening teraba pada periode neonatal dan sebagian besar anak
sehat mempunyai kelenjar getah bening servikal, inguinal, dan aksila yang teraba. Sebagian

besar penyebab limfadenopati pada anak adalah infeksi atau penyebab yang bersifat jinak.
Berdasarkan sebuah laporan, dari 628 penderita yang menjalani biopsy karena limfadenopati,
penyebab yang jinak dan swasirna (self-limiting) ditemukan pada 79% penderita berusia kurang
dari 30 tahun, 59% penderita antara 31-50 tahun, dan 39% penderita di atas 50 tahun.
Di sarana layanan kesehatan primer, penderita berusia 40 tahun atau lebih dengan
limfadenopati mempunyai risiko keganasan sekitar 4%. Pada usia di bawah 40 tahun, risiko
keganasan sebagai penyebab limfadenopati sebesar 0,4%. Limfadenopati yang berlangsung
kurang dari 2 minggu atau lebih dari 1 tahun tanpa progresivitas ukuran mempunyai
kemungkinan sangat kecil bahwa etiologinya adalah keganasan.

Pajanan
Anamnesis pajanan penting untuk menentukan penyebab limfadenopati. Pajanan binatang

dan gigitan serangga, penggunaan obat, kontak penderita infeksi dan riwayat infeksi rekuren
penting dalam evaluasi limfadenopati persisten. Pajanan setelah bepergian dan riwayat vaksinasi
penting diketahui karena dapat berkaitan dengan limfadenopati persisten, seperti tuberkulosis,
tripanosomiasis, scrub typhus, leishmaniasis, tularemia, bruselosis, sampar, dan anthrax. Pajanan
rokok, alkohol, dan radiasi ultraviolet dapat berhubungan dengan metastasis karsinoma organ
dalam, kanker kepala dan leher, atau kanker kulit. Pajanan silikon dan berilium dapat
menimbulkan limfadenopati. Riwayat kontak seksual penting dalam menentukan penyebab
limfadenopati inguinal dan servikal yang ditransmisikan secara seksual.
Penderita

acquired

immunodeficiency

syndrome

(AIDS)

mempunyai

beberapa

kemungkinan penyebab limfadenopati; risiko keganasan, seperti sarkoma Kaposi dan limfoma
maligna non-Hodgkin meningkat pada kelompok ini. Riwayat keganasan pada keluarga, seperti
kanker payudara atau familial dysplastic nevus syndrome dan melanoma, dapat membantu
menduga penyebab limfadenopati.

Gejala yang menyertai


Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering menyertai limfadenopati

servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis. Demam, keringat malam, dan
penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala limfoma B symptom. Pada
limfoma Hodgkin, B symptom didapatkan pada 8% penderita stadium I dan 68% penderita
stadium IV. B symptom juga didapatkan pada 10% penderita limfoma non-Hodgkin.

Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat menunjukkan kemungkinan adanya
penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus, atau dermatomiositis. Nyeri
pada limfadenopati setelah penggunaan alkohol merupakan hal yang jarang, tetapi spesifik untuk
limfoma Hodgkin.
Pemeriksaan Fisik

Karakter dan ukuran kelenjar getah bening


Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan penyebab

keganasan atau penyakit granulomatosa. Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodular mempunyai
karakteristik terfiksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi kenyal. Limfadenopati karena virus
mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri, dan berbatas tegas.
Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya disebabkan oleh infl amasi karena
infeksi. Pada kasus yang jarang, limfadenopati yang nyeri disebabkan oleh perdarahan pada
kelenjar yang nekrotik atau tekanan dari kapsul kelenjar karena ekspansi tumor yang cepat.
Pada umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai diameter 1 cm, tetapi
beberapa penulis menyatakan bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5 cm atau kelenjar getah
bening inguinal lebih dari 1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat laporan bahwa pada 213
penderita dewasa, tidak ada keganasan pada penderita dengan ukuran kelenjar di bawah 1 cm,
keganasan ditemukan pada 8% penderita dengan ukuran kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38%
penderita dengan ukuran kelenjar di atas 2,25 cm.
Pada anak, kelenjar getah bening berukuran lebih besar dari 2 cm disertai gambaran
radiologi toraks abnormal tanpa adanya gejala kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan
merupakan gambaran prediktif untuk penyakit granulomatosa (tuberkulosis, catscratch disease,
atau sarkoidosis) atau kanker (terutama limfoma).
Tidak ada ketentuan pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang menjadi tanda kecurigaan
keganasan. Ada laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum 2 cm dan 1,5 cm merupakan batas
ukuran yang memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya keganasan dan
penyakit granulomatosa.

Lokasi limfadenopati
Limfadenopati daerah kepala dan leher Kelenjar getah bening servikal teraba pada

sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga pada 56% orang dewasa. Penyebab utama

limfadenopati servikal adalah infeksi; pada anak, umumnya berupa infeksi virus akut yang
swasirna. Pada infeksi mikobakterium atipikal, cat-scratch disease, toksoplasmosis, limfadenitis
Kikuchi, sarkoidosis, dan penyakit Kawasaki, limfadenopati dapat berlangsung selama beberapa
bulan. Limfadenopati supraklavikula kemungkinan besar (54%- 85%) disebabkan oleh
keganasan.
Kelenjar getah bening servikal yang mengalami inflamasi dalam beberapa hari, kemudian
berfluktuasi (terutama pada anak-anak) khas untuk limfadenopati akibat infeksi stafi lokokus dan
streptokokus. Kelenjar getah bening servikal yang berfluktuasi dalam beberapa minggu sampai
beberapa bulan tanpa tanda-tanda infl amasi atau nyeri yang signifi kan merupakan petunjuk
infeksi mikobakterium, mikobakterium atipikal atau Bartonella henselae (penyebab cat scratch
disease).
Kelenjar getah bening servikal yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan perokok
menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring, laring, tiroid, dan
esofagus). Limfadenopati servikal merupakan manifestasi limfadenitis tuberkulosa yang paling
sering (63-77% kasus), disebut skrofula. Kelainan ini dapat juga disebabkan oleh mikobakterium
nontuberkulosa.

Gambar 3. Kelenjar getah bening leher dan daerah drainasenya.

Biopsi kelenjar

Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya dilakukan pada kelenjar yang paling besar,
paling dicurigai, dan paling mudah diakses dengan pertimbangan nilai diagnostiknya. Kelenjar
getah bening inguinal mempunyai nilai diagnostik paling rendah. Kelenjar getah bening
supraklavikular mempunyai nilai diagnostik paling tinggi. Meskipun teknik pewarnaan
imunohistokimia dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifi sitas biopsi aspirasi jarum halus,
biopsi eksisi tetap merupakan prosedur diagnostik terpilih. Adanya gambaran arsitektur kelenjar
pada biopsi merupakan hal yang penting untuk diagnostik yang tepat, terutama untuk
membedakan limfoma dengan hyperplasia reaktif yang jinak.
Penatalaksanaan
1.

Terapi Medik

Konsultasi dengan ahli onkology medik


Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)

Tanpa keluhan :
Tidak perlu terapi

Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan dosis permulaan po

tiap hari atau 1000 mg/m 2 iv selang 3 4 minggu.


Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti pada

LH diatas Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)


Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah sebagai terapi

utama.
Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran

Minimal : seperti terapi LH


Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso epirubicin, oncovin,prednison
(CHOP) dengan dosis :
C : Cyclofosfamide 800 mg/m 2 iv hari I
H : hydroxo epirubicin 50 mg/ m 2 iv hari I
O : Oncovin 1,4 mg/ m 2 iv hari I
P : Prednison 60 mg/m 2 po hari ke 1 5 Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 4
minggu
Lymfoma non hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)

Stadium IA : kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant

Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai therapy utama

Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan sedang (CHOP)


Ideal : diberi Pro MACE MOPP atau MACOP B
2.

Therapy radiasi dKonsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah,

selanjutnya melalui tim onkology.

Anda mungkin juga menyukai