I. PENGERTIAN DIARE
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah penyebab nomor satu
kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak)
memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare. Di
Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena diare.
Diare atau dalam bahasa ilmiah disebut gastroenteritis, merupakan salah satu penyakit yang
sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Di Indonesia, tercatat sekitar 60 juta kasus diare
terjadi setiap tahun pada pasien yang berkunjung ke rumah sakit, puskesmas, dan klinik. Dari
jumlah tersebut, sekitar 70-80% penderita diare adalah anak-anak.
Definisi diare merupakan sebuah penyakit ketika penderita mengalami rangsangan buang air
besar secara terus-menerus, dengan tinja atau feses yang mengandung air secara berlebihan.
Dalam dunia medis, definisi diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per hari.
1
Makanan, yaitu:
Sindroma malaborsi : malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
Keracunan makanan dan minuman yang disebabkan bakteri (Clostridium bottulinus,
Staphilococcus) atau bahan kimia.
Alergi, misalnya tidak tahan pada makanan tertentu seperti susu kaleng atau susu sapi.
Kekurangan energi protein (KEP).
Immunodefisiensi terutama SIg A (secretory immunoglobulin A) yang mengakibatkan berlipat
gandanya bakteri/flora usus dan jamur terutama Candida.
Psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan diare terutama pada
anak yang lebih besar.
Karakteristik Agent
1) Rotavirus
Rotavirus merupakan penyebab utama diare akut pada bayi dan anak-anak umur antara 6
24 bulan dengan morbidity rate untuk daerah Jakarta (19791981) sebesar 30,4%(3).
Kejadian infeksi rotavirus meliputi negara-negara di seluruh dunia. Penularan berlangsung
secara oro fekal atau dapat pula terjadi secar air-borne droplet. Rotavirus menyebabkan
kerusakan epithelium usus kecil dengan mengakibatkan viii menjadi kasar/tumpul
sehingga kemampua mengabsorpsi karbohidrat menjadi berkurang, demikian pula
absorpsi air. Aktivitas disaccharidase dan laktase menurun, sedangkan aktivitas adenyl
cyclase tidak berubah; akibatnya terjadi akumulasi disaccharid di dalam lumen usus yang
menyebabkan diare osmotik. Morfologi intestinal dan aktivitas absorpsi karbohidrat akan
kembali normal dalam waktu 23 minggu. Karakteristik Rotavirus menyebabkan diare
berair disertai demam dan kadang-kadang muntah. Gejala yang ditimbulkan dapat ringan
sampai diare akut dengan dehidrasi berat dan dapat menimbulkan kematian.
2) E. coli patogen
Di negara-negara berkembang E. coli patogen menyebabkan lebih kurang seperempat dari
seluruh kejadian diare. Transmisi kuman berlangsung seeara water-borne atau food-borne.
Dula dikenal ada 3 grup (kelompok E. coli patogen penyebab diare yaitu ETEC, EPEC dan
EIEC. Sekarang ditemukan 2 grup yang diketahui pula sebagai penyebab diane yaitu EHEC
dan EAEC.
2.1. ETEC (Entero Toxigenic E. coli) ETEC adalah E. coli patogen penyebab utama diare akut
dengan dehidrasi pada anak-anak dan orang dewasa di negara-negara yang mempunyai 2
musim maupun 3 musim. ETEC menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan ter-
jadinya ekskresi cairan elektrolit tubuh sehingga timbul diare dengan dehidrasi. Secara
immunologis enterotoksin yang dihasilkan oleh ETEC sama dengan enterotoksin yang
dihasilkan oleh V. cholera. Enterotoksin ETEC terdiri dari dua macam yaitu: 1) Labile Toxin
(LT) yang mempunyai berat molekul yang tinggi dan tidak tahan panas (musnah pada
pemanasan 60C selama 10 menit); toksin inilah yang mirip dengan cholera toxin.
2
yang mempunyai berat molekul rendah, tahan pada pemanasan dan tidak
mempunyai sifat antigenik. Manusia dapat berperan sebagai carrier kuman ini, yaitu
sebagai pembawa kuman tetapi dia sendiri tidak sakit. Transmisi
kuman dapat berlangsung secara food-borne maupun waterborne. Di daerah endemik diane
seperti halnya Indonesia, ETEC merupakan juga penyebab utama diane akut yang mirip
cholera serta merupakan penyebab travellers diarrhoea
2.2. EPEC (Entero Pathogenic E. coli)
Di beberapa daerah urban, sekitar 30% kasus-kasus diare akut pada bayi dan anak-anak
disebabkan olch EPEC. Mekanisme terjadinya diane yang disebabkan oleh EPEC belum bisa
diungkapkan secara jelas, tetapi diduga EPEC ini menghasilkan cytotoxin yang merupakan
penyebab terjadinya diare. Penyakit diane yang ditimbulkan biasanya self-limited, te
tapi dapat fatal atau berkembang menjadi diare persisten termama pada anak-anak di bawah
umur 6 bulan. Di negara-negara berkembang, anak-anak yang terkena infeksi EPEC biasanya
adalah yang berumur 1 tahun ke atas.
2.3. EIEC (Enteroinvasive E. coli)
EIEC mempunyai beberapa persamaan dengan Shigella antara lain dalam hal reaksi biokimia
dengan gula-gula pendek, serologi dan sifat patogenitasnya. Sebagaimana halnya dengan
Shigella, EIEC mengadakan penetrasi mukosa usus dan mengadakan multiplikasi pada sel-sel
epitel colon (usus besar). Kerusakan yang terjadi pada epitel usus menimbulkan diare berda-
rah. Secara mikroskopis leukosit polimorfonuklear selalu hadirdalam feses penderita yang
terinfeksi EIEC. Gejala klinik yang ditimbulkan mirip disentri yang disebabkan oleh Shigella.
2.4. EHEC (Enterohaemorrhagic E. coli)
Di Amerika Utara dan beberapa daerah lainnya, EHEC menyebabkan haemorrhagic colitis
(radang usus besar). Transmisi EHEC terjadi melalui makanan daging yang diolah dan dihi-
dangkan secara tidak higienis; tapi dapat pula terjadi secara person to person (kontak
langsung). Patogenitas EHEC adalah dengan memproduksi sitotoksin yang bertanggung
jawab terhadap terjadinya peradangan dan perdarahan yang meluas di usus besar yang
menimbulkan terjadinya haemolytic uraemic syndrome terutama pada anak-anak.
Gejala karakteristik yang timbul ditandai dengan diare akut, cramp, panas dan dalam waktu
relatif singkat diare menjadi berdarah. Di negara-negara berkembang kejadian diare yang
disebabkan oleh EHEC masih jarang ditemukan.
3
3) Vibrio cholera 01
V. cholera 01 menyebabkan diare akut pada semua golongan umur. Cholera merupakan
penyakit endemik di negara Asia (termasuk Indonesia) dan Afrika. Di daerah endemik
penyakit iniditemukan sekitar 5-10% yakni berdasarkan pada penderita yang berobat ke
rumah sakit. Cholera ini lebih sering menyerang anak umur 2-9 tahun; tetapi di daerah bukan
endemik cholera lebih banyak menyerang golongan umur dewasa muda. Penularan kuman
dapat berlangsung secara water-borne maupun foodborne. Penularan dengan cara kontak
person to person dilaporkan jarang terjadi. Patogenitas V. cholera bersifat non-invasif, kuman
menempel dan berkembang di bagian mukosa usus halus dan menghasilkan enterotoksin yang
menstimulir terjadinya eksresi cairan elektrolit tubuh sehingga timbul diare dengan dehidrasi.
V. cholera 01 mempunyai 2 biotipe yaitu El-Tor dan Klasik. Selain itu V. cholera juga
mempunyai 2 serotipe yaitu Ogawa dan Inaba. Diare yang terjadi dapat ringan sampai berat.
Pada diare yang berat dapat terjadi dehidrasi berat dan shock, kematian dapat terjadi dalam
waktu sekitar 48 jam bila tidak segera diobati.
4) Shigella sp
Shigella sp paling banyak menyebabkan diare invasif pada anak-anak dan hanya sekitar 10%
menyebabkan diare akut pada anak-anak balita. Penularan kuman paling sering terjadi secara
kontak langsung (person to person) dengan dosis infeksi yang rendah yaitu 101-102
organisme. Di samping itu penularan dapat pula terjadi secara food-borne maupun water-
borne. Patogenitas Shigella bersifat invasif, yakni menyerang sel-sel epitel usus besar (colon),
menyebabkan kematian sel dan timbul borok sehingga terjadi kerusakan epitel usus dan
perdarahan. Shigella juga menghasilkan sitotoksin dan neurotoksin yang menambah
patogenitas kuman. Shigdla mempunyai 4 serotipe yaitu S. flexneri yang paling banyak
ditemukan di negara-negara berkembang, S. sonnei banyak ditemukan di negara-negara maju,
S. dysentriae menyebabkan epidemi dengan kematian yang tinggi, S. boydii yang jarang
ditemukan. Infeksi Shigella menyebabkan diare invasif disertai dengan gejala demam, nyeri
perut dan tenesmus, feses berdarah dengan banyak mengandung leukosit. Shigella terutama
menimbulkan serangan hebat pada bayi.
5) Salmonella non-typhoid
Di banyak negara berkembang, diare akut yang disebabkan oleh Salmonella tidak begitu
besar. Terutama di daerah urban diare pada anak-anak yang disebabkan oleh infeksi
Salmonella sekitar 10%. Transmisi kuman terjadi secara meat-borne, yaitu melalui makanan
yang berasal dari hewan seperti daging, unggas, telur, susu; tetapi dapat pula terjadi secara
water-borne.Patogenitas Salmonella bersifat invasif yakni menyerang bagian epithelium dari
ileum. Salmonella menghasilkan entero-toksin yang menyebabkan diare berair. Bila selaput
lendir menjadi rusak, diare yang terjadidisertai darah. Ada 2000 serotipe Salmonella dan 6-10
di antaranya diketahui menimbulkan gastroenteritis. Diare yang ditimbulkan biasanya disertai
dengan gejala-gejala mual, demam dan nyeri perut. Di samping menyebabkan diare berair,
Salmonella juga menyebabkan mencret (exudative diarrhoea) yang ditandai oleh hadirnya
leukosit di dalam feses. Di beberapa negara telah ditemukan strain Salmonella yang resisten
terhadap ampisilin, khloramfenikol, dan sulfametoxazol-trimetoprim.
4
6) Campylobacter jejuni
Di berbagai negara, Campylobacter jejuni menyebabkan 5-15% diare pada bayi. Di negara-
negara berkembang puncak insiden terutama adalah pada usia di bawah satu tahun (batuta).
Transmisi kuman dapat berlangsung secara food-borne, dapat pula terjadi secara person to
person (kontak langsung). Patogenitas Campylobacter dengan invasi pada bagian
ileum dan usus besar dengan menghasilkan 2 jenis toksin yaitu sitotoksin dan heat-labile
toxin. Diane yang ditimbulkan biasanya seperti disentri dengan feses berdarah dan berlendir
yang muncul sesudah diare berlangsung selama sehari atau beberapa hari. Muntah biasanya
tidak ada dan gejala demam selalu dengan temperatur yang rendah. Diare berair yang
ditimbulkan oleh infeksi Campylobacter kasusnya kecil.
7) Giardia lamblia
Distribusi G. lamblia meliputi berbagai negara di dunia. Prevalensi infeksi G. lamblia pada
anak muda di beberapa negara mencapai 100%. Anak-anak umur 15 tahun (balita) adalah
yang paling umum terinfeksi G. lamblia. Transmisinya dapat berlangsung secara food-borne
ataupun water-borne, serta dapat pula terjadi secara oro fecal. Infeksi G. lamblia terjadi pada
usus besar, tetapi mekanisme patologinya belum jelas diketahui; pada beberapa kassus terlihat
terjadi kerusakan pada bagian epitel usus halus. G. lamblia dapat menyebabkan diare akut
atau diare persisten; kadang-kadang menyebabkan malabrospsi dengan feses berlemak, sakit
perut dan kembung Infeksi G. lamblia kebanyakan asimtomatik sehingga menimbulkan
kesulitan untuk mendeteksi kapan G. lamblia menyebabkan diare.
8) Entamuba histolytica
Distribusi E. histolytica meliputi berbagai negara di dunia. Prevalensi infeksi E. histolytica
sangat bervariasi. Penyakit lebih banyak terjadi pada usia dewasa, penderita laki-laki lebih
banyak ditemukan. Patogenitas E. histolytica adalah menyerang bagian mukosa dari usus
besar yang menyebabkan kerusakan intestinal sehingga menimbulkan rangsangan
neurohumoral yang menyebabkan pengeluaran sekret dan timbul diare. Kira-kira 90% infeksi
E.histolytica adalah asimtomatik, jarang terjadi pada anak kecil atau bayi, tetapi biasanya
menyerang anak yang sudah besar dan dewasa muda. Diare yang ditimbulkan umumnya
adalah diare persisten dengan tinja berdarah. Pada beberapa kasus, E. histolytica dapat
bersarang di hati dan menyebabkan abses hati.
9) Cryptosporidium
Di negara-negara berkembang kasus Cryptosporidia pada anak-anak dengan diare adalah
berkisar antara 515%. Transmisi Cryptosporidia melalui fekal-oral. Patogenitas Cryptospo-
ridium adalah menempel pada permukaan mikrovili dinding usus dan menyebabkan
malabropsi akibat kerusakan bagian mukosa. Karakteristik infeksi Cryptosporidium adalah
diare akut/diare berair terutama pada pasien dengan daya tahan tubuh yang lemah
atau menurun.
1. Infeksi Non-Invasi
Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare sekretorik atau watery
diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang memproduksi enterotoksin yang
5
bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non invasi misalnya V. cholera non 01, V. cholera 01 atau
0139, Enterotoksigenik E. coli (ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B. cereus, Aeromonas spp.,
V. cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah
diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan yang berlebihan Nikotinamid Adenin
Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3,5-siklik mono
phospat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen
usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.
Namun demikian mekanisme absorbsi ion Na melalui mekanisme pimpa Na tidak terganggi,
karena itu keluarnya ion Cl- (disertai ion HCO3-, H2O, Na+ dan K+) dapat dikompensasi oleh
meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh H2O, K+, HCO3-, dan Cl-). Kompensasi ini dapat
dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel usus.
Glukosa tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh ion Na+, K+, Cl- dan HCO3-. Inilah
dasar terapi oralit per oral pada kolera.
Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan keluar secara deras dan
banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai diare sekretorik isotonik voluminial (watery
diarrhea).
ETEC mengeluarkan 2 macam enterotoksin ialah labile toxin (LT) dan stable toxin (ST). LT
bekerja secara cepat terhadap mukosa usus halus tetapi hanya memberikan stimulasi yang
terbatas terhadap enzim adenilat siklase. Dengan demikian jelas bahwa diare yang disebabkan E.
coli lebih ringan dibandingkan diare yang disebabkan V. cholerae.
2. Infeksi Invasif
Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare Inflammatory. Bakteri invasif
misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC), Salmonella spp., Shigella spp., C. jejuni, V.
parahaemolyticus, Yersinia, C. perfringens tipe C, Entamoeba histolytica, P. shigelloides, C.
difficile, Campylobacter spp. Diare terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis
dan ulserasi. Sifat diarena sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur dengan lendir dan
darah. Walau demikian infeksi oleh kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu
diare sekretorik. Pada pemerksaan tinja biasanya didapatkan sel-sel eritrosit dan leukosit.
6
bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman
diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan
dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
Ketersediaan Jamban
Penelitian Dewi Ratnawati dkk ( tahun 2006) di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta dengan
desain penelitian case control, menunjukkan bahwa penggunaan jamban yang tidak memenuhi
syarat sanitasi akan meningkatkan risiko 2,550 kali lebih besar balitanya untuk terkena diare akut
dibandingkan dengan penggunaan jamban yang memenuhi syarat dan secara statistik bermakna.
4. Lalat
Hewan yang satu ini sepertinya memang menjadi teman akrab bagi para bakteri. Sebaliknya,
ia menjadi musuh bagi para manusia. Lalatmemang memiliki kebiasaan yang aneh menurut
manusia, ia lebih senang hinggap di tempat-tempat kotor. Kotoran yang menempel pada
kakinya, kemudian menempel pada makanan.
7
Bakteri yang menyebabkan penyakit diare sangat menyukai tempat-tempat yang
memang kotor. Mereka akan tumbuh dan berkembang biak di sana. Epidemiologi diare
memang tidak seperti penyakit pernafasan yang bisa menular melalui udara. Walaupun kedua
penyakit tersebut sama-sama disebabkan oleh kuman dan bakteri.
4. Perjalanan Penyakit
Pre pathogenesis
Ketidaktahanan feces (tinja), yang adalah ketidakmampuan untuk mengontrol (menunda)
membuang air besar hingga waktu yang tepat, yaitu, hingga seseorang dapat ke toilet.
Urgensi rektum, yang adalah dorongan tiba-tiba untuk membuang air besar yang adalah
begitu kuat sehingga jika toilet tidak segera tersedia akan ada ketidaktahanan membuang air
besar. Pengosongan yang tidak sempurna, yang adalah perasaan bahwa membuang air besar
lagi adalah perlu segera setelah membuang air besar, namun ada kesulitan untuk
mengeluarkan lebih jauh feces untuk kedua kalinya. Membuang air besar segera setelah
makan.
Incubation
Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau yang disebut
masa inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Shigella misalnya,
memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa inkubasi virus berkisar antara 4
sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya memiliki masa inkubasi yang lebih panjang,
seperti Giardia misalanya, memiliki masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu.
Diare akut = kurang dari 2 minggu
Diare Persisten = lebih dari 2 minggu.
Lama sakit juga tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Pada diare ringan akibat
virus umumnya berlangsung selama beberapa hari dimana anak hanya memerlukan
perawatan ringan seperti istirahat dan pemberian cairan yang adekuat.
a. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, sedangkan menurut World
Gastroenterology Organisation Global Guidliness 2005, diare akut didefinisikan sebagai
pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung
kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar di
dunia telah mengajukan beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada kasus diare
tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipilih
waktu lebih dari 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi
penyebab diare dengan lebih cepat.
c. Diare persisten, merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare
yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut (peralihan antara
diare akut dan kronik, dimana lama diare kronik yang dianut yaitu yang berlangsung lebih
dari 30 hari)
Illnes extended
8
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4x atau lebih dalam
sehari, yang kakdang disertai :
Muntah
Badan lesu atau lemah
Panas
Tidak nafsu makan
Demam tinggi
Ada darah dan lendir dalam tinja
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus.
Illnes
Infeksi virus bisa secara tiba-tiba menyebabkan tinja berdarah, demam, penurunan nafsu
makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti
flu, agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit
kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Diare dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan
kalium), sehingga apabila terjadi pada bayi, bayi akan menjadi rewel atau terjadi ganngguan
irama jantung maupun pendarahan otak.
Diare seringkali disertai dengan dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya
mengakibatkan bibir kering, dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-
ubun menjadi cekung ( pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa
berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.
Akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat,Hipotonik,isotonic,atau hipertonik )
2. Syok hypovolemik
3. Hipokalemia (gejala : meteorismus, Hipotoni, Otot lemah, dan Bradikardi )
4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus dan defisiensi enzim lactose.
5. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
6. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik )
7. Hipoglikemia
Illnes stop
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama pada
usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara mendadak
sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial
mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik.
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok
hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular Nekrosis
Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga
9
terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang
optimal.
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan terbanyak oleh
EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni
12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan meningkat setelah infeksi EHEC dengan
penggunaan obat anti diare, tetapi penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih
kontroversi.
Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena
Campylobakter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.
Umumnya diare akan sembuh ssendiri dalam beberapa hari. Kita hanya perlu istirahat
dan minum cairan yang banyak untuk mencegah dehidrasi. Dehidrasi akan sangat fatal
akibatnya bisa lemas, kelelahan, apabila tidak segera diobati dapat menimbulkan kematian.
Cara Penularan
a. Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat yang
hinggap pada tinja, karena buang air besar (BAB) tidak di jamban
b. Air minum yang mengandung E.Coli yang tidak direbus sampai mendidih. Air sungai
yang tercemar bakteri E.Coli karena orang diare buang air besar di sungai digunakan
untuk mencuci bahan makanan, peralatan dapur, sikat gigi, dll.
c. Tangan yang terkontaminasi dangan bakteri E.Coli (sesudah BAB tidak mencuci tangan
dengan sabun)
d. Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E.Coli kemudian dimakan oleh
manusia.
Vektor / Vehicle
o Musca domestica
Berperan sebagai vektor mekanik amebiasis, disentry bacilaris, dan penyakit cacing usus
di Indonesia. Tempat perindukannya di timbunan sampah dan tinja manusia.
o Periplaneta Americana
Banyak ditemukan di rimah-rumah. Dapat menjadi vektor mekanik amebiasis, lambliasis,
ascaris, dan isospariasis di Columbia dan Indonesia
5. Upaya Pengendalian
a. Promotif
Dengan cara mengadakan penyuluhan kepada masyarakat yang kurang paham /
mengerti dengan penyakit diare yang lebih spesifik.
b. Preventif
o Perbaikan/penyehatan lingkungan pemukiman
o Pembuangan tinja yang memenuhi syarat-syarat sanitasi
o Pengamanan penyediaan air minum untuk kontaminasi dari tinja
o Menerapkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat dalam bidanghygene
perseorangan terutama dalam hal cara-cara pembuangan
10
o Pemberantasaan lalat
o Pengawasan yang dijalankan oleh para petugas kesehatan
12
e.1. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh
anggota keluarga.
e.2. Bersihkan jamban secara teratur.
e.3. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar
sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak
bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas
kaki.
f. Membuang Tinja Bayi yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar
karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja
bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan:
f.1. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas
koran dan kuburkan atau buang di kakus.
f.2. Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan mudah
dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat
buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang
ke dalam kakus.
f.3. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya.
g. Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian iimunisasi campak juga dapat
mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare
dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita
campak dalam 4 mingggu terkahir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh
penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya
seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah
penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam
pencegahan penyakit polio.
13
b. Beri makanan sedikitnya 6 kali sehari untuk mencegah kurang gizi. Teruskan pemberian ASI
bagi anak yang masih menyusui dan bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa
diberikan.
c. Segera bawa anak kepada petugas kesehatan bila tidak membaik dalam 3 hari atau menderita
hal berikut yaitu buang air besar cair lebih sering, muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata,
makan atau minum sedikit, dengan atau tinja berdarah.
d. Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka berikan pengobatan
sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
b. Berikan makanan sebelum serangan diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama
pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
c. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama dua minggu untuk
membantu pemulihan penderita.
PATOFISIOLOGI
VIRUS masuk enterosit (sel epitel usus halus) infeksi & kerusakan fili usus halus
Enterosit rusak diganti oleh enterosit baru (kuboid/ sel epitel gepeng yg
blm matang) fungsi blm baik
Fili usus atropi tdk dpt mengabsorbsi makanan & cairan dgn baik
Tek Koloid Osmotik motilitas DIARE
BAKTERI NON INFASIF (Vibrio cholerae, E. coli patogen) masuk lambung
duodenum berkembang biak mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lap
lendir) bakteri masuk ke membran mengeluarkan subunit A & B mengeluarkan
14
(cAMP) meransang sekresi cairan usus, menghambat absobsi tampa menimbulkan
kerusakan sel epitel tersebut volume usus dinding usus teregang DIARE
BAKTERI INFASIF (Salmonella spp, Shigella spp, E. coli infasif, Champylobacter)
prinsip perjalanan hampir sama, tetapi bakteri ini dapat menginvasi sel mukosa usus
halus reaksi sistemik (demam, kram perut) dan dapat sampai terdapat darah
Toksin Shigella masuk ke serabut saraf otak kejang
PENCEGAHAN DIARE
Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting:
1) sebelum makan,
2) setelah buang air besar,
3) sebelum memegang bayi,
4)setelah menceboki anak dan
5) sebelum menyiapkan makanan;
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain
dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses
klorinasi;
3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar
serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya
menggunakan jamban dengan tangki septik.
PENYEMBUHAN DIARE
1. Minum dan makan secara normal untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang;
2. Untuk bayi dan balita, teruskan minum ASI (Air Susu Ibu);
3. Garam Oralit.
Kuesioner
Identitas Responden
No. Identitas
Karakteristik Ibu Balita
1 . Nama Ibu
2. Tempat / tanggal lahir (sesuai
dengan KTP
3. A l a m a t
4. Umur Ibu balita .....................tahun
15
5. Umur Bayi
6. Pendidikan ibu 1. [ ] Tidak sekolah
2. [ ] Tidak lulus SD
3. [ ] Lulus SD
4. [ ] Lulus SLTP
5. [ ] Lulus SLTA
6. [ ] Lulus D3 / S1
2. [ ] Swasta
3. [ ] Buruh
4. [ ] PNS
PENGETAHUAN
16
3. Diare dapat menyebabkan penderita kekurangan
cairan
4. Diare dapat mengancam pertumbuhan dan
perkembangan gizi balita
SIKAP
No. Pernyataan Setuju Kurang Tidak
Setuju Setuju
1. Diare mudah menyerang balita karena ditularkan lewat
media yang dekat dengan manusia
17
PERILAKU
Sarana Air Bersih dan Air Minum
1. Apakah sumber air bersih di rumah?
a. Air PDAM
b. Air Sumur
c. Air Sungai
2 Apakah sumber air minum di rumah ?
a. Air PDAM
b. Air Sumur
c. Air Sunga
Ketersediaan jamban
1.
Apakah di rumah Ibu tersedia
jamban? 1. Ya
2. Tidak
2.
Jenis jamban apa yang Ibu
pergunakan? 1. Leher angsa
18
2. Cemplung,cubluk
3.
Apakah Ibu dan balita menggunakan
jamban jika buang air besar? 1. Ya, kadang-kadang
2. Tidak
4.
Bagaimana keadaan jamban yang
Ibu miliki? 1. Tertutup
2. Terbuka
5.
Adakah air tersedia untuk keperluan
jamban? 1. Ya
2. Tidak
Hasil Observasi
19
Nama : Ayu
Kusumaningsih
NIM : P27833210009
20