Anda di halaman 1dari 27

Pneumonia

Keperawatan Medikal Medah


Epidemiologi

Infeksi saluran napas bawah merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang
sedang berkembang maupun maju. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan
dengan infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat (CAP) atau di dalam rumah sakit (Pneumonia
nosokomial) atau pneumonia di pusat kesehatan. Pada tahun 2012 WHO mencatat bahwa infeksi
traktus respiratorius bagian bawah menempati peringkat ke-4 penyebab kematian di dunia.
Pneumonia hingga saat ini tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang
dan kasus pneumonia di negara berkembang 2-10 kali lebih banyak dari pada di negara maju. Di
negara berkembang, penyakit pneumonia merupakan 25% penyumbang kematian pada anak, terutama
bayi berusia kurang 2 bulan.
Faktor risiko :
Usia lanjut lebih dari 65 tahun
Merokok
Riwayat penyakit komorbid
Alkoholisme
Imunitas yang memburuk
Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme, termasuk
bakteri, mikrobakteria, jamur dan virus dimana ketika seseorang menderita pneumonia, alveoli akan
dipenuhi oleh nanah dan cairan sehingga membuat nafas sesak.

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu
infeksi saluran pernapasan bawah akut dengan batuk dan disertai dengan sesak napas disebabkan
agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungsi), dan aspirasi substansi asing, berupa
radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi (Nuarif & Kusuma, 2015).
Etiology
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti :
 Bakteri
 Virus
 Jamur
 Protozoa
Penyebab pneumonia yang paling sering didapat oleh masyarakat dan nosokomial adalah :
 Dimasyarakat : streptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia, Hemophilus influenza,
Legionella pnemophila, Chlamydia pneumonia, Anaerob oral, Adenovirus, Influenza tipe A
dan B.
 Di rumah sakit(Nosokomial) : basil usus gram negative ( E. Coli, Klebsiella pneumonia),
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aereus, anaerob oral.
Mycoplasma Pneumonia Streptococcus Pneumonia

Hemophilus Influenzae
Salah satu penyebab terjadinya pneumonia adalah bakteri Streptococcus pneumonia dimana
patogenesis dari Streptococcus pneumonia ini berawal dari melekatnya kuman pada epitel
faring kemudian bereplikasi dan proses lolosnya kuman dari fagositosis oleh makrofag.
Kuman menyebabkan infeksi diberbagai area tubuh melalui penyebaran secara langsung atau
secara limfogen-hematogen.
Streptococcus pneumonia menyebabkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dalam
jaringan.
Menurut WHO diberbagai negara berkembang streptococcus pneumonia dan Hemopylus
Influenzae merupakan bakteri yang ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi yaitu 73,9%
aspirat paru dan dari spesimen darah.
Mekanisme Penyakit
Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu difusi
oksigen dan karbon dioksida. Bronkospasme juga dapat terjadi apabila pasien menderita
penyakit jalan napas reaktif. Bronkospasme merupakan bentuk pneumonia paling umum yang
menyebar dalam bentuk bercak kemudia meluas dari bronki ke parenkim paru sekitarnya.
Mikroorganisme yang menyebabkan pneumonia terhisap ke paru bagian perifer melalui bagian
respiratori. Pertama, terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah poliferasi dan
penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena konsolidasi yaitu
serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema dan ditemukan kuma alveoli, tahap ini
disebut hepatisasi merah. Selanjutnya deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan
leukosit PMN di alveoli dan terjadi fagositosis yang cepat, tahap ini disebut hepatisasi kelabu.
Selanjutnya jumlah makrofag meningkat di alveoli dan sel akan mengalami degenerasi, fibrin
menipis, kuman dan debris menghilang,tahap ini disebut tahap resolusi. Sistem
bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.
Tanda dan gejala
 Menggigil mendadak dan berlanjut menjadi demam
 Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk
 Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat dan dispnea, ortopnea
 Nadi cepat dan memantul
 Brakikardia relatif untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi mikoplasma
atau infeksi mikroorganisme Lengionella
 Infeksi saluran napas atas
 Demam derajat rendah
 nyeri pleuritik
 Mialgia
 Ruam
 Faringitis setelah beberapa hari
 Sputum mukois atau mukopurulen dikeluarkan
Tanda dan gejala pneumonia berat
 Pipi merah
 Bibir dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral
 Sputum purulen bewarna seperti karat, bercampur darah kental atau hijau bergantung pada
agen penyebab
 Nafsu makan buruk dan pasien mengalami diaforesis dan mudah lelah

Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien misalnya tanda
berbeda dijumpai pada pasien dengan kondisi kanker, pada mereka yang menjalani terapi
imunosupresan yang menurunkan resistensi terhadap infeksi
Pemeriksaan Diagnostik
o Radiologi : Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsoludasi dengan air
bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
o Pemeriksaan laboratorium : terjadi peningkatan leukosit berkisar antara 10.000 – 40.000/ul
o Pemeriksaan mikrobiologi : diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk mengetahui
adanya streptococcus pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida
pneumokokkus.
o Analisa gas darah : ditemukannya hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan
parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis
respiratorik.
Pengobatan pneumonia
• Antibiotik, diresepkan berdasarkan hasil pewarnaan gram dan pedoman antibiotik.
• Terapi suportif, mencakup hidrasi, antipiretik, medikasi antitusif, antihistamin, atau
dekongestan nasal
• Tirah baring, direkomendasikan sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda bersih
• Terapi oksigen untuk hipoksemia
• Bantuan pernapasan, mencakup konsentrasi oksegen inspirasi yang tinggi, intubasi, endotrakea
dan ventilasi mekanis
• Terapi atelektasis
• Untuk kelompok yang beresiko tinggi mengalami CAP, diasarankan untuk melakukan
vaksinasi pneumokokus
Asuhan keperawata teoritis
Pengkajian
1. Data subjektif
• Identitas pasien
• Riwayat penyakit saat ini
• Riwayat penyakit dahulu
• Pengkajian psiko-sosio-spiritual

2. Data objektif
• Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. B1(Breathing).
Inspeksi : bentuk dada dan gerakan pernapasan. Pada pasien dengan pneumonia sering
ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat serta adanya retraksi sternum dan
intercostal space (ICS)
Lanjutan..
Palpasi : gerakan dinding thoraks anterior/eksrusi pernapasan. Pada pasien dengan
pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian
kiri dan kanan. Gerakan suara (fremitus vokal), taktil fremitus pada pasien dengan
pneumonia biasanya normal.
Perkusi : pasien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, baiasanya didaptkan
bunyi resonan atau sonor oada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada pasien
dengan pneumonia didapatkan apabila bronkhopneumonia menjadi suatu sarang
(kunfluens)
Auskultasi : pada pasien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan
bunyi napas tamabahan ronkhi basah pada sisi yang. Penting bagi perawat oemeriksa
untuk mendokumentasikan hasil auskultasi didaerah mana didapatkan adanya ronkhi.
Lanjutan..
B2 (Blood)
Inspeksi : didapatkan adanya kelemahan secara fisik secara umum
Palpasi : denyut nadi perifer melemah
Perkusi : Batas jantung tidak mengalami pergeseran
Auskultasi : tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak
didapatkan
B3 (Brain)
Pasien pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran, didapatkan sianosis
perifer apabila gangguan pefusi berat.
B3 (Bladder)
Pengukuran volume output urine, berhubungan dengan intake cairan.
B4 (Bowel)
Pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat
badan.
B5 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan ketegantungan pasien
terhadap bantuan oranglain untuk beraktivitas
Lanjutan..
• Pemeriksaan diagnostik
Meliputi pemeriksaan laboratorium dan juga bisa dengan pemeriksaan radiologis

Diagnosis keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi (SIKI)
no (SDKI) (SLKI)
1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan intervensi Latihan batuk efektif
efektif b.d hipersekresi selama ... Bersihan jalan napas Observasi :
jalan napas meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi kemampuan batuk monitor
- Batuk efektif meningkat adanya retensi sputum
- Produksi sputum, mengi dan - Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
mekonium menurun napas
- Frekuensi pola napas - Monitor input dan output cairan
membaik Terapeutik
- Atur posisi semi fowler atau fowler
- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
pasien
- Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektik
- Anjurkan tarik napas selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik kemudian
keluarkan dari mulut
Lanjutan..
- Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu

Manajemen napas
Observasi
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi napas
- Monitor sputum

Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tillt dan chin-tilt
Lanjutan..
- posisikan semi fowler dan fowler
- Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari
15 detik
- Lakukan hiperoksigenisasi sebelum
penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat
dengan McGiII
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,
jika tidak ada kontraindikasi
- Anjurkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi oemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Lanjutan..
No Diagnosa keperawatan Kriteria hasil (SLKI) Intervensi keperawatan (SIKI)
(SDKI)

2 Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan intervensi selama .. Manajemen energi


ketidakseimbangan suplai Intoleransi aktivitas meningkat dengan Observasi
dan ketubuhan oksigen kriteria hasil : - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
- Frekuensi nadi meningkat yang mengakibatkan kelelahan
- Keluhan lelah dispnea saat aktivitas - monitor kelelahan fisik
dan setelah aktivitas menurun - Monitor pola jam tidur
- Monitor lokasi ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang nyaman
dan rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
-Anjurkan tirah baring
-Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
-Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
-Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
no Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi keperawatan (SIKI)
(SDKI)

3 Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan intervensi Edukasi kesehatan


kurang terpapar informasi selama ... Tingkat pengetahuan Observasi
meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi kesiapan dan kemapuan
- Perilaku sesuai anjuran menerima informasi
meningkat - Identifikasi faktor-faktor yang dapat
- kemampuan menjelaskan meningkatkan dan menurunkan motivasi
pengetahuan tentang suatu topik perilaku hidup bersih dan sehat
meningkat Terapeutik
- Perilaku membaik - Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
-Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
-Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Implementasi
Merupakan tindakan yang telah direncanakan dalam rencana keperawatn, tindakan keperawatan
mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan perencanaa ini disesuaikan dengan
masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada empat tindakan yang dilakukan yaitu,
mandiri, tindakan observasi, tindakan health educationm tindakan kolaborasi (Tarwoto&Waryodo,
2010)

Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan menggunakan teknik SOAP pada pasien dengan pneumonia bila menemukan
masalah baru menggunakan SOAPIER, evaluasi meliputi catatan perkembangan yang dialami oleh
pasien setelah diberikan implementasi keperawatan (Mitayani,2013)
Upaya pencegahan primer dan sekunder
1. Pencegahan pnemuonia melalui immunisasi
Immunisasi terhadap patogen yang dapat menyebabkan pneumonia merupakan strategi
pencegahan sepesifik. Vaksinasi yang tersedia untuk mencegah secara langsung
pneumonia adalah vaksin pertussis (ada dalam DPT), campak, Hib(Hemophilus
influenzae type B) dan Pneumococcus (PCV).
2. Pencegahan pneumonia non immunisasi
 Pendidikan kesehatan kepada berbagai komponen masyarakat
 Perilaku preventif sederhana misalnya, kebiasaan mencuci tangan dan hidup bersih
 Perbaikan gizi dengan pola makan sehat
 Mencegah polusi udara dalam ruang yang berasal dari bahan bakar rumah tangga
dan perokok pasif di lingkungan rumah
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai