Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

“ HAZARD “

Oleh:

Nama : Rendika Realita

NPM : 20149011119

Dosen Pembimbing:

Husin, S.Kep, Ners, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
“HAZARD”

A. Pengertian Hazard
Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang menpunyai kemungkinan
mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan, maupun manusia (Budiono,
2003).
Menurut Suardi (2005), bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab
kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja dan atau aspek lainnya dari
lingkungan kerja.
Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan cidera (injury) atau
kerusakan (damage) baik manusia, properti dan Setiap kegiatan yang dilakukan tidak ada
satupun yang bebas dari resiko yang ditimbulkan dari bahaya, demikian pula kegiatan yang
dilakukan di industri yang dalam proses produksinya menggunakan proses kimia. Proses
kimia pada industri memberikan potensi bahaya yang besar, potensi bahaya yang
ditimbulkan disebabkan antara lain: penggunaan bahan baku, tingkat reaktivitas dan toksitas
tinggi, reaksi kimia, temperatur tinggi, tekanan tinggi, dan jumlah dari bahan yang
digunakan. Potensi bahaya yang ditimbulkan diperlukan upaya untuk meminimalkan
terhadap risiko yang diterima apabila terjadi kecelakaan (Baktiyar, 2009). Mengingat potensi
bahaya yang besar pada industri yang menggunakan proses kimia, maka diperlukan upaya
pengendalian, sehingga resiko yang ditimbulkan pada batas-batas yang dapat diterima
melalui Risk Assessment. lingkungan (Baktiyar, 2009)
Hazard adalah suatu potensi yang menimbulkan bahaya terhadap kehidupan,
kesehatan, harta benda atau lingkungan. Hazard adalah segala suatu yang berpotensi
menyebabkan kecelakaan penyakit. Risk (resiko) adalah kemungkinan yang dapat diukur
dari suatu kejadian yang menimbulkan bahaya terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda
atau lingkungang (Madjid, A. 2005).

B. Jenis-Jenis Hazard
1. Hazard Fisik
Faktor resiko di rumah sakit terdiri dari berbagai kegiatan, antara lain kebisingan, suhu,
getaran, cahaya, radiasi, dan listrik.
a. Kebisingan
Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang selalu timbul. Batasan
pengertian kebisingan adalah merupakan suatu bunyi yang tidak dikehendaki. Musik
keras merupakan kebisingan bagi sebagian orang tua. Sebaliknya musik klasik
merupakan ‘suara’ yang tidak dikehendaki kebisingan bagi sebagian orang muda.
Bising bagi tiap orang mempunyai makna berlainan tergantung situasi dan kondisi
(Achmadi, 1990). Beberapa sumber kebisingan di rumah sakit antara lain : Ruang
regenerator, Ruang AHU (Air Handing Unit), jet Pump, mesin cuci pakaian, dsb.
Dampak dari kebisingan :
1) Auditional/accupational hearing loss, yaitu trauma akustik dan noise induce hearing
loss.
2) Non auditional, dampak yang diterima antara lain : gangguan komunikasi, gangguan
tidur, serta gangguan perilaku yang ditandai dengan sakit kepala, mual dan berdebar.
3) Bahaya bising berhubungan dengan beberapa faktor :
4) Intensitas
Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan logaritma
kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat didengar.
Jadi, tingkat tekanan bunyi diukur dengan skala logaritma daam decibel (dB).
- Frekuensi
Frekuensi yang dapat didengar telinga manusia terletak diantara 16 hingga 20.000
Hz. Frekuensi bicara dalam rentang 250 sampai 4.000 Hz. Bunyi frekuensi tinggi
adalah yang paling berbahaya.
- Durasi
Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan, dan
kelihatannya berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga
dalam. jadi perlu mengukur semua elemen lingkungan akustik, untuk tujuan ini
digunakan pengukuran bising yang dapat merekam dan memadunya bunyi. Sifat
mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktasi,
intermiten). Bising implusive (satu atau lebih lonjakan energi bunyi dengan durasi
kurang dari 1 detik) sangat berbahaya.

b. Suhu
Suhu yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan :
1) Heat Stroketerjadi pada orang yang melakukan pekerjaan berat didalam
lingkungan yang panas dan belum teraklimitasi.
2) Heat Cramp dialami dalam lingkungan suhu yang tinggi sebagai akibat
bertambahnya keringat yang disertai hilangnya Na dari tubuh yang selanjutnya
hanya diberi air saja tanpa diberi tambahan Na yang hilang.
3) Heat Exhaustion terjadi oleh karena cuaca yang sangat panas dan orang yang
belum teraklimitasi.
4) Frosbite terjadi karena bekerja di tempat yang cukup dingin dalam waktu yang
cukup lama.
5) Trenchfoot terjadi karena terendam dalam air dingin cukup lama.

c. Getaran
Getaran / vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh objek dengan getaran
isolasi misalnya mesin, peralatan kerja yang bergetar dan memajani pekerjaan melalui
transmisi.
Penyakit yang dapat ditimbulkan akibat getaran yaitu:
1) Sistem peredaran darah, misalnya kesemutan pada jaringan tangan dan kadang-
kadang ujung jari memucat yang disertai rasa nyeri
2) Sistem tulang, sendi dan otot gangguan osteartikular terutama pada tulang karpal,
sendi siku
3) Sistem saraf yaitu kelainan syaraf sensoris yang menimbulkan paraestesia /
kesemutan, menurunnya sensitivitas gangguan membedakan dan atropi.

d. Cahaya
Cahaya merupakan sumber yang memancar energi, sebagai dari energi diubah
menjadi cahaya tampak. Penyebaran cahaya dari sumber cahaya tergantung pada
konstruksi kulit pelindung yang digunakan. Penerangan kurang dapat menyebabkan
kelainan pada indera.
Dampak dari pencahayaan antara lain : mengeluh kelelahan mata (iritasi
konjungtivitis), sakit kepala, terganggu ketajaman penglihatan serta akomodasi dan
konvergasi menurun.

e. Radiasi
Radiasi adalah suatu energi yang memiliki kemampuan untuk menembus suatu
objek, termasuk tubuh manusia. Ada 2 jenis radiasi : 1) Radiasi pengion jika radiasi
mempunyai kemampuan untuk melepas elektron dari orbitnya pada sistem atom dan
membentuk suatu ion. Misalnya sinar X, sinar gamma, dan sinar kosmis; 2) Radiasi
non pengion adalah radiasi yang tanpa ada pelepasan elektron yang tergantung pada
panjang gelombang. Misalnya sinar ultraviolet, sinar yang bisa dilihat (sinar laser) dan
sinar dengan gelombang pendek.
1) Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet digunakan pada biological safety cabinet dalam menyiapkan
obat-obatan kanker dan sering juga untuk mencuci hamakan ruangan yang
terkontaminasi dengan virus, misalnya campak, varisella. Efek yang ditimbulkan :
kulit terbakar, dan kerusakan mata.
Dari data hasil seminar Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) di rumah sakit
Persahabatan tanggal 13 November 2001 didapat bahwa penyebab kematian yang
berhubungan dengan pekerjaan diantaranya; kanker menduduki persentasi
tertinggi dengan jumlah 34%, kecelakaan 25%, penyakit saluran pernafasan kronis
21%, penyakit kardiovaskuler 15% dan lain-lain sebesar 5%.
2) Laser
Sinar laser digunakan di ruang operasi minor dan mayor untuk proses eksisi dan
keteterisasi jaringan. Pemaparan umumnya terjadi jika proses tersebut
dilaksanakan secara kurang tepat.
 Radiasi Ionisasi
Pemaparan dapat terjadi pada pekerja di radilogi yang tidak menggunakan alat
pelindung diri (APP) dan berada di dekat pesawat rontgen. Derajat pemaparan
tergantung jumlah radiasi, lama pemaparan, jarak sumber radiasi dan jenis alat
pelindung diri yang digunakan. Specimen jaringan maupun sekret manusia
yang mengandung isotop radioaktif dapat berbahaya.
 Radiasi Magnetik
Berasal dari instrumentasi resonasi magnetik yang berasal dari ruangan MRI.

Efek yang ditimbulkan dari radiasi yaitu :


1) Efek somatik yaitu efek yang pasti terjadi akibat penyinaran radiasi pergion, efek
yang terjadi dalam suatu periode waktu, tergantung pada dosis radiasi yang
diterima
2) Efek somatik-stokastik, efek ini sangat sulit dideteksi apakah akibat oleh
radiasi/yang lain karena dampak yang terkena beberapa saat. Contohnya adalah
terjadi leukimia.
3) Efek genetik yaitu disebabkan oleh radiasi pada seseorang dan mengganggu
sistem regenerasi.
4) Radiasi sinar infra merah dapat menyebabkan katarak pada lensa, sumbernya
dapat berasal dari cairan pijar logam dan pijar kaos.
5) Radiasi sinar ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitas foto elektrika.
6) Radiasi sinar Ro/radioaktif dapat menyebabkan penyakit sumsum darah,
kelainan kulit dan impotensi.
Pengendalian terhadap bahaya radiasi untuk petugas dan penderita dapat
dilakukan dengan cara petugas melengkapi pakaian kerja/perlindungan dari
radiasi dengan kacamata timah dan baju apron dan pelindung leher dari apron,
penderita diberi pembatasan leher bekas dan sudut hamburan serta pemilahan
tegangan tabung.

f. Listrik
Pemanfaatan aliran listrik di rumah sakit sebagai penerang, pemanfaatan peralatan
medik dan non medik, yang juga secara langsung dimanfaatkan oleh petugas rumah
sakit maupun pasien.
Bahaya listrik antara lain makroshock yaitu adanya arus listrik yang dalam jumlah
relatif besar mengalir melalui jaringan tubuh manusia. Akibatnya terkejut, rasa lelah,
gangguan pernafasan atau febrilisasi ventrikuler pada jantung dan luka bakar.

2. Hazard Biologi
Faktor biologi di tempat kerja umumnya dalam bentuk mikroorganisme yaitu
bakteri, mikrofungi, virus dan parasit. Penyakit akibat kerja yang sering terjadi antara
lain: infeksi nosokomial, tuberculosis paru, hepaitis B dan dermatosis. Petugas
laboratorium mempunyai resiko yang besar untuk terinfeksi terutama jika laboratorium
menangani organisme patogen atau bahan yang mengandung organisme patogen. Jalan
masuk faktor biologi antara lain melalui saluran pernapasan, melalui mulut, dan kulit.
Untuk itu diusahakan agar pekerja seminimal mungkin berhubungan dengan organisme
patogen. Namun apabila tidak dapat dihindari pekerjaan sebaiknya gunakan sarung
tangan dan masker sehingga terhindar dari kontaminasi.

3. Hazard Kimia
a. Debu
Debu dapat menimbulkan pneumoconiosis yang terkenal diantaranya : Silicosis,
Asbestosis, Barryliosis, Siderosis, Stanosis, Byssianosis, Anthrakosis.
b. Uap
Logam, dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa “demam uap logam”
dermatitis atau keracunan. Gas, dapat menyebabkan keracunan misalnya : gas sianida,
gas asam sulfide dan karbon monoksida
c. Larutan kimia
Larutan korosif dapat menimbulkan kerusakan pada kulit yang berupa dermatosis
misalnya larutan asam kuat atau basa kuat seperti H 2SO4, NaOH, bahan-bahan
desifektan dan larutan kimia lain. Risiko lain dapat menimbulkan intoksikasi akibat
dari diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit, membran mukosa,
pernapasan ataupencernaan. Bahan kimia yang mudah terbakar, korosif atau reaktif
(misalnya Formaldelhit/zat volatil/mudah menguap lainya dapat menyebabkan idera.
Cidera yang umum terjadi adalah luka bakar.
Desinfektan merupakan anggota penting dalam kelompok ini karena digunakan dalam
jumlah besar dan sering kali bersifat korosif. Perlu diperhatikan bahwa zat kimia yang
reaktif dapat membentuk senyawa sekunder yang sangat toxic

4. Hazard Ergonomi
Sikap tubuh, penggunaan alat yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja
dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Misalnya: posisi berdiri, posisi duduk,
menggangkat dan menggangkut (memindahkan pasien dari tempat tidur ke kereta dorong
atau sebaliknya), pekerjaan banyak duduk, pekerjaan kalau tidak dilakukan dengan cara
tehnik yang benar akan menimbulkan gangguan kesehatan mulai dari gangguan yang
ringan seperti mialgia sampai dengan berat terjadi HNP (Hernia Nucleus Pulsesus).
Menurut Suma’mur (1994) mengemukakan ada beberapa prinsip ergonomi
sebagai pegangan:
a. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan
penempatan mesin-mesin, alat-alat petunjuk, cara-cara sebagaimana seharusnya
menggunakan mesin (gerakan, arah dan kekuatan).
b. Untuk normalisasi ukuran dan alat-alat industri harus diambil ukuran terbesar sebagai
dasar kerja, serta diatur dengan suatu cara sehingga ukuran dapat dikecilkan dan dapat
digunakan oleh tenaga kerja yang lebih kecil (misalnya kursi yang dapat dinaik-
turunkan, tempat duduk yang dapat disetel maju mundur).
c. Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan penempatan
Alat-alat adalah:
1) Bila dalam keadaan berdiri:
- Tinggi badan berdiri
- Tinggi bahu
- Tinggi siku
- Tinggi pinggul
- Panjang depa
- Panjang lengan
2) Dalam keadaan duduk
- Tinggi duduk
- Panjang lengan atas
- Panjang bawah dan tangan
- Panjang lekuk lutut-garis punggung
- Jarak lekuk lutut-telapak
d. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan sambil berdiri, tinggi meja kerja sebaiknya 5-10
cm di bawah siku. Apabila bekerja berdiri dengan pekerjaan di atas meja dan jika dataran
tinggi siku disebut O maka hndaknya dataran kerja adalah:
1) Untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian O + (5-10) cm
2) Untuk pekerjaan ringan O – (5-10) cm
3) Untuk pekerjaan yang diperlukan untuk mengangkat beba berat yang menggunakan
otot punggung O – (10-20) cm.
e. Tempat duduk yang baik memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi
lutut, sedangkan pada dalam keadaan datar.
2) Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung.
3) Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm
4) Tinggi meja disesuaikan dengan jenis pekerjaan

5. Hazard Psikologi
Hazard psikologis biasanya disebabkan karena:
a. Stress akibat kerja
Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap
tuntutan atasnya. Penyebab stress misalnya, tuntuntan pekerjaan, struktur organisasi,
kurangnya dukungan atau adanya kendala dalam berhubungan. Manifestasi yang dapat
ditimbulkan akibat stres adalah depresi, kecemasan, sakit kepala, jenuh, sulit
mengambilkeputusan, tidak ada kepuasan bekerja dan gangguan pencernaan.
Sedangkan perubahan akibat stres antara lain absen dari pekerjaan, merokok, minuman
keras.
b. Kerja bergilir
Kerja bergilir adalah pekerjaan yang pada dasarnya dilakukan di luar jam kerja.
Adapun mekanisme terjadinya penyakit ini yaitu: tergangguanya ritme circadian akibat
(gangguan tidur dan peningkatan kepekaan), perubahan kebiasaan (diet, merokok) dan
perubahan kehidupan sosial.
Gangguan kesehatan akibat kerja bergilir dapat menimbulkan reaksi fisiologis antara
lain: reaksi tingkah laku (kesalahan atau kecelakaan kerja), reaksi psikologis
(gangguan tidur), reaksi sosial (masalah keluarga).

6. Hazard Unsafe Condition


a. Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai atau ridak memenuhi
syarat.
b. Bahan, alat-alat/peralatan rusak
c. Terlalu sesak/sempit
d. Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai
e. Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan
f. Kerapihan/tata/letak (Housekeeping) yang jelek
g. Lingkungan berbahaya/beracun: gas, debu, asap, uap dan lain-lain
h. Bising
i. Paparan radiasi
j. Ventilasi dan penerangan yang kurang

7. Hazard Unsafe Action


a. Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang
b. Gagal untuk memberi peringatan
c. Gagal untuk mengamankan
d. Bekerja dengan kecepatan yang salah
e. Menyebaban alat-alat keselamatan tidak berfungsi
f. Meminahkan alat-alat keselamatan
g. Menggunakan alat-alat yang rusak
h. Menggunakan alat-alat dengan cara yang salah
i. Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar
j. Membongkar secara salah
k. Menempatkan/menyusun secara salah
l. Mengangkat secara salah
m. Mengambil posisi salah
n. Memperbaiki alat/peralatan yang sedang jalan/hidup/bergerak.
o. Bersenda/bergurau di tempat kerja.
p. Mabuk karena minuman berakolhol atau minuman/obat keras lain.
C. Menilai Resiko Hazard
1. Severity (tingkat keparahan)
Rate 1 : Tidak ada cidera, kerugian finansial kecil
Rate 2 : Pertologan pertama dibutuhkan, kerugian finansial sedang
Rate 3 : Perawatan medis, kerugian finansial cukup besar
Rate 4 : Cidera serius, kehilangan kemampuan produksi, kerugian finansial besar
Rate 5 : Kematian, kerugian finansial sangat besar
2. Likelihood (kemungkinan dapat terjadi)
Rate 1 : Kejadian hampir pasti terjadi di setiap situasi.
Rate 2 : Kejadian yang mempunyai peluang terjadi di setiap situasi
Rate 3 : Kejadian yang dapat terjadi (sekali-kali pada beberapa waktu)
Rate 4 : Kejadian ada (tidak kerap kali) di beberapa waktu
Rate 5 : Kejadian hanya terjadi dalam keadaan yang tidak mungkin

D. Pengendalian Hazard
 Eliminasi/penghilangan
 Substansi/mengganti material yang lebih aman
 Minimalisasi/pengurangan jumlah material yang digunakan
 Enginering/disain/baik pada sumber, pemajanan, pemisahan jarak waktu, pemisahan
lokasi pekerja dengan pekerjaan
 Administrasi : perubahan proses, rotasi kerja
 Pelatihan
 Pemberian alat pelindung diri/ APD
DAFTAR PUSTAKA

Budiono S, dkk, 2003. Bunga Rampai Hyperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

Depkes, RI. 2009. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3-


IFRS). Jakarta

Rudi Suardi ( 2005 ) Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Jakarta : penerbit
PPM.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010. Standar Manajemen


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai