Anda di halaman 1dari 29

BRONKIOLITIS

Aqdam Fauqo A 030.14.019


Adriani Thahara 030.15.007
Ancilla Agra Y.N 030.15.018
Anindya Rezquyta A 030.15.025
Christy Yoshida 030.15.049
Dewifarike Maizar 030.15.055
Evita Peninta Dwi S 030.15.071
Ezra Basaria Giovany 030.15.072
Faisal Akbar 030.15.074
Jasmine Assyifa P 030.15.092
 
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
• Penyakit infeksi dan inflamasi akut dari saluran nafas
bawah  obstruksi pada saluran nafas kecil
• Penyakit ini terjadi selama umur 2 tahun pertama, dengan
insiden puncak pada sekitar umur 6 bulan dan kebanyakan
kasus gambaran klinisnya menghilang dalam 1 minggu.
• Namun sekitar 50% kasus muncul episode berulang
berupa wheezing dan berkembangnya asma dalam waktu 2
tahun setelah onset dari infeksi. Insidensi tertinggi selama
musim dingin dan awal musim semi. Penyakit ini terjadi
secara sporadik dan endemic.
ETIOLOGI

virus RNA yang memiliki 2


glikoprotein untuk
menginfeksi sel yaitu
protein G dan F, famili
Paramiksoviridae

- Tipe A
- Tipe B
EPIDEMIOLOGI

• merupakan infeksi respiratorik akut bagian


bawah (IRA-B) yang sering pada bayi.
• Sekitar 20% anak pernah mengalami satu
episode IRA-B dengan mengi pada tahun
pertama.
Epidemiolo • Angka kejadian rawat inap IRA-B tiap tahun
berkisar antara 3000 sampai 50.000-80.000
gi bayi, kematian sekitar 2 per-100.000 bayi.
• Bronkiolitis akut bersifat musiman, pada
umumnya terjadi pada usia kurang dari 2
tahun dengan puncak kejadian pada usia 6
bulan pertama serta lebih sering pada laki-
laki.
PATOGENESIS-PATOFISIOLOGI

Infeksi RSV

Kolonisasi & replikasi di mukosa (terminal bronkiolus : >>)

Nekrosis sel bersilia bronkioli

Proliferasi limfosit, sel plasma & makrofag

Edema submukosa Kongesti Plugging (debris & mukus)

Penyempitan lumen bronkioli (total/sebagian)

Respon paru
Kapasitas
fungsi residu↑

Dead
space & Respon
compliance↓
shunt↑ paru

tahanan↑
MANIFESTASI KLINIS
• Terjadi distress nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 60 kali per
menit, kadang - kadang disertai sianosis, nadi juga biasanya
meningkat.
• Terdapat nafas cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan
dan retraksi. Retraksi biasanya tidak dalam karena adanya
hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru).
• Terdapat ekspirasi yang memanjang , wheezing yang dapat
terdengar dengan ataupun tanpa stetoskop, serta terdapat
crackles.
• Hepar dan lien teraba akibat pendorongan diafragma karena
tertekan oleh paru yang hiperinflasi.
• Sering terjadi hipoksia dengan saturasi oksigen <92% pada udara
kamar.
• Pada beberapa pasien dengan bronkiolitis didapatkan konjungtivitis
ringan, otitis media serta faringitis.
MANIFESTASI KLINIS

Bentuk kronis bronkiolitis, biasanya disebabkan oleh karena


adenovirus atau inhalasi zat toksis (hydrochloric, nitric acids ,sulfur
dioxide).
Karakteristiknya:
• gambaran klinis & radiologis hilang timbul dalam beberapa
minggu atau bulan dengan episode atelektasis, pneumonia
dan wheezing yang berulang.
• Proses penyembuhan, mengarah ke penyakit paru kronis.
• Histopatologi: hipertrofi dan timbunan infiltrat meluas ke
peribronkial, destruksi dan deorganisasi jaringan otot dan
elastis dinding mukosa. Terminal bronkiolus tersumbat dan
dilatasi. Alveoli overdistensi, atelektasis dan fibrosis.
 
Diagnosis
ANAMNESIS
• Sering terjadi pada anak berusia <2 tahun.
• Demam atau riwayat demam, namun jarang terjadi demam tinggi
• Rhinorrhea, nasal discharge (pilek) sering timbul sebelum gejala
lain seperti batuk, takipnea, sesak napas dan kesulitan makan
• Batuk disertai gejala nasal adalah gejala yang pertama muncul
pada bronkiolitis. Batuk kering dan mengi khas untuk bronkiolitis
• Kesulitan makan
• Mengantuk, letargis, gelisah, pucat dan takikardi membutuhkan
penanganan segera
Diagnosis
PEMERIKSAAN FISIK
• Napas cepat merupakan gejala utama pada lower respiratory tract
infection, terutama pada bronkiolitis dan pneumonia
• Retraksi dinding dada (subkosta,interkosta dan supraklavikula)
sering terjadi pada penderita bronkiolitis. Bentuk dada tampak
hiperinflasi dan keadaan tersebut membedakan bronkiolitis dari
pneumonia
• Mengi yang tidak membaik dengan bronkodilator
• Ekspirasi memanjang
• Hipersonor pada perkusi
• Dapat juga ditemukan ronki pada pemeriksaan auskultasi paru
• Apnea dapat terjadi pada bronkiolitis, terutama pada usia yang
sangat muda, bayi premature atau berat badan lahir rendah
Pemeriksaan Penunjang

• Laboratorium darah
• SO 2
• AGD
• Foto toraks
• Tes virologi/bakteriologi
hyperaerated

Patchy
atelectasis

Patchy
infiltrate
Skor RDAI
SKOR Skor
Maksimal
0 1 2 3 4
Wheezing
- Ekspirasi (-) Akhir ½ ¾ all 4
- Inspirasi (-) Sebagian Semua 2
- Lokasi (-) ≤ 2 dari 4 ≥ 3 dari 4 2
LP LP
Retraksi
- Supklav (-) Ringan Sedang Brt 3
- Interkos. (-) Ringan Sedang Brt 3
- Subkos. (-) Ringan Sedang Brt 3
TOTAL 17
Diferensial Diagnosis
ASMA BRONKIOLITIS
Penyebab Hiperreaktivitas Virus
bronkus

Umur >2tahun 6 bulan-2 tahun


Sesak berulang + -
Onset sesak akut insidous
ISPA atas +/- Selalu +
Atopi keluarga sering jarang
Alergi lain sering -
Respon bronkodilator cepat Lambat
Eosinofil ↑ Normal
Perbedaan Bronkiolitis Bronkopneumoni
Definisi Bronkhiolitis adalah penyakit Bronkopneumonia adalah
IRA – bawah yang ditandai peradangan pada parenkim paru
dengan adanya inflamasi yang melibatkan bronkus /
pada bronkiolus. Yang sering bronkiolus yang berupa
di derita bayi dan anak kecil distribusi berbentuk bercak-
yang berumur kurang dari 2 bercak (patchy distribution)
tahun
Etiologi RSV, parainfluenza, RSV, campak, varisela
virus influenza, zooster, parainfluenza,
adenovirus, rhinovirus, influenza, adenovirus,
M.pneumoniae Streptococcus
  pneumoniae, S.aureus,
M.tuberculosis
Epidemiologi Bronkiolitis merupakan Insiden penyakit ini pada negara
infeksi saluran respiratory berkembang hampir 30% pada
tersering pada bayi. Paling anak-anak di bawah umur 5
sering terjadi pada usia 2 – tahun dengan resiko kematian
24 bulan, puncaknya pada yang tinggi
usia 2 – 6 bulan
Faktor Resiko  Laki-laki  Bayi dan anak kecil
 Status sosial ekonomi (imunitas masih belum
rendah berkembang baik)
 Jumlah anggota  Orang tua dan penderita
keluarga yang besar penyakit kronik
 Perokok pasif  Pasca bedah.
 Rendahnya antibodi
maternal terhadap RSV
 Bayi yang tidak
mendapat ASI
 
Perbedaan Bronkiolitis Bronkopneumoni
Masa Inkubasi 2-5 hari 9-21 hari (rata-rata 12 hari)
Diagnosis  Anamnesis  Anamnesis
- Gejala awal ISPA akibat virus - didahului ISPA selama beberapa
- Kemudian timbul batuk yang hari.
disertai dengan sesak nafas. - Demam 39-40oc sering kejang
- wheezing, merintih, nafas - dispnu, pernafasan cepat dan
berbunyi, muntah setelah dangkal ,pernafasan cuping hidung
batuk, rewel dan penurunan dan sianosis di sekitar hidung dan
nafsu makan. mulut.
- Adanya riwayat kontak - Batuk awalnya kering kemudian
dengan penderita ISPA menjadi produktif.
   
 Pemeriksaan Fisik  
- Takipneu, dispneu,.
- Paru :  Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi : retraksi, bentuk - Inspeksi : pernafasan cuping
dada hiperiflasi hidung(+), sianosis sekitar hidung
 Palasi : vokal fremitus dan mulut, retraksi sela iga.
menurun - Palpasi : vokal fremitus yang
 Perkusi : hipersonor meningkat pada sisi yang sakit.
 Auskultasi : wheezing, fine - Perkusi : pekak
inspiratory crackles - Auskultasi :suara napas melemah
disertai ronki basah halus sampai
  sedang.
 Pemeriksaan Penunjang  
- Leukost N/sedikit meningkat  Pemeriksaan Penunjang
(limfositik) - leukositosis, biasanya 15.000 –
- Analisa gas darah : 40.000/ mm3
hiperkapnia - Nilai Hb biasanya tetap normal atau
- Rontgen: hiperinflasi,air sedikit menurun.
trapping, dapat terjadi - Peningkatan LED.
atelektasis - Kultur dahak (+)
- Kultur darah: (-) - Analisa gas darah( AGDA
- Isolasi viral: mungkin (+) hipoksemia dan hiperkarbia.
TATALAKSANA
ALGORITMA TATALAKSANA BRONKIOLITIS
Penyebab : RSV, parainfluenze, influenza,adenovirus, mycoplasma.
Usia : < 2 tahun
Gejala : Panas , pilek, batuk disusul sesak napas, wheezing ekspiratoir, sianosis (Bayi kecil :
apnea)
Foto Dada : hiperinflasi, penebalan peribronkial, atelektasis , infiltrat
Periksa : kesadaran , pernapasan, wheezing, warna kulit, status hidrasi, Skor RDAI

Ringan: RDAI <3 Sedang : RDAI 3-15 Berat: RDAI > 15


Makan/minum normal Retraksi +, Takipnea +, Sianosis +, Sesak hebat
Dehidrasi – Wheezing + Dehidrasi +, Hipoksia +,
Retraksi – Sianosis – Resiko tinggi + Apnea +, Makan/minum -

Rumah Sakit ICU/ UPI


Rawat Jalan Cek : Foto Dada, Gas Darah,
EKG, Elektrolit.
Suportif Oksigenasi Oksigen, ventilasi mekanik
Pastikan: Salbutamol inhalasi : 0,1 Nebulasi Albuterol,
- pengetahuan orang tua mg/kg/dosis Steroid: deksametason 0,1-0,2
- transportasi ke RS Antibiotika : disesuaikan mg/kg/dosis IV,
Suportif Antibiotika spektrum luas
Suportif
TATA LAKSANA BRONKIOLITIS

 Prinsip dasar : terapi suportif ( oksigen, cairan, nutrisi)


 Bronkiolitis ringan ; rawat jalan
 Bronkiolitis sedang-berat : MRS
 Saturasi O2 <92% dengan udara ruangan

 Usia < 3 bulan

 Dehidrasi

 Distres napas

 Penyakit paru kronik : BPD, fibrokistik

 Kelainan jantung

 Defisiensi imun
TERAPI OKSIGEN
 Untuk kasus-kasus yang sedang-berat
 Saturasi oksigen monitor: pulse oxymetry
 Dapat berupa : nasal prong, masker, ventilasi mekanik

TERAPI CAIRAN
 Jumlah sesuai berat badan, suhu, status hidrasi

 Dapat peroral, naso gastrik atau intra vena


 Koreksi terhadap kelainan elektrolit dan asam-basa
ANTIBIOTIKA
 Anti-bakterial tidak perlu karena sebagian besar kasus
disebabkan oleh virus, kecuali bila dicurigai ada infeksi
tambahan.
ANTIVIRUS
 The American Academy of Pediatrics merekomendasikan
penggunaan ribavirin pada keadaan yang diperkirakan
akan menjadi lebih berat seperti pada penderita
bronkiolitis dengan kelainan jantung, fibrosis kistik,
penyakit paru kronik, imunodefisiensi, dan pada bayi-bayi
premature. Penggunaan ribavirin biasanya dengan cara
nebulizer aerosol dengan dosis 20 mg/mL diberikan dalam
12-18 jam per hari selama 3- 7 hari.
BRONKODILATOR
 Agonis β2 memiliki keuntungan:
 Efek bronkodilatasi
 Mengurangi pelepasan mediator
 Mengurangi sembab mukosa
 Menurunkan tonus kolinergik
 Meningkatkan efektifitas mukosilier
 Racemic epinephrin nebulisasi:
 Perbaikan skor klinik dan SaO
2
 Menurunkan efek epinefrin pada jantung
 Aman dan cukup efektif untuk anak < 18 bulan
KORTIKOSTEROID
 Albuterol dan epinefrin serta kortikosteroid sistemik tidak
harus diberikan. Beberapa penelitian meta-analisis dan
systematic reviews di Amerika menemukan bahwa
bronkodilator dapat meredakan gejala klinis, namun tidak
mempengaruhi penyembuhan penyakit, kebutuhan rawat
inap, ataupun lama perawatan, sehingga dapat
disimpulkan tidak ada keuntungannya, sedangkan efek
samping takikardia dan tremor dapat lebih merugikan.
 Deksametason i.v. 0,5 mg/kb BB/hari bolus , dilanjutkan
dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari dibagi 3 – 4 dosis.
Pencegahan

Hindari Biasakan sarung


paparan cuci tangan
asap rokok tangan
& polusi
udara
masker Isolasi Hindarkan
penderita kontak
dgn
Penderita
ISPA
Hindarkan ASI
bayi/anak
kecil dr
tmpt umum

Anda mungkin juga menyukai