Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN SYOK KARDIOGENIK

OLEH :
Ni Gusti Ayu Putu Praba Luckyta, S.Kep
NIM : C1219020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA USADA BALI
2019
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

I. Konsep Dasar Penyakit

A. Definisi

Syok kardiogenik adalah sindrom klinik akibat gagal perkusi yang di

sebabkan oleh gangguan fungsi jantung (PERKI, 2016). Syok kardiogenik

adalah suatu keadaan dimana jantung gagal memompa darah dalam

mempertahankan curah jantung yang memadai (Lyrawati, 2016)

B. Anatomi fisiologi

Kardiovaskuler (jantung pembuluh darah) merupakan salah satu organ vital

yang memiliki dua fungsi utama, yaitu :

1. Pompa (pump function), miokardium, katup dan sistem konduksi

2. Sirkulasi (circulatory function), sebagai sirkulasi umum bersama

pembuluh darah

3. Jantung terdiri dalam empat bagian yaitu, atrium kanan, atrium kiri,

ventrikel kanan dan ventrikel kiri, serta mempunyai dua jenis katup, yaitu

katup antriventrikularis kanan (triscupis valve) dan kiri (bicuspid

valve/mitra valve), serta katup semilunaris (pulmonic valve dan aortic

valve).

Untuk dapat berkontraksi dengan normal, jantung memerlukan sistem

hantaran listrik yang dapat mengontrol irama dan denyut jantung. Syok
merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai kondisi tidak

adekuatnya transport oksigen kejaringan atau perfusi yang tidak diakibatkan

oleh gangguan hemodinamik. Gangguan hemodinamik tersebut dapat berupa

penurunan tahanan vaskuler sistemik terutama diarteri, berkurangnya darah

balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung.

C. Etiologi

Syok kardiogenik juga dapat disebabkan oleh sindrom koroner akut

dan komplikasi mekanik yang ditimbulkannya (ruptur chordate, rupture

septum interventrikular (IVS), dan rupture dinding ventrikel), kelainan katup

jantung, dan gagal jantung yang berat pada gangguan miokat lainnya (PERKI,

2016).

D. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala klinis syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi gagal

jantung (Lyrawati, 2016).

Gejala-gejala klasik tersebut adalah :

1. Tekanan darah sistolik <90 mmHg

2. Heart rate >100x/menit

3. Nadi cepat dan lemah

4. Penurunan bunyi jantung

5. Pucat dan lembab

6. Oliguri (urin output <20 ml/jam)

7. Nyeri dada

8. Disritmia akibat penurunan oksigen ke jantung


9. Takipnea

10. Penurunan curah jantung

11. Peningkatan SVR

12. Sianosis

13. Diaphoresis (mandi keringat)

14. Ekstremitas dingin

E. Tahapan syok kardiogenik

Adapun tahapan-tahapan dari syok kardiogenik yaitu (Lyrawati, 2016):

1. Tahapan awal

Tahap awal merupakan tahap kompensasi tubuh untuk melindungi diri dari

perubahan-perubahan yang terjadi. Pada tahap awal ini akan terjadi

bermacam kondisi yaitu seperti:

a. MAP turun 10-15 mmHg

b. Aktivitas susunan saraf simpatis melawan saraf parasimpatis

c. Ditandai oleh vasokonstriksi selektif: ginjal otot, kulit dan splanknik

untuk memperbaiki sirkulasi otak dan jantung.

d. Penurunan aliran darah coroner

e. Ginjal: pelepasan hormon

f. Pitutari anterior: peningkatan sekresi anti diuretik hormon.

2. Tahapan lanjut

Pada tahapan ini terjadi progresifitas penyakit namun masih

bersifat reversibel

a. MAP menurun >20 mmHg


b. Vasokonstriksi berlanjut dengan penurunan MAP yang mengakibatkan

perfusi jaringan tidak adekuat hipoksia.

c. Metabolisme anaerob sistemik yang menghasilkan asam laktat dapat

menyebabkan terjadinya asidosis metabolik.

d. Penurunan produksi ATP terkait dengan gangguan transpor membran

berakibat pada edema sel hingga sel pecah (rupture)

e. Respon renal berlanjut.

f. Perburukan fungsi jantung.

g. CO menurun.

3. Tahapan irevensibel

a. Kompensasi tidak mampu mempertahankan perfusi otak dan jantung

b. Defresi fungsi miokard berlanjut.

c. Iskemia otak dapat menurunkan fungsi neuron dan hilangnya

mekanisme kompensasi neuronal sentral.

d. Vasokontriksi mikrosirkulasi yang berakibat pada penurunan venous

retum

e. Dapat mengakibatkan komplikasi yang dapat didektesi dengan

elektrokardiografi dan angiografi.

F. Patofisiologi

Pada syok kardiogenik, ventrikel kiri tidak dapat mempertahankan

curah jantung yang adekuat. Mekanisme kompensasi akan meningkatkan

frekuensi jantung, memperkuat kontraksi miokardium, menggalakkan retensi

natrium serta air, dan menyebabkan vasokontriksi selektif. Akan tetapi, semua
mekanisme ini juga meningkatkan beban kerja jantung dan konsumsi oksigen

yang akan mengurangi kemampuan jantung untuk memompa darah,

khususnya jika pasien mengalami iskemia miokard. Sebagai konsekuensi,

darah mengalir balik dan terjadi edema paru. Akhirnya, curah jantung

menurun dan kegagalan organ multi system terjadi setelah mekanisme

kompensasi tidak berhasil mempertahankan perfusi (Lyrawati, 2016).


G. Pathway

Gangguan mekanis Bedah pintas AMI Payah jantung


kardiopulmonal kongestif

Necrosis miokard

Kerusakan otot jantung

Gangguan kontraktilitas miokardium

Disfungsi vertikel kiri


Syok kardiogenik
Penurunan curah jantung
Aliran darah arteri coroner Darah ke pulmonal
Nutrisi dan O2 ke jaringan

Asupan oksigen ke jantung Kerusakan pertukaran

Metabolisme basal
terganggu Hipoksia myokardium Pola nafas tidak
efektif
Energi
Mekanisme anaerob

Kelelahan dan kelemahan


Nyeri dada
Intoleransi aktifitas
Nyeri akut

Gangguan perfusi
jaringan : perifer
H. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah (PERKI, 2016):

1. EKG

2. Ekokardiografi

3. Hemodinamik monitoring invasife atau non invasive

4. Pemeriksaan analisa gas darah atau laktat

I. Penatalaksanaan

Pase akut di UGD atau ICVICU yaitu (PERKI, 2016):

1. Bedres total

2. Lakukan resusitasi jantung jika terjadi kardiak arrest

3. Sedasi dengan medazolam, propofol atu morfin

4. Oksigen support (NRM atau CPAP, inkubasi jika terjadi gagal nafas)

5. Pemasangan IVFD

6. Jika terjadi gangguan irama seperti taki/bradi aritmia atasi segera dengan

pemberian prepalat anti aritmia atau pemasangan pacu jantung, over drive

atau kardioeversi

7. Monitoring invasif atau non invasive untuk mengetahui status preload,

SVR dan curah jantung (CO)

8. Jika preload rendah maka diberikan fluid challenge 1-4 cc / kgBB/10

menit jika preload cukup

9. Jika CO rendah dengan SVR tinggi dan namun MAP masih <70 mmHg

maka diberikan preparat inotopriknon vasodilator (dobutamin) atau


inodilator (milrinon). Pemasangan IABP harus direkomendasikan pada

pasien syok dengan sindrom koroner akut.

10. Jika CO tinggi dengan CPR rendah maka diberikan preparat vasopresor

seperti noradrenalin atau adrenalin atau dopamine

11. Dopamine dosis rendah dapat diberikan pada kondisi oliguria

12. Pada syok kardiogenik yang refrakter pertimbangan pemasangan IABP,

ECMO atau LVAD sebagai bridging tetapi definitif.


II. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Secara Teoritis

A. Pengkajian

1. Pengkajian primer

a. Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan

mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada

klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih.

Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti

snoring.

b. Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu

pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi

pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas

tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.

c.  Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac

output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status

hemodinamik, warna kulit, nadi.

d. Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.

2. Pengkajian sekunder

Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past

illness, last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala

hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang

lebih spesifik seperti foto thoraks,dll.


B. Diagnosa Keperawatan / Prioritas Masalah

Masalah keperawatan yang didapat adalah sebagai berikut (Herdman, 2015):

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas

ditandai dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-

batuk.

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan

aliran darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri,

cardiac out put menurun, sianosis, edema (vena).

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme

reflek otot sekunder akibat  gangguan viseral jantung ditandai dengan

nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supley

oksigen dan kebutuhan (penurunan / terbatasnya curah jantung) ditandai

dengan kelelahan, kelemahan, pucat.


C. Intervensi Keerawatan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
. Keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen jalan nafas 1. Manajemen jalan
efektif keperawatan selama 1x…jam a. Buka jalan nafas dengan nafas
diharapkan pola nafas pasien menjadi Teknik chin lift atau jaw a. Untuk
efektif dengan kriteria hasil: thrust, sebagaimana mestinya melancarkan jalan
1. Status pernafasan b. Posisikan pasien untuk nafas
a. Frekuensi pernafasan memaksimalkan ventilasi b. Agar pasien
(dipertahankan pada skala c. Identifikasi kebutuhan merasa nyaman
2 ditingkatkan ke skala 5). aktual/potensial pasien untuk dan pernafasan
b. Irama pernafasan memasukkan alat pembuka lancer
(dipertahankan pada skala jalan nafas c. Agar mengetahui
2 ditingkatkan ke skala 5) d. Lakukan fisioterapi dada, kebutuhan yang
c. Kedalaman inspirasi sebagaimana mestinya lebih dulu
(dipertahankan pada skala e. Buang secret dengan dilakukan
2 ditingkatkan ke skala 5) memotivasi pasien untuk d. Melatih
d. Suara auskultasi nafas melakukan batuk atau pernafasan pasien
(dipertahankan pada skala menyedot lendir e. Untuk membuang
2 ditingkatkan ke skala 5) f. Motivasi pasien untuk secret yang
e. Kepatenan jalan nafas bernafas pelan , dalam, menghambat jalan
(dipertahankan pada skala berputar dan batuk nafas pasien
2 ditingkatkan ke skala 5) g. Instruksikan bagaimana agar f. Untukmengajarkan
bisa melakukan batuk efektif pasien relaksasi
h. Posisikan untuk meringankan nafas dalam
sesak nafas g. Agar pasien dapat
i. Monitor status pernafasan dan melakukan batuk
oksigenasi, sebagaimana efektif secara
mestinya mandiri dan
membantu
mengeluarkan
secret
h. Agar pasien
merasa nyaman
dan bernafas
dengan lancer
i. Untuk mengetahui
status pernafasan
pasien dan
kebutuhan
oksigenasi pasien
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen sensasi perifer 1. Manajemen sensasi
perfusi jaringan keperawatan selama 1x…jam a. Monitor sensasi tumpul tajam perifer
diharapkan jaringan perfusi menjadi dan panas dingin (yang a. Untuk mengetahui
efektif dengan kriteria hasil: dirasakan pasien) gangguan sensasi
1. Perfusi jaringan b. Monitor adanya paresthesia pada pasien
a. Aliran darah melalui dengan tepat (misalnya mati b. Untuk mengetahui
pembuluh darah hepar rasa, tingling, hipertesia, apakah pasien
(dipertahankan pada skala hipotesia dan tingkat nyeri) mengalami mati
2 ditingkatkan ke skala 5) c. Dorong pasien untuk rasa atau tidak
b. Aliran darah melalui menggunakan bagian tubuh c. Agar pasien tidak
pembuluh darah cerebral yang tidak terganggu dalam mengalami cedera
(dipertahankan pada skala rangka mengetahui tempat dan d. Agar bagian tubuh
2 ditingkatkan ke skala 5) permukaan suatu benda yang lain tidak
c. Aliran darah melalui d. Instruksikan pasien dan mengalami
pembuluh perifer keluarga untuk menjaga posisi gangguan atau
(dipertahankan pada skala tubuh ketika sedang mandi, kerusakan
2 ditingkatkan ke skala 5) duduk, berbaring atau merubah e. Untuk mengetahui
2. Perfusi jaringan: perifer posisi. apakah ada
a. Suhu kulit ujung kaki dan e. Instuksikan pasien dan kerusakan kulit
tangan (dipertahankan keluarga untuk memeriksa pasien atau tidak,
pada skala 2 ditingkatkan adanya kerusakan kulit setiap dan segera
ke skala 5) harinya memberi tindakan
b. Kekuatan denyut nadi f. Monitor adanya penekanan f. Jika ada agar bisa
(dipertahankan pada skala dari gelang, alat-alat medis, dilepas dan tidak
2 ditingkatkan ke skala 5) sepatu dan baju mengganggu
c. Tekanan darah g. Instruksikan pasien untuk pasien
(dipertahankan pada skala menggunakan waktu sebagai g. Agar pasien tetap
2 ditingkatkan ke skala 5) penanda untuk merubah posisi, melakukan
bukan berdasarkan mobilisasi dan
kenyamanan pasien tidak timbul
h. Imobilisasikan kepala, leher gangguan tubuh
dan punggung dengan tepat yang lainnya
i. Monitor kemampuan BAB dan h. Agar tidak terjadi
BAK gangguan
j. Letakkan bantalan pada bagian imobilisasi pada
tubuh yang terganggu untuk tubuh pasien
melindungi area tersebut i. Untuk mengetahui
apakah pasien
dapat mandiri atau
dengan bantuan
j. Agar pasien
merasa nyaman
dan terhindar dari
resiko cedera
3 Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen nyeri 1. Manajemen nyeri
nyaman keperawatan selama 1x…jam a. Lakukan pengkajian nyeri a. Agar mengetahui
diharapkan pasien merasa nyaman komprehensif yang meliputi skala nyeri dan
dengan kriteria hasil: lokasi, karakteristik, lokasi nyeri
1. Status kenyamanan onset/durasi, frekuensi, b. Agar pemberian
a. Kesejahteraan fisik kualitas, intensitas atau analgesik pas
(dipertahankan pada skala beratnya nyeri dan faktor c. Agar pasien mau
2 ditingkatkan ke skala 5) pencetus menjelaskan
b. Kontrol terhadap gejala b. Pastikan perawatan analgesik tentang nyeri yang
(dipertahankan pada skala bagi pasien dilakukan dengan dialami
2 ditingkatkan ke skala 5) pemantauan yang ketat d. Agar pasien dapat
c. Kesejahteraan psikologis c. Gunakan strategi komunikasi mengetahui nyeri
(dipertahankan pada skala teraupetik untuk mengetahui yang dialaminya
2 ditingkatkan ke skala 5) pengalaman nyeri dan e. Untuk menentukan
d. Lingkungan fisik sampaikan penerimaan pasien kegiatan
(dipertahankan pada skala terhadap nyeri selanjutnya yang
2 ditingkatkan ke skala 5) d. Gali pengetahuan dan boleh dilakukan
e. Suhu ruangan kepercayaan pasien mengenai pasien dan yang
(dipertahankan pada skala nyeri tidak boleh
2 ditingkatkan ke skala 5) e. Gali bersama pasien faktor- dilakukan oleh
f. Dukungan sosial faktor yang dapat pasien
(dipertahankan pada skala menurunkan atau f. Agar keluarga
2 ditingkatkan ke skala 5) memperberat nyeri dapat berperan
f. Bantu keluarga dalam dalam mendukung
mencari dan menyediakan kesembuhan pasien
dukungan g. Agar pasien merasa
g. Dukung istirahat/tidur yang lebih segar ketika
adekuat untuk membantu bangun tidur
penurunan nyeri h. Untuk menghindari
h. Kendalikan faktor lingkungan nyeri timbulkarena
yang dapat mempengaruhi faktor lingkungan
respon pasien terhadap saat ini
ketidaknyamanan i. Agar dapat
i. Dorong pasien untuk mengetahui
mendiskusikan pengalaman tindakan
nyerinya, sesuai kebutuhan selanjutnya untuk
j. Evaluasi keefektifan dari pasien
tindakan pengontrol nyeri j. Agar dapat
yang dipakai selama mengetahui
pengkajian nyeri dilakukan keefektifan
tindakan
pengontrol nyeri
yang dipakai
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen energi 1. manajemen energi
keperawatan selama 1x…jam a. Kaji status fisiologis pasien a. untuk mengetahui
diharapkan pasien dapat melakukan yang menyebabkan kelelahan apakah pasien
aktivitas secara mandiri dengan sesuai dengan konteks usia kelelahan karena
kriteria hasil: dan perkembangan usia atau yang
1. Toleransi terhadap aktivitas b. Anjurkan pasien untuk lainnya
a. Saturasi oksigen ketika mengungkapkan perasaan b. untuk mengetahui
beraktivitas secara verbal mengenai keterbatasan
(dipertahankan pada skala keterbatasan yang dialami aktivitas pasien
2 ditingkatkan ke skala 5) c. tentukan jenis dan banyaknya c. agar aktifitas yang
b. Frekuensi nadi ketika aktivitas yang dibutuhkan diberikan tidak
beraktivitas untuk menjaga ketahanan berlebihan dan
(dipertahankan pada skala d. monitor intake/asupan nutrisi tidak kurang
2 ditingkatkan ke skala 5) untuk mengetahui sumber d. agar nutrisi dapat
c. Tekanan darah ketika energi yang adekuat membantu
beraktivitas e. monitor sumber kegiatan menambah energi
(dipertahankan pada skala olahraga dan kelelahan pasien
2 ditingkatkan ke skala 5) emosional yang dialami e. agar mengetahui
2. Daya tahan pasien penyebab kelelahan
a. Melakukan aktivitas rutin f. monitor/catat waktu dan lama yang dialami
(dipertahankan pada skala istirahat/tidur pasien pasien
2 ditingkatkan ke skala 5) g. monitor lokasi dan sumber f. agar dapat
b. Aktivitas fisik ketidaknyamanan/nyeri yang mengetahui apakah
(dipertahankan pada skala dialami pasien selama tidur pasien
2 ditingkatkan ke skala 5) aktivitas adekuat atau tidak
c. Konsentrasi h. bantu pasien identifikasi g. agar dapat
(dipertahankan pada skala pilihan aktivitas-aktivitas menentukan
2 ditingkatkan ke skala 5) yang akan dilakukan aktivitas yang tidak
d. Daya tahan otot i. anjurkan tidur siang bila boleh dilakukan
(dipertahankan pada skala diperlukan pasien
2 ditingkatkan ke skala 5) j. evaluasi secara bertahap h. agar pasien mampu
e. Pemulihan energi setelah kenaikan level aktivitas menentukan
istirahat (dipertahankan pasien aktivitas yang akan
pada skala 2 ditingkatkan dilakukan
ke skala 5) i. agar pasien dapat
beristirahat dan
dapat memulihkan
energi
j. untuk mengetahui
keefektifitasan
aktivitas yang
diberikan kepada
klien
Adapun intervensi keperawatan yang akan dilakukan (Bulechek, 2016) (Moorhead,2016):
D. Implementasi

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana

tindakan di susun dan dilanjutkan pada nursing orders untuk membantu klien

tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik

dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang memperngaruhi masalah

kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan

kesehatan, pecegahan penyakit, pemuliahan kesehatan dan memanifestasi

koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan

baik, jika klien mempunyai keinginan untuk beradapatasi dalam pelaksanaan

tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan

pengumpulan data dan memilih tinakan keperawatan yang paling sesuai

dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperwatan di catat dalam format

yang telah ditetapkan oleh semua institusi (Asmadi, 2008).

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati

dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi

dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuam dan

kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya,
klien akan masuk kembbali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian

ulang (reassesment) (Asmadi, 2008). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:

1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan

2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum

3. Mengkaji peneyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Butcher et al. 2016. Nursing Interventions Clasification. Ed 6. Yogyakarta:


ELSEVIER

Harahap. 2010. Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas


Kedokteran USU : sumatera utara

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Lyrawati. 2016. Modul bahan ajar farmakoterapi hipertensi, gagal jantung, dan
syok. Universitas Brahwijaya
Moorhead et al. (2016). Nursing Outcomes Clasification, Ed.5. Yogyakarta:
ELSEVIER
Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction Publishing
Jogjakarta

Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular Indonesia. 2016. Panduan praktik


klinik (PPK) dan Clinical pathway (CP) penyakit jantung dan pembuluh
darah

Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, Dan Praktik, Edisi 4.Volume 1. Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk.
Jakarta : EGC

Tias. AloMedika. 2017. (online). Diakses dari


https://www.alomedika.com/penyakit/icu/syok-kardiogenik

Anda mungkin juga menyukai