Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS INKOMPLIT

OLEH:
GUSTI AYU KADE WIDYA ARYANTI, S.Kep
NIM. C1219117

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS INKOMPLIT

1. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum
janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho, 2010).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya
bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang
menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan
terus (Sujiyatini dkk, 2009)
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana
sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis
servikal yang tertinggal pada desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh, 2010).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Gambar 1 Anatomi Fisiologis Sistem Reproduksi Wanita


(Sumber: Oshigita, 2013)

1. Genitalia Eksterna
a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

b. Mons pubis / mons veneris


Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas
daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
c. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada
pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura
posterior).
d. Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut
saraf.
e. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva,
dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif.
f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu
orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae
Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan
vagina terdapat fossa navicularis.
g. Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan
tipis bermukosa yaitu selaput dara/hymen, utuh tanpa robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat
berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae.
Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang
menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae).
Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah
sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah
melahirkan/para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang
(hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan
darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
h. Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix
uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral.
Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix
anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina : untuk
mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk
kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri,
bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices
anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh
(G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding
vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
i. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body
adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum
meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
2. Genitalia Interna
a. Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum
(serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi
dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi
dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
b. Serviks uteri Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis
(berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis.
Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen
dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu
portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar,
arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium
uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis
melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina
ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks
yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan
berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir
serviks dipengaruhi siklus haid.
c. Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah
serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh
sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus
intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di
atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks
uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita
(gambar).
d. Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum
rectouterina.
e. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta
arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
f. Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba
kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum
dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan :
serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel
bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta
pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan
ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).
g. Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba
pengendali transfer gamet. Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula/infundibulum,
dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di
dinding tuba bagian ini. Pars infundibulum (distal) Dilengkapi dengan
fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan
permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar
saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
Mesosalping Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium
pada usus).
h. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum,
sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan
pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium
di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-
hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh
korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum
tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum
yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum
ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat
mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap
arteri renalis (Sutarno, 2015).

C. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
1. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
a) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,
termasuk kromosom seks.
b) Faktor lingkungan endometrium
- Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi.
- Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
c) Pengaruh luar
- Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi
- Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
2. Kelainan Pada Plasenta
a) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak
dapat berfungsi.
b) Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada
penderita diabetes mellitus
c) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
3. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis,
anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit
hati, dan penyakit diabetesmilitus.
4. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri,
uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum
(Manuaba, 2010).
D. TANDA DAN GEJALA
1. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi
dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
c. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
d. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
e. Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
2. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
a. Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
b. Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
c. Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva
d. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
e. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan
keluar.
f. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok (Maryunani, 2009).

E. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus
desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila
kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga
plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan
dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia
dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan
tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena
cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam
tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena
terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).
F. PATHWAY

Kehamilan < 20 minggu

Perdarahan desidua basalis

Nekrosis jaringan
disekitarnya

Hasil konsepsi lepas

Kontraksi pada uterus

Merasa kehilangan Hasil konsepsi keluar tidak Nyeri abdomen


sempurna

Stress Gangguan rasa


Perdarahan terus menerus
nyaman

Ansietas
Nyeri Akut

Komplikasi: Defisien Volume


Risiko
Anemia Cairan
Infeksi
Kurang mengetahui proses
penyakit
Intoleransi
Aktivitas

Defisien
Pengetahuan

(Ai Yeyeh, 2010).


G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah
Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I dan TM
III 11 gr % dan TM II 10,5 gr %).
a. Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : anemia ringan
c. Hb 7-8 gr% : anemia sedang
d. Hb ≤ 7 gr% : anemia berat
2. Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan
kehamilan dan persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.
3. USG
Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion
masih ada (Prawirohardjo, 2011).

H. KOMPLIKASI
Joseph dan Nugroho (2010) menyatakan komplikasi yang sering terjadi pada
abortus inkomplit yaitu :
1. Perdarahan
a. Dapat terjadi sedikit dalam waktu panjang.
b. Dapat terjadi mendadak banyak, sehingga menimbulkan syok.
2. Infeksi
a. Pada penanganan yang tidak legeartis.
b. Keguguran tidak lengkap
3. Degenerasi ganas
a. Keguguran dapat menjadi kario karsinoma sekitar 15% sampai 20%
b. Gejala korio karsinoma adalah terdapat perdarahan berlangsung lama,
terjadi pembesaran/perlunakan rahim, terdapat melastase ke
vagina/lainnya.
4. Penyulit saat melakukan kuretase
Dapat terjadi perforasi dengan gejala :
a. Kuret terasa tembus
b. Penderita kesakitan
c. Penderita syok
d. Dapat terjadi perdarahan dalam perut dan infeksi dalam abdomen

H. PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan umum:
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien,
termasuk tanda-tanda vital.
b. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
c. Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika tidak
terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya
dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk
memulai penanganan syok dengan segera.
d. Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu.
e. Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan
garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2
jam pertama (Syaifuddin, 2006).
2. Penanganan Abortus Inkomplit
a. Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan
hebat, syok dan sepsis)
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
- Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM
tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg
im (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
c. Jika kehamilan > 16 mingguan
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam
fisiologis arau RL ) dengan kecepatan 40 tetes / menit sampai terjadi
ekspulsi konsepsi.
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)
- Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
d. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin
2 gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
e. Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap
8 jam.
f. Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2
minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
g. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
(Syaifuddin, 2006).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1) Identitas Klien
2) Keluhan Utama: Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan.
3) Riwayat Kesehatan, terdiri dari:
a) Kesehatan sekarang
b) Kesehatan masa lalu
4) Riwayat Pembedahan
5) Riwayat penyakit yang pernah dialami
6) Riwayat kesehatan keluarga
7) Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe
serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang
menyertainya.
8) Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
9) Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
10) Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan
kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
11) Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan,
baik sebelum dan saat sakit.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan
terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan
seterusnya.
2) Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
- Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
- Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal
3) Perkusi
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah
ada kontraksi dinding perut atau tidak
4) Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin (Johnson & Taylor, 2005 : 39).
c. Pemeriksaan psikososial
1) Respon dan persepsi keluarga
2) Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
2. Defisien volume cairan berhubungan dengan perdarahan aktif
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses
kuretase
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang
informasi/tidak mengenalnya sumber-sumber informasi) tentang prosedur
kuretase.
6. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
(Heather, 2018)
A. INTERVENSI DAN RASIONAL

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC) RASIONAL


KEPERAWATAN (NOC)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan  Manajemen nyeri 1. 1. Untuk membantu mengevaluasi
Batasan karakteristik:
selama …..x….. jam diharapkan nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara derajat ketidaknyamanan dan
a. Laporan secara verbal
b. Posisi untuk menahan nyeri yang dirasakan pasien berkurang bahkan komprehensif yang meliputi: terjadinya komplikasi
c. Tingkah laku berhati-hati
hilang dengan kriteria hasil: lokasi, durasi, frekuensi, kualitas,
2. 2. Respon nonverbal untuk
d. Gangguan tidur (mata sayu,
NOC label: intensitas dan faktor pencetus membantu mengevaluasi
tampakcapek, sulit atau
1. Kontrol Nyeri 2. Observasi adanya petunjuk derajat nyeri dan perubahannya
gerakan kacau,menyeringa
e. Terfokus pada diri sendiri a. Mengenali kapan nyeri terjadi nonverbal mengenai 3. Untuk mengetahui keadaan
f. Fokus menyempit
dari skala 3 (kadang-kadang ketidaknyamanan terutama pada umum pasien
(penurunanpersepsi waktu,
menunjukkan) ke skala 5 (secara mereka yang tidak dapat 4. Membantu memfasilitasi
kerusakan prosesberpikir,
konsisten menunjukkan) berkomunikasi efektif kenyamanan pasien karena
penurunan interaksi
b. Menggunakan tindakan  Monitor tanda-tanda vital lingkungan bisa menjadi
denganorang dan
pengurangan nyeri tanpa 3. Monitor suhu, nadi dan respirasi. pemicu meningkatnya derajat
lingkungan)
analgesic dari skala 2 (jarang  Manajemen lingkungan dan nyeri pasien
g. Tingkah laku distraksi,
menunjukkan) ke skala 4 kenyamanan 5. Membantu menurunkan nyeri
contoh : jalan-
( sering menunjukkan) 4. Ciptakan lingkungan yang tenang pasien
c. Melaporkan nyeri yang terkontrol dan mendukung 6. Pengalihan nyeri dengan
dari skala 2 ( jarang 5. Posisikan pasien untuk relaksasi dan distrasi dapat
menunjukkan) ke skala 4 (sering memfasilitasi kenyamanan mengurangi nyeri yang sedang
menunjukkan)  Terapi relaksasi timbul
2. Tingkat nyeri 6. Minta pasien untuk rileks dan 7. Tindakan evaluatif terhadap
a. Nyeri yang dilaporkan dari skala merasakan sensasi yang terjadi penanganan nyeri dengan
3 (nyeri sedang) ke skala 5 (tidak  Pemberian analgesik pemberian obat analgetik dapat
ada nyeri) dengan tanda nyeri 7. Cek perintah pengobatan meliputi mengatasi nyeri yang timbul
sedang skala 4 (kisaran normal) obat, dosis, frekuensi obat
ke skala 0 (tidak ada nyeri) analgesik

2 2 Defisien Volume Cairan Setelah dilakukan asuhan keperawatan  Fluid management 1. Untuk mencegah hidrasi
4 Batasan karakteristik: selama …..x….. jam diharapkan 1. Pertahankan catatan intake dan memburuk
a. Haus defisien volume cairan dapat teratasi output yang akurat 2. Untuk mengetahui
b. Penurunan turgor kulit/lidah dengan kriteria hasil: 2. Monitor status hidrasi kebutuhan cairan
c. Membran mukosa/kulit  a. Fluid balance ( kelembaban membran mukosa, 3. Mengetahui status BUN,
kering  b. Hydration nadi adekuat, tekanan darah Hematokrit, Osmolalitas
d. Peningkatan denyut nadi,  c. Nutritional Status : Food and Fluid ortostatik ), jika diperlukan urine
penurunan tekanan darah, Intake 3. Monitor hasil Lab. yang sesuai 4. Untuk mengetahui keadaan
penurunan volume/tekanan Kriteria Hasil : dengan retensi cairan (BUN , Hmt umum
nadi a. Mempertahankan urine output sesuai , osmolalitas urin ) 5. Untuk memantau status
e. Pengisian vena menurun dengan usia dan BB, BJ urine normal, 4. Monitor vital sign cairan
f. Perubahan status mental HT normal dengan skala 5 5. Monitor masukan makanan / 6. Membantu memenuhi
g. Konsentrasi urine b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh cairan dan hitung intake kalori kebutuhan cairan
meningkat dalam batas normal ditingkatkan pada harian 7. Memenuhi kebutuhan dasar
h. Temperatur tubuh skala 5 6. Kolaborasi pemberian cairan IV cairan dan nutrisi
meningkat c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi,  Monitor status nutrisi 8. Diuretic digunaakan untuk
i. Kehilangan berat badan Elastisitas turgor kulit baik, membran 7. Berikan cairan memperbaiki status cairan
secara tiba-tiba mukosa lembab, tidak ada rasa haus 8. Berikan diuretik sesuai interuksi dalam tubuh
j. Penurunan urine output yang berlebihan ditingkatkan pada 9. Dorong keluarga untuk 9. Memberikan motivasi
k. Kelemahan skala 5 membantu pasien makan dalam pemenuhan cairan

3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Peningkatan Mekanika Tubuh


Batasan karakteristik: 1. Mengurangi nyeri,memberikan
…x24 jam intoleransi aktivitas pasien 1. Bantu untuk mendemonstrasikan
a. Melaporkan secara verbal
kenyamanan
teratasi dengan kriteria hasil: posisi tidur yang tepat.
adanya kelelahan atau 2. Untuk Melatih keseimbangan
NOC Label: 2. Instruksikan pasien untuk
3. Melatih toleransi aktivitas
kelemahan.
1. Toleransi terhadap aktivitas menggerakan kaki terlebih dahulu
b. Adanya dyspneu atau pasien.
a. Saturasi oksigen ketika
kemudian badan ketika mulai 4. Mengurangi resiko pasien jatuh
ketidak nyamanan saat
beraktivitas (5) tidak terganggu. atau cedera
berjalan atau mengatur posisi
beraktivitas. b. Frekuensi nadi ketika
c. Respon abnormal dari  Terapi Latihan:Ambulasi
berktivitas (5) tidak terganggu.
tekanan darah, nadi saat c. Frekuensi pernafasan ketika 3. Dorong pasien untuk duduk
aktifitas beraktivitas (5) tidak terganggu. ditempat tidur, atau dikursi
d. Perubahan ECG : aritmia, d. Kemudahan bernafas ketika
sebagaimana yang dapat
iskemia beraktivitas (5) tidak terganggu.
ditoleransi pasien
4. Bantu pasien untuk berpindah
sesuai kebutuhan

4 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan  Kontrol infeksi


Faktor-faktor risiko :
selama …..x….. jam diharapkan pasien 1. Anjurkan pasien mengenai tehnik 1. Agar terhindar dari infeksi
a. Prosedur Infasif
b. Kerusakan jaringan dan tidak mengalami infeksi dengan kriteria mencuci tangan dengan tepat 2. Mencegah terjadinya infeksi
peningkatan paparan hasil:  Perlindungan infeksi 3. Untuk mencegah penularan
lingkungan 1. Deteksi Risiko 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
c. Malnutrisi
a. Monitor perubahan status kesehatan infeksi 4. Mengetahui keadaan umum
d. Peningkatan paparan
dipertahankan pada 2 (jarang 3. Ajarkan pasien dan keluarga pasien
lingkungan pathogen
e. Imonusupresi menunjukkan) ditingkatkan ke 4 bagaimana cara menghindari
f. Tidak adekuat pertahanan
(sering menunjukkan) infeksi
sekunder (penurunan Hb)
b. Mengenali tanda dan gejala yang  Monitor tanda-tanda vital
mengindikasikan resiko 4.Monitor TTV (Nadi, suhu,
dipertahankan pada skala 2 respirasi)

5 Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan  Anxiety Reduction (penurunan 1. Untuk memberikan rasa
Batasan karakteristik: selama …..x….. jam diharapkan kecemasan) nyaman dan aman
a. Insomnia defisien pengetahuan dapat teratasi 1. Gunakan pendekatan yang 2. Memberikan pelayanan
b. Kontak mata kurang dengan kriteria hasil: menenangkan yang sisenangi oleh pasien
c. Kurang istirahat a. Anxiety control 2. Nyatakan dengan jelas harapan 3. Untuk memberikan
d. Berfokus pada diri sendiri b. Coping terhadap pelaku pasien penjelasan mengenai
e. Iritabilitas c. Impulse control 3. Jelaskan semua prosedur dan apa prosedur apa yang akan
f. Takut Kriteria Hasil : yang dirasakan selama prosedur diberikan
g. Nyeri perut a. Klien mampu mengidentifikasi dan 4. Pahami prespektif pasien terhdap 4. Untuk memudahkan
h. Penurunan TD dan denyut mengungkapkan gejala cemas situasi stres memberikan intervensi
nadi b. Mengidentifikasi, mengungkapkan 5. Temani pasien untuk memberikan keperawatan
i. Diare, mual, kelelahan dan menunjukkan tehnik untuk keamanan dan mengurangi takut 5. Memberikan rasa aman dan
j. Gangguan tidur mengontol cemas 6. Berikan informasi faktual nyaman
k. Gemetar c. Vital sign dalam batas normal mengenai diagnosis, tindakan 6. Untuk memberikan
l. Anoreksia, mulut kering d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa prognosis pengetahuan baru tentang
m. Peningkatan TD, denyut tubuh dan tingkat aktivitas 7. Identifikasi tingkat kecemasan kondisi pasien saat ini
nadi, RR menunjukkan berkurangnya 8. Bantu pasien mengenal situasi 7. Untuk mengetahui tingkat
n. Kesulitan bernafas kecemasan yang menimbulkan kecemasan kecemasan pasien
o. Sulit berkonsentrasi 8. Untuk mencegah cemas
6 Defisien Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan  Teaching : disease Process 1. Untuk mengetahui tingkat
Batasan karakteristik: selama …..x….. jam diharapkan 1. Berikan penilaian tentang tingkat pegetahuan pasien
a. Menyatakan secara verbal defisien pengetahuan dapat teratasi pengetahuan pasien tentang 2. Memberikan gambaran
adanya masalah dengan kriteria hasil: proses penyakit yang spesifik mengenai proses persalinan
b. Ketidakakuratan mengikuti a. Kowlwdge : disease process 2. Jelaskan patofisiologi dari 3. Memberikan tambahan
instruksi, perilaku tidak sesuai  b. Kowledge : health Behavior penyakit dan bagaimana hal ini pengetahuan mengenai tanda
Kriteria Hasil : berhubungan dengan anatomi dan dan gejala dari penyakit
a. Pasien dan keluarga menyatakan fisiologi, dengan cara yang tepat. 4. Memberikan gambaran
pemahaman tentang penyakit, 3. Gambarkan tanda dan gejala yang penyebab dari terjadinya
prognosis dan program pengobatan biasa muncul pada penyakit, penyakit atau proses
ditingkatkan pada skala 5 dengan cara yang tepat persalinan yang abnormal
b. Pasien dan keluarga mampu 4. Identifikasi kemungkinan 5. Untuk memberikan
melaksanakan prosedur yang penyebab, dengna cara yang tepat perkembangan kondisi pasien
dijelaskan secara benar ditingkatkan 5. Sediakan informasi pada pasien 6. Untuk memberikan
pada skala 5 tentang kondisi, dengan cara yang perkembangan kondisi saat ini
c. Pasien dan keluarga mampu tepat dan memberikan kenyamanan
menjelaskan kembali apa yang 6. Sediakan bagi keluarga informasi untuk pasien
dijelaskan perawat/tim kesehatan tentang kemajuan pasien dengan
lainnya ditingkatkan pada skala 5 cara yang tepat
Nanda,NIC,NOC
B. EVALUASI
Evaluasi adalah sebagian yang direncanakan dan diperbandingkan yang
sistematis pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien
dalam mencapai suatu tujuan. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan format
evaluasi SOAP meliputi data subyektif, data obyektif, data analisa dan data
perencanaan.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri.
a. Mengenali kapan nyeri terjadi dari skala 3 (kadang-kadang
menunjukkan) ke skala 5 (secara konsisten menunjukkan)
b. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic dari skala 2
(jarang menunjukkan) ke skala 4 ( sering menunjukkan)
c. Melaporkan nyeri yang terkontrol dari skala 2 ( jarang menunjukkan)
ke skala 4 (sering menunjukkan)
d. Nyeri yang dilaporkan dari skala 3 (nyeri sedang) ke skala 5 (tidak ada
nyeri) dengan tanda nyeri sedang skala 4 (kisaran normal) ke skala 0
(tidak ada nyeri)

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


a. Saturasi oksigen ketika beraktivitas (5) tidak terganggu.
b. Frekuensi nadi ketika berktivitas (5) tidak terganggu.
c. Frekuensi pernafasan ketika beraktivitas (5) tidak terganggu.
d. Kemudahan bernafas ketika beraktivitas (5) tidak terganggu.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses


kuretase
a. Monitor perubahan status kesehatan dipertahankan pada 2 (jarang
menunjukkan) ditingkatkan ke 4 (sering menunjukkan)
b. Mengenali tanda dan gejala yang mengindikasikan resiko ditingkatkan
pada skala 5

4. Defisien volume cairan berhubungan dengan perdarahan aktif


a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal dengan skala 5
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal ditingkatkan pada
skala 5
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan ditingkatkan pada
skala 5

5. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.


a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
prognosis dan program pengobatan ditingkatkan pada skala 5
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar ditingkatkan pada skala 5
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya ditingkatkan pada skala 5

6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang


informasi/tidak mengenalnya sumber-sumber informasi) tentang prosedur
kuretase.
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
c. Vital sign dalam batas normal
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
(Bulechek, 2016)

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M., et all. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC), Edisi
Keenam. CV Moco Media.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC.

Heather, Herdman T. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2018-2020, Edisi 11. Jakarta: EGC.

Johnson, M., et all. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima. CV
Moco Media.

Joshep,H.K, dan Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (Obsgyn).
Yogyakarta: Nuha Medika

Sujiyatini, dkk. 2009. Konsep Penyakit Ilmu Kebidanan. Jakarta: ECG

Sutarno, Nono. 2015. Modul Reproduksi Manusia. Jakarta: PEBI4525 MODUL 1

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP.
Jakarta.

Wiknjosastro Hanifa, dkk. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi II. Cetakan VI. PT Bina
Pustaka. Jakarta.

Yeyeh, Ai, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, Media
Aesculapius Jakarta 2000.

Anda mungkin juga menyukai