Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

OLIGOHIDRAMNION

A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Organ-organ interna berfungsi untuk ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi
blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus dan kelahiran terdiri dari : Uterus,
Serviks uteri, Corpus uteri, dan Ligamenta penyangga uterus (Wiknjosastro,
2010).

Gambar 1 Anatomi Fisiologis Sistem Reproduksi Wanita


(Sumber: Wiknjosastro, 2010)
a. Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum
atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus
wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada
wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-
70 gram. Sedangkan pada yang belum melahirkan beratnya 80gram atau
lebih.
b. Serviks uteri
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan
serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina
yang panjang dan bagian vagina yang lebih pendek. Panjang serviks
sekitar 2,5 – 3 cm, 1 cm menonjol kedalam vagina pada wanita tidak
hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah
kecil serabut otot dan jaringan elastik.
c. Corpus uteri
Merupakan organ yang mempunyai peranan besar dalam reproduksi
wanita, yaitu pada saat haid sampai melahirkan. Berbentuk seperti buah
pir, berongga dan berotot. Sebelum hamil beratnya sekitar 30-50 gram
dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm. Terdriri dari: paling luar
lapisan serosa atau peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri
di intraabdomen, tengah lapisan muskular atau miometrium berupa otot
polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal,
anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi
dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat
pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar
dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi
selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.
d. Ligamenta penyangga uterus
Ligamenta latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,
ligamenum ovarii, ligamentum sacrouternia propium, ligamentum
infundibulopelvicum ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
e. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica atau illiaca interna,
serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
f. Salping atau Tuba Falopii
Tuba fallopii merupakan organ yang dikenal dengan istilah saluran telur.
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus mulleri. Sepasang tuba
kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum
dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan:
serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel
bersilia. Tuba falopii bukan merupakan saluran yang lurus, tetapi
mempunyai bagian yang lebar sehingga dibedakan menjadi bagian yaitu
pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum
dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang
berbeda-beda pada setiap bagiannya. Pars isthmica (proksimal / isthmus)
merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba
pengendali transfer gamet. Tempat yang sering terjadi fertilisasi
(bertemunya ovum dan sperma) adalah daerah ampula atau infundibulum,
dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di
dinding tuba bagian ini. Pars infundibulum (distal) dilengkapi dengan
fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan
permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar
saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
g. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
h. Ovarium
Ovarium merupakan organ berbentuk oval, terletak di dalam rongga
peritoneum, terdiri dari sepasang kiri-kanan, digantung ke uterus oleh
ligamentum ovarii proprium ke dinding panggul oleh ligamentum
infundibulo-pelvikum. Ovarium dilapisi mesovarium, sebagai jaringan
ikat dan jalan pembuluh darah ke saraf. Terdiri dari korteks dan mendula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
primordial menjadi folikel degraf, selanjutnya terjadi ovulasi. Ovarium
juga mensintesis dan menghsilkan sekresi hormon-hormon steroid yaitu
esterogen dan progesteron. Ovarium merupakan sumber hormonal wanita
yang paling utama, sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam
pengatur proses menstruasi.
2. Fisiologi air ketuban (Liquar Amnion)
Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh sel (endotel) yang melapisi
kantung ketuban dan permukaan plasenta (ari-ari) dan peresapan cairan
(eksudasi) melewati membran kantung ketuban. Pada proposisi lebih besar,
air ketuban dihasilkan oleh kencing janin. Dalam keadaan sehat, janin akan
minum air ketuban dan mengeluarkan kembali dalam bentuk kencing,
sehingga seolah-olah terjadi suatu lingkaran atau siklus yang berulang.
Bentuk, rupa, bau ketuban tidak jauh beda dengan air kencing. Dalam air
ketuban juga dijumpai sel-sel dalam rambut (lanugo) yang terlepas serta
butiran lemak yang bisa melapisi permukaan kulit bayi (verniks kaseosa).
Pada suatu keadaan tertentu, air ketuban didapatkan dalam jumlah yang lebih
dari normal keadaan ini disebut polihidramnion atau kadang disebut
hidramnion.
Volume air ketuban bervariasi menurut usia kehamilan, puncaknya di
umur kehamilan sekitar 33 minggu, volume air ketuban berkisar 1- 1,5 liter.
Pada kasus polihidromnion bisa sampai 3 liter, bahkan terjadi sebelum umur
kehamilan mencapai 22 minggu atau 5 bulan. Penyebab polihidromnion
belum dipastikan secara benar, salah satu yang dicurigai adanya proses
infeksi. Dua per tiga kasus polihidromnion tidak diketahui sebabnya.
Polihidromnion meningkatkan resiko kelahiran prematur dan resiko
komplikasi persalinan. Kemungkinan terjadi perdarahan pasca persalinan
lebih tinggi dibanding dari pada perlekatannya sebelum operasi dan terjadinya
kematian janin didalam kandungan. Kejadian bedah caesar juga lebih tinggi
dibandingkan pada kehamilan biasa karena lebih banyak yang tidak normal
atau untuk kesejahteraan janin. Air ketuban mempunyai fungsi yaitu
(Nugroho, 2012):
a. Melindungi janin terhadap trauma luar.
b. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas.
c. Melindungi suhu tubuh janin.
d. Meratakan tekanan didalam uterus pada saat partus, sehingga serviks
membuka.
e. Membersikan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan akan
mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi tidak mengalami
infeksi.
f. Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditlan atau diminum
yang kemudian dikeluarkan melalui kencing.

B. Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari
normal, yaitu kurang dari 500 cc. VAK (Volume Air Ketuban) meningkat secara
stabil saat kehamilan, volumenya sekitar 30 cc pada 10 minggu dan mencapai
puncaknya 1 Liter pada 34-36 minggu, yang selanjutnya berkurang. Rata-rata
sekitar 800 cc pada akhir trisemester pertama sampai pada minggu ke-40.
Berkurang lagi menjadi 350 ml pada kehamilan 42 minggu, dan 250 ml pada
kehamilan 43 minggu. Tingkat penurunan sekitar 150 ml/minggu pada kehamilan
38-43 minggu (Oxorn, 2008).

C. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui.
Beberapa keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu
berhubungan dengan obstruksi saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis.
Adapun penyebab terjadinya oligohidramnion menurut beberapa ahli yaitu
(Nugroho, 2012):
Fetal: Maternal :
Kromosom Dehidrasi
Congenital Insufisiensi
uteroplasental
Hambatan pertumbuhan janin Preeklamsia
Kehamilan poster Diabetes
Premature ROM (Rupture of Hypoxia kronis
amnioticmembranes)

D. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala klinis yang timbul pada kasus oligohidramnion yaitu (Oxorn,
2008):
1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
3. Sering berakhir dengan partus prematurus.
4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas.
5. Persalinan lebih lama dari biasanya.
6. Sewaktu his akan sakit sekali.
7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
Selain itu, terdapat beberapa faktor-faktor yang sangat berisiko pada
wanita yang dapat meningkatkan insidensi kasus oligohidramnion yaitu:
1. Anomali kongenital (misalnya : agenosis ginjal, sindrom potter).
2. Retardasi pertumbuhan intra uterin.
3. Ketuban pecah dini (24-26 minggu).
4. Sindrom paska maturitas.

E. Patofisiologi
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan
oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit). Fenotip Potter digambarkan
sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya
sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki
bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan
gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam
rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami
kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal. Oligohidramnion juga
menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik),
sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada
sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena
kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit
lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi. Dalam keadaan
normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya
cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter. Gejala
Sindroma Potter berupa (Nugroho, 2012) :
1. Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal
hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
2. Tidak terbentuk air kemih
3. Gawat pernafasan,
F. Pathway

Fetal: Maternal :
 Kromosom  Dehidrasi
 Congenital  Insufisiensi
 Premature ROM uteroplasental
(Rupture of  Preeklamsia
amnioticmembranes)  Diabetes
 Kehamilan poster  Hypoxia kronis
 Hambatan
pertumbuhan janin

Oligohidramnion

Bayi bergerak Air ketuban <500 cc Ekstremitas janin


Hubungan langsung
dengan susah terputus
antara membrane dengan
janin
Air ketuban yang
Nyeri Akut terlalu sedikit
Risiko Cidera
Defisiensi
Kuran informasi Pengetahuan

Cemas Ansietas
G. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari oligohidramnion yaitu (Nugroho, 2012):
1. Oligohidramnionnya menyebabkan tekanan langsung pada janin :
Deformitas janin :
a. Leher terlalu menekuk – miring
b. Bentuk tulang kepala janin tidak bulat
c. Deformitas ekstremitas
d. Talipes kaki terpelintir keluar
e. Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan fetal distress
f. Fetal distres menyebabkan makin terangsangnya nevus vagus dengan
dikeluarkannya mekonium semakin mengentalkan air ketuban.
g. Oligohidramnion makin menekan dada sehingga saat lahir terjadi
kesulitan bernafas karena paru mengalami hipoplasia sampai atelektase
paru.
h. Sirkulus yang sulit diatasi ini akhirnya menyebabkan kematian janin
intrauteri.
2. Amniotic band
Karena sedikitnya air ketuban ,dapat menyebabkan terjadi hubungan langsung
antara membrane dengan janin sehingga dapat menimbulkan gangguan
tumbuh kembang janin intrauteri. Dapat dijumpai ekstremitas terputus oleh
karena hubungan atau ikatan dengan membrannya.

H. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa dibuat dengan pemeriksaan USG yaitu dengan mengukur indeks
caira ketuban (Amniotic Fluid Index= AFI). Tetapi secara klinis (dengan
pemeriksaan fisik) bisa diduga dengan : pengukuran tinggi rahim dari luar serta
bagian bayi yang mudah diraba dari luar (didinding perut ibu). Namun hal ini
hanya berupa asumsi/dugaan saja, tetap haris dikonfirmasi dengan USG. USG
juga bisa melihat anantomi janin untuk melihat kelainan seperti ginjal yang tidak
tumbuh (dengan tidak terlihatnya pipis di kandung kemih janin). Serta untuk
mengetahui adanya gangguan pertumbuhan janin. Pemeriksaan dengan spekulum
dapat dilakukan guna mendeteksi adanya kebocoran air ketuban akibat pecahnya
air ketuban (Oxorn, 2008).
I. Penatalaksanaan
Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan dilakukan pada
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak baik.
Kompresi tali pusat selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion,
oleh karena itu persalinan dengan sectio caesarea merupakan pilihan terbaik pada
kasus oligohidramnion (Khumaira, 2012). Menurut Ai Yehyeh, dkk(2010)
Penatalaksanaan pada ibu dengan oligohidramnion yaitu :
1. Tirah baring
2. Hidrasi dengan kecukupan cairan
3. Perbaikan nutrisi
4. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin)
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

A. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk pengumpulan data,
pengelompokan data dan menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah dan
keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua data atau informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data – data
yang di kumpulkan meliputi :
1. Data subjektif
a. Biodata atau identitas klien dan suami
b. Keluhan utama
c. riwayat perkawinan
d. Riwayat menstruasi
e. Riwayat obstetric
f. Riwayat kehamilan sekarang
g. Riwayat kesehatan
h. Riwayat kesehatan keluarga
i. Riwayat kontrasepsi
j. kemungkinan klien pernah menggunakan kontrasepsi atau tidak.
k. Riwayat seksualitas
l. Riwayat social,ekonomi,dan budaya
m. Riwayat spiritual
n. Riwayat psikologis
2. Data objektif Dikumpulkan dari hasil pemeriksaan.
a. pemeriksaan umum:untuk mengetahui keadaan ibu secara umum.
b. pasien sadar akan menunjukkan tidak adanya kelainan psikologis dan
kesadaran umum juga mencakup pemeriksaan tanda-tanda vital, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas yang bertujuan untuk mengetahui
keadaan gizi pasien.
c. pemeriksaaan fisik
1) Secara inspeksi :yaitu pemeriksaan pandang dari kepala sampai kaki
a) Mata : oedema atau tidak
b) Konjungtiva : pucat atau tidak
c) Sclera : ikhterik atau tidak
d) Mulud dan gigi : lidah bersih atau tidak,gigi ada karies
atau tidak
e) Leher : kelenjar tiroid ada pembesaran atau
tidak,kelenjar getah bening ada pembengkakan atau tidak.
f) Payudara : simetris atau tidak,putting susu menonjol atau
tidak
g) Abdomen : ada luka bekas operasi atau tidak berapa tinggi
TFU dan apakah sesuai dengan usia kehamilan atau tidak
h) Vulva : bersih atau tidak,ada varies atau tidak,oedema
atau tidak
i) Vagina : ada pengeluaran dari vagina atau tidak
j) Anus : ada haemoraid atau tidak
k) Ekstremitas : ada kelainan atau tidak
2) Secara palpasi
a) Leopold I : Untuk menentukan TFU, apa kemungkinan yang
terdapat di fundus,mis:kepala,bokong atau yang lainnya.
b) Leopold II : Untuk menentukan apa yang terdapat pad bagian kiri
dan kanan perut klien,kemungkinan teraba punggung,anggota
gerak,bokong atau kepala.
c) Leopold III : Untuk menentukan apa yang teraba pada bagian
terbawah dari perut ibu,kemungkinan teraba kepala,bokong atau
yang lainnya.
d) Leopold IV : Untuk menentukan sejauh mana kepala masuk ke
rongga panggul ibu dan seberapa masuknya dihititung dengan
perlimaan.
3) Secara auskultrasi
Kemungkinan terdengar DJJ, berapa frekuensinya, teratur atau tidak,
bagaimana intensitasnya dan dimana punctum maximumnya.
4) Secara perkusi
Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan dengan
kekurangan vitamin B dan penyakit syaraf.
B. Diagnosa Kperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan (Herdman, 2018) yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini
4. Resiko cedera ditandai dengan kurang pengetahuan tentang faktor yang dapat
dirubah
C. Intervensi
Adapun intervensi keperawatan yang akan dilakukan (Bulechek, 2016) (Moorhead,2016):
DiagnosaKeperaw Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
No
atan
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri a. Untuk mengetahui lokasi nyeri dan
agens cidera selama … x 24 jam diharapkan nyeri a. Observasi reaksi nonverbal dari juga skala nyeri
biologis yang dirasakan pasien berkurang dengan ketidaknyamanan b. Melihat reaksi nonverbal nyeri
kriteria hasil: b. Lakukan pengkajian nyeri secara c. Untuk mengetahui skala nyeri dan
Tingkat nyeri komprehensif termasuk kualitasnya serta dapat mengurangi
a. Nyeri yang dilaporkan ditingkatkan lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri
dari level 3 (sedang) ke level 4 kualitas dan faktor presipitasi d. Mengkaji riwayat nyeri sebelumnya
(ringan) c. Gunakan tehnik komunikasi terapiutik e. Untuk mengurangi keluhan nyeri
b. Ekspresi nyeri wajah ditingkatkan untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien f. Pemberian obat untuk mengurangi
dari level 4 (ringan) ke level 5 (tidak d. Evaluasi rasa nyeri masa lampau nyeri
ada) e. Ajarkan teknik relaksasi
f. Kolaborasikan pemberian obat analgetik
2 Defisiensi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pendidikan kesehatan a. Untuk memfasilitasi dalam
pengetahuan selama …. x 24 jam diharapkan a. Identifikasi sumber daya (misalnya, tenaga, memberikan pendidikan kesehatan
berhubungan pengetahuan pasien bertambah dengan ruangan, dan lain-lain) b. Agar pasien bisa menyiapkan pilihan
dengan kurang kriteria hasil : Persiapan melahirkan persalinan jika terjadi koplikasi
informasi Pengetahuan: Kehamilan a. Informasikan ibu mengenai pilihan c. Agar pasien memiliki bayangan
a. Pentingnya pendidikan kesehatan persalinan jika timbul komplikasi mengenai prosedur dan sensasi dari
sebelum melahirkan ditingkatkan Pengurangan kecemasan tinakan yang akan dilakukan
dari level 2 (pengetahuan terbatas) a. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi d. Agar pasien mengetahui mengenai
ke level 3 (pengetahuan sedang) yang akan dirasakan yang mungki akan diagnosa, perawatan, serta prognosis
b. Taanda-tanda peringatan komplikasi dialami klien selama prosedur dilakukan dari keadaanya
kehamilan ditingkatkan dari level 2 b. Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
(pengetahuan terbatas) ke level 3 perawatan, dan prognosis
(pengetahuan sedang)
Pengetahuan: melahirkan
a. Pilihan-pilihan untuk melahirkan
ditingkatkan dari level ditingkatkan
dari level 2 (pengetahuan terbatas)
ke level 3 (pengetahuan sedang)
b. Tanda dan gejala persalinan
ditingkatkan dari level 2
(pengetahuan terbatas) ke level 3
(pengetahuan sedang)
c. Komplikasi potensial persalinan
ditingkatkan dari level 2
(pengetahuan terbatas) ke level 3
(pengetahuan sedang)

3 Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan: kehamilan risiko tinggi a. Untuk mengetahui apakah pasien
berhubungan selama …. x 24 jam diharapkan a. Kaji kondisi medis aktual yang berhubungan memiliki riwayat penyakit keturunan
dengan ancaman perawatan diri pasien terpenuhi dengan dengan kondisi kehamilan yang buruk atau menular
status terkini kriteria hasil : (misalnya, diabetes, hipertensi, herpes, HIV, b. Untuk mengetahui riwayat
Tingkat kecemasan hepatitis, epilepsi) kehamilan dan kelahiran sebelumnya
a. Rasa takut yang disampaikan secara b. Kaji riwayat kehamilan dan kelahiran yang c. Agar pasien paham mengenai factor-
lisan ditingkatkan dari level 3 berhubungan dengan faktor risiko faktor risiko, pemeriksaan, dan
(sedang) ke level 4 (ringan) kehamilan tindakan yang bisa dilakukan
b. Rasa cemas yang disampaikan c. Berikan materi pendidikan kesehatan yang d. Agar pasien memiliki bayangan
secara lisan ditingkatkan dari level 3 membahas faktor risiko, pemeriksaan, dan mengenai prosedur dan sensasi dari
(sedang) ke level 4 (ringan) tindakan yang bisa dilakukan tinakan yang akan dilakukan
c. Wajah tegang ditingkatkan dari level Pengurangan kecemasan e. Agar pasien mengetahui mengenai
3 (sedang) ke level 4 (ringan) a. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi diagnosa, perawatan, serta prognosis
yang akan dirasakan yang mungki akan dari keadaanya
dialami klien selama prosedur dilakukan
b. Berikan informasi factual terkait diagnosis,
perawatan, dan prognosis

4 Resiko cedera Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan: kehamilan risiko tinggi a. Untuk mengetahui apakah pasien
ditandai dengan selama …. x 24jam diharapkan tidak a. Kaji kondisi medis aktual yang memiliki riwayat penyakit keturunan
kurang pengetahuan terjadi infeksi dengan kriteria hasil : berhubungan dengan kondisi kehamilan atau menular
tentang faktor yang Kontrol risiko yang buruk (misalnya, diabetes, hipertensi, b. Untuk mengetahui riwayat
dapat dirubah a. Mencari informasi mengenai risiko herpes, HIV, hepatitis, epilepsi) kehamilan dan kelahiran sebelumnya
kesehatan ditingkatkan dari level 3 b. Kaji riwayat kehamilan dan kelahiran yang c. Agar pasien paham mengenai factor-
(kadang-kadang menunjukkan) ke berhubungan dengan faktor risiko faktor risiko, pemeriksaan, dan
level 4 (sering menunjukkan) kehamilan tindakan yang bisa dilakukan
b. Memonitor perubahan status c. Berikan materi pendidikan kesehatan yang d. Untuk mengetahui faktor risiko dan
kesehatan ditingkatkan dari level 3 membahas faktor risiko, pemeriksaan, dan cara untuk mengurangi risiko
(kadang-kadang menunjukkan) ke tindakan yang bisa dilakukan e. Agar dapat memonitor risiko
level 4 (sering menunjukkan) f. Agar dapat mengurangi risiko atau
Deteksi risiko Identifikasi risiko menghilangkan risiko
a. Mengidentifikasi kemungkinan a. Instruksikan faktor risiko dan rencana
risiko kesehatan untuk mengurangi faktor risiko
b. Melakukan skrining sesuai waktu b. Rencanakan monitor risiko kesehatan
yang ditentukan dalam jangka panjang
c. Rencanakan tindak lanjut strategi dan
aktivitas pengurangan risiko jangka
panjang
D. Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena
itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Asmadi, 2008).

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuam dan kriteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk
kembbali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassesment)
(Asmadi, 2008). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
3. Mengkaji peneyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yehyeh, dkk. (2010). Asuhan Kebidanan I. Jakarta: CV Trans Info Media

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Bulechek et al. (2016). Nursing Interventions Clasification. Ed 6. Yogyakarta:


ELSEVIER

Herdman, T. Heather. (2015). NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Khumaira. (2012). Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka

Nugroho. (2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

Moorhead et al. (2016). Nursing Outcomes Clasification, Ed.5. Yogyakarta:


ELSEVIER

Oxorn. (2008). Fisiologi Dan Patofisiologi Persalinan. Edisi 2. Jakarta: Esentia


Medika

Wiknjosastro. (2010). Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwana Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai