Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS

Disusun oleh:
DECI KURNIATI
201FK07010

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA
2022
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Medis

1.1 Pengertian

Abortus atau miscarriage adalah keluarnya hasil konsepsi

sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan

sekitar 500 gram atau kurang dari 1000 gram, terhentinya proses

kehamilan sebelum usia kehamilan kurang dari 28 minggu.

Abortus adalah komplikasi umum kehamilan dan salah satu

penyebab kematian ibu dan janin (Tuzzahro, 2021). Abortus adalah

terhentinya kehamilan sebelum minggu ke 20 (dihitung dari hari

pertama menstruasi terakhir). (Desmansyah, 2021 ).

Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum

janin dapat bertahan hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22

minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram (Arofah &

Rapida, 2021)
1.2 Anatomi Fisiologis

a. Vagina

Pada bagian depan, vagina berukuran 6,5 cm dan dibelakang

9,5cm, sumbunya berjalan kira-kira sejajar dengan arah

pinggir bawah simfisis ke Promontorium. Arah ini penting

diketahui jika memasukkan jari ke dalam vagina pada

pemeriksaan ginekologik. Pada pertumbuhan janin dalam

uterus 2/3 bagian atas vagina berasal dari duktus Miilleri (asal

dari entoderm), sedangkan 1/3 bagian bawahnya dari lipatan-

lipatan ektorderm. Epitel vagina terdiri atas epitel skuamosa

dalam beberapa lapisan. Lapisan tidak mengandung kelenjar,

akan tetapi dapat mengadakan transudasi. Pada anak kecil

epitel itu amat tipis, sehingga mudah terkena infeksi. Mukosa

vagina berlipat-lipat horisontal; lipatan itu dinamakan ruga di

tengah-tengah bagian depan dan belakang ada bagian yang

lebih mengeras, disebut kolumna rugarum. Di bawah epitel

vagina terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak

pembuluh darah. Di bawah jaringan ikat terdapat otot- otot

dengan susunan yang serupa dengan susunan otot usus.

Sebelah luar otot-otot terdapat fasia (jaringan ikat) yang akan

berkurang elastisitasnya pada wanita yang


lanjut usia. Di sebelah depan dinding vagina bagian bawah

terdapat uretra sepanjang 2,5-4 cm. Bagian atas vagina

berbatasan dengan kandung kencing sampai ke forniks vagina

anterior. Dinding belakang vagina lebih panjang dan

membentuk forniks posterior yang jauh lebih luas daripada

forniks anterior. Di samping kedua forniks itu dikenal pula

forniks lateralis sinistra dan dekstra. Pada wanita yang telah

melahirkan anak, pada kedua dinding vagina sering ditemukan

tempat yang kendor dan agak merosot (sistokele dan

rektokele). Pada seorang virgo keadaan ini jarang ditemukan.

b. Uterus

Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat

atau buah peer yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus

adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus

terdiri atas korpus uteri (bagian atas) dan serviks uteri (bagian

bawah). Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri),

yang membuka ke luar melalui saluran (kanalis servikalis)

yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks yang terletak di

vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis serviks uteri),

sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars


supravaginalis serviks uteri. Antara korpus dan serviks masih

ada bagian yang disebut isthmus uteri.

Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ tuba Fallopii

kanan dan kiri masuk ke uterus.Dinding uterus terdiri atas

miometrium, yang merupakan otot polos berlapis tiga; yang

sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler,

yang antara kedua lapisan ini beranyaman. Miometrium dalam

keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi. Kavum

uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar,

disebut endometrium.Endometrium terdiri atas epitel kubik,

kelenjar-kelenjar, dan stroma dengan banyak pembuluh-

pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Pertumbuhan dan

fungsi endometrium dipengaruhi sekali oleh hormon

steroid ovarium. Uterus pada wanita dewasa umumnya

terletak di sumbu tulang panggul dalam anteversiofleksio

(serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina,

sedangkan korpus uteri berarah ke depan dan membentuk

sudut 120°-130° dengan serviks uteri. Perbandingan antara

panjang korpus uteri dan serviks berbeda-beda dalam

pertumbuhan. Pada bayi perbandingan itu adalah 1:2,

sedangkan pada wanita dewasa 2:1.


Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi,

dari luar ke dalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa

atau perimetrium, miometrium, dan endometrium. Uterus

mendapat darah dari arteria uterina, ranting dari arteria

iliakainterna, dan dari arteria ovarika.

c. Tuba

Tuba Fallopii ialah saluran telur berasal seperti juga uterus

dari duktus Miilleri. Rata-rata panjangnya tuba 11-14 cm.

Bagian yang berada di dinding uterus dinamakan pars

intertisialis, lateral dari itu (3-6 cm) terdapat pars isthmika

yang masih sempit (diameter 2-3 mm), dan lebih ke arah

lateral lagi pars ampullaris yang lebih lebar (diameter 4-10

mm) dan mempunyai ujung terbuka menyerupai anemon yang

disebut infundibulum. Bagian luar tuba diliputi oleh

peritoneum viserale, yang merupakan bagian dari ligamentum

latum. Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam)

otot longitudinal dan otot sirkuler.Lebih ke dalam lagi

terdapat mukosa yang berlipat-lipat ke arah longitudinal dan

terutama dapat ditemukan di bagian ampulla. Mukosa Tuba

terdiri atas epitel kubik sampai silindrik, yang mempunyai

bagian-bagian dengan serabut-


serabut yang bersekresi, mengeluarkan getah, sedangkan yang

berserabut dengan getarannya menimbulkan suatu arus ke

arah kavum uteri.

d. Ovarium

Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan,

terletak di kiri dan kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa

ovarika. Ovarium berhubungan dengan uterus dengan

ligamentum ovarii proprium Pembuluh darah ke ovarium

melalui ligamentum Suspensorium ovarii (ligamentum

infundibulopel- vikum).

Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum.

Sebagian besar ovarium berada di intraperitoneal dan tidak

dilapisi oleh peritoneum. Bagian ovarium kecil berada di

dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Lipatan yang

menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan

ovarium dinamakan mesovarium. Bagian ovarium yang

berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel kunik

silindrik, disebut epithelium germinativum. Di bawah epitel

ini terdapat tunika albuginea dan di bawahnya lagi baru

ditemukan lapisan tempat folikel-folikel primordial.Pada

wanita diperkirakan terdapat banyak folikel.Tiap bulan satu

folikel, kadang-
kadang dua folikel, berkembang menjadi folikel de Graaf.

Folikel-folikel ini merupakan bagian ovarium yang terpenting,

dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang

beraneka ragam, dan pula dalam tingkat perkembangan dari

satu sel telur yang dikelilingi oleh satu korpus luteum lapisan

sel-sel saja sampai folikel de Graaf yang matang. Folikel yang

matang ini terisi dengan likuor follikuli yang mengandung

estrogen, dan siap untuk berovulasi.

Pada waktu dilahirkan bayi mempunyai sekurang- kurangnya

750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan

dan degenerasi folikel- folikel. Pada umur 6-15 tahun

ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun 159.000, antara umur

26-35 tahun menurun sampai 59.000, dan antara 34-45 hanya

34.000. Pada masa menopause semua folikel sudah

menghilang.

e. Vulva

Vulva ialah tempat bermuaranya sistem urogenital. Di sebelah

luar vulva dilingkari oleh labia majora (bibir besar) yang ke

belakang menjadi satu dan membentuk kommissura posterior

dan perineum. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak

serupa dengan yang ada di mons veneris. Medial dari bibir

besar ditemukan bibir


kecil (labia minora) yang ke arah perineum menjadi satu dan

membentuk frenulum labiorum pudendi. Di depan frenulum

ini terletak fossa navikulare. Kanan dan kiri dekat pada fossa

navikulare ini dapat dilihat dua buah lubang kecil tempat

saluran kedua glandulae Bartholini bermuara. Ke depan labia

minora menjadi satu dan membentuk prepusium klitoridis dan

frenulum klitoridis. Di bawah prepusium klitoridis terletak

klitoris. Kira-kira 1,5 cm di bawah klitoris terdapat orifisium

urethra eksternum (lubang kemih). Di kanan kiri lubang

kemih ini terdapat dua lubang kecil dari saluran yang buntu.

1.3 Jenis-jenis Abortus

Abortus dapat di bagi menjadi dua, yaitu :

a. Abortus Spontan

Aborsi spontan berlangsung secara alami dan paling sering

disebabkan oleh adanya gangguan pada janin. Gejala abortus

spontan adalah kram dan pengeluaran darah dari jalan lahir.

Kram dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi sangat

ringan, sedang, atau bahkan berat. Tidak ada pola tertentu

untuk berapa lama gejala akan berlangsung. Selain itu gejala

yang menyertai abortus spontan yaitu nyeri perut bagian


bawah, nyeri pada punggung, pembukaan leher rahim dan

pengeluaran janin dari dalam rahim.

Ada lima jenis aborsi spontan yang perlu diketahui.

1) Abortus komplit (Abortus Lengkap)

yaitu fenomena keguguran ketika seluruh hasil

pembuahan atau konsepsi keluar dari rahim pada

kehamilan kurang dari 20 minggu. Tandanya adalah

keluarnya darah dalam bentuk gumpalan.

2) Abortus inkomplit (Abortus Bersisa)

Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di

dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis

servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam

kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri

eksternum. Untuk memastikannya, harus dilakukan

pemeriksaan oleh dokter spesialis kebidanan dan

kandungan, karena biasanya butuh tindakan lebih

lanjut seperti kuret atau pemberian obat.

3) Abortus imminens ( Abortus mengancam) Abortus

belum terjadi sehingga kehamilan dapat

dipertahankan dengan cara: tirah baring, tidak

berhubungan badan, evaluasi secara berkala dengan

USG untuk melihat perkembangan janin.


4) Abortus missed abortion

Keadaan dimana janin telah Meninggal dalam

kandungan dan hasil konsepsi seluruhnya masih

berada dalam Rahim.

5) Abortus habitualis

Jenis keguguran ini sering disebut dengan abortus

berulang, yang mana penderita mengalami keguguran

tiga kali berturut-turut.

b. Abortus Provokatus

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-

obatan maupun alat-alat.

Abortus ini terbagi menjadi :

1) Abortus Medisinalis

adalah abortus yang terjadi karena tindakan, dengan

alasan jika kehamilan dilanjutkan, dapat

membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

2) Abortus Kriminalis

adalah abortus yang terjadi karena tindakan- tindakan

yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.


1.4 Etiologi

a. Umur

Umur ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berada

dibawah 20 tahun karena alat reproduksi wanita belum matang

dan beresiko pula apabila umur di atas 35 tahun karena fungsi

organ reproduksi sudah mulai menurun.

b. Paritas

Semakin tinggi paritasnya maka semakin pendek jarak

kelahiran. Paritas yang lebih tinggi, besar kemungkinan bayinya

akan lahir sebelum waktunya (prematur) dengan berat badan

rendah, abortus dan kemungkinan akan meninggal sebelum

berusia 1 tahun.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula

mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan

yang dimilikinya akan semakin banyak, sebaliknya jika

seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan

menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap

penerimaan informasi tentang kehamilan dan kejadian abortus

yang dapat terjadi.


d. Status Gizi

Ibu dengan status gizi baik tidak akan mengalami kejadian

abortus dikarenakan gizi yang diperoleh janin melalui ibu telah

menunjang untuk kesejahteraan janin dan status gizi hal yang

penting diperhatikan pada masa kehamilan karena berpengaruh

terhadap status kesehatan ibu selama hamil serta pertumbuhan

dan perkembangan janin.

e. Penyakit Ibu

Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi

pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta.

1. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis,

malaria dan sifilis.

2. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan

peredaran O2 menuju sirkulasi retroplasenter.

3. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal,

penyakit hati, dan penyakit diabetes melitus kelainan yang

terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh

kembangnya janin dijumpai keadan abnormal dalam bentuk

mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retroplesia

uteri, servik inkompeten, bekas operasi pada serviks


(kolisasi, amputasi, serviks), robekan serviks

postpartum

f. Riwayat Abortus

setelah 1 kali abortus spontan memiliki 15% untuk mengalami

keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali resikonya

meningkat 25%. Beberapa studi mengatakan bahwa resiko

abortus setelah 3 abortus berurutan adalah 30-45% (Khasanah

& Nur, 2020).

1.5 Tanda Dan Gejala

a. Perdarahan

b. Perut mulas

c. Nyeri

d. Lemas

e. Pusing

1.6 Patofisiologi

Pada awal abortus terjadilah pendarahan dalam desidua

basalis, kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal

tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau

seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus.

Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan

isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi itu

biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum

menembus desidua secara mendalam.


Sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi koriales sudah

menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta

tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak

perdarahan. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan

dapat terjadi proses mumifikasi, dimana janin mengering dan cairan

amnion menjadi berkurang, sehingga janin gepeng dan pada

tindak lanjut menjadi sangat tipis seperti kertas. Pada kemungkinan

yang lain pada janin mati tidak lekas dikeluarkan akan terjadi kulit

terlepas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena

terisi cairan dan seluruh tubuh janin berwarna kemerah-merahan.

1.7 Manifestasi Klinis

Ada beberapa manifestasi klinis pada abortus, yaitu;

a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah

kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,

denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal

atau meningkat

c. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya

jaringan hasil konsepsi

d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering

nyeri pingang akibat kontraksi uterus


e. Pemeriksaan ginekologi :

1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak

jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva

2) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri

terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan

keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan

berbau busuk dari ostium

3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup,

teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar

uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak

nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan

adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri

4) Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

(Harsismanto, 2019).

1.8 Penatalaksanaan Medik

a) Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai

kram :

1. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim

dan mengurangi rangsangan mekanis,


terutama bagi yang pernah abortus sampai perdarahan

benar – benar berhenti.

2. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak

melakukan irigasi atau memasukkan sesuatu ke dalam

vagina

3. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan

orgasme

b) Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit

1. Evaluasi tanda – tanda vital

2. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan

skrining vaginitis dan servisistis : observasi pembukaan

serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan darah, atau

bagian – bagian janin

3. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri

tekan, effacement, serta kondisi ketuban.

c) Jika pemeriksaan negatif dapat dilakukan pemeriksaan

ultrasonografi untuk menentukkan kelangsungan hidup janin,

tanggal kelahiran, dan jika mungkin untuk menenangkan

wanita.

d) Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan

ibu, kaji ulang gejala bahaya dan pertahankan nilai normal


e) Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram

meningkat, atau hasil pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi

menunjukkan hasil abnormal

1.9 Pemeriksaan Penunjang

a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2–

3 minggu setelah abortus

b. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukan

apakah janin masih hidup

c. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion

1.10 Pencegahan

Ada beberapa pencegahan pada abortus, yaitu ;

a) Memberikan edukasi seks di kalangan remaja. Hal ini

dikarenakan masih banyaknya para remaja kita yang

mempelajari fungsi reproduksi para sudut “kenikmatan”

nya saja tanpa memandang efek-efek negatif di kemudian

hari.

b) Menanamkan kembali nilai-nilai moral sosial dan juga

keagamaan akan penting dan mulianya untuk menjaga

kehormatan diri. Kebanyakan, para remaja ini karena

memang semenjak kecil sudah dijauhkan oleh norma-

norma yang mengatur hubungan antar laki-laki dan

perempuan sedangkan media gencar mempromosikan

tayangan-tayangan yang berbau seksualitas dengan


mengedepankan nafsu semata. Ditambah lagi akses

pornografi yang dapat dengan mudah didapatkan melalui

internet via komputer maupun handphone.

c) Menguatkan kembali kontrol sosial di masyarakat.

Tidak dipungkiri yang menjadikan remaja bebas melakukan

apa saja adalah karena semakin melemahnya kontrol sosial

dari lingkungan keluarga maupun masyarakat. Misalkan saja

ada sepasang pelaku “pacaran” yang diperbolehkan orang

tuanya berdua-duaan di dalam kamar. Meskipun tidak

terjadi perzinahan di sana, namun itu dapat memicu untuk

melakukan tindakan-tindakan yang “lebih” untuk dilakukan

pada lain kesempatan dan lain tempat. Begitu juga kontrol

dari masyarakat itu penting ketika melihat ada pasangan

muda-mudi yang menginap di kamar kostan dan bahkan

terjadi berhari-hari. Hal ini sudah barang tentu dapat

semakin mendorong terjadinya penyimpangan perilaku

dalam artian melakukan tindakan-tindakan yang seharusnya

baru boleh dilakukan oleh pasangan suami isteri yang

resmi.

d) Para pelaku yang telah melakukan aborsi juga tak dapat

dipandang sebelah mata. Mereka mempunyai


hak untuk dapat kita tolong karena bisa saja hal telah

mereka lakukan tersebut adalah suatu kekhilafan yang tak

ingin diulanginya lagi. Maka, bagi para penyandang PAS,

dapat kita tolong dengan memberikan pelayanan konseling

serta dukungan sosial untuk dapat bangkit kembali

menjalani kehidupan secara normal dengan diiringi taubat

yang sebenar-benarnya (taubat nasukha) (Alfiyah, 2020)

1.11 Komplikasi

Abortus dapat mengakibatkan komplikasi yang serius seperti perdarahan,

infeksi, syok dan ketidakberdayaan.

a) Perdarahan

Pada abortus komplit perdarahan akan terjadi banyak dan

akan mengakibatkan kematian. Sedangkan pada abortus

inkomplit, perdarahan akan terjadi secara terus menerus

sehingga dapat menyebabkan gangguan koagulasi

(Disminated Intravascular Coagulation) yang pada akhirnya

akan menyebabkan anemia dan kematian.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika terjadi

perdarahan, yaitu ;

1. Perhatikan banyaknya perdarahan, warna, intensitas,

segar dengan atau tanpa bekuan


2. Darah membasahi pakaian, kain atau selimut

3. Pucat (kongjuntiva, palpebral, tangan dan bibir)

4. Pusing, kesadaran menurun

b) Infeksi

Dampak pada perdarahan yang banyak dapat mengakibatkan

volume darah berkurang, pasien menjadi anemia dan daya

tahan tubuh menurun mengakibatkan kuman mudah masuk

dan berkembang. Beberapa tanda jika terjadi infeksi, yaitu :

1. Demam tinggi (>38oC) menggigil, berkeringat

2. Secret vagina bau

3. Kaku dan tegang pada dinding perut bawah

4. Cairan mukopurulen melalui ostium serviks

5. Nyeri goyang serviks

c) Perforasi akibat kuretase

Dampak dari kuretase akan menyebabkan perforasi pada

dinding uterus yang mengakibatkan gangguan pada

kehamilan berkurang.

d) Syok

Terjadi akibat hemoragik, syok hipovolemik dan infeksi

berat

1. Nadi cepat lelah


2. Turunnya tekanan darah (sistolik <90mmHg dan

diastolic <60mmHg)

3. Pucat terutama palpebra, telapak tangan dan bibir

4. Berkeringat banyak, gelisah, apatis atau

kehilangan kesadaran

5. Pernafasan cepat (>30x/menit)

e) Ketidakberdayaan

Perasaan sedih akibat kehilangan calon bayi menyebabkan

pasien merasa tidak berdaya terutama kondisi ini akan sangat

berat bila kondisi pasien untuk melahirkan sangat terbatas

misalnya pasien terlambat menikah atau sulit mempunyai

anak. (Pratiwi, 2017)

2. Konsep Asuhan Keperawatan

2.1 Pengkajian

a. Pengumpulan Data

1) Biodata Ibu dan Suami

- Nama ibu

- Nama suami

- Umur ibu : Untuk mengetahui faktor resiko yang

menyebabkan terjadinya abortus.

- Agama ibu dan suami Suku bangsa ibu

- Pendidikan ibu dan suami


- Pekerjaan ibu dan suami

- Alamat ibu dan suami

- Golongan darah

2) Keluhan Utama

Untuk mengetahui keluhan utama yang dirasakan, sejak

kapan dirasakan, dibagian mana dirasakan, dan apa upaya ibu

untuk mengatasinya. Dimana dari data tersebut dapat

menunjang diangnosa abortus. Penderita abortus bisa datang

dengan keluhan nyeri perut, perdarahan.

3) Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui kapan pasien menarche, apakah siklus

menstruasi ibu teratur atau tidak, mengetahui lama haid dan

banyaknya pengeluaran darah saat haid, serta apakah ibu

pernah mengalami dismenorhea atau tidak.

4) Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui berapa kali ibu menikah, lama

perkawinan, umur ibu saat menikah serta apakah ibu sudah

mempunyai anak atau belum.

5) Riwayat obstetri terdahulu

Untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki, umur

kahamilan saat lahir, apakah ada penyulit saat hamil,


tempat bersalin, penolong persalinan, berat badan bayi saat

lahir jenis kelamin anak, jenis persalinan, apakah ada

penyulit saat nifas, keadaan anak sekarang serta umur anak

sekarang.

6) Riwayat ginekologi

Untuk mengetahui apakah ibu pernah atau sedang mengalami

masalah dengan organ reproduksinya serta sejak kapan

masalah dirasakan. Riwayat penyakit / kelainan ginekologi

serta pengobatannya dapat memberikan keterangan penting,

terutama operasi yang pernah dialami. Apabila penderita

pernah diperiksa oleh dokter lain tanyakan juga hasil-hasil

pemeriksaan dan pendapat dokter itu.

7) Riwayat penyakit ibu

Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang pernah diderita

ibu, apakah ibu mempunyai riwayat penyakit tertentu

terutama yang berhubungan dengan alat reproduksi maupun

penyakit lain yang mungkin dapat memicu terjadinya

abortus serta bisa menjadi pertimbangan untuk keperluan

terapi atau pengobatan lebih lanjut seperti gangguan

hormone, kanker, tumor PMS dll.


Dalam hal ini perlu ditanyakan apakah penderita pernah

menderita penyakit berat, penyakit TBC, penyakit jantung,

penyakit ginjal, penyakit darah, DM, dan penyakkit jiwa.

Riwayat operasi nonginekologik perlu juga diperhatikan,

misalnya strumektomi, mammektomi, apendektomi, dan

lain-lain.

8) Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui apakah pernah

menderita tumor alat kandungan/tidak ataupun tumor di luar

alat kandungan.

9) Hubungan seksual

10) Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual

11) Pemeriksaan sistematis dan ginekologi

a. Kepala dan Leher

- Kepala : Untuk mengetahui bagaimana kebersihan

dan struktur rambut

- Muka : Untuk mengamati pada muka apakah

ada oedema / pucat

- Mata : Untuk mengetahui bagaimana warna

konjungtiva

- Mulut : Untuk mengetahui bagaimana keadaan

muulut apakah lembab/kering, kemerahan/pucat


- Leher : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran

kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tiroid maupun

pembesaran vena jugularis

b. Payudara

Pemeriksaan payudara mempunyai arti penting bagi

penderita wanita terutama dalam hubungan dengan

diagnostik kelainan endokrin

c. Abdomen

Untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi,

apakah ada massa dan pembesaran perut abnormal yang

dapat menunjang diagnosa ke diagnosa penyakit organ

reproduksi lainnya. Pemeriksaan abdomen sangat

penting pada penderita gynekologi, tidak boleh

diabaikan, dan harus lengkap apapun keluhan penderita.

d. Anogenital

Untuk mengetahui apakah ada pengeluaran pervaginam,

varices, dan oedema, serta tanda- tanda

abnormal/kelainan lainnya, seperti tanda- tanda infeksi.

e. Ekstremitas atas dan bawah


Untuk mengetahui apakah ada oedema, sianosis, pada

kaki dan tangan, serta keadaan kuku apakah kemerahan

ataukah pucat. .
PATHWAY

Etiologi : umur, paritas, pendidikan, status


gizi, penyakit ibu, dan riwayat Abortus

Kematian Janin

Perdarahan Kontraksi Uterus

Pelepasan embrio parsial/Total

Abortus

Abortus Spontan Abortus Provokatus

- Ab. Komplit - Ab. Medisinalis


- Ab. Inkomplit - Ab. Kriminalis
- Ab. Imminens
- Ab. Missed Abortion
- Ab. Habitualis

Penurunan Intake
Perdarahan Pervagina
Cairan

Nyeri Abdomen
Hipovolemia
- Resiko
Nyeri Akut
Infeksi
- Hipertermi
TD Menurun

Risiko Syok
2.2 Diagnosis Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

b. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif

c. Hipertermi b.d Proses penyakit

d. Resiko Syok

e. Resiko infeksi
2.3 Intervensi

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 D.0077 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri

Nyeri akut berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui

dengan kontraksi uterus 3x24 jam diharapkan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri yang

Defenisi : pengalaman tingkat nyeri menurun intensitas nyeri di rasakan

sensorik atau emosional dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui

yang berkaitan dengan - Keluhan nyeri tingkat nyeri yang

kerusakan jaringan aktual ata menurun menjadi dirasakan

fungsional, dengan skala 1-3 (Ringan) 3. Identifikasi respons nyeri non 3. Untuk mengetahui

onset mendadak atau - Meringis verbal reaksi non verbal

lambat dan berintensitas menurun 4. Identifikasi faktor yang 4. Untuk mengetahui

ringan hingga berat yang memperberat dan memperingan factor-faktor yang


berlangsung kurang dari 3 - Gelisah menurun nyeri dapat memperberat

bulan. - Kesulitan tidur nyeri

Gejala Dan Tanda Mayor menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan 5. Untuk mengetahui

Data Subjektif : - Frekuensi nadi keyakinan tentang nyeri tingkat pengetahuan

- Mengeluh Nyeri membaik terkait nyeri

Data Objektif : - Tekanan darah 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada 6. Untuk mengetahui

- Tampak meringis membaik kualitas hidup factor yang dapat

bersikap protektif mempengaruhi nyeri

- Gelisah 7. Monitor efek samping 7. Untuk mengetahui efek

- Frekuensi nadi penggunaan analgetik samping yang mungkin

meningkat terjadi pada penggunaan

- Sulit tidur analgetik


8. Berikan teknik nonfarmakologi
Gejala Dan Tanda Minor 8. Untuk mengurangi
untuk mengurangi rasa nyeri
Data Subjektif : - tingkat nyeri
9. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri 9. Untuk menghindari

Data Objeltif nyeri bertambah berat

- Tekanan darah 10. Fasilitasi istirahat dan tidur 10. Untuk memenuhi

meningkat pola istirahat

- Pola napas berubah 11. Jelaskan strategi meredakan 11. Untuk mengurangi

- Nafsu makan berubah nyeri tingkat nyeri

- Proses berpikir 12. Ajarkan teknik nonfarmakologis 12. Agar dapat lebih

terganggu untuk mengurangi rasa nyeri rileks

- Menarik diri

- Berfokus pada 13. Kolaborasi pemberian 13. Untuk meredakan

diri sendiri analgetik, jika perlu nyeri

- Diaphoresis
2 D.0023 Hipovolemia b/d Setelah dilakukan Menajemen Hipovolemia Menajemen

kehilangan cairan aktif tindakan keperawatan Hipovolemia

Defenisi : penurunan selama 3x24 jam 1. Monitor intake dan output 1. Untuk mengetahui

volume cairan diharapkan status cairan cairan keseimbangan cairan

intravaskuler, intertisial, membaik, 2. Hitung kebutuhan cairan 2. Untuk mengetahui

dan/atau intraseluler. Dengan kriteria hasil : kebutuhan cairan pasien

Gejala Dan Tanda Mayor - Kekuatannadi dari 3. Untuk memenuhi

Data subjektif : - menurun menjadi 3. Berikan asupan cairan oral asupan cairan

Data objektif meningkat 4. Agar cairan pasien

- Frekuensi nadi - Turgor 4. Anjurkan memperbanyak tercukupi

meningkat kulit meningkat asupan cairan oral 5. Agar tidak terjadi

- Nadi teraba lemah - Output urine dari 5. Kolaborasi pemberian cairan IV kekurangan cairan

- Tekanan darah menurun menjadi isotonis (Nacl.RL) cairan

menurun
- Tekanan nadi meningkat

menyempit - Berat badan dari

- Turgor kulit menurun sedang menjadi

- Membran mukosa menurun

kering - Intake cairan dari

- Volume urin menurun memburuk

- Hematokrit meningkat menjadi membaik

Gejala Dan Tanda Mayor

Data subjektif

- Merasa lemah

- Mengeluh haus

Data objektif

- Pengisian vena

menurun
- Status mental berubah

- Suhu tbh meningkat

- Konsentrasi urin

meningkat

- Berat badan turun tiba-

tiba

3 D.0130 Hipertermi b.d Setelah dilakukan Menejemen hipertermia Menejemen hipertermia

Proses penyakit Definisi tindakan keperawatan


1. identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
: suhu tubuh 3x24 jam maka
hipertermia penyebab demam
meningkat di atas rentang diharapkan termoregulasi
2. monitor suhu tubuh 2. Untuk mengetahui
normal tubuh. membaik dengan
suhu tubuh pasien
Gejala Dan Tanda Mayor indikator :
3. sediakan lingkungan yang 3. Agar suhu tubuh
Data subjektif : - - Menggigil
dingin menurun
Data objektif :
4. longgarkan atau lepaskan 4. Agar pasien nyaman
- Suhu tubh diatas nilai menurun pakaian

normal - suhu tubuh dari 5. lakukan kompres hangat 5. Agar suhu tubuh
Gejala Dan Tanda Minor sedang menjadi
pasien turun
Data subjektif : - membaik
6. anjurkan tirah baring 6. Agar pasien dapt
Data objektif : - suhu kulit dari
istirahat
- Kulit merah sedang menjadi
7. kalaborasi pemberian cairan dan 7. Agar pemenuhan
- Kejang membaik
elektrolit intravena, jika perlu cairan tercukupi
- Takikardi

- Takipnea

- Kulit terasa hangat

4 D.0039 Resiko Syok Defenisi Setelah melakukan Pencegahan Syok Pencegahan Syok

: beresiko mengalami asuhan keperawatan


1. Monitor status oksigenasi 1. Untuk mengetahui
ketidakcukupan aliran darah selama 3x24 jam
(oksimetri nadi, AGD) kebutuhan oksigen
ke jaringan diharapkan Tingkat
2. Monitor status cairan (Masukan 2. Untuk melihat tanda-
tubuh, yang dapat Syok Menurun. Dengan dan haluaran, turgor kulit dan CRT tanda syok

mengakibatkan disfungsi Kriteria Hasil : )

seluler yang mengancam - Kekuatan nadi 3. Monitor tingkat kesadaran dan 3. Untuk menilai tingkat

jiwa. meningkat respon pupil kesadaran pasien

Faktor Risiko - Output urin 4. Periksa riwayat alergi 4. Untuk menghindari

- Hipoksemia meningkat tidak terjadinya alergi

- Hipoksia - Akral dingin 5. Berikan oksigen untuk 5. Untuk memenuhi

- Hipotensi menurun mempertahankan saturasi oksigen kebutuhan oksigen

- Kekurangan volume - Pucat menurun >94%

cairan - Haus menurun 6. Pasang jalur IV 6. Agar tidak terjadi

- Sepsis syok

- Sindrom respon 7. Lakukan skin test untuk mencegah 7. Untuk menghindari

inflamasi sistemik reaksi alergi alergi obat

(systemic inflammatory 8. Jelaskan penyebab/faktor 8. Untuk menghindari


resiko Syok
response syndrome resiko syok berulang

(SIRS) 9. Jelaskan tanda dan gejala awal 9. Agar pasien dapat

Syok mengerti gejala awal

syok

10. Anjurkan melapor jika 10. Agar dapat ditangani

menemukan/merasakan tanda dan sesegera mungkin

gejala awal syok

11. Anjurkan memperbanyak 11. Untuk menghindari

asupan cairan oral terjadinya syok

12. Kolaborasi pemberian IV, Jika 12. Untuk mengurangi

perlu tingkat syok

13. Kolaborasi pemberian transfusi 13. Untuk menghidari

darah, jika perlu terjadinya komplikasi

yang lebih berat


5 D.0142 Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi

Defenisi : Beresik tindakan keperawatan 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal 1. Untuk menghindari

3x24 jam tingkat infeksi dan sistemik terjadinya infeksi

menurun, 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Untk menghindari

o mengalami peningkatan dengan kriteria hasil: penyebaran

terserang organisme - Demam mikroorganisme

patogenik. menurun 3. Berikan perawatan kulit pada 3. untuk mengurangi

Faktor Risiko : - Kemerahan daerah edema tingkat resiko

- Penyakit kronis menurun terjadinya infeksi

- Efek prosedur invasif - Nyeri menurun 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah 4. ntuk mengurangi

- Malnturisi - Bengkak kontak dengan pasien dan tingkat infeksi

- Peningkatan paparan menurun lingkungan pasien

organisme patogen - Kadar sel darah 5. Pertahankan teknik aseptik 5. untukmenghindari

lingkungan putih membaik pada pasien berisiko tinggi terjadinya komplikasi


- Ketidakadekuatan 6. Jelaskan tanda dan gejala 6. agar pasien dapat

pertahanan tubuh infeksi mengetahui tanda dan

primer : ( gangguan gejala infeksi

peristaltik, kerusakan 7. Kolaborasi pemberian 7. Untuk terhindar dari

integritas kulit, imunisasi, Jika perlu komplikasi yang

perubahan sekresi PH, mungkin terjadi

penurunan kerja siliaris,

ketuban pecah lama)

- Ketidakadekuatan

pertahanan tubuh

sekunder : (penurunan

hemoglobin,

imunosupresi,

leukopenia)
Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat

mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk

intervensi keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan yang

telah ditetapkan (Nursalam, 2016).

Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:

a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi

keperawatan

b. Diagnosis keperawatan

c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi

keperawatan

d. Tanda tangan perawat pelaksana

2.6 Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan catatanpaling atas tentang indikasi

kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan

untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengomunikasikan

status pasien dari hasil tindakan keperawatan (Basri Burhanuddin,

2020).
DAFTAR PUSTAKA

Alfiyah, I. (2020). Pencegahan Aborsi dan Resiko Bahaya Kesehatan.


OsfPreprints, 1-5.
Arofah, S., & R. S. (2021). HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN
KEJADIAN ABORTUS. Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No. 1, 77- 86.

Darmiati. (2018). Faktor-faktor yangberhubungan dengan kematian janin


dalam rahim Di RSUD Haji Makassar. Makassar: Jurnal Kesehatan Delima
Pelamonia Vol.2 No 2 (Internet).

Desmansyah. (2021 ). Hubungan Status Gizi, Anemia, Dan Riwayat Abortus Dengan
Kejadian Abortus. Fakultas Kebidanan dan Keperawatan Universitas
Kader Bangsa, Vol 2 No 1, 72-79.

Harsismanto. (2019,01). Makalah Asuhan Keperawatan Dengan Abortus. Retrieved


2022, From Https://www.researchgate.net/publication:
Https://www.researchgate.net

Khasanah, Y. U., & N. S. (2020). KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN


ABORTUS . JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, 68-73.

Lainon, R. (2015). Provil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar:


Internet.
Marked. (2020, - -). BAB I. Retrieved Januari Rabu, 2022, from UEU -
Undergraduate: https://digilib.esaunggul.ac.id/

Pratiwi, I. (2017). Asuhan Keperawatan Ny.S Dengan Nyeri Akut Pada Abortus
Inkomplit Pre & Post kuretase di bagian Kebidaan Budi Rahayu RSUD
Tidar Kota Magelang. Magelang: Internet.

PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indicator


Diagnostic, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria

Anda mungkin juga menyukai