Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS DENGAN KASUS ABORTUS

Disusun Oleh :

Ulfaunnisak

(14401.20.21045)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2023
I. ANATOMI FISIOLOGI

1.Vagina
Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna.
Introitus vaginae tertutup pada himen (selaput dara), suatulipatan selaput
setempat. Pada seorang virgo selaput daranya masih utuh,dan lubang selaput
dara (hiatus himenalis) umumnya hanya dapat dilaluioleh jari kelingking.
Pada koitus pertama himen robek di beberapa tempat dan
sisanyadinamakan karunkulae mirtiformes. Bentuk lain yang ditemukan
padahimen ialah hymen kribriformis (menunjukkan beberapa lubang),
himenseptus, dan sebagainya; kadang-kadang himen tertutup sama sekali(himen
imperforatus). Besarnya lubang himen tidak menentukan apakahwanita tersebut
masih virgo atau tidak.
Hal ini baik diketahui sehubungan dengan kedokteran kehakiman.Di
Indonesia keutuhan selaput dara pada seorang gadis/virgo masih dihargai sekali;
maka selayaknya para dokter memperhatikan hal ini. Pada seorang gadis yang
memerlukan pemeriksaan ginekologik sebaiknya dilakukan pemeriksaan rektal.
Vagina berukuran di depan 6,5cm dan dibelakang 9,5 cm, sumbunya berjalan
kira-kira sejajar denganarah pinggir bawah simfisis ke Promontorium. Arah ini
penting diketahui jika memasukkan jari ke dalam vagina pada pemeriksaan
ginekologik.
Pada pertumbuhan janin dalam uterus 2/3 bagian atas
vagina berasal dari duktus Miilleri (asal dari entoderm), sedangkan 1/3 bagian ba
wahnya dari lipatan-lipatan ektorderm. Hal ini penting diketahui
dalammenghadapi kelainan-kelainan bawaan. Epitel vagina terdiri atas epitel
skuamosa dalam beberapa lapisan. Lapisan tidak mengandung kelenjar,akan
tetapi dapat mengadakan transudasi. Pada anak kecil epitel itu amat tipis,
sehingga mudah terkena infeksi, khususnya oleh gonokokkus.
Mukosa vagina berlipat-lipat horisontal; lipatan itu dinamakan rugadi
tengah-tengah bagian depan dan belakang ada bagian yang lebihmengeras,
disebut kolumna rugarum. Ruga-ruga jelas dapat dilihat padaVS bagian distal
vagina pada seorang virgo atau nullipara, sedang padaseorang multipara lipatan-
lipatan untuk sebagian besar hilang. Di bawah epitel vagina terdapat jaringan
ikat yang mengandung banyak pembuluhdarah. Di bawah jaringan ikat terdapat
otot-otot dengan susunan yangserupa dengan susunan otot usus.
Sebelah luar otot-otot terdapat fasia (jaringan ikat) yang
akan berkurang elastisitasnya pada wanita yang lanjut usianya. Di sebelahdepan
dinding vagina bagian bawah terdapat urethra sepanjang 2,5-4 cm.
Bagian atas vagina berbatasan dengan kandung kencing sampai keforniks
vaginae anterior. Dinding belakang vagina lebih panjang dan membentuk forniks
posterior yang jauh lebih luas daripada forniksanterior. Di samping kedua
forniks itu dikenal pula forniks lateralissinistra dan dekstra. Umumnya dinding
depan dan belakang vagina dekatmendekati. Pada wanita yang telah melahirkan
anak, pada kedua dindingvagina sering ditemukan tempat yang kondor dan agak
merosot (sistokeledan rektokele). Pada seorang virgo keadaan ini jarang
ditemukan.
2. Uterus
Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat
atau buah peer yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7-
7,5 cm,lebar di tempat yang paling lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus
terdiri atas korpus uteri (% bagian atas) dan serviks uteri (VS bagian bawah).
Didalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka keluar
melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah
serviks yang terletak di vagina dinamakan porsiouteri (pars vaginalis servisis
uteri), sedangkan yang berada di atas vaginadisebut pars supravaginalis servisis
uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian yang disebut isthmus uteri.
Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ tuba Fallopii kanan dan kiri
masuk ke uterus. Dinding uterus terdiri terutama atas miometrium, yang
merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang
sebelah dalam sirkuler, yang antara dua lapisan ini beranyaman.
Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berrelaksasi.Kavum
uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar,disebut
endometrium.Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan
stroma dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Di
korpus uteri endometrium licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok kelenjar-
kelenjar itu bermuara di kanalis servikalis(arbor vitae). Pertumbuhan dan
fungsi endometrium dipengaruhi sekalioleh hormon steroid ovarium.

Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul


dalam anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuksudut dengan
vagina, sedang korpus uteri berarah ke depan danmembentuk sudut 120°-130°
dengan serviks uteri. Di Indonesia uterussering ditemukan dalam retrofleksio
(korpus uteri berarah ke belakang)yang pada umumnya tidak memerlukan
pengobatan.

Perbandingan antara panjang korpus uteri dan serviks berbeda-bedadalam


pertumbuhan. Pada bayi perbandingan itu adalah 1 : 2, sedangkan pada wanita
dewasa 2:1. Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi, dari
luar kedalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa di perimetrium
miometrium. Uterus mendapat darah dari arteria uterina, ranting dari arteria
iliakainterna, dan dari arteria ovarika.

3.Tuba
Tuba Fallopii ialah saluran telur berasal seperti juga uterus dari duktus
Miilleri. Rata-rata panjangnya tuba 11-14 cm. Bagian yang berada di dinding
uterus dinamakan pars intertisialis, lateral dari itu (3-6cm) terdapat pars
isthmika yang masih sempit (diameter 2-3 mm), danlebih ke arah lateral lagi
pars ampullaris yang lebih lebar (diameter 4-10mm) dan mempunyai ujung
terbuka menyerupai anemon yang disebutinfundibulum. Bagian luar tuba
diliputi oleh peritoneum viserale, yangmerupakan bagian dari ligamentum
latum.
Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) ototlongitudinal
dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi terdapat mukosa yang berlipat-
lipat ke arah longitudinal dan terutama dapat ditemukan di bagian ampulla.
Mukosa.
Tuba terdiri atas epitel kubik sampai silindrik, yang mempunyai bagian-
bagian dengan serabut-serabut dan yang bersekresi mengeluarkan getah,
sedangkan yang berserabut dengan getarannya menimbulkan suatu arus ke arah
kavum uteri.
4.Ovarium
Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletakdi kiri
dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan
dengan uterus uterus dengan ligamentum ovarii proprium.Pembuluh darah ke
ovarium melalui ligamentum Suspensoriumovarii (ligamentum infundibulopel-
vikum).
Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum.Sebagian
besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian
ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum(hilus ovarii). Di situ masuk
pembuluh-pembuluh darah dan saraf keovarium. Lipatan yang menghubung- kan
lapisan belakang ligamentumlatum dengan ovarium dinamakan mesovarium.
Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisioleh epitel
kubik-silindrik, disebut epithelium germinativum.Di bawahepitel ini terdapat
tunika albuginea dan di bawahnya lagi baru ditemukanlapisan tempat folikel-
folikel primordial.Pada wanita diperkirakanterdapat banyak folikel.Tiap bulan
satu folikel, kadang-kadang duafolikel, berkembang menjadi folikel de Graaf.
Folikel-folikel ini merupakan bagian ovarium yang terpenting, dandapat
ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam,
dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel telur yangdikelilingi
oleh satu korpus luteum lapisan sel-sel saja sampai folikel deGraaf yang
matang.Folikel yang matang ini terisi dengan likuor follikuliyang mengadung
estrogen, dan siap untuk berovulasi.
Pada waktu dilahirkan bayi mempunyai sekurang-kurangnya750.000
oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dandegenerasi folikel-
folikel. Pada umur 6-15 tahun ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun 159.000,
antara umur 26-35 tahun menurun sampai59.000, dan antara 34-45 hanya
34.000. Pada masa menopause semuafolikel sudah menghilang.
5. Vulva
Vulva ialah tempat bermuaranya sistem urogenital. Di sebelah luarvulva
dilingkari oleh labia majora (bibir besar) yang ke belakang menjadi satu dan
membentuk kommissura posterior dan perineum. Di bawahkulitnya terdapat
jaringan lemak serupa dengan yang ada di monsveneris. Medial dari bibir besar
ditemukan bibir kecil (labia minora) yangke arah perineum menjadi satu dan
membentuk frenulum labiorum pudendi. Di depan frenulum ini terletak
fossa navikulare. Kanan dan kiridekat pada fossa navikulare ini dapat dilihat
dua buah lubang keciltempat saluran kedua glandulae Bartholini bermuara. Ke
depan labiaminora menjadi satu dan membentuk prepusium klitoridis dan
frenulumklitoridis. Di bawah prepusium klitoridis terletak klitoris. Kira-kira
1,5cm di bawah klitoris terdapat orifisium urethrae eksternum (lubangkemih).
Di kanan kiri lubang kemih ini terdapat dua lubang kecil darisaluran yang
buntu.(Mulyaningasih, 2013).

II. DEFINISI
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum
16 minggu dan 28 minggu atau berat janin <500 gram (dr. Chrisdiono, 2015),
tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diangggap keajaiban
karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar kemungkinan untuk
dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015).

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum


janin dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2010).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode
obat- obatan atau bedah, (Morgan, 2011).
Abortus inkomplit adalah keluarnya sebagaian hasil konsepsi yang
masih tertinggal di dalam uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dengan berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2014).

Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus merupak


suatu keadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
dengan usia kurang dari 20 minggu .

III. ETIOLOGI

Faktor penyebab terjadinya abortus adalah (Zuliyanti, 2019):


1. Faktor Fetal Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan
oleh abnormalitas zigot, atau plasenta. Abnormalitaskromosom ditemukan
sekitar 60-75% kasus abortus spontan. Dan angkaabortus yang disebabkan
kelainan kromosom akan semakin berkurangseiring dengan bertambahnya
usia kehamilan. Abnormalitas kromosom diturunkan dari gen kedua orang
tuanya.
2. Faktor Maternal.
a. Kelainan anatomi uterus Adanya kelainan anatomi uterus seperti
Leiomyoma yang besar dan multipel atau adanya sinekia
uterus( Ashermann Syndrome) dapat meningkatkan risikoabortus. Malf
ormasi kongenital yang disebabkan oleh abnormalitas fusi Ductus
Müllerii dan lesi yang didapat memiliki pengaruh yangsifatnya masih
kontroversial. Pembedahan pada beberapa kasus dapat menunjukkan
hasil yang positif. Inkompetensia serviks bertanggung jawab untuk
abortus yang terjadi pada trimester II. Tindakan cervical ceclage pada
beberapa kasus memperlihatkan hasil positif.
 b. Infeksi
Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah
diteliti secara luas, misal:
Lysteria monocytogenes, Mycoplasmahominis, Ureaplasma
urealyticum, Toxoplasma gondii, dan Virus Herpes simplex,
Cytomegalovirus, Rubella memiliki hubungan yang bervariasi dengan
semua jenis abortus spontan. Data penelitian yang menghubungkan
infeksi dengan abortus menunjukkan hasil yang beragam, American
College of Obstetricians and Gynelogyst menyatakan bahwa penyebab
utama abortus trimester awal.
c. Penyakit Metabolik
Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit
metabolik pada ibu seperti tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidi
sme, dan anemia. Anemia dapat mengurangi suplai oksigen
padametabolisme ibu dan janin karena dengan kurangnya
kadarhemoglobin maka berkurang pula kadar oksigen dalam darah.
Halini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu dan janin
antaralain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi
dan meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi).
d. Faktor Imunologi
Sindroma Antibodi Fosfolipid adalah gangguan
imunologiautoimunitas yang ditandai dengan adanya antibodi dalam
sirkulasiyang melawan fosfolipid membran dan setidaknya
memperlihatkansatu sindroma klinik spesifik (abortus berulang,
trombosis yang penyebabnya tak jelas dan kematian janin)
Penegakkan diagnosa setidaknya memerlukan satu pemeriksaan
serologis untuk konfirmasi diagnosis (antikoagulansia lupus,
antibodikardiolipin). Pengobatan pilihan adalah aspirin dan heparin
(atau prednison dalam beberapa kasus tertentu).
e. Trauma Fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali
dilupakan.Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat
menyebabkan Abortus. Namun, sebagian besar abortus spontanterjadi
beberapa waktu setelah kematian mudigah atau janin(Smith, 2015).
3. Faktor Paternal
 Faktor paternal Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal
(ayah) dalam terjadinya abortus spontan.yang jelas, translokasi kromosom
pada sperma dapat menyebabkan abortus.
IV. KLASIFIKASI  
Menurut Mitayani, 2013 Berdasarkan kejadiannya dapat dibagi atas dua
kelompok:
1. Aborsi spontan. Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis
ataupun medisnalis,semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor
alamiah.Klasifikasi abortus spontan:
a. Abortus iminens. Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam.
Pada
50%kasus, perdarahan tersebut hanya sedikit berhenti setelah berlangsu
ng beberapa hari, dan kehamilan berlangsung secara normal.
Meskipundemikian, wanita yang mengalaminya mungkin tetap
merasakhawatir akan akibat perdarahan pada bayi.
Biasanyakekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalau
janin mengalami gangguan, maka kehamilannya tidak akan
berlanjut:upaya perawatn untuk meminta dokter membantu
menenteramkan kekhawatiran pasien merupakan tindakan yang
bijaksana. Terapiyang dianjurkan pada abortus iminens adalah tirah
baringdan penggunaan sedatif selama paling sedikit 48 jam
dengan observasi cermat terhadap warna dan jenis drah/jaringan yang
keluar daridalam vagina. Preparat enema dan laksatif idak boleh
diberikan.Pemeriksaan USG terhadap isi uterus dikerjakan pada
stadium inidan kemudian bisa diulangi lagi 2 minggu kemudian.
Pasangan suami-istri dianjurkan untuk tidak senggama selama periode
ini. 
b. Abortus insipiens
Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang
hingga berat,kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada
abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks. Jika abortus tidak terjadi
dalam waktu 24 jam, uterus harusdikosongkan dengan menggunakan
forseps ovum, alat kuret dankanula pengisap; semua bahan yang
dikirim untuk pemeriksaanhistologi. Antibiotik sering diberikan pada
stadium ini.
c. Abortus kompletus
Abortus ini terjadi kalau semua produk oembuahan seperti
janin,selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan
rasanyeri kemudian akan berhenti, serviks menutup dan
uterusmengalami involusi.
d. Abortus inkompletus (keguguran bersisa)
Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan
(hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada
kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan
ini, perdarahan tidak segera berkurang sementara serviks tetap
terbuka.Terapi asuhan keperawatan dan observasi pada abortus ini
dilakukan sama seperti pada abortus insipiens. Namun
demikian,evakuasi uterus harus segers dilakukan setelah diagnosis
ditegakkan untuk mencegah perdarahan lebih lanjut. Perhatian khusus
diberikan pada higiene vulva. Pada sebagian kasus, supresi laktasi mun
gkindiperlukan. Preparat gamaglobulin anti-D diberikan pada Wanita
dengan Rh-negatif.
e. Missed abortion
 Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus
iminens, perdarahan per vaginam berhenti namun produk pembuahan
meninggal dan tetap berada dalam rahim. Tanda-tanda
kehamilan berkurang, yaitu: payudara menjadi lebih kecil dan lebih
lunak, pertumbuhan uterus berhenti, dan wanita tersebut tidak lagi
‘merasa’ hamil. Sesudah beberapa minggu, sekret kecoklatan dapat
terlihat keluar dari dalam vagina dan tanda-tanda eksternal kehamilan
menghilang. Hipofibrinogenemia dapat terjadi. Bekuan darah
dari perdarahan plasennta kadang-kadang memenuhi uterus untuk
membentuk mola karneosa. Evakuasi spontan akhirnya terjadi pada
sekitar usia kehamilan 18 minggu dan sebagian dokter
beranggapan bahwa tindakan yang lebih aman adalah menunggu evakua
sispontan. Namun demikian, wanita meminta dokter untuk
mengeluarkannya secepat mungkin setelah menyadari
bahwa bayinya sudah meninggal. Keadaan ini memberikan situasi yang
sangat sulit.
f. Abortus akibat inkompetensi serviks
Biasanya terjadi di sekitar usia kehamilan 20 minggu.
Serviks berdilatasi tanpa rasa nyeri dan kantong janin menonjol. Pada
kehamilan berikutnya, abortus dapat dicegah dengan
membuat jahitan seperti tali pada mulut kantong ( purse-string  suture)
yang dilakukan dengan pembiusan di sekeliling serviks pada titik temu
antara rugae vagina dan serviks yang licin (jahitan Shirodkar). Jahitan
tersebut dibiarkan sampai kehamilan berusia 38 minggu
dan pada saat ini, jahitan dipotong sehingga persalinan spontan
diharapkan akan mulai terjadi. Angka keberhasilan jahitan Shirodkar
mencapai 80% pada kasus-kasus inkompetensi serviks murni.
g. Abortus habitualis
Abortus ini digunakan kalau seorang wanita mengalami tiga kali
atau lebih abortus spontan yang terjadi berturut-turut. Penyebab abortus
habitualis lebih dari satu (multipel). Dan sering terdapatlebih dari satu
faktor yang terlibat.
h. Abortus septik
Infeksi dapat mempersulit setiap jenis abortus karena resistensi
normal saluran genitalia pada hakikatnya tidak terdapat saat ini.
Abortus kriminalis (abortus ilegal yang dilakukan secara gelap) masih
menjadi penyebab infeksi yang paling serius karena tidak dilakukan
secara aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah keberadaan produk
pembuahan, yaitu jaringan plasenta yang mati didalam rahim. Infeksi
dapat menyerang endometrium dan menyebar ke bagian lain secara
langsung atau tidak langsung untuk menyebabkan peritonitis,
salpingitis, dan septikemia.
2. Abortus provokatus (induced abortion)
Terjadi karena sengaja dilakukamdengan memakai obat-obatan
maupun alat-alat.Abortus ini terbagi menjadi dua kelompok:
a. Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Merupakan abortus yang diinduksi secara buatan, baik untuk
alasanterapeutik (bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa
ibu)maupun alasan lain. 
b. Abortus Kriminalis
Abortusyang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legalatau tidak berdasarkan indikasi medis.(Susilowati, 2019).

V. PATHOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 min
ggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil
konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4
minggu villikhorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak
dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahdan
daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristi
wa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk,


adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang mati
tidakdikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan
bekuandarah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola
karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi,
sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose
dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara
amniondan khorion.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat


terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion
menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus).
Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmen perkamen.

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.
(Susilowati,2019).

Pada abortus inkomplit uterus berkontraksi dan serviks berdilatasi,


hanya janin dan selaput janin yang dikeluarkan. Plasenta tertahan sebagian dan
perdarahan terus terjadi maka harus diahiri dengan kuretase (Hanrety, 2014).
Kuretase adalah suatu prosedur yang bertujuan untuk mengeluarkan jaringan
dalam Rahim. Jaringan yang akan dikeluarkan dari Rahim atau (uterus)
melalui tindakan kuret adalah jaringan endometrium. Ketika
endometrium mengalami gangguan akibat kuretase, Rahim yang semula
membesar akan kontraksi kembali ke ukuran semula dengan
mengeluarkan sisa- sisa darah yang luruh dan akan tumbuh dinding Rahim
yang baru. Hal ini akan menyebabkan rasa kram, nyeri, atau mulas diperut.
VI. PATHWAY

Infeksi akut Gangguan Gangguan Trauma kelelahan


endokrin gisi/anemia

Abortus ( pengeluaran konsepsi


usia janin 16-24 minggu )

Abortus Abortus inkomplit Retensi janin Abortus resiko


infeksiosa tinggi

Perdarahan
Stimulus Syaraf Desiduabalis Berduka
Nyeri

Hipotalamus Nekrosis jaringan

Respon mediator
nyeri Kontraksi
Uterus

Pengeluaran Hasil konsepsi Defisit


Kurang
prostaglandin,
keluar pengetahuan pengetahuan
bradikinin

Dilatasi serviks
Respon nyeri

Nyeri akut Perdarahan Ansietas


pervaginam

Hb menurun Kekurangan
volume
cairan
Resiko Infeksi
Resiko syok
Hemoragic

Dari perdarahan->perdarahan Banyak(>250CC)->SYOK HEMORAGIC


Dan dari kekurangan volume cairan->>Hipovolemi
NB: lebih rimbun pathwaynya,,masih banyak permasalahan keperwatannya.

VII. MANIFESTASI KLINIS


Seorang wanita diduga mengalami abortus apabila dalam
masareproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah
mengalami haidyang terlambat, juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan
nyeri pada perut bagian bawah (Mitayani,2013:23).

a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.


b. Pada pemeriksaan fisik: Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun,tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
c. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsı.
d. Rasa mulas atau keram perut di dacrah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus
Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan tanda-tanda
sebagai berikut :
1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasilkonsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atausudah
tertutup, ada/tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada/tidak jaringan
yang berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup,
teraba/tidak jaringan pada uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari u
siakehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyangkan, tidak nyeri
pada perabaan adneksia, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup. bahkan 2-3 minggu
setelah abortus.
o Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
o Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

IX. PENATALAKSANAAN
Tindakan Dalam Menangani Abortus Menurut Sofiana (2013) terdapat
beberapa tindakan dalam menangani abortus, diantaranya :

1) Pengeluaran secara digital


Tindakan ini dilakukan untuk menolong pasien di tempat- tempat
memiliki fasilitas kuretase sebagai encegahan terjadinya perdarahan.
Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan jika telah ada
pembukaan ada pembukaan serviks uterus yang dapat dilalui oleh
satu jari longgar dan jika kavum uteri cukup luas.
2) Kuretase (Kerokan)
Kuretase adalah suatu cara untuk membersihkan hasil konsepsi
menggunakan alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan
kuretase penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks, dan besarnya uterus.
Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya akibat kecelakaan,
seperti perforasi.
3) Vakum Kuretase
Vakum kuretase adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi dengan
alat vakum. Yang terdiri dari kanul kuret dalam berbagai ukuran
yang dihubungkan dengan pompa vakum atau sumber vakum
lainya. Untuk vakum kuretase diperlukan tekanan negative sekitar 700
mmHg.
b. Indikasi Abortus Inkomplit
Pada pasien abortus inkomplit, pasien akan mengalami
perdarahan yang banyak dan kontraksi uterus yang terasa sakit
(Hanretty, 2014). Jika perdarahan bersifat ringan sampai sedang dan
kehamilan kurang dari 16 minggu gunakan jari aau forcep cincin (atau
forsep spons) untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang menonjol
keluar dari serviks. Jika perdarahan bersifat berat dan kehamilan
kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus. Namun jika evakuasi tidak
mungkin dilakukan segera, berikan ergometrin 0,2 mg melalui IM
(diulang setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 μg per oral
(diulang sekali stelah empat jam jika perlu). Pada kehamilan lebih dari 16
minggu, berikan infus oksitosin 40 unit dalam 1L cairan inravena
(salin normal atau laktat ringer) dengan kecepatan 40 tetes per menit
sampai hasil konsepsi keluar. Berikan misoprostol 200 μg melalui
vagina setiap empat jam sampai hasil konspsi keluar Evaluasi sisa
hasil konsepsi dari uterus (Yulianthi, 2014). Pada abortus inkomplit
uterus berkontraksi dan serviks berdilatasi, hanya janin dan selaput
janin yang dikeluarkan. Plasenta tertahan sebagian dan perdarahan terus
terjadi maka harus diahiri dengan kuretase.

c. Tatalaksana bedah untuk abortus inkomplit :


1) Dilakukan di ruang operasi dengan pasien dalam keadaan terbius.
2) Pasien mungkin berdarah, perdarahan bisa terjadi sangat banyak dan
transfuse darah harus tersedia.
3) Operator harus mengingat setiap saat bahwa uterus pada saat hamil sangat
mudah mengalami perforasi oleh instrument logam.
4) Perlu di cobanya terlebih dahulu kuretase digital atau kuretase dengan
menggunakan jari.
5) Ahli bedah menekan fundus uterus dengan tangan yang terletak di luar
dan membersihkan rongga uterus semaksimal mungkin dengan jari -jari
tangan yang terdapat di dalam uterus.

6) Jaringan plasenta dikeluarkan dengan menggunakan forsep ovum.


7) Kedua bilah forcep yang terbuka diputar untuk menggengam
jaringan dan kemudian forsep ditarik perlahan -lahan. Sebelum
menggunakan alat apapun di dalam uterus, pasien perlu diberikan
oksitosin. Syntocinon (oksitosin) 10 unit atau egometrium 0,25 mg
diberikan melalui intravena supaya terjadi kontraksi dan
pengerasan dinding uterus.
8) Evakuasi diahiri dengan eksplorasi rongga uterus secara seksama
menggunakan karet tajam.

X. KOMPLIKASI

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan , perforasi ,


infeksi dan syok , sebagai berikut :

1 ) Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa - sisa


hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah . Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila petolongan tidak diberikan pada
waktunya .

2 ) Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus


dalam posisi hiperrentrofleksi .

3 ) Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus
tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat
dengan suatu abortus yang tidak aman .

4 ) Syok

Syok pada abortus biasanya terjadi karena perdarahan (syok


hemoragik) dan karena infeksi berat.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1.Pengkajian
a. Anamnesa : Kaji adanya Pendarahan,Haid terakhir,Pola siklus haid,
ada
tidak gejala / keluhan lain, cari faktor resiko/ predisposisi.
Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri/ginekologi.
b. Pemeriksaan fisik : Keadaan Umum, TTV, dan Sistematik,
c. Pemeriksaan Ginekologi : ada tidaknya tanda nyeri akut abdomen
d. Pemeriksaan Vaginal tuoche
Temukan data-data yang dapat menunjang masalah keperawatan pasien
dengan anamnese, observasi dan pemeriksaan fisik.

a. Identitas
Tanyakan tentang identitas pasien dan penanggungjawab pasien.
Hasil temuan biasanya pada kasus pre eklampsia usia sering terjadi < 20
tahun dan > 35 tahun.

b. Keluhan utama Keluhan yang paling sering muncul pada penderita


abortus adalah menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang.

c. Riwayat penyakit sekarang Tanyakan riwayat keluhan sampai pasien


datang ke tempat pelayanan. Biasanya ibu merasa menstruasinya tidak
lancar adanya perdarahan pervaginam diluar siklus menstruasi.

d. Riwayat penyakit dahulu Terkait penyakit yang pernah diderita oleh


pasien dan gangguan yang menjadi pemicu munculnya abortus
misalnya:

- riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya

- riwayat hipertensi sebelumnya.

- Riwayat penyakit kronis lainnya seperti DM, ginjal, anemia dsb

e. Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh keluarga

f. Riwayat perkawinan Tanyakan status perkawinan, umur saat menikah


pertama kali, berapa kali menikah dan berapa usia pernikahan saat ini

g. Riwayat obstertri

h. Riwayat haid Tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid , keluhan
saat haid dan HPHT

i. Riwayat kehamilan Kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat ini.
Tanyakan riwayat ANC,keluhan saat hamil
j. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik menggunakan sistem pengkajian head to toe


dan data fokus obstetri harus dapat ditemukan

Data Subjektif dan Data Objektif

1) Nyeri akut (D. 0077)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif

1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

gejala dan Minor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif

1. Tekanan darah meningkat

2. pola napas berubah

3. nafsu makan berubah

4. proses berpikir terganggu


5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaforesis

2) Ansietas (D. 0080)

Gejala dan Tanda Mayor.

Subjektif.

1. Merasa bingung.

2. Merasa khawatir dengan akibat.

3. Sulit berkonsenstrasi.

Objektif.

1. Tampak gelisah.

2. Tampak tegang.

3. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor.

Subjektif.

1. Mengeluh pusing.

2. Anoreksia.

3. Palpitasi.

4. Merasa tidak berdaya.

Objektif.
1. Frekuensi napas meningkat.

2. Frekuensi nadi meningkat.

3. Tekanan darah meningkat.

4. Diaforesis.

5. Tremos.

6. Muka tampak pucat.

7. Suara bergetar.

8. Kontak mata buruk.

9. Sering berkemih.

10.Berorientasi pada masa lalu.

3) Resiko Infeksi (D. 0142)

1. Penyakit kronis (mis. diabetes. melitus).

2. Efek prosedur invasi.

3. Malnutrisi.

4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.

5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :

 Gangguan peristaltik,

 Kerusakan integritas kulit,

 Perubahan sekresi pH,

 Penurunan kerja siliaris,

 Ketuban pecah lama,

 Ketuban pecah sebelum waktunya,

 Merokok,
 statis cairan tubuh.

6. Ketidakdekuatan pertahanan tubuh sekunder :

 Penurunan homolobin,

 Imununosupresi,

 Leukopenia,

 Supresi respon inflamasi,

 Vaksinasi tidak adekuat.

4) Resiko Syok (D.0039)

Faktor Risiko

1. Hipoksemia

2. Hipoksia

3. Hipotensi

4. Kekurangan volume cairan

5. Sepsis

6. Sindrom respons inflamasi sismetik (systemic inflamatory response

syndrome [SIRS])

5) Resiko Ketidakseimbangan Cairan (D. 0036)

Faktor Risiko

1. Prosedur pembedahan mayor

2. Trauma/pembedahan

3. Luka bakar
4. Aferesis

5. Obstruksi intestinal

6. Peradangan pankreas

7. Penyakit ginjal dan kelenjar

8. Disfungsi intestinal

Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut b/d Agen pecendera fisiologis
2) Ansietas b/d Krisis situasional
3) Resiko infeksi d/d Penurunan HB
4) Resiko Syok d/d Kekurangan volume cairan
5) Resiko Ketidakseimbangan Cairan d/d Trauma/Perdarahan

Daftar Pustaka

Crisdiono, A. (2015). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginokologi. Jakarta: ECG

Mitayani.(2012).Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika

Mubarak, I, W. (2015). Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika

Pitriani, Risa. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Abortus


LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
MATERNITAS DENGAN ABORTUS

Nama : Ulfaunnisak

NIM : 14401.20.21045

Program Studi : D3 keperawatan

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini telah disahkan pada :

Hari :
Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan

LEMBAR KONSULTASI

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


MATERNITAS DENGAN ABORTUS

Nama Mahasiswa : Ulfaunnisak

NIM : 14401.20.21045

Program Studi : D3 Keperawatan

Hari/Tanggal Saran TTD

Anda mungkin juga menyukai