Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Endometriosis merupakan penyakit yang hanya diderita kaum perempuan.
Prevalensi endometriosis cenderung meningkat setiap tahun, walaupun data pastinya
belum dapat diketahui. Angka kejadian di Indonesia belum dapat diperkirakan karena
belum ada studi epidemiologik, tapi dari data temuan di rumah sakit, angkanya berkisar
13,6-69,5% pada kelompok infertilitas. Bila persentase tersebut dikaitkan dengan
jumlah penduduk sekarang, maka di negeri ini akan ditemukan sekitar 13 juta penderita
endometriosis pada wanita usia produktif. Kaum perempuan tampaknya perlu
mewaspadai penyakit yang seringkali ditandai dengan nyeri hebat pada saat haid ini.
Penyebab endometriosis dapat disebabkan oleh kelainan genetik, gangguan
sistem kekebalan yang memungkinkan sel endometrium melekat dan berkembang, serta
pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Sumber lain menyebutkan bahwa pestisida dalam
makanan dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Faktor-faktor lingkungan
seperti pemakaian wadah plastik, microwave, dan alat memasak dengan jenis tertentu
dapat menjadi penyebab endometriosis.
Penyakit endometriosis umumnya muncul pada usia reproduktif. Angka
kejadian endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya dan lebih dari 50%
terjadi pada wanita perimenopause. Gejala endometriosis sangat tergantung pada letak
sel endometrium ini berpindah. Yang paling menonjol adalah adanya nyeri pada
panggul, sehingga hampir 71-87% kasus didiagnosa akibat keluhan nyeri kronis hebat
pada saat haid, dan hanya 38% yang muncul akibat keluhan infertil (mandul). Tetapi
ada juga yang melaporkan pernah terjadi pada masa menopause dan bahkan ada yang
melaporkan terjadi pada 40% pasien histerektomi (pengangkatan rahim). Selain itu juga
10% endometriosis ini dapat muncul pada mereka yang mempunyai riwayat
endometriosis dalam keluarganya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah konsep dasar penyakit endometriosis?
1.2.2 Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan endometriosis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar penyakit endometriosis?
1.3.2 Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan endometriosis?

1.4 Manfaat
1.4.1 Agar dapat mengetahui konsep dasar penyakit endometriosis
1.4.2 Agar dapat mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan endometriosis

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Endometriosis adalah terdapatnya kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium pada
tempat-tempat di luar rongga Rahim. Terdapat pada kurang lebih 15% wanita usia
reproduksi dan pada 30% dari wanita yang mengalami infertilitas.( Rayburn & Carey,
2001)
Endometriosis adalah keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar
uterus. Jaringan endometrium trsebut mungkin tertanam di ovarium, kavum douglasi,
ligament uterosakrum, septum rekto vagina, sigmoid colon, ligament rotundum,
peritoneium pelvis atau kandung kemih. (Bobak dkk, 2005)
Endometriosis adalah infeksi endometrium, desidua, dan myometrium uterus setelah
kelahiran. (Morgan & Hamilton, 2009).

2.2 Anatomi Fisiologi

a. Vagina
Vagina merupakan penghubung antara genitalia eksterna dengan genetalia
interna. Vagina berukuran di depan 6,5 cm dan di belakang 9,5 cm. Sumbunya
beerjalan kira-kira sejajar dengan arah tepi bawah simfisis ke promontorium.
(Sfaifuddin, 2014).

b. Uterus
Uterus pada orang dewasa merupakan organ tebaal seperti buah alokat atau
buah pir yang sedikit gepeng, terletak dalam rongga pelvis di antara rektum dan
kandung kemih. Panjang uterus 7-7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus
pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam posisi
anteversofleksi, membentuk sudut dengan vagina. Uterus terdiri dari :
1) Fundus Uteri (rahim dasar), ditutupi oleh peritoneum, berhubungan dengan
fascies vesikalis dan permukaan internalis.
2) Korpus uteri, di dalamnya terdapat rongga (kavum uteri) yang membuka
keluar melalui saluran kanalis servikalis yang terletak pada serviks, bagian
ini merupakan tempat berkembangnya janin.
3) Serviks uteri, merupakan bagian uterus yang menyempit, berbentuk kerucut
dengan apeks yang menjurus ke bawah dan ke belakang dan sedikit lebar di
pertengahan. Serviks dibagi atas dua bagian yaitu porsio supravaginalis dan
porsio vaginalis.
Uteri interna terdiri dari :
1) Endometrium : terdiri dari jaringan epitel dan kelenjar yang banyak
mengandung pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Bagian korpus uteri
endometrium licin dan bagian serviks berkelok-kelok. Kelenjarnya
bermuara pada kanalis servikalis. Pertumbuhan dan fungsi endometrium
dipengaruhi oleh hormone steroid ovarium
2) Miometrium : lapisan otot yang tersususn sedemikian rupa hingga dapat
mendorong isisnya pada waktu persalinan dan dapat mengecil kembali
setelah plasenta keluar
3) Perimetrium (lapisan luar) : dilapisi oleh peritoneum visceral, ditemukan
pada dinding korpus uteri serosa atau perotonium uterus, mendapat darah
dari arteri urterina iliaka interna yang menjadi arteri ovarika.
Posisi uterus
1) Pada masa pubertas : uterus berbentuk piriformis dengan berat 14-17 gram,
berada dalam rongga pelvis. Pada waktu vesika urinaria kososng korpus
uteri hamper horizontal. Fundus berada 2 cm di belakang simfisis pubis.
Dalam keadaan menstruasi, uterus membesar, lebih banyak vaskularisasi,
dan permukaan membulat. Orifisium eksternus bentuknya bulat, labia
membengkak, endometrium menebaal dan lebih lunak.
2) Selama kehamilan : uterus membesar, pada bulan ke-8 mencapai regio
epigastrika. Pertambahan ukuran disebabkan pertumbuhan otot yang telah
ada, dan sebagian terjadi pertumbuhan otot baru.
3) Sesudah melahirkan : uterus hamper kembali pada ukuran semula, beratnya
42 gram karena kavum uteri lebih besar, pembuluh darah dan otot
bertambah.
4) Pada usia tua : uterus menjadi atrofi dan pucat sehingga lebih memisahkan
uterus dan serviks

Fungsi uterus antara lain :


1) Menerima ovum yang sudah dibuahi difertilisasi dan mempertahankan serta
memberinya nutrisi sampai dilahirkan
2) Melindungi janin dari cedera
3) Berkontraksi selama persalinan
(Syaifuddin, 2014 ; Reeder dkk, 2012)

c. Tuba falopi
Tuba falopi adalah saluran telur yang mengangkut ovum dari ovarium ke
kavum uteri. Tuba falopi merupakan dua buah tuba otot berbentuk trompet, tipis,
fleksibel, panjang sekitar 12 cm, memanjang dari kornu uterus di sepanjang
batas atas ligamentum latum uteri ke ovarium. Setiap tuba memiliki tiga bagian :
- Istmus, merupakan daerah yang sempit dan lurus dengan dinding otot yang
tebal dan lumen berdiameter 2 sampai 3 mm
- Ampula, merupakan tempat fertilisasi oosit primer oleh spermatozoa
- infundibulum (fimbria), terdiri atas banyak tonjolan menyerupai jari tangan
yang dikenal sebagai fimbria.
Tuba falopi memiliki dua lubang, satu lubang menuju rongga uterus dan satu
lubang lagi menuju rongga abdomen. Tuba falopi dilapisi oleh membran
mukosa yang berisi epithelium bersilia dan epithelium sekretori. Lapisan
ototnya terdiri atas seret longitudinal dan sirkular yang memberikan gerakan
peristaltik. Tuba falopi menerima suplai darah dari arteri uterine dan arteri
ovarium. Vena tuba menyertai serangkaian arteri ini, masuk ke badan uterus dan
badan ovarium. Tuba dipersarafi oleh saraf sensorik dan motorik simpatis dan
parasimpatis dari pleksus pelvis dan pleksus ovarium (Syaifuddin, 2014 ;
Reeder dkk, 2012)

d. Ovarium
Ovarium merupakan dua organ glandular berbentuk almond yang terletak di
bagian atas rongga panggul pada kedua sisi uterus yang terikat oleh ligamentum
uterus. Ovarium terdiri atas tiga lapisan : tunika albuginea, yang berfungsi
sebagai perlindung; korteks, yang berisi ovum, folikel de Graaf, korpus luteum,
korpus albikans, dan folikel yang berdegenerasi ; dan medulla, yang berisi saraf
dan pembuluh darah serta pembuluh limfatik. Ukuran ovarium bervariasi
diantara para wanita dan sesuai dengan fase siklus menstruasi, berat setiap organ
adalah sekitar 6-19 gram dengan lebar 1,5 sampai 3 cm dan panjang 2 sampai 5
cm.
Fungsi utama adalah perkembangan dan pengeluaran ovum dan menyediakan
sekresi internal tertentu atau hormon (estrogen dan proesteron). Setiap ovarium
mengandung sejumlah besar sel benih (germ cell), atau ovum primordial, yang
substansinya saat lahir memiliki jumlah yang cukup untuk sepanjang kehidupan.
Dimulai saat pubertas dan berlanjut saat menopause, salah satu folikel yang
mengandung ovum membesar setiap bulan dan rupture. Ovum dan isi cairan dari
folikel dilepaskan dari ovarium, kemudian masuk ke dalam tuba. Tidak ada
lapisan peritoneum pada ovarium. Kondisi ini membantu pengeluaran ovum
yang matang, tetapi memudahkan penyebaran sel-sel ganas kanker ovarium.
Arteri yang menyuplai ovarium adalah empat atau lima cabang yang berasal dari
anastomosis arteri ovarium dengan cabang-cabangnya dari arteri uterus. Vena
yang mengaliri ovarium menjadi anak-anak pembuluh vena dari pleksus uterus
dan ovarium. Secara superior, vena ovarium mengalir ke vena kava inferior di
sisi kanan dan masuk ke vena renalis di sisi kiri. Saraf ovarium berasal dari
cabang nervus hipogastrikus atau pleksus pelvikus dan membentuk pleksus
ovarikus. Tuba interna menerima cabang dari nervus internus (Syaifuddin, 2014
; Reeder dkk, 2012).

e. Ligamentum
Parametrium membentuk suatu sistem penunjang uterus sehingga uterus
terfiksasi relative cukup baik. Jaringan itu terdiri dari :
- Ligamentum kardinale sinistrum dan dekstrum, merupakan ligamentum yang
terpenting untuk mencegah agar uterus tidak turun. Ligamentum ini terdiri
dari jaringan ikat tebal, berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah
lateral dinding.
- Ligamentum sakrouterinum sinistrum dan dekstrum : ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan melengkung dari
belakang serviks kiri dan kanan melalui dinding rektum ke arah os sacrum
kiri dan kanan.
- Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum : menahan uterus dalam
posisi antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke arah
inguinal kiri dan kanan.
- Ligamentum pubovesikale sinistrum dan dekstrum : berjalan dari os pubis
melalui kandung kencing seterusnya ke ligamentum vesikouterinum sinistra
dan ligamentum vesikouterinum dekstra ke serviks.
- Ligamentum latum sinistrum dan dekstrum : berjalan dari uterus ke lateral,
tidak banyak mengandung jaringan ikat, merupakan bagian dari peritoneum
veserale yang meliputi uterus dan kedua tuba, bentuknya sebagai lipatan.
Bagian lateral dan belakang ditemukan indung telur.
- Ligamentum infundibulum pelvikum : menahan tuba falopi, berjalan dari
arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan urat saraf,
saluran limfe, arteri dan vena ovarika sebagai alat penunjang.
Ligamentum ovarii propium sinistrum dan dekstrum, berjalan dari sudut kiri dan
kanan belakang fundus uteri ke ovarium. Ligamentum ini mudah dikendorkan
sehingga alat genetalia mudah berganti posisi. Ligamentum latum suatu lipatan
peritoneum yang menutupi uterus dan kedua tuba (Syaifuddin, 2014).
FISIOLOGI
Masa pubertas wanita adalah masa mulainya produktivitas artinya mulai dapat
melanjutkan keturunan. Masa produktif ini berlangsung kira-kira 30 tahun. Setelah itu
wanita memasuki masa klimakterium, merupakan masa peralihan antara masa
reproduksi dan masa senium (kemunduran). Pada klimakterium haid berangsur-angsur
berhenti selama 1-2 bulan dan kemudian berhenti sama sekali yang disebut
menopause. Selanjutnya akan terjadi kemunduran alat-alat reproduksi, organ tubuh,
dan kemampuan fisik.
Wanita yang sehat dan tidak hamil setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah
dari alat kandungannya yang disebut menstruasi (haid). Siklus menstruasi terjadi
karena selaput lendir Rahim dari hari ke hari mengalami perubahan yang berulang-
ulang, dalam 1 bulan mengalami 4 stadium yaitu :
1. Stadium menstruasi (deskuamasi). Pada masa ini endometrium terlepas dari
dinding Rahim disertai dengan perdarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal
disebut stratum basale (berlangsung selama 4 hari).
2. Stadium post menstruasi (regenerasi). Luka yang terjadi karena endometrium
terlepas berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang terjadi
dari sel epitel kelenjar endometrium.
3. Stadium inter menstruasi (proliferasi). Pada masa ini endometrium tumbuh
menjadi tebal kira-kira 3,5 mm.
4. Stadium pra-menstruasi (sekresi). Pada masa ini endometrium tetap tebalnya
tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku-liku dan
mengeluarkan getah.

Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat (stratum
kompaktum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar kelenjar ; lapisan
stratum spongesum yang banyak lubang-lubangnya karena disini terdapat rongga
dari kelenjar; lapisan bawah yang disebut stratum basale. Stadium ini berlangsung
14-28 hari. Bila tidak terjadi kehamilan maka endometrium dilepas dengan
perdarahan dan siklus menstruasi berulang lagi.

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan American Society of Reproductive Medicine (ASRM) pada
endometriosis dibagi menjadi 4 tahap yaitu tahap pertama atau minimal, tahap kedua
atau ringan, tahap ketiga atau sedang, dan tahap keempat atau berat. Tahap ini
didasarkan pada lokasi, luas dan kedalaman invasi endometriosis, ada tidaknya serta
keparahan adalah lesi endometrium dan ada tidaknya serta ukuran endometrioma
ovarium. Pada umumnya wanita dengan endometriosis minimal maupun ringan akan
beradhesi ringan dan implantasi yang superfisial. Endometriosis sedang dan berat
dengan karakteristi kista coklat dan adhesi yang berat. Klasifikasi endometriosis tidak
berhubungan dengan gejala yang timbul.

Menurut tofograpinya endometriosis dapat digolongkan sebagai berikut:


1. Endometriosis interna yaitu endometriosis di dalam myometrium, yang lazim
disebut adenomiosis.
2. Endometriosis eksterna yaitu endometriosis di luar uterus, lazim disebut true
endometriosis.
Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu:
1. Endometriosis genetalia interna yaitu endometriosis yang letaknya di dalam uterus.
2. Endometriosis eksterna yaitu enmdometriosis yang letaknya di dinding belakang
uterus, dibagian luar tuba dan di ovarium.
3. Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio
peritoneum dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing.
Etiologi Gambar 2 . Klasifikasi Endometriosis .12
Klasifikasi yang dianjurkan oleh American Fertility Society (AFS)
adalah:
Gambar 3. Lembaran Klasifikasi Endometriosis berdasarkan Klasifikasi
American Society for Reproductive Medicine
Berdasarkan hasil laparoskopi diagnostik didapatkan jumlah skor:

(1) Stadium I (minimal) :1–5


(2) Stadium II (mild) : 6 – 15

(3) Stadium III (moderate): 16 – 20

(4) Stadium IV (servere) : bila berkisar 40.12,13

Gambar 4.Lesi Peritoneum Endometriosis.4

2.3 Etiologi
Etiologi dari endometriosis menurut Morgan & Hamilton, 2009
A. Bakteri menginvasi area setelah pelahiran dan menyebar dengan cepat.
B. Sumber bakteri mungkin apa saja atau kombinasi dari :

1. Bakteri vagina endogen, biasanya pathogen hanya saat jaringan rusak atau,
mengalami devitalisasi
a. Beta hemolytic strepcoccus
b. Streptococcus viridans
c. Neisseria gonococcus
d. Gardnerella
2. Kontaminasi oleh bakteri usus yang normal
a. Escherichia coli
b. Proteus mirabilis
c. Aerobacter aerogenes
d. Enterococcus
e. Pseudomonas aeruginosa
f. Klebsiella pneumonia
3. Kontaminasi dari lingkungan. Stafilococus adalah organisme yang biasa
mengontaminasi.

2.5 Manifestasi Klinis


A. Faktor Predisposisi
1. Edema jaringan yang ekstensif
2. Persalinan yang lama
3. Pecah ketuban lama
4. Terlalu banyak pemeriksaan pervagina saat persalinan
5. Kelalaian dalam penerapan teknik aseptic
6. Kelalaian mencuci tangan
7. Setiap manipulasi intrauterus : pemasangan kateter intrauterus, rotasi internal, atau
pengeluaran plasenta manual
8. Fragmen plasenta atau ketuban yang tertinggal
9. Kelahiran melalui pembedahan
10. Perawatan perineum yang tidak tepat, mengakibatkan kontaminasi oleh bakteri
gastrointestinal
11. Malnutrisi, debilitasi, anemia, kehilangan darah yang berlebihan
12. Infeksi yang sudah ada sebelumnya

B. Tanda dan Gejala


1. Demam dan menggigil
a. Demam, suhu 380 – 400C tergantung pada beratnya infeksi
b. Suhu tubuh sering kali rendah selama beberapa hari kemudian meningkat tajam
c. Menggigil mengindikasikan infeksi yang berat
2. Takikardia antara 100 denyut/menit dan 140 denyut/menit, bergantung pada berat
infeksi
3. Tanda dan gejala pada uterus
a. Nyeri tekan yang meluas secara lateral
b. Nyeri yang rekuren atau lama setelah kelahiran
c. Subinvolusi
d. Distensi abdomen ringan
e. Abnormalitas lokia
(1) Mungkin jumlahnya sedikit dan tidak berbau bila infeksi anaerob
(2) Mungkin cukup banyak, berbau busuk, berdarah, seropurulen, sedikit bila
infeksi aereob
4. Awitan biasanya 3-5 hari setelah pelahiran kecuali disebabkan oleh streptokokus
beta hematolikus. Selanjutnya awitan terjadi lebih awal dan lebih cepat muncul.
5. Peningkatan sel darah putih lebih dari biasanya saat pasca partum ; lebih dari
25.000/mm3 (Morgan & Hamilton, 2009)
C. Tanda-tanda Fisik dari Endometriosis
Tanda-tanda fisik dari endometriosis antara lain Rahim yang terfiksin ke
belakang, terdapat benjolan-benjolan pada ligamentum sakrouterina dan dalam kavum
duoglasi, massa aneksa yang asimetris, dan nyeri pada pemeriksaan bimanual. Tidak
satupun dari tanda-tanda ini bersifat diagnostik dan penderita bisa tidak
memperlihatkan sesuatu tanda fisik. Lesi yang terlihat pada pemeriksaan spekulum
atau pemeriksaan luar adalah sangat menunjukkan endometriosis dan jika ada, harus
ada pemeriksaan biopsi. ( Rayburn & Carey, 2001)

2.6 Patofisiologi
Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi dinding
rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim. Lokasi tumbuhnya
beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba valopi, jaringan yang menunjang
uterus, daerah diantara vagina dan rektum, juga di kandung kemih. Endometriosis
bukanlah suatu infeksi menular seksual, sehingga tidak ada hubungannya dengan apakah
seorang remaja pernah berhubungan seksual atau tidak. Untuk memahami masalah
endometriosis ini, maka dari itu perlu memahami siklus menstruasi. Dalam setiap siklus
menstruasi lapisan dinding rahim menebal dengan tumbuhnya pembuluh darah dan
jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima sel telur yang akan dilepaskan oleh induk
telur yang terhubungkan dengan rahim oleh saluran yang disebut tuba valopii atau
saluran telur. Apabila telur yang sudah matang tersebut tidak dibuahi oleh sel sperma
maka lapisan dinding sel rahim tadi luruh pada akhir siklus. Lepasnya lapisan dinding
rahim inilah yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Keseluruhan proses ini diatur
oleh hormon, dan biasanya memerlukan waktu 28-30 hari sampai kembali lagi keawal
proses.
Salah satu teori mengatakan bahwa darah menstruasi masuk kembali ke tuba valopii
dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim, sehingga jaringan tersebut
menetap dan tumbuh di luar rahim. Teori lain mengatakan bahwa sel-sel jaringan
endometrium keluar dari rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening,
kemudian mulai tumbuh di lokasi baru. Namun adapula teori yang mengatakan bahwa
beberapa perempuan memang terlahir dengan sel-sel yang “salah letak” dan dapat
tumbuh menjadi endometrial implant kelak. Dalam kasus endometriosis walaupun
jaringan endometrium tumbuh di luar rahim dan menjadi “imigran gelap” di rongga perut
seperti sudah disebutkan tadi, struktur jaringan dan pembuluh darahnya juga sama
dengan endometrium yang berada di dalam rahim. Endometrial implant ini akan
merespon perubahan hormone dalam siklus menstruasi. Menjelang masa menstruasi
jaringan akan ikut menebal, namun bila endometrium tetap luruh dan melepaskan diri
dari rahim dan keluar menjadi darah menstruasi, endometrial implant ini tidak
mempunyai jalan keluar. Sehingga mereka membesar pada setiap siklus dan gejala
endometriosis berupa rasa sakit yang hebat di daerah perut maka cenderung makin lama
makin parah. Intensitas rasa sakit yang disebabkan oleh endometriosis ini sangat
tergantung pada letak dan benyaknya endometrial implant yang ada pada kita. Walaupun
demikian, endometrial implant yang sangat kecil dapat menyebabkan kita kesakitan lar
biasa apabila terletak di dekat saraf. Setiap bulan selaput endometrium akan berkembang
dalam rahim dan membentuk satu lapisan seperti dinding. Lapisan ini akan menebal pada
awal siklus haid sebgai persediaan menerima telur (embrio).
Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses sama seperti
dalam rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh karena selaput ini ada di tempat tidak
sepatutnya, ia tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan endometrium dalam rahim.
Pada masa yang sama selaput ini akan menghasilkan bahan kimia yang akan
mengganggu selaput lain dan menyebabkan rasa sakit. Lama-kelamaan lapisan
endometriosis ini semakin tebal dan membentuk benjolan atau kista dalam ovari.
2.7 Pathway
Endometriosis

Endometrial implant

Merespon perubahan hormone Tidak memiliki jalan keluar


dalam menstruasi

Rasa sakit di daerah perut


Koping tidak Risiko harga
efektif diri rendah
Nyeri Akut
situasional

Endometriosis menebal

Membentuk benjolan atau


Risiko gangguan citra tubuh kista dalam ovari

Defisit pengetahuan

2.8 Penatalaksanaan
A. Bila riwayat/tanda/gejala sesuai dengan endometriosis:
1. Lakukan pemeriksaan spekulum steril.
a. Observasi ciri dan bau lokia.
b. Dapatkan kultur serviks bila perlu dengan singkirkan dugaan IMS.
2. Lakukan pemeriksaan bimanual steril:
a. Kaji uterus untuk memeriksa adanya nyeri tekan yang tidak biasa.
b. Kaji uterus untuk mengetahui adanya penonjolan.
3. Lakukan hitung darah lengkap bila terjadi demam.
4. Terapi antibiotic menunda hasil kultur:
a. Antisilin 500mg peroral 4 kali/hari selama 10 hari bila tidak alergi.
b. Alergi penisilin dan tidak menyususi, berikan doksisiklin 100 mg peroral setiap
12 jam sekali selama 7 hari.
c. Bila alergi penisilin dan sedang menyusui, Keflex 500 mg peroral 4 kali/hari
selama 7 hari.
5. Bila uterus lunak dan atau perdarahan berlebihan, resepkan Methergini 0,2 mg
peroral setiap 4 jam bila sebanyak 6 dosis Jangan berikan methergine bila pasien
menderita hipertensi.
6. Anjurkan pasien untuk mengukur suhu tubuh 4 kali/ hari untuk minggu berikutnya.
Suhu tubuh harus dibawah 30oC setelah 48 jam pemberian antibiotic.
7. Anjurkan pasien untuk minum 3 liter cairan tiap hari dan meningkatkan istirahat
8. Dapatkan hasil kultur, baik awal maupun akhir. Pasien perlu antibiotic yang
sensitive terhadap organisme. Atau keamanan antibiotic selama menyusui.
9. Anjurkan pasien untuk melapor bila gejala bila tidak mereda dalam 24 jam, atau
bila gejala bertambah buruk bila tidak ada perbaikan signifikan dalam 2 atau 3 hari,
pasien mungkin memerlukan rawat inap untuk mendapatkan pengobatan. Bila
tidak, tindak lanjut melalui telepon atau kunjungan ke klinik selama 3 hari.
B. Konsultasikan dengan dokter pada situasi berikut:
1. Gejala tidak teratasi atau bertambah buruk dalam 24 jam.
2. Suhu tubuh tidak turun dari 37,8oC setelah 48 jam pemberian antibiotic
C. Pencegahan dan deteksi dini endometriosis
1. Anjurkan asupan nutrisi yang baik selama kehamilan
2. Cegah atau obati anemia
3. Usahakan untuk menghindari kelelahan yang berlebihan saat persalinan
4. Bila ketuban pecah :
a. Konformasi dengan pemeriksaan spekulum steril kecuali pada persalinan aktif.
b. Jangan lakukan pemeriksaan per vagina bila tidak ada tanda persalinan.
c. Lakukan pemeriksaan vagina seminimal mungkin bila pasien dalam persalinan
aktif.
5. Hindari pemeriksaan vagina yang tidak perlu, baik ketuban sudah pecah maupun
masih utuh
6. Ukur suhu tubuh sekurangnya tiap 4 jam pada persalinan aktif, dan setiap 2 jam
bila ketuban telah pecah.
7. Observasi teknik aseptik dengan sesama
a. Jaga agar area tetap steril.
b. Letakkan doek steril dibawah pinggul pasien sebelum proses persalinan.
c. Hindari kontaminasi rectum terhadap vagina.
d. Ganti sarung tangan diantara pelahiran bayi dan inspeksi bagian internal serta
saat penjahitan.
8. Kaji keutuhan plasenta
a. Waspada tanda-tanda infeksi bila kemungkinan fragmen atau ketuban
tertinggal
b. Lakukan eksplorasi uterus bila kemungkinan fragmen atau ketuban tertinggal.
9. Hindari manipulasi berlebihan pada jaringan saat menjahit
10. Anjurkan pasien untuk melakukan perawatan perineum yang baik
a. Bersihkan dari depan ke belakang
b. Lepas pembalut dari depan ke belakang
c. Ganti pembalut sedikitnya tiap 4 jam
d. Bilas vulva tiap hari dan sesuai keperluan
11. Anjurkan pasien saat perawatan pascapartum
a. Bila pasien merasa demam, anjurkan pasien untuk mengukur suhu tubuh.
Laporkan bila suhu mencapai 38,3oC atau melebihi 38oC sebanyak 2 kali
dengan selang waktu 4 jam.
b. Anjurkan pasien untuk melaporkan bila lokia mulai berbau tak sedap, terdapat
nyeri tekan uterus, atau peningkatan kram.

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan Endometriosis


1. Pengkajian
Mengkaji riwayat penggunaan kontrasepsi, seksual, obsteri, menstruasi secara
terinci, perawat harus menggali persepsi wanita tentang kondisinya, pengaruh etnik
dan budaya, pengalaman dengan tenaga kesehatan lain, gaya hidup, dan pola koping.
Jumlah nyeri yang dialami dan efeknya pada aktivitas sehari-hari, obat-obatan di
rumah dan resep untuk meredakan rasa tidak nyaman. Gejala emosi, perilaku, fisik,
diet, pola latihan dan pola istirahat.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2016), Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul untuk wanita
yang mengalami gangguan endometriosis adalah sebagai berikut.
a. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakpercayaan terhadap
kemampuan diri mengatasi masalah, ketidakadekuatan sistem pendukung,
ketidakadekuatan sistem koping, ketidakcukupan Persiapan untuk mengahadapi
stresor
b. Defisist pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
c. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
(gangguan menstruasi)
d. Risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan perasaan kurang
didukung orang lain (Persepsi orang lain tentang rasa tidak nyamannya)
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (gangguan menstruasi)

3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil intervensi
1 Ketidakefektifan koping NOC NIC
Definisi: ketidak mampuan untuk  decision making Dicision making
membentuk penilaian valid  role inhasmet - menginformasikan
tentang stressor, ketidak  sosial support pasien alternatif atau
adekuatan pilihan respon yang Kriteria Hasil : solusi lain penangan
dilakukan dan/ atau ketidak  mengidentifikasi - memfasilitasi pasien
mampuan untuk menggunakan pola koping yang untuk membuat
sumber daya yang tersedia efektif keputusan
Batasan Karakteristik :  mengungkapkan - bantu pasien
 Perubahan dalam pola secara verbal mengidentifikasi
komunikasi yang biasa tentang koping yang keuntungan, kerugian
 Penurunan penggunaan efektif dari keadaan
dukungan sosial  mengatakan Role Inhacement
 Perilaku destruktif penurunan stres - bantu pasien untuk
terhadap orang lain  klien mengatakan identifikasi strategi
 Perilaku destruktif telah menerima positif untuk mengatur
terhadap diri sendiri tentang keadaannya pola nilai yang dimiliki
 Letih, angka penyakit Coping Enhancement
yang tinggi - anjurkan pasien untuk
 Ketidakmampuan mengidentifikasi
memperhatikan informasi gambaran perubahan
 Ketidakmampuan peran yang realistis
memenuhi kebutuhan - gunakan pendekatan
dasar tenang dan meyakinkan
 Ketidakmampuan - hindari pengambilan
memenuhi harapan peran keputusan pada saat
 Pemecahan masalah yang pasien berada dalam
adekuat stress berat
 Kurangnya perilaku yang - berikan informasi aktual
berfokus pada pencapaian yang terkait dengan
tujuan diagnosis, terapi dan
prognosis
 Kurangnya resolusi
masalah Anticipatory Guidance
 Konsentrasi buruk
 Mengungkapkan
ketidakmampuan
meminta bantuan
 Mengungkapkan
ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah
 Pengambilan risiko,
gangguan tidur,
 Penyalahgunaan zat
 Menggunakan koping
yang mengganggu
perilaku adaptif
Faktor yang Berhubungan
 Gangguan dalam pola
penilaian ancaman,
melepas tekanan
 Gangguan dalam pola
melepaskan tekanan/
ketegangan
 Perbedaan gender dalam
strategi koping
 Derajat ancaman yang
tinggi
 Ketidakmampuan untuk
mengubah energi yang
adaptif
 Sumber yang tersedia
tidak adekuat
 Dukungan sosial yang
tidak adekuat yang
diciptakan oleh
karakteristik hubungan
 Tingkat percaya diri yang
tidak adekuat dalam
kemampuan mengatasi
masalah
 Tingkat persepsi kontrol
yang tidak adekuat
 Ketidakadekuatan
kesempatan untuk bersiap
terhadap stresor
 Krisis maturasi, krisis
situasi
 ragu
2 Defisiensi pengetahuan NOC NIC
Definisi : ketiadaan atau  knowledge : disease Teaching : disease Process
defisiensi informasi kognitif yang process - berikan penilaian
berkaitan dengan topik tertentu.  knowledge : health tentang tingkat
Batasan Karakteristik : behavior pengetahuan pasien
 perilaku hiperbola Kriteria Hasil : tentang proses penyakit
 ketidakakuratan  pasien dan keluarga yang spesifik
mengikuti perintah menyatakan - jelaskan patofisiologi
 ketidakakuratan pemahaman tentang dari penyakit dan
melakukan tes penyakit, kondisi, bagaimana hal ini
 perilaku tidak tepat (mis., prognosis dan berhubungan dengan
histeria, bermusuhan, program pengobatan anatomi dan fisiologi,
agitasi, apatis )  pasien dan keluarga dengan cara yang tepat.
 pengungkapan masalah mampu - Gambarkan tanda dan
faktor yang Berhubungan melaksanakan gejala yang biasa
 keterbatasan kognitif prosedur yang muncul pada penyakit,
dijelaskan secara dengan cara yang tepat
 kurang pajanan
benar - Gambarkan proses
 kurang minat dalam
 pasien dan keluarga penyakit, dengan cara
belajar
mampu menjelaskan yang tepat
 kurang dapat mengingat kembali apa yang - Identifikasi
 tidak familiar dengan dijelaskan perawat / kemungkinan penyebab,
sumber informasi tim kesehatan dengan cara yang tepat
lainnya - Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
- Hindari jaminan yang
kosong
- Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi
tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komlikasi dimasa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
- Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
- Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
- Rujuk pasien pada grup
atau agensi dikomunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
- Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejalan untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
3 Gangguan Citra Tubuh NOC NIC
Definisi : konfusi dalam  body image Bodi image enhancement
gambaran mental tentang diri  self esteem - kaji secara verbal dan
fisik individu Kriteria Hasil : nonverbal respon klien
Batasan karakteristik :  body image positif terhadap tubuhnya
 Perilaku mengenali tubuh  mampu - monitor frekuensi
individu mengidentifikasi mengkritik dirinya
 Perilaku menghindari tubuh kekuatan personal - jelaskan tentang
individu  mendeskripsikan pengobatan, perawatan,
 Perilaku memantau tubuh secara fektual kemajuan dan prognosis
individu  perubahan fungsi penyakit
 Respons nonverbal terhadap tubuh - dorong klien
perubahan aktual pada tubuh  mempertahankan mengungkapkan
(mis., penampilan, struktur, intraksi sosial perasaanya
fungsi) - identifikasi arti
 Respon nonverbal terhadap pengurangan melalui
persepsi perubahan terhadap pemakaian alat bantu
tubuh (mis., penampilan, - fasilitasi kontak dengan
struktur, fungsi ) individu lain dalam
 Mengungkapkan persepsi kelompok kecil
yang mencerminkan
perubahan individu dalam
penampilan
Objektif
 Perubahan aktual pada
fungsi
 Perubahan aktual pada
struktur
 Perilaku mengenali tubuh
individu
 Perilaku memantau tubuh
individu
 Perubahan dalam
kemampuan
memperkirakan hubungan
spesial tubuh terhadap
lingkungan
 Perubahan dalam
keterlibatan sosial
 Perluasan batasan tubuh
untuk menggabungkan
objek lingkungan
 Secara sengaja
menyembunyikan bagian
tubuh
 Secara sengaja
menonjolkan bagian
tubuh
 Kehilangan bagian tubuh
 tidak melihat bagian
tubuh
 tidak menyentuh bagian
tubuh
 terauma pada bagian yang
tidak berfungsi
 secara tidak sengaja
menonjolkan bagian
tubuh
subjektif
 ketakutan terhadap reaksi
orang lain
 fokus pada penampilan
masa lalu
 perasaan negatif tentang
sesuatu
 personalisasi kehilangan
dengan menyebutkannya
 fokus pada perubahan
 fokus pada kehilangan
 menolak memverifikasi
perubahan aktual
 mengungkapkan
perubahan gaya hidup
Faktor yang Berhubungan :
 biofisik, kognitif
 budaya, tahap
perkembangan
 penyakit, cedera
 perseptual,psikososial,
spiritual
 pembedahan, trauma
 terapi penyakit

4 Harga diri rendah situasional NOC NIC


Definisi : perkembangan persepsi  Body image Self esteem enhancement
negatif tentang harga diri sebagai  Coping - Tunjukkan rasa percaya
respons terhadap siuasi saat ini  Personal identify diri terhadap
Batasan Karakterisik :  Health behavior, kemampuan pasien
 evaluasi diri bahwa risk untuk ngetasi situasi
individu tidak mampu  Self esteem - Dorong pasien
menghadapi perisiwa situasional, low mengidentifikasi
 evaluasi diri bahwa Kriteria Hasil : kekuatan dirinya
individu tidak mampu  Adaptasi terhadap - Ajarkan keerampilan
menghadapi situasi ketunandayaan fisik prilaku yang positif
 perilaku bimbang : respon adiktif klien melalui bermain peran.
 perilaku tidak asertif terhadap anangan Model peran. Diskusi
 secara verbal melaporkan fungsional penting - Dukung peningkatan
tantangan situasional saa akibat tanggung jawab diri, jika
ini terhadap harga diri ketunandayaan fisik perlu
 ekspresi  Resplusi berduka : - Buat statement posiif
ketidakberdayaan penyesuaian dengan terhadap pasien
kehilangan aktual - Monitor frekuensi
 ekspresi
atau kehilangan komunikasi verbal
ketidakbergunaan
yang akan terjadi pasien yang negatif
 varbalisasi meniadakan
 Penyesuaiaan - Dukung pasien untuk
diri
fsikososial : menerima tantangan
Faktor yang Berhubungan :
perubahan hidup: baru
 perilaku tidak selaras respon psikososial - Kaji alasa untuk
dengan nilai adaktif individu mengkritik atau
 perubahan perkembangan terhadap perubahan menyalahkan diri sendiri
 gangguan citra tubuh bermakna dalam - Kolaborasi dengan
 kegagalan hidup sumber-sumber lain
 gangguan fungsional  Menunjukkan (petugas dinas sosial,
 kurang penghargaan penilaian pribadi perawat spesialis klinis
 kehilangan tentang harga diri dan layanan keagamaan
 penolakan  Mengungkapkan
 perubahan peran sosial penerimaan diri )
 Komunikasi terbuka Counseling
 Mengatakan - Menggunakan proses
optimisme tenang pertolongan intraktif ang
masa depan berfokus pada
 Menggunakan kebutuhan, masalah atau
strategi coping perasaan pasien dan
efektif orang terdekat untuk
meningkatkan atau
mendukung koping,
pemecahan masalah
Coping Enhancement

Body image
enhancement
5 Nyeri akut NOC NIC
Definisi : pengalaman sensori  pain level pain managemen
dan emosional yang tidak  pain control  lakukan pengkajian neri
menyenangkan yang muncul  comfort level secara konprehensip
akibat kerusakan jaringan ang kriteria Hasil : termasuk lokasi,
aktual atau potensial atau  mampu mengontrol karakteristik, durasi,
digambarkan dalam hal nyeri ( tau penyebab frekuensi, kualitas dan
kerusakan sedemikian rupa ( neri, mampu fakor presipitasi
international Association for the menggunakan teknik  observasi reaksi non
study of pain ) : awitan yang tiba- non farmakologi verbal dari
tiba atau lambat dari intensitas untuk mengurangi keidaknyamanan
ringan hingga berat dengan akhir nyeri, mencari  gunakan teknik
yang dapat diantisipasi atau bantuan ) komunikasi terapeutik
diprediksi dan berlangsung < 6  melaporkan bahwa untuk mengetahui
bulan nyeri berkurang pengalaman nyeri pasien
Batasan Karakteristik : dengan  kaji kultur yang
 perubahan selera makan menggunakan mempengaruhi respon
 perubahan tekanan darah manajemen nyeri nyeri
 perubahan frekuensi  mampu mengenali  evaluasi pengalaman
jantung nyeri ( skala, neri masa lalu
 perubahan frekuensi intensitas, frekuensi  banu pasien dan
pernapasan dan tanda nyeri ) keluarga unuk mencari
 diaforesis  menyatakan rasa dan menemukan
 perilaku distraksi (mis., nyaman setelah dukungan
berjalan mondar- mandir nyeri berkurang  kontrol lingkungan ang
mencari orang lain dan dapat mempengaruhi
atau aktivitas lain, nyeri seperti suhu
aktivitas ang berulang ) ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
 mengekspresikan prilaku
 kurangi faktor
(mis., gelisah, merengek,
presipitasi nyeri
menangis)
 pilih dan lakukan
 sikaf melindungi area
penangan nyeri (
nyeri
 perubahan posisi untuk farmakologi, non
menghindari nyeri farmakologi, dan
 sikaf tubuh melindungi interpersonal)
 dilaatsi pupil  ajarkan tentang teknik
 melaporkan nyeri secara non farmakologi
verbal  berikan analgetik untuk
 gangguan tidur mengurangi nyeri
Faktor yang Berhubungan :  evaluasi keefektifan
 agen cedera ( biologis, zat kontrol neri
kimia, fisik, psikologis )  tingkatkan istirahat
 monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
 kolaborasikan dngan
doker jika ada keluhan
dan indakan nyeri tidak
berhasil
Analgesis Administration
 tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
 cek riwayat alergi
 pilih rute pemberian
secara IV,IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
 monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala

4. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tahap pelaksanaan dimulai sejak rencana tindakan disusun dan
ditujukkan kepada nursing order untuk membantu pasien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tahap pelaksanaan terdiri dari tindakan mandiri dan kolaborasi.
Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai
data yang baru. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, mencegah
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan
keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika pasien mempunyai
keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan (Nursalam,
2009 ; Rohmah&Walid, 2012).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah penilaian
dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi merupakan
tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana keperawatan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2009 ; Rohmah&Walid, 2012).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Endometriosis adalah keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar
uterus. Jaringan endometrium trsebut mungkin tertanam di ovarium, kavum douglasi,
ligament uterosakrum, septum rekto vagina, sigmoid colon, ligament rotundum,
peritoneium pelvis atau kandung kemih. Tanda-tanda fisik dari endometriosis antara lain
Rahim yang terfiksin ke belakang, terdapat benjolan-benjolan pada ligamentum
sakrouterina dan dalam kavum duoglasi, massa aneksa yang asimetris, dan nyeri pada
pemeriksaan bimanual. Tidak satupun dari tanda-tanda ini bersifat diagnostik dan
penderita bisa tidak memperlihatkan sesuatu tanda fisik. Konsep asuhan keperawatan
endometriosis terdapat pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi serta
evaluasi.

3.2 Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan materinitas dengan tepat,
mungkin perlu diaktifkan prosedur yang dapat digunakan. Diharapkan kepada pembaca
dapat menjadikan makalah endometriosi sebagaai salah satu sumber ilmu yang
bermanfaat, walaupun masih penuh dengan keterbatasan dan kekurangan yang sangat
perlu kritik dan saran daari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk dan Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta :
EGC

Morgan, Geri dan Hamilton, Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta :
EGC

Nurarif, A.H dan Kusuma Hardhi. 2015. Nanda NIC-NOC Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Rohmah, Nikmatur & Walid, Saiful. 2012. Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. Jakarta :
AR-RUZZ MEDIA
Rayburn, William F dan Carey, J. Christopher. 2001. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Widya
Medika

Reeder, Martin, dan Griffin,Koniak. 2012. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi
& Keluarga Edisi 18 Volume 1. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai