Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN FIBROADENOMA MAMMAE

(FAM)

1.1 Definisi
Fibroadenoma mammae (FAM) adalah tumor jinak yang memiliki karakter tidak
nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan berkonsistensi padat kenyal ( Kumar, 2007).
Fibroadenoma mammae merupakan suatu tumor jinak yang tumbuh meliputi kelenjar dan
stroma jaringan ikat. FAM juga merupakan benjolan jinak yang disebabkan oleh
pertumbuhan berlebihan pada salah satu lobulus payudara (Pierce, 2007). Fibroadenoma
mammae merupakan tumor jinak pada payudara benjolan yang dapat digerakkan
(Indonesian Nurse, 2008). FAM merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada
wanita muda, teraba sebagai benjolan bulat dan konsistensi kenyal. Tumor ini tidak
melekat pada jaringan sekitarnya dan amat mudah untuk digerakkan, Biasanya FAM tidak
disertai rasa nyeri dan tidak lagi ditemukan pada masa menopause (Sjamsuhidajat, 2010).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa FAM merupakan tumor jinak yang berupa benjolan
pada payudara tidak nyeri dan dapat digerakkan yang banyak ditemui pada wanita yang
berusia muda.
1.2 Etiologi
Menurut Kumar (2007) penyebab dari fibroadenoma mammae adalah peningkatan
mutlah atau nisbi aktifitas estrogen di perkirakan berperan dalam pembentukan FAM.
Lesi serupa muncul bersama dengan perubahan fibrokistik (fibroadenosis) pada usia < 30
tahun, jenis kelamin, genetik, stress, serta lesi prekanker yang juga dapat menyebabkan
terbentuknya FAM. Fibroadenoma mammae ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon
estrogen. Biasanya ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil
karena produksi hormon estrogen meningkat. Secara sederhana fibroadenoma dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam:
a) Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma.33 Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-
25 tahun. Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu
biasanya berbentuk oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas.
Sekitar 80% dari seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma
tunggal.
b) Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan
diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar
4% dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada
wanita hamil dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang
besar dan pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant
fibroadenoma dapat merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris
karena ukurannya yang besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan
pengangkatan terhadap tumor ini.

c) Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan,33 dengan insiden
0,5-2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile
fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral.18 Tumor jenis ini lebih
banyak ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang
Kaukasia. Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara
lain
- Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau
beberapa lapis.

- Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar
berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau
menghilang. Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran
sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi.

1.3 Faktor Resiko


Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti, namun
berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya
tumor ini antara lain:
1. Umur
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi
terjadinya FAM. Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita usia muda < 30
tahun.26 terutama terjadi pada wanita dengan usia antara 15-25 tahun.4
Berdasarkan data dari penelitian di Depatemen Patologi Rumah Sakit Komofo
Anyoke Teaching di Ghana (Bewtra, 2009) dilaporkan bahwa rata-rata umur
pasien yang menderita fibroadenoma adalah 23 tahun dengan rentang usia 14-
49 tahun.

2. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia
perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian
Bidgoli, et all (2011) di Iran menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan
risiko kejadian FAM (OR=6.64, CI 95% 2.56-16.31) artinya penderita FAM
kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah. Hasil penelitian
tersebut juga menyatakan bahwa menikah < 21 tahun meningkatkan risiko
kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23-6.53) artinya penderita FAM
kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang menikah pada usia < 21 tahun.

3. Paritas dan Riwayat Menyusui Anak


Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama
meningkat pada kelompok wanita nullipara. Pengalaman menyusui memiliki
peran yang penting dalam perlindungan terhadap risiko kejadian FAM.

4. Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan terhadap
peningkatan hormon estrogen.33 Penggunaan kontrasepsi yang komponen
utamanya adalah estrogen merupakan faktor risiko yang meningkatkan
kejadian FAM. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Department of
Surgery, University of Oklahoma Health Sciences Center (Organ, 1983),
dilaporkan proporsi penderita FAM yang menggunakan kontrasepsi dengan
komponen utama estrogen adalah sekitar 60%.

5. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal
merupakan faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et
all diketahui bahwa IMT > 30 kg/m2 meningkatkan risiko kejadian FAM
(OR=2.45,CI 95% 1.04-3.03) artinya wanita dengan IMT > 30 kg/m2
memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM dibandingkan wanita dengan IMT <
30 kg/m2.

6. Riwayat Keluarga
Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma.
Namun, riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama
dilaporkan oleh beberapa peneliti berhubungan dengan peningkatan risiko
tumor ini.18 Dari beberapa penelitian menunjukkan adanya risiko menderita
FAM pada wanita yang ibu dan saudara perempuan mengalami penyakit
payudara. Dilaporkan 27 % dari penderita FAM memiliki riwayat keluarga
menderita penyakit pada payudara (Organ, 1983).28 Tidak seperti penderita
dengan fibroadenoma tunggal, penderita multiple fibroadenoma memiliki
riwayat penyakit keluarga yang kuat menderita penyakit pada payudara.

7. Stress
Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang juga
akan meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all
diketahui orang yang mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi menderita
FAM (OR=1.43 CI 95%1.16-1.76) artinya orang yang mengalami stress
memiliki risiko 1,43 kali menderita FAM dibandingkan dengan orang yang
tidak stress.

1.4 Patofisiologi
Fibroadenoma berasal dari proliferasi kedua unsur lobulus yaitu asinus atau duktus
terminalis dan jaringan fibroblastic (Nasar, 2010). Fibroadenoma merupakan tumor jinak
payudara yang sering ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa
kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap
estrogen sehingga kelainan ini sering dgolongkan dalam mammary dysplasia.
Fibroadenoma mamae bukan merupakan satu-satunya penyakit pada payudara, namuninsiden kasus
tersebut tinggi, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, estrogen danusia
permulaan. Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan
mutasimerupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa dan
jaringan epitel dapat menyebabkan proliferasi sel yang abnormal sehingga akan tampak
tumor yangmembentuk lobus- lobus hal ini dikarenakan terjadi gangguan pada nukleus
sel yangmenyebabkan sel kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut anaplasia. Dengan
rangsanganestrogen fibroadenoma mamae ukurannya akan lebih meningkat hal ini terlihat
saatmenstruasi dan hamil. Nyeri pada payudara disebabkan karena ukuran dan
tempatpertumbuhan fibroadenoma mamae. Karena fibroadenoma mamae tumor jinak
makapengobatan yang dilakukan adalah dengan mengangkat tumor tersebut, untuk
mengetahuiapakah tumor itu ganas atau tidak tumor yang sudah di ambil akan di bawa ke
laboratoriumpatologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yang mobile atau dapat digerakkan, lobulasi tidak
nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai dengan empat sentimeter, dan
banyak ditemukan pada kuadran lateral kanan atas payudara kiri pada penderita yang
right handed. Benjolan ini dapat bertambah besar satu sentimeter dibawah pengaruh
estrogen haid normal, kehamilan, laktasi, atau penggunaan kontrasepsi oral. Secara
makroskopik, benjolan ini berbeda morfologinya dari lesi ganas yaitu tepi tajam dan
permukaannya putih keabuan sampai merah muda serta homogen. Sedangkan secara
mikroskopik, terdapat susunan lobulus Pada gambaran histologis menunjukkan stroma
dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi
epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian fibroadenoma berdasarkan
histologik yaitu :
1.4.1 Fibroadenoma Pericanaliculare
Kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
1.4.2 Fibroadenoma intracanaliculare
Jaringan ikat yang mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar
berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau
menghilang.Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit
dan pada saatmenopause terjadi regresi.

1.5 Manifestasi Klinis


Adapun tanda gejala yang dutemukan pada pasien dengan fibroadenoma mammae
antara lain sebagai berikut.
a. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada
penampangtampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal
b. Ada bagian yang menonjol ke permukaan
c. Ada penekanan pada jaringan sekitar
d. Ada batas yang tegas
e. Bila diameter mencapai 10 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma)
f. Memiliki kapsul dan soliter
g. Benjolan dapat digerakkan
h. Pertumbuhannya lambat
i. Mudah diangkat dengan lokal surgery
j. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian

1.6 Komplikasi
FAM mempunyai risiko yang sangat rendah untuk menjadi tumor ganas.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah berlakunya pembesaran yang terlalu pada tumor
tersebut yang bisa menyebabkan terjadinya deformitas bentuk payudara penderita.
Komplikasi FAM meliputi :
a. Dampak psikologi
b. Gangguan dalam kehidupan seharian
c. Tumor jinak menjadi ganas
d. Metastasi ke jaringan organ lain

1.7 Pemeriksaan Penunjang


1.7.1 Anamnesis
Anamnesis harus diawali dengan pencatatan identitas pasien secara lengkap,
keluhan apa yang mendasari penderita untuk datang ke dokter. Keluhan ini dapat berupa
massa di payudara yang berbatas tegas atau tidak, benjolan dapat digerakkan dari dasar
atau melekat pada jaringan di bawahnya, adanya nyeri, cairan dari puting, adanya retraksi
puting payudara, kemerahan, ulserasi sampai dengan pembengkakan kelenjar limfe
(Britto, 2005; Sabiston, 2011). Terdapat kemungkinan patologis yang menyebabkan
terdapatnya lesi klinis pada payudara wanita dari berbagai umur, seperti yang terdapat
pada tabel 1.
Tabel 1. Hubungan umur dengan keadaan lesi (Underwood & Cross, 2010).
Kemungkinan Penyebab Patologis
Presentasi
<25 tahun 25-35 tahun 35-55 >55 tahun
Klinis
tahun
Benjolan FAM FAM FAM, Phyloides
mobile Phyloides
Benjolan Jarang Fibrokistik Fibrokistik Jarang
berbatas
tegas
Benjolan Jarang Karsinoma Karsinoma Karsinoma,
keras dan Nekrosis
melekat lemak
Discharge Jarang Jarang Duktus Duktus
papila eksatia eksatia
Ulserasi Adenoma Adenoma Paget Paget
papila papila papila disease, disease,
Adenoma Adenoma
papila papila

Perlu ditanyakan pula riwayat penyakit terdahulu hingga riwayat penyakit sekarang.
Tumor mulai dirasakan sejak kapan, cepat membesar atau tidak terasa sakit atau tidak.
Anamnesis penderita kelainan payudara harus disertai pula dengan riwayat keluarga,
riwayat kehamilan maupun riwayat ginekologi (Underwood & Cross, 2010).

1.7.2 Pemeriksaan Fisik


a. Inspeksi
Pasien diminta duduk tegak atau berbaring atau kedua duanya, kemudian perhatikan
bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, retraksi adanya kulit berbintik
seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan (Britto, 2005).
b. Palpasi
Palpasi lebih baik dilakukan berbaring dengan bantal tipis dipunggung sehingga
payudara terbentang rata. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sendiri oleh pasien atau oleh
klinisi menggunakan telapak jari tangan yang digerakan perlahanlahan tanpa tekanan
pada setiap kuadran payudara. Benjolan yang tidak teraba ketika penderita berbaring
kadang lebih mudah ditemukan pada posisi duduk. Perabaan aksila pun lebih mudah
dilakukan dalam posisi duduk. Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui
adanya pengeluaran cairan, darah, atau nanah. Cairan yang keluar dari kedua puting
susu harus dibandingkan (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005; Hanriko & Mustofa, 2011).
Teknik palpasi ini tersaji pada gambar 3.

Gambar 3.Teknik palpasi pada payudara


Terdapat tanda atau gejala dari hasil pemeriksaan fisik yang dapat menunjukkan
bentuk lesi mamma, seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Tanda hasil pemeriksaan fisik
Tanda atau Gejala Dasar Patologis
Benjolan
Difus Fibrosis, hyperplasia eptel dan kista
pada perubahan fibrokistik
Soliter Neoplasma atau kista soliter
Mobile Neoplasma jinak (biasanya FAM)
Melekat Neoplasma Invasif (Karsinoma)
Gambaran Kulit
Edema (peau dorange) Gangguan aliran limfe akibat
karsinoma
Berkerut atau berlekatan Invasi kulit akibat karsinoma
Eritema Aliran darah meningkat akibat radang
atau tumor
Papila Mamma
Discharge Mirip ASI atau darah
Retraksi Terkait karsinoma invasive
Eritema dan bersisik Penyakit paget papilla mamma atau
ekzema
Nyeri Mamma
Siklik Penyakit jinak mamma
Pada Palpasi Lesi radang
Pembesaran Kelenjar Aksila Metastasis karsinoma mamma
Nyeri Tulang atau Fraktur Metastasis karsinoma mamma atau
berhubungan dengan hiperkalsemia

1.7.3 Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)


Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 2225
gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan dari kista
payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada payudara. Setelah
dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara akan diperiksa di bawah
mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel (Mulandari,
2003; Fadjari, 2012). Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan
pembersihan pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba
maka jarum halus tersebut di masukan ke daerah benjolan seperti pada gambar 4.

Gambar 4. Pemeriksaan FNAB


Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan dengan
panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi atau USG. Setelah jarum
dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal, maka dilakukan aspirasi
melalui jarum tersebut (Tambunan & Lukito, 2007). Pada prosedur FNAB seringkali
tidak dilakukan pembiusan lokal karena prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit
dibandingkan pemeriksaan FNAB itu sendiri. Selain itu, lidokain yang digunakan sebagai
bahan anestesi bisa menimbulkan artefak yang dapat terlihat pada pemeriksaan
mikroskopis (Soetrisno, 2010). Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik
yang letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga tubuh
unpalpable, dengan indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku intraoperatif
c. Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan wanita lanjut
usia
d. Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e. Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f. Nodulnodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g. Kasus kanker payudara stadium lanjut yang sudah inoperabel
h. Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian (Lestadi, 2004).
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB adalah metode
tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun insisi payudara. Hasil dapat
diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat segera mendapatkan terapi selanjutnya.
Keuntungan lain dari metode ini adalah biaya pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan
stress pasien lebih singkat dibandingkan metode biopsi (Abusalem, 2002; Underwood &
Cross, 2010). Kekurangan dari metode ini hanya mengambil sangat sedikit jaringan atau
sel payudara sehingga hanya dapat menghasilkan diagnosis berdasarkan keadaan sel. Dari
kekurangan tersebut, FNAB tidak dapat menilai luasnya invasi tumor dan terkadang
subtipe kanker tidak dapat diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif palsu (Tambunan
& Lukito, 2007; Mulandari, 2003). Dibawah mikroskop tumpor tersebut tampak seperti
berikut :
a. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) danberasal
dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus.
b. Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk
bular(perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler).
c. Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar
pendek uniform.

1.7.4 Pemeriksaan Histologi


Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang sangat
halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil jaringan. Kemudian
jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi maupun eksisi dilakukan pewarnaan
dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan
pengambilan jaringan yang dicurigai patologis disertai pengambilan sebagian jaringan
normal sebagai pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode ini hampir 100%
karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan kesalahan
diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan seperti harus melibatkan
tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama karena harus
di insisi, menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang nantinya akan mengganggu
gambaran mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan dan infeksi
(Sabiston, 2011).

1.7.5 Mammografi dan Ultrasonografi


Mammografi dan ultrasonografi berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara
yang padat palpable maupun impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor
solid, kistik dan ganas. Teknik ini merupakan dasar untuk program skrinning sebagai alat
bantu dokter untuk mengetahui lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB. Menurut
Muhartono (2012), FNAB yang dipandu USG untuk mendiagnosis tumor payudara
memiliki sensitivitas tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96% (Underwood & Cross, 2010).
Pemeriksaan ini mempergunakan linear scanner dengan transduser berfrekuensi 5 MHz.
Secara sistematis, scanning dimulai dari kuadran medial atas dan bawah dilanjutkan ke
kuadran lateral atas dan bawah dengan film polaroid pada potongan kraniokaudal dan
mediolateral oblik. Nilai ketepatan USG untuk lesi kistik adalah 9095%, sedangkan
untuk lesi solid seperti FAM adalah 7585%. Untuk mengetahui tumor ganas nilai
ketepatan diagnostik USG hanya 6278% sehingga masih diperlukan pemeriksaan
lainnya untuk menentukan keganasan pada payudara (Rasad & Makes, 2005; Hanriko &
Mustofa, 2011).

1.7.6 MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Pemeriksaan yang direkomendasikan pada wanita yang memiliki resiko

1.7.7 USG Payudara


Dikenal dengan beast ultrasound digunakan untuk mengevaluasi adanya
ketidaknormalan pada payudara yang telah ditemuka pada hasil pemeriksaan
mammografi.
1.8 Penatalaksanaan
Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai berikut ukuran,
terdapat rasa nyeri atau tidak, usia pasien, dan hasil biopsy. Terapi dari fibroadenoma
mammae dapat dilakukan dengan operasi pengangkatan tumor tersebut, biasanya
dilakukan general anaesthetic pada operasi. Operasi tidak akan merubah bentuk dari
payudara, tetapi hanya akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan
diganti oleh jaringan normal secara perlahan (Nugroho, 2011).
1.8.1 Prosedur Teknik Operasi
Dengan pembiusan general, punggung penderita diganjal bantal tipis, sendi
bahudiabduksikan ke arah kranial. Lokasi tumor ditandai dengan spidol/ tinta.
Desinfeksilapangan operasi (dibawah klavikula), midsternal, linea aksilaris, posterior,
sela iga ke 8 dengan larutan desinfektan povidone iodine 105. Lapangan operasi
dipersempit denganduk steril. Bila memungkinkan insisi dikerjakan sirkumareolar, tetapi
bila lokasi tumor cukup jauh dari areola (>4 cm), maka insisi dikerjakan di atas tumor
sesuai dengan garis Langeratau diletakkan pada daerah-daerah yang tersembunyi. Untuk
insisi sirkumarelar maka putingsusu dipegang dengan jari telunjuk dan ibu jari, dilakukan
marker insisi. Dengan pisaudilakukan insisi periareolar sampai fasia superfisialis
subkutan. Flap kulit diangkat keatasdengan bantuan hak tajam, dengan gunting dilakukan
undermining sepanjang fasia superfisialkearah lokasi tumor. Rawat perdarahan, lalu
identifikasi tumor. Jepit jaringan sekitar tumorpada 3 tempat dengan kocher, lalu
dilakukan eksisi tumor sesuai tuntunan kocher. Rawatperdarahan lagi, orientasi seluruh
bed tumor lalu dipasang redon drain dengan lubang dikuadran lateral bawah (bila
menggunakan penrose drain, darin dikeluarkan di garis insisi).Jahit subkutan fat dengan
plain cat gut 3.0. Jahit kulit dengan. prolene 4.0. Luka operasiditutup dengan kasa
betadine. Dilakukan dressing luka operasi dengan teknik suspense payudara (BH buatan)
tanpa mengganggu gerakan sendi bahu.

1.8.2 Operasi Excisi


Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma. Operasi
dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk
menghindari bekas luka.Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan lokasi
dari lesidi payudara. terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu.
1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar
2. Circumareolar Incision
3. Curve/Semicircular Incision
Tipe insisi yang paling sering digunakan adalag tipe radial. Tipe circumareolar,
hanya meninggalkan sedikit bekas luka dandeformitas, tetapi hanya memberikan
pembukaan yang terbatas. Tipeini digunakan hanya untuk fibroadenoma yang tunggal dan kecil
danlokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas areola. Semicircular incision biasanya digunakan
untuk mengangkat tumor yang besar dan beradadi daerah lateral payudara.
a. Keuntungan Eksisi
a) Seluruh specimen dapat diperiksa untuk diagnosis histologis dan sekaligus
melaksanakan eksisi total
b) Pasien-pasien tidak memerlukan follow up yang berkepanjangan setelah eksisi
karena angka kekambuhan setelah eksisi total sangat rendah
c) Hanya memerlukan satu terapi saja
d) Penyembuhan luka primer biasanya tercapai dengan memberikan hasil kosmertik
yang baik.

b. Kerugian Eksisi
a) Diperlukan anestesi local
b) Diperlukan tehnik aseptic dengan menggunakan instrument-instrumen bedah,kain
penyeka dan lap steril
c) Diperlukan sedikit waktu dan tingkat keahlian tertentu operatornya
c. Teknik Eksisi
Terdapat beberapa macam teknik eksisi yaitu eksisi elips simple, eksisi wedge, eksisi
sirkular dan eksisi multipel
a) Eksisi Elips (Fusiform)
Bentuk eksisi dasar dengan arah yang sejajar dengan garis dan lipatan kulit. Irisian
tegak lurus atau lebih luas kedalam sampai batas subkutis. Lesi-lesi yang dieksisi
berbentuk elips akan menghasilkan parut yang lebih panjang dari lesi kulitnya.
Tujuan utama mengeksisi lesi berbentuk elips adalah mengurangi terbentuknya
sisa kulit.
b) Eksisi Wedge
Lesi-lesi yang terletak pada area bebas seperti bibir, sudut mata, cuping hidung
dan telinga dieksisi mennggunakan eksisi wedge. Karsinoma sel skuamosa pada
bibir disarankan untuk dilakukan eksisi V sehingga dapat mengangkat jaringan
yang sama kelenjar limfenya.
c) Eksisi Sirkular
Pada kulit wajah yang terletak di atas jaringa kartilago seperti batang hidung satu
permukaan anterior telinga, lesi-lesi dapat dieksisi dengan bentuk sirkular dan
defek ditutup dengan skin graft full thickness. Tehnik ini juga dapat digunakan
pada bagian tubuh lain dengan sangat luas.
d) Eksisi Multipel
Eksisi serial atau ekspansi jarigan kadanng diperlukan untuk lesi-lesi yang luas
seperti congenital naevi. Tehnik ini memungkinan luka ditutup dengan skar yang
lebih pendek disbanding dengan eksisi elips satu langkah.
d. Komplikasi Eksisi
a) Pendarahan
b) Infeksi
c) Edema
d) Hipertrofi skar
e) Terbukanya jahitan

1.9 Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di
payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan
dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak
membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai
berikut :
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara.
Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian
yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke
dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu,
segeralah pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
c. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah
bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan.
Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada
benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
e. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila
diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila
ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat
dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih,
segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk
sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
1) Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status perkawinan,
alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit payudara
jinak ,hyperplasia tipikal.
b. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferative
mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker payudara, wanita dengan
hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini
c. Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian hormon dalam
waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti estrogen suplemen.
d. Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.
e. Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan makanan yang memakai
penyedap dan pengawet.
f. Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama pada usia yang
relative mudah dan menopause pada usia yang relative lebih tua
g. Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah melahirkan), infertilitas, dan
melahirkan anak pertama pada usia yang relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak
menyusui
3) Riwayat kesehatan sekarang
a. Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan
tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
b. Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai membesar.
c. Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting susu pada wanita
yang tidak hamil.
d. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma menyekat drainase
limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
e. Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan , mual, muntah,
ansietas.
f. Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit, dan ulserasi.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak perempuan serta
saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia
kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara
langsung.
b. Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker payudara atau
ovarium.
c. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium
dibawah 40 tahun.
d. Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau ovarium.
e. Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
5) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien,BB,Tinggi badan,
tekanan darah, suhu, RR, Nadi.
b. Kepala
1) Rambut
Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh
kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.
2) Wajah
Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
3) Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi
yang tidak adekuat Sklera tidak ikterik,palpebra tidak edema.

4) Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan cuping hidung yang
disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke
paru-paru.
4) Bibir
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
5) Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya pembuluh darah dan
caries positif
6) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
d. Dada atau Thorak
e. Jantung (Kardiovaskuler)
1. Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat
2. Palpasi
Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
3. Perkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis dektra, batas
jantung kiri RIC V,1 jari media linea clavukularis sinistra)
4. Auskultasi
Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
g. Mammae (payudara)
1. Inspeksi
Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan berwarna merah dan
payudara mengerut seperti kulit jeruk

2. Palpasi
Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba pembengkakan dan teraba
pembesaran kelenjar getah bening diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
h. Perut
1. Inspeksi
Biasanya tidak ada pembesaran
2. Palpasi
Biasanya bising usus (-)
3. Perkusi
Biasanya lien dan hepar tidak teraba
4. Auskultasi
Tympani
i. Genitourinaria
Biasanya genetalia bersih
j. Ekstremitas
Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
k. Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien tidak
elastis
6) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
1) Makan
Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi
Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan setengah porsi
2) Minum
Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari
Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5 gelas sehari
b. Eliminasi
1) Miksi
Sehat : biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc
Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari 800 cc,karateristiknya warna kekunangan,pekat dan
bau khas
2) Defekasi
Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari
Sakit : pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna kehitaman atau
kemerahan, konsistensi padat dan bau khas

c. Istirahat dan Tidur


Sehat: biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 9 jam sehari
Sakit : biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri yang dirasakan di bagian payudara
d. Kebersihan Diri
Sehat : biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok gigi 2 kali sehari,cuci rambut 1 kali
dalam 2 hari,pakain di ganti sesudah mandi
Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok gigi 1 kali sehari,cuci rambut 2
kali seminggu,pakain di ganti 1 kali sehari.
7) Data sosial ekonomi
Biasanya di tanyakan pada klien tentang pekerjaan, sumber penghasilan dalam
keluarga dan perubahan yang dialami sejak klien sakit, penangguang jawab biaya
perawatan klien selama sakit dan masalah keuangan yang dialami saat ini.

8) Data psikologi
Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat di rumah
sakit, harapan klien terhadap penyakitnya dapat segera sembuh setelah diobati,dukungan
dari keluarga baik dalam perubahan terhadap konsep diri tidak seperti biasanya.

9) Data spritual
Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit tertinggal dan agak terganggu di
bandingkan dengan sehat rutin dan rajin beribadah, pandangan klien terhadap penyakit
tetap optimis selama segala penyakit ada obatnya.
10) Pemeriksaan laboratorium/penunjang
a. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,trombosit
meningkat.
b. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini meningkat
c. Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita karsinoma mammae adalah
sinar X, sinar X ini di perlukan selain untuk screening pra-operasi,juga untuk melihat
apakah ada penyebaran kanker ke paru-paru, ultrasonografi : diperlukan bersamaan
dengan mammografi untuk membedakan krista yang berisi cairan dengan jenis lesi
lainnya.
d. Respon Hormone
Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone estrogen dan progesteron.
e. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas. Biopsi
jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan di sedot dengan
spuit 10 cc sampai jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi anatomi
untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna)
f. Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor dan di temukan dalam
serum missal CEA, antigen spesifik frosfat, alfa-fetoprotein, HCG, asam dll)dapat
membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostik
g. Tes kimia skrining
a) Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)
b) Tes ginjal (BUN)
c) Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)
d) Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)
h. Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastasis
11) Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya fikir
berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama dengan masalah yang di dapat pada pasien
(Gusneli,2007)

12) Diagnosa Keperawatan


1. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan yang akan dilakukan, krisis
situational
2. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah, pemasangan kateter, dan spasme kandung
kemih
3. Risiko infeksi berhubungan dengan insisi operasi
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh
5. Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan efek treatment

Anda mungkin juga menyukai