oleh
Riana Vera Andantika, S.Kep
NIM 122311101006
Mahasiswa
(H. Mustakim., S. Kep. Ns, MMKes.) (Ns. Mulia Hakam, M. Kep, Sp. KMB)
NIP.19750225 199703 1 003 NIP.19810319 201404 1 0
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN FIBROADENOMA MAMMAE DI INSTALASI BEDAH
SENTRAL RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Oleh : Riana Vera Andantika, S. Kep.
1. Konsep Teori
1.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara
1.1.1 Anatomi
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan
kelenjar dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan duktus.
Sedangkan jaringan stromal meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat.
Payudara terdapat dalam fasia superfisialis dinding torak ventral yang
berkembang menonjol tegak dari subklavikula sampai dengan costae atau
intercostae kelima sampai keenam (Haryono et al., 2011).
Menurut Pamungkas (2011) pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
a. Korpus ( badan)
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu
beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap
payudara.ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),
kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih
besar (duktus laktiferus)
b. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar,
akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding
alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi
dapat memompa ASI keluar.
c. Papilla atau puting
Bagian yang menonjol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu
(Nugroho, 2011).
Menurut Pamungkas (2011), bentuk putting ada 4, yaitu :
a) Bentuk putting susu normal
f. Perut
a) Inspeksi : Biasanya tidak ada pembesaran
b) Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan massa pada
abdomen
c) Perkusi: Biasanya lien dan hepar tidak teraba
d) Auskultasi :Tympani, bising usus dalam batas normal 5- 20x/menit
g. Genitourinaria : Biasanya genetalia bersih
h. Ekstremitas : Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
i. Sistem intergument : Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit
klien dan turgor kulit klien tidak elastis.
3. Post Operasi
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1. Nyeri NOC : NIC :
berhubungan Pain level Pain Management
dengan insisi Pain control a. Kaji karakteristik pasien secara a. Membantu dalam menentukan status
bedah, Comfort level Setelah PQRST nyeri pasien dan menjadi data dasar
pemasangan dilakukan tindakan untuk intervensi dan monitoring
kateter, dan keberhasilan intervensi
keperawatan selama 1 x 24
spasme kandung b. Lakukan manajemen nyeri sesuai b. Meningkatkan rasa nyaman dengan
kemih jam, nyeri yang dirasakan mengurangi sensasi tekan pada area
skala nyeri misalnya pengaturan
pasien berkurang: yang sakit
posisi fisiologis
a. Mampu mengontrol c. Ajarkan teknik relaksasi seperti c. Peningkatan suplai oksigen pada area
nyeri (tahu penyebab nafas dalam pada saat rasa nyeri nyeri dapat membantu menurunkan
nyeri, mampu datang rasa nyeri
menggunakan teknik d. Ajarkan metode distraksi d. Pengalihan rasa nyeri dengan cara
nonfarmakologi untuk distraksi dapat meningkatkan respon
mengurangi nyeri) pengeluaran endorphin untuk memutus
b. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan reseptor rasa nyeri
menggunakan e. Beri manajemen sentuhan berupa e. Meningkatkan respon aliran darah pada
manajemen nyeri pemijatan ringat pada area sekitar area nyeri dan merupakan salah satu
Mampu mengenali nyeri nyeri metode pengalihan perhatian
(skala, intensitas, f. Beri kompres hangat pada area nyeri f. Meningkatkan respon aliran darah pada
frekuensi dan tanda area nyeri
nyeri) g. Kolaborasi dengan pemberian g. Mempertahankan kadar obat dan
c. Menyatakan rasa analgesik secara periodik menghindari puncak periode nyeri
nyaman setelah nyeri
berkurang
2. Risiko infeksi NOC : a. Monitor tanda dan gejala infeksi a. Untuk mencegah terjadinya infeksi
berhubungan Risk Control sistenik dan lokal, Monitor
Setelah dilakukan tindakan kerentanan terhadap infeksi
dengan insisi b. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah b. Mendeteksi adanya infeksi
operasi keperawatan selama 3 x
c. Dorong masukkan nutrisi yang c. Nutrisi yang baik, cairan yang cukup,
24jam, resiko ineksi cukup, masukan cairan, dan serta istirahat yang cukup dapat
terkontrol: istirahat meningkatkan sistem imun tubuh
a. tidak ada tanda infeksi sehingga mencegah terjadiny infeksi.
b. penyembuhan luka baik
d. Laporkan kecurigaan infeksi, d. Agar segera dapat diambil tindakan
Laporkan kultur positif untuk mencegah infeksi semakin buruk.
4. Discharge Planning
1. Kontrol rutin sesuai jadwal, 1-2 tahun kontrol tiap 2 bulan, 3-5
tahun kontrol tiap 3 bulan, >6 tahun kontrol tiap 6 bulan.
2. Makan makanan yang bergizi sehingga dapat meningkatkan
kekebalan tubuh
3. Istirahat cukup dan olahraga teratur
4. Periksa payudara sendiri (SADARI)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, SC., Bare B.G. 2010. Medical Surgical Nursing Brunner& Suddarth.
Philadhelphia: Lippincott Williams & Wilkins.