Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN DENGAN


FIBROADENOMA MAMMAE (FAM) YANG AKAN DILAKUKAN
EXCISI DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS)
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

oleh
Riana Vera Andantika, S.Kep
NIM 122311101006

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan


Fibroadenoma Mammae (FAM) yang akan dilakukan tindakan Excisi di
Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSD dr. Soebandi Jember telah disetujui dan
disahkan pada:
Hari, tanggal : 06 Februari 2017
Tempat: Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSD dr. Soebandi

Jember, 06 Februari 2017

Mahasiswa

(Riana Vera Andantika, S. Kep)


NIM. 122311101006

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(H. Mustakim., S. Kep. Ns, MMKes.) (Ns. Mulia Hakam, M. Kep, Sp. KMB)
NIP.19750225 199703 1 003 NIP.19810319 201404 1 0
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN FIBROADENOMA MAMMAE DI INSTALASI BEDAH
SENTRAL RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Oleh : Riana Vera Andantika, S. Kep.

1. Konsep Teori
1.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara
1.1.1 Anatomi
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan
kelenjar dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan duktus.
Sedangkan jaringan stromal meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat.
Payudara terdapat dalam fasia superfisialis dinding torak ventral yang
berkembang menonjol tegak dari subklavikula sampai dengan costae atau
intercostae kelima sampai keenam (Haryono et al., 2011).

Gambar 1. Anatomi mammae anterior

Menurut Pamungkas (2011) pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
a. Korpus ( badan)
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu
beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap
payudara.ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),
kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih
besar (duktus laktiferus)
b. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar,
akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding
alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi
dapat memompa ASI keluar.
c. Papilla atau puting
Bagian yang menonjol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu
(Nugroho, 2011).
Menurut Pamungkas (2011), bentuk putting ada 4, yaitu :
a) Bentuk putting susu normal

b) Bentuk putting susu pendek

c) Bentuk putting susu panjang

d) Bentuk putting susu terbenam

Perdarahan jaringan payudara berasal dari arteri perforantes anterior


yang merupakan cabang dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis,
dan arteri interkostalis posterior. Sedangkan, sistem limfatik payudara terdiri
dari pleksus subareola dan pleksus profunda. Pleksus subareola mencakup
bagian tengah payudara, kulit, areola dan puting yang akan mengalir kearah
kelenjar getah bening pektoralis anterior dan sebagian besar ke kelenjar getah
bening aksila. Pleksus profunda mencakup daerah muskulus pektoralis menuju
kelenjar getah bening rotter, kemudian ke kelenjar getah bening subklavikula
atau route of Grouzsman, dan 25% sisanya menuju kelenjar getah bening
mammaria interna (Soetrisno, 2010).

Gambar 2. Sistem Limfatik Mammae


Persarafan sensorik payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan
cabang saraf interkostalis kedua sampai keenam sehingga dapat menyebabkan
penyebaran rasa nyeri terutama pada punggung, skapula, lengan bagian
tengah, dan leher (Moore et al., 2009). Vaskularisasi mammae :
a. Arteriae
a) Cabang-cabang perforantesa mammaria interna. Cabang-cabang I, II,
III, IV, V dari arteria mammaria interna menembus di dinding dada
dekat tepi sternum pada interkostal yang sesuai, menembus muskulus
pektoralis mayor dan memberi aliran darah pada tepi medial glandulla
mamma.
b) Rami pektoralis arteri thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di
antara muskulus pektoralis minor dan muskulus pektoralis mayor.
Pembuluh ini merupakan pembuluh utama muskulus pektoralis mayor,
arteri ini akan memberikan aliran darah ke glandula mamma bagian
dalam (deep surface)
c) A.thorakalis lateralis (arteri mammae eksternal). Pembuluh darah ini
berjalan turun menyusuri tepi lateral muskulus pektoralis mayor untuk
mendarahi bagian lateral payudara.
b. Vena
a) Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna. Vena ini merupakan
vena yang tersebar pada jaringan payudara yang mengalirkan darah
dari payudara dan bermuara pada v. Mammaria interna yang kemudian
bermuara pada v. minominata.
b) Cabang-cabang v. aksillaris, yang terdiri dari v. thorakoakromialis. v.
thoraklais lateralis dan v. thorako-dorsalis.
c) Vena-vena kecil bermuara pada v. Interkostalis. Vena interkostalis
bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara pada. Azygos
(melalui vena-vena ini, keganasan pada payudara akan dapat
bermetastase langsung ke paru).
1.1.2 Fisiologi
Secara fisiologi unit fungsional terkecil jaringan payudara adalah asinus.
Sel epitel asinus memproduksi air susu dengan komposisi dari unsur protein
yang disekresi apparatus golgi bersama faktor imun IgA dan IgG, unsur lipid
dalam bentuk droplet yang diliputi sitoplasma sel. Dalam perkembangannya,
kelenjar payudara dipengaruhi oleh hormon dari berbagai kelenjar endokrin
seperti hipofisis anterior, adrenal, dan ovarium. Kelenjar hipofisis anterior
memiliki pengaruh terhadap hormonal siklik follicle stimulating hormone
(FSH) dan luteinizing hormone (LH). Sedangkan ovarium menghasilkan
estrogen dan progesteron yang merupakan hormon siklus haid. Pengaruh
hormon siklus haid yang paling sering menimbulkan dampak yang nyata
adalah payudara terasa tegang, membesar atau kadang disertai rasa nyeri.
Sedangkan pada masa pramenopause dan perimenopause sistem
keseimbangan hormonal siklus haid terganggu sehingga beresiko terhadap
perkembangan dan involusi siklik fisiologis, seperti jaringan parenkim atrofi
diganti jaringan stroma payudara, dapat timbul fenomena kista kecil dalam
susunan lobular atau cystic change yang merupakan proses aging (Soetrisno,
2010; Sabiston, 2011). Terdapat 2 hormon yang berperan dalam proses
perkembangan payudara antara lain :
a. Peranan Estrogen (Pertumbuhan sistem duktus)
Selama kehamilan, sejumlah besar estrogen disekresikan oleh plasenta
sehingga sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara
bersamaan, stroma payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak
terdapat dalam stroma. Sedikitnya ada 4 hormon lain yang penting dalam
pertumbuhan sistem duktus diantaranya hormon pertumbuhan, prolaktin,
glukokortikoid adrenal dan insulin. Masing-masing hormon tersebut
diketahui memainkan paling sedikit beberapa peranan dalam metabolisme
protein.
b. Peranan Progesteron (Perkembangan sistem lobulus-alveolus)
Perkembangan akhir payudara menjadi organ yang menyekresi air susu
juga memerlukan progesteron. Sekali sistem duktus telah berkembang,
progesteron bekerja secara sinergistik dengan estrogen, juga dengan
semua hormon-hormon lain yang disebutkan di atas menyebabkan
pertumbuhan lobulus payudara, dengan pertunasan alveolus dan
perkembangan sifat-sifat sekresi dari sel-sel alveoli. Perubahanperubahan
ini analog dengan efek sekresi progesteron pada endometrium uterus
selama pertengahan akhir siklus seksual wanita.
1.2 Definisi
Fibroadenoma mammae (FAM) adalah tumor jinak yang memiliki
karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan berkonsistensi padat
kenyal ( Kumar, 2007). Fibroadenoma mammae merupakan suatu tumor jinak
yang tumbuh meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat. FAM juga merupakan
benjolan jinak yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan pada salah satu
lobulus payudara (Pierce, 2007). Fibroadenoma mammae merupakan tumor
jinak pada payudara benjolan yang dapat digerakkan (Indonesian Nurse,
2008). FAM merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita
muda, teraba sebagai benjolan bulat dan konsistensi kenyal. Tumor ini tidak
melekat pada jaringan sekitarnya dan amat mudah untuk digerakkan, Biasanya
FAM tidak disertai rasa nyeri dan tidak lagi ditemukan pada masa menopause
(Sjamsuhidajat, 2010). Sehingga dapat disimpulkan bahwa FAM merupakan
tumor jinak yang berupa benjolan pada payudara tidak nyeri dan dapat
digerakkan yang banyak ditemui pada wanita yang berusia muda.
1.3 Etiologi
Menurut Kumar (2007) penyebab dari fibroadenoma mammae adalah
peningkatan mutlah atau nisbi aktifitas estrogen di perkirakan berperan dalam
pembentukan FAM. Lesi serupa muncul bersama dengan perubahan
fibrokistik (fibroadenosis) pada usia < 30 tahun, jenis kelamin, genetik, stress,
serta lesi prekanker yang juga dapat menyebabkan terbentuknya FAM.
Fibroadenoma mammae ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen.
Biasanya ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat
hamil karena produksi hormon estrogen meningkat. Secara histology fibroadenoma
mammae dapat dibagi menjadi dua yatiu:
1.3.1 Intracanalicular fibroadenoma
Fibroadenoma pada payudara yang secara tidak teratur dibentuk dari
pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung serat
jaringanepitel.
1.3.2 Pericanalicular fibroadenoma
Fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar atau kista yang
dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan.Sedangkan
fibroadenoma mammae dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu Common
fibroadenoma, Giant fibroadenoma umumnya berdiameter lebih dari 5 cm dan
Juvenile fibroadenoma pada remaja.
1.4 Faktor Resiko
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti,
namun berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang
mempengaruhi timbulnya tumor ini antara lain riwayat perkawinan yang
dihubungkan dengan status perkawinan dan usia perkawinan, paritas dan
riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli (2011) menyatakan
bahwa pasien yang tidak menikah meningkatkan risiko kejadian FAM
(OR=6.64, CI 95% 2.5616.31) artinya penderita FAM kemungkinan 6,64 kali
adalah wanita yang tidak menikah. Selain itu, hasil penelitian tersebut juga
menyatakan bahwa menikah <21 tahun meningkatkan risiko kejadian FAM
(OR=2.84, CI 95% 1.236.53) artinya penderita FAM kemungkinan 2,84 kali
adalah wanita yang menikah pada usia <21 tahun. Penurunan paritas
meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama meningkat pada kelompok
wanita nullipara. Berat badan yang berlebihan dengan IMT >30 kg/m2 juga
menjadi faktor resiko terjadinya FAM (OR=2.45,CI 95% 1.043.03) artinya
wanita dengan IMT >30 kg/m2 memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM
dibandingkan wanita dengan IMT normal.
1.5 Patofisiologi
Fibroadenoma berasal dari proliferasi kedua unsur lobulus yaitu asinus
atau duktus terminalis dan jaringan fibroblastic (Nasar, 2010). Fibroadenoma
merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa
reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga
kelainan ini sering dgolongkan dalam mammary dysplasia. Fibroadenoma
mamae bukan merupakan satu-satunya penyakit pada payudara, namuninsiden kasus
tersebut tinggi, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, estrogen
danusia permulaan. Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel.
Penimbunan mutasimerupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi
di jaringan fibrosa dan jaringan epitel dapat menyebabkan proliferasi sel yang
abnormal sehingga akan tampak tumor yangmembentuk lobus- lobus hal ini
dikarenakan terjadi gangguan pada nukleus sel yangmenyebabkan sel
kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut anaplasia. Dengan
rangsanganestrogen fibroadenoma mamae ukurannya akan lebih meningkat
hal ini terlihat saatmenstruasi dan hamil. Nyeri pada payudara disebabkan
karena ukuran dan tempatpertumbuhan fibroadenoma mamae. Karena
fibroadenoma mamae tumor jinak makapengobatan yang dilakukan adalah
dengan mengangkat tumor tersebut, untuk mengetahuiapakah tumor itu ganas
atau tidak tumor yang sudah di ambil akan di bawa ke laboratoriumpatologi
untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yang mobile atau dapat digerakkan,
lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai dengan
empat sentimeter, dan banyak ditemukan pada kuadran lateral kanan atas
payudara kiri pada penderita yang right handed. Benjolan ini dapat bertambah
besar satu sentimeter dibawah pengaruh estrogen haid normal, kehamilan,
laktasi, atau penggunaan kontrasepsi oral. Secara makroskopik, benjolan ini
berbeda morfologinya dari lesi ganas yaitu tepi tajam dan permukaannya putih
keabuan sampai merah muda serta homogen. Sedangkan secara mikroskopik,
terdapat susunan lobulus Pada gambaran histologis menunjukkan stroma
dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik
yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian
fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :
1.5.1 Fibroadenoma Pericanaliculare
Kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau
beberapa lapis.
1.5.2 Fibroadenoma intracanaliculare
Jaringan ikat yang mengalami proliferasi lebih banyak sehingga
kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang
sempit atau menghilang.Pada saat menjelang haid dan kehamilan
tampak pembesaran sedikit dan pada saatmenopause terjadi regresi.
1.6 Manifestasi Klinis
Adapun tanda gejala yang dutemukan pada pasien dengan fibroadenoma
mammae antara lain sebagai berikut.
a. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada
penampangtampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal
b. Ada bagian yang menonjol ke permukaan
c. Ada penekanan pada jaringan sekitar
d. Ada batas yang tegas
e. Bila diameter mencapai 10 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant
Fibroadenoma)
f. Memiliki kapsul dan soliter
g. Benjolan dapat digerakkan
h. Pertumbuhannya lambat
i. Mudah diangkat dengan lokal surgery
j. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian
1.7 Komplikasi
FAM mempunyai risiko yang sangat rendah untuk menjadi tumor ganas.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah berlakunya pembesaran yang terlalu
pada tumor tersebut yang bisa menyebabkan terjadinya deformitas bentuk
payudara penderita. Komplikasi FAM meliputi :
a. Dampak psikologi
b. Gangguan dalam kehidupan seharian
c. Tumor jinak menjadi ganas
d. Metastasi ke jaringan organ lain
1.8 Pemeriksaan Penunjang
1.8.1 Anamnesis
Anamnesis harus diawali dengan pencatatan identitas pasien secara
lengkap, keluhan apa yang mendasari penderita untuk datang ke dokter.
Keluhan ini dapat berupa massa di payudara yang berbatas tegas atau tidak,
benjolan dapat digerakkan dari dasar atau melekat pada jaringan di bawahnya,
adanya nyeri, cairan dari puting, adanya retraksi puting payudara, kemerahan,
ulserasi sampai dengan pembengkakan kelenjar limfe (Britto, 2005; Sabiston,
2011). Terdapat kemungkinan patologis yang menyebabkan terdapatnya lesi
klinis pada payudara wanita dari berbagai umur, seperti yang terdapat pada
tabel 1.
Tabel 1. Hubungan umur dengan keadaan lesi (Underwood & Cross, 2010).

Kemungkinan Penyebab Patologis


Presentasi
<25 tahun 25-35 tahun 35-55 >55 tahun
Klinis
tahun
Benjolan FAM FAM FAM, Phyloides
mobile Phyloides
Benjolan Jarang Fibrokistik Fibrokistik Jarang
berbatas
tegas
Benjolan Jarang Karsinoma Karsinoma Karsinoma,
keras dan Nekrosis
melekat lemak
Discharge Jarang Jarang Duktus Duktus
papila eksatia eksatia
Ulserasi Adenoma Adenoma Paget Paget
papila papila papila disease, disease,
Adenoma Adenoma
papila papila

Perlu ditanyakan pula riwayat penyakit terdahulu hingga riwayat


penyakit sekarang. Tumor mulai dirasakan sejak kapan, cepat membesar atau
tidak terasa sakit atau tidak. Anamnesis penderita kelainan payudara harus
disertai pula dengan riwayat keluarga, riwayat kehamilan maupun riwayat
ginekologi (Underwood & Cross, 2010).
1.8.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pasien diminta duduk tegak atau berbaring atau kedua duanya, kemudian
perhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, retraksi
adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan (Britto, 2005).
b. Palpasi
Palpasi lebih baik dilakukan berbaring dengan bantal tipis dipunggung
sehingga payudara terbentang rata. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sendiri
oleh pasien atau oleh klinisi menggunakan telapak jari tangan yang
digerakan perlahanlahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara.
Benjolan yang tidak teraba ketika penderita berbaring kadang lebih mudah
ditemukan pada posisi duduk. Perabaan aksila pun lebih mudah dilakukan
dalam posisi duduk. Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui
adanya pengeluaran cairan, darah, atau nanah. Cairan yang keluar dari kedua
puting susu harus dibandingkan (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005; Hanriko
& Mustofa, 2011). Teknik palpasi ini tersaji pada gambar 3.

Gambar 3.Teknik palpasi pada payudara


Terdapat tanda atau gejala dari hasil pemeriksaan fisik yang dapat
menunjukkan bentuk lesi mamma, seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Tanda hasil pemeriksaan fisik
Tanda atau Gejala Dasar Patologis
Benjolan
Difus Fibrosis, hyperplasia eptel dan kista
pada perubahan fibrokistik
Soliter Neoplasma atau kista soliter
Mobile Neoplasma jinak (biasanya FAM)
Melekat Neoplasma Invasif (Karsinoma)
Gambaran Kulit
Edema (peau dorange) Gangguan aliran limfe akibat
karsinoma
Berkerut atau berlekatan Invasi kulit akibat karsinoma
Eritema Aliran darah meningkat akibat radang
atau tumor
Papila Mamma
Discharge Mirip ASI atau darah
Retraksi Terkait karsinoma invasive
Eritema dan bersisik Penyakit paget papilla mamma atau
ekzema
Nyeri Mamma
Siklik Penyakit jinak mamma
Pada Palpasi Lesi radang
Pembesaran Kelenjar Aksila Metastasis karsinoma mamma
Nyeri Tulang atau Fraktur Metastasis karsinoma mamma atau
berhubungan dengan hiperkalsemia

1.8.3 Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)


Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran
2225 gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil
contoh cairan dari kista payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa
yang solid pada payudara. Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil
dari payudara akan diperiksa di bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih
dahulu dilakukan pengecatan sampel (Mulandari, 2003; Fadjari, 2012).
Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan
pembersihan pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat
diraba maka jarum halus tersebut di masukan ke daerah benjolan seperti pada
gambar 4.

Gambar 4. Pemeriksaan FNAB


Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan
dengan panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi atau
USG. Setelah jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak
normal, maka dilakukan aspirasi melalui jarum tersebut (Tambunan & Lukito,
2007). Pada prosedur FNAB seringkali tidak dilakukan pembiusan lokal
karena prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit dibandingkan
pemeriksaan FNAB itu sendiri. Selain itu, lidokain yang digunakan sebagai
bahan anestesi bisa menimbulkan artefak yang dapat terlihat pada
pemeriksaan mikroskopis (Soetrisno, 2010). Hampir semua tumor dapat
dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya superfisial palpable ataupun
tumor yang terletak di dalam rongga tubuh unpalpable, dengan indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku
intraoperatif
c. Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan
wanita lanjut usia
d. Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e. Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f. Nodulnodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g. Kasus kanker payudara stadium lanjut yang sudah inoperabel
h. Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian (Lestadi, 2004).
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB
adalah metode tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun
insisi payudara. Hasil dapat diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat
segera mendapatkan terapi selanjutnya. Keuntungan lain dari metode ini
adalah biaya pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan stress pasien lebih
singkat dibandingkan metode biopsi (Abusalem, 2002; Underwood & Cross,
2010). Kekurangan dari metode ini hanya mengambil sangat sedikit jaringan
atau sel payudara sehingga hanya dapat menghasilkan diagnosis berdasarkan
keadaan sel. Dari kekurangan tersebut, FNAB tidak dapat menilai luasnya
invasi tumor dan terkadang subtipe kanker tidak dapat diidentifikasi sehingga
dapat terjadi negatif palsu (Tambunan & Lukito, 2007; Mulandari, 2003).
Dibawah mikroskop tumpor tersebut tampak seperti berikut :
a. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa)
danberasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus.
b. Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang
berbentuk bular(perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler).
c. Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar
pendek uniform.

1.8.4 Pemeriksaan Histologi


Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang
sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil
jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi
maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode
biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan pengambilan jaringan yang
dicurigai patologis disertai pengambilan sebagian jaringan normal sebagai
pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode ini hampir 100%
karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan
kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan
seperti harus melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu
pemulihan yang lebih lama karena harus di insisi, menimbulkan bekas berupa
jaringan parut yang nantinya akan mengganggu gambaran mammografi, serta
dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan dan infeksi (Sabiston, 2011).
1.8.5 Mammografi dan Ultrasonografi
Mammografi dan ultrasonografi berperan dalam membantu diagnosis
lesi payudara yang padat palpable maupun impalpable serta bermanfaat untuk
membedakan tumor solid, kistik dan ganas. Teknik ini merupakan dasar untuk
program skrinning sebagai alat bantu dokter untuk mengetahui lokasi lesi dan
sebagai penuntun FNAB. Menurut Muhartono (2012), FNAB yang dipandu
USG untuk mendiagnosis tumor payudara memiliki sensitivitas tinggi yaitu
92% dan spesifisitas 96% (Underwood & Cross, 2010). Pemeriksaan ini
mempergunakan linear scanner dengan transduser berfrekuensi 5 MHz.
Secara sistematis, scanning dimulai dari kuadran medial atas dan bawah
dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah dengan film polaroid pada
potongan kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai ketepatan USG untuk lesi
kistik adalah 9095%, sedangkan untuk lesi solid seperti FAM adalah 75
85%. Untuk mengetahui tumor ganas nilai ketepatan diagnostik USG hanya
6278% sehingga masih diperlukan pemeriksaan lainnya untuk menentukan
keganasan pada payudara (Rasad & Makes, 2005; Hanriko & Mustofa, 2011).

1.8.6 MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Pemeriksaan yang direkomendasikan pada wanita yang
memiliki resiko
1.8.7 USG Payudara
Dikenal dengan beast ultrasound digunakan untuk
mengevaluasi adanya ketidaknormalan pada payudara yang telah
ditemuka pada hasil pemeriksaan mammografi.
1.9 Penatalaksanaan
Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai berikut
ukuran, terdapat rasa nyeri atau tidak, usia pasien, dan hasil biopsy. Terapi dari
fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi pengangkatan tumor
tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada operasi. Operasi tidak
akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya akan meninggalkan luka
atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan normal secara
perlahan (Nugroho, 2011).
1.9.1 Prosedur Teknik Operasi
Dengan pembiusan general, punggung penderita diganjal bantal tipis,
sendi bahudiabduksikan ke arah kranial. Lokasi tumor ditandai dengan spidol/
tinta. Desinfeksilapangan operasi (dibawah klavikula), midsternal, linea
aksilaris, posterior, sela iga ke 8 dengan larutan desinfektan povidone iodine
105. Lapangan operasi dipersempit denganduk steril. Bila memungkinkan
insisi dikerjakan sirkumareolar, tetapi bila lokasi tumor cukup jauh dari areola
(>4 cm), maka insisi dikerjakan di atas tumor sesuai dengan garis Langeratau
diletakkan pada daerah-daerah yang tersembunyi. Untuk insisi sirkumarelar
maka putingsusu dipegang dengan jari telunjuk dan ibu jari, dilakukan marker
insisi. Dengan pisaudilakukan insisi periareolar sampai fasia superfisialis
subkutan. Flap kulit diangkat keatasdengan bantuan hak tajam, dengan
gunting dilakukan undermining sepanjang fasia superfisialkearah lokasi tumor.
Rawat perdarahan, lalu identifikasi tumor. Jepit jaringan sekitar tumorpada 3
tempat dengan kocher, lalu dilakukan eksisi tumor sesuai tuntunan kocher.
Rawatperdarahan lagi, orientasi seluruh bed tumor lalu dipasang redon drain
dengan lubang dikuadran lateral bawah (bila menggunakan penrose drain,
darin dikeluarkan di garis insisi).Jahit subkutan fat dengan plain cat gut 3.0.
Jahit kulit dengan. prolene 4.0. Luka operasiditutup dengan kasa betadine.
Dilakukan dressing luka operasi dengan teknik suspense payudara (BH
buatan) tanpa mengganggu gerakan sendi bahu.
1.9.2 Operasi Excisi
Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma.
Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi
payudara dan untuk menghindari bekas luka.Pemilihan tipe insisi dilakukan
berdasarkan ukuran dan lokasi dari lesidi payudara. terdapat 3 tipe insisi yang
biasa digunakan, yaitu.
1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar
2. Circumareolar Incision
3. Curve/Semicircular Incision
Tipe insisi yang paling sering digunakan adalag tipe radial. Tipe
circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dandeformitas, tetapi
hanya memberikan pembukaan yang terbatas. Tipeini digunakan hanya untuk
fibroadenoma yang tunggal dan kecil danlokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas
areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang besar
dan beradadi daerah lateral payudara.
a. Keuntungan Eksisi
a) Seluruh specimen dapat diperiksa untuk diagnosis histologis dan
sekaligus melaksanakan eksisi total
b) Pasien-pasien tidak memerlukan follow up yang berkepanjangan
setelah eksisi karena angka kekambuhan setelah eksisi total sangat
rendah
c) Hanya memerlukan satu terapi saja
d) Penyembuhan luka primer biasanya tercapai dengan memberikan hasil
kosmertik yang baik.
b. Kerugian Eksisi
a) Diperlukan anestesi local
b) Diperlukan tehnik aseptic dengan menggunakan instrument-instrumen
bedah,kain penyeka dan lap steril
c) Diperlukan sedikit waktu dan tingkat keahlian tertentu operatornya
c. Teknik Eksisi
Terdapat beberapa macam teknik eksisi yaitu eksisi elips simple, eksisi
wedge, eksisi sirkular dan eksisi multipel
a) Eksisi Elips (Fusiform)
Bentuk eksisi dasar dengan arah yang sejajar dengan garis dan lipatan
kulit. Irisian tegak lurus atau lebih luas kedalam sampai batas subkutis.
Lesi-lesi yang dieksisi berbentuk elips akan menghasilkan parut yang
lebih panjang dari lesi kulitnya. Tujuan utama mengeksisi lesi
berbentuk elips adalah mengurangi terbentuknya sisa kulit.
b) Eksisi Wedge
Lesi-lesi yang terletak pada area bebas seperti bibir, sudut mata,
cuping hidung dan telinga dieksisi mennggunakan eksisi wedge.
Karsinoma sel skuamosa pada bibir disarankan untuk dilakukan eksisi
V sehingga dapat mengangkat jaringan yang sama kelenjar limfenya.
c) Eksisi Sirkular
Pada kulit wajah yang terletak di atas jaringa kartilago seperti batang
hidung satu permukaan anterior telinga, lesi-lesi dapat dieksisi dengan
bentuk sirkular dan defek ditutup dengan skin graft full thickness.
Tehnik ini juga dapat digunakan pada bagian tubuh lain dengan sangat
luas.
d) Eksisi Multipel
Eksisi serial atau ekspansi jarigan kadanng diperlukan untuk lesi-lesi
yang luas seperti congenital naevi. Tehnik ini memungkinan luka
ditutup dengan skar yang lebih pendek disbanding dengan eksisi elips
satu langkah.
d. Komplikasi Eksisi
a) Pendarahan
b) Infeksi
c) Edema
d) Hipertrofi skar
e) Terbukanya jahitan
1.10 Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum
menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan.
Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput,
lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau
keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara.
c. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala,
dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan
telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara.
Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada
ketiak kiri.
e. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar
susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan
mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat
digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada
sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin
dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara
sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan
2. Clinical Pathway (Terlampir)
3. Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien : Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
suku bangsa, agama, status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal
masuk dan penanggung jawab.
3.1.2 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat menstruasi: biasanya terjadi pada wanita yang menarche pada
usia yang lebih muda.
a. Riwayat perkawinan: biasanya terjadi pada wanita yang terlambat
memiliki anak. Hal ini menyangkut pada usia berapa pasien
menikah.
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu:
c. Riwayat KB: -
d. Riwayat Laktasi: apakah ibu menyusui atau tidak.
e. Riwayat gynekologi: pernah atau tidak menderita FAM
sebelumnya.
f. Riwayat penyakit ibu dan keluarga: adakah keturunan dari keluarga
yang memiliki FAM
g. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual:
a) Biologis: jenis makanan yang sering dikonsumsi ibu, apakah
yang berlemak tinggi, mengandung banyak MSG, makanan
cepat saji, atau yang lainnya.
b) Psiko: apakah ibu sering mengalami stress atau tidak

3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan utama: pasien biasanya datang dengan keluhan ada massa
pada daerah payudara yang berbentuk bulat atau oval, bertekstur
kenyal atau padat, biasanya nyeri dna dapat bergerak (mobile).
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi badan, tekanan darah,
suhu, RR, Nadi.
b. Kepala
a) Rambut : Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau
alopesia karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.
b) Wajah: Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
c) Mata : Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis
disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak
ikterik,palpebra tidak edema.
d) Hidung : Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya
pernafasan cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama
pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.
e) Bibir : Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
f) Gigi: Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat
rapuhnya pembuluh darah dan caries positif
g) Lidah: Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang
bersih.
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
d. Jantung
a) Inspeksi: Biasanya iktus tidak terlihat
b) Palpasi :Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
c) Perkusi: Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea
staralis dektra, batas jantung kiri RIC V,1 jari media linea clavukularis
sinistra)
d) Auskultasi : Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
e. Payudara
a) Inspeksi
Pasien diminta duduk tegak atau berbaring atau kedua duanya,
kemudian perhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan,
lekukan, retraksi adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus dan
benjolan (Britto, 2005).
b) Palpasi
Palpasi lebih baik dilakukan berbaring dengan bantal tipis
dipunggung sehingga payudara terbentang rata. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan sendiri oleh pasien atau oleh klinisi menggunakan telapak jari
tangan yang digerakan perlahanlahan tanpa tekanan pada setiap kuadran
payudara. Benjolan yang tidak teraba ketika penderita berbaring kadang
lebih mudah ditemukan pada posisi duduk. Perabaan aksila pun lebih
mudah dilakukan dalam posisi duduk. Dengan memijat halus puting susu
dapat diketahui adanya pengeluaran cairan, darah, atau nanah. Cairan yang
keluar dari kedua puting susu harus dibandingkan (De Jong &
Sjamsuhidajat, 2005; Hanriko & Mustofa, 2011). Teknik palpasi ini tersaji
pada gambar 3.

Gambar 3.Teknik palpasi pada payudara


Terdapat tanda atau gejala dari hasil pemeriksaan fisik yang dapat
menunjukkan bentuk lesi mamma, seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Tanda hasil pemeriksaan fisik
Tanda atau Gejala Dasar Patologis
Benjolan
Difus Fibrosis, hyperplasia eptel dan kista
pada perubahan fibrokistik
Soliter Neoplasma atau kista soliter
Mobile Neoplasma jinak (biasanya FAM)
Melekat Neoplasma Invasif (Karsinoma)
Gambaran Kulit
Edema (peau dorange) Gangguan aliran limfe akibat
karsinoma
Berkerut atau berlekatan Invasi kulit akibat karsinoma
Eritema Aliran darah meningkat akibat radang
atau tumor
Papila Mamma
Discharge Mirip ASI atau darah
Retraksi Terkait karsinoma invasive
Eritema dan bersisik Penyakit paget papilla mamma atau
ekzema
Nyeri Mamma
Siklik Penyakit jinak mamma
Pada Palpasi Lesi radang
Pembesaran Kelenjar Aksila Metastasis karsinoma mamma
Nyeri Tulang atau Fraktur Metastasis karsinoma mamma atau
berhubungan dengan hiperkalsemia

f. Perut
a) Inspeksi : Biasanya tidak ada pembesaran
b) Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan massa pada
abdomen
c) Perkusi: Biasanya lien dan hepar tidak teraba
d) Auskultasi :Tympani, bising usus dalam batas normal 5- 20x/menit
g. Genitourinaria : Biasanya genetalia bersih
h. Ekstremitas : Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
i. Sistem intergument : Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit
klien dan turgor kulit klien tidak elastis.

3.2 Diagnosa Keperawatan


3.2.1 Diagnosa Pre Operatif
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan: Penyakit kronis
Ditandai dengan
a) Berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
untuk tinggi badan dan rangka tubuh
b) Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolic, baik kalori total
maupun zat gizi tertentu
c) Kehilangan berat baan dengan asupan makanan yang adekuat
d) Melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari RDA.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan: Penurunan energy dan
kelelahan
Ditandai dengan :
Subjektif
a) Dispnea
b) Napas pendek
Objektif
a) Perubahan ekskursi dada
b) Mengambil posisi tiga titik tumpu
c) Bradipnea
d) Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi
e) Penurunan vntilasi semenit
f) Penurunan kapasitas vital
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman atau
perubahan pada status peran, fungsi peran, lingkungan, status kesehatan,
status ekonomi, atau pola interaksi, ancaman terhadap konsep diri
Ditandai dengan :
Perilaku
a) Penurunan produktivitas
b) Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa
hidup
c) Gerakan yang tidak relevan
d) Gelisah
e) Memandang sekilas
f) Insomnia
g) Kontak mata kurang
h) Resah
i) Menyelidik dan tidak waspada
Afektif
a) Gelisah
b) Kesedihan yang mendalam
c) Distress
d) Ketakutan
e) Perasaan tidak adekuat
f) Fokus pada diri sendiri
g) Peningkatan kekhawatiran
h) Iritabilitas
i) Gugup
j) Gembira berlebihan
k) Nyeri dan peningkatan ketidakberdayaan yang persisten
l) Marah
m) Menyesal
n) Perasaan takut dan khawatir
o) Ketidakpastian
Fisiologis
a) Wajah tegang
b) Peningkatan keringat
c) Peningkatan keteganbgan
d) Terguncang
e) Gemetar/tremor
f) Suara bergetar
Parasimpatis
a) Nyeri abdomen
b) Penurunan TD, nadi
c) Diare
d) Pingsan
e) Keletihan
f) Mual
g) Gangguan tidur
h) Kesemutan pada ekstremitas
i) Sering berkemih
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
kesalahan dalam memahami informasi yang ada
Ditandai dengan
Subjektif:
a) Mengungkapkan masalah secara verbal
Objektif
a) Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat
b) Performa uji tidak akurat
c) Perilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan (histeris,
bermusuhan, agitasi atau apatis)
3.1.2 Diagnosa Intra Operatif
a. Resiko cedera berhubungan dengan tindakan operasi
3.1.3 Diagnosa Post Operatif
a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah, pemasangan kateter, dan
spasme kandung kemih
b. Risiko infeksi berhubungan dengan insisi operasi
c. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan paskaoperatif dan masa
penyembuhan
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan
1. Pre Operasi
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1. Ansietas NOC : NIC:
berhubungan Anxiety self-control Anxiety Reduction
dengan prosedur Anxiety level a. Identifikasi tingkat kecemasan a. Mengidentifikasi seberapa jauh
Setelah dilakukan tindakan pasien penyakit menyebabkan kecemasan pada
pembedahan yang
keperawatan selama 1 x pasien dan merupakan pedoman dalam
akan dilakukan, 30menit, ansietas berkurang menentukan intervensi yang tepat bagi
krisis situational a. Mampu pasien
mengidentifikasi dan b. Jelaskan semua prosedur dan apa b. Memfasilitasi pengetahuan pasien
mengungkapkan gejala yang dirasakan selama prosedur terhadap tindakan yang akan dilakukan
cemas dan memberi ketenangan pada pasien
b. Mengidentifikasi, c. Pahami perspektif pasien terhadap c. Membantu menentukan teknik untuk
mengungkapkan dan kecemasan mengurangi kecemasan pada pasien
menunjukkan teknik d. Dorong keluarga untuk senantiasa d. Mencegah pasien mengalami ansietas
untuk mengontrol menemani pasien dan memberikan yang berlebihan
cemas ketenangan pada pasien
c. Tanda-tanda vital dalam e. Bantu pasien untuk mengenal situasi e. Mencegah pasien mengalami cemas
rentang normal yang dapat menyebabkan cemas yang berulang akibat ketidakmampuan
d. Postur tubuh ekspresi dalam mengenal situasi
wajah, bahasa tubuh f. Berikan informasi mengenai kondisi f. Memfasilitasi pengetahuan pasien
dan tingkat aktivitas penyakit pasien mengenai kondisi penyakitnya dan
menunjukkan memberi ketenangan pada pasien
berkurangnya g. Dorong pasien untuk g. Mengurangi beban pasien terhadap
kecemasan mengungkapkan perasaan, ansietas yang dirasakan
ketakutan, dan persepsi terhadap
rasa sakit yang dialaminya
h. Kolaborasikan pemberian obat h. Mengurangi ansietas yang dirasakan
untuk menenangkan pasien pasien
2. Intra operasi
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1. Resiko cedera NOC NIC
berhubungan Surgical precaution Surgical precaution
dengan tindakan Setelah dilakukan tindakan 1. Tidurkan klien pada meja operasi 1. Mencegah jatuhnya klien.
operasi perawatan sealama 1x24 dengan posisi sesuai kebutuhan
jam pasien akan terhindar 2. Monitor penggunaan instrumen 2. Dapat mengetahuipemakaian
instrumen, jarum dan kasa.
dari risiko cedera: 3. Pastikantidak ada instrumen yang
3. Dengan tertinggalnya benda asing
Tidak ada komplikasi tertinggal dalam tubuh klien dalam tubuh klien dapat menimbulkan
pembedahan pada jaringan bahaya.
daerah sekitar
Risiko cedera berkurang
atau hilang

2 Resiko syok NOC : NIC :


berhubungan Blood lose severity Bleeding Precautions
dengan Blood koagulation a. Monitor tanda-tanda vital a. Mengetahui kondisi umum pasien
hipovolemia Setelah dilakukan tindakan b. Monitor ketat tanda-tanda b. Mencegah terjadinya perdarahan
keperawatan selama1 x24 perdarahan berlebihan yang tidak terlihat
jam, pasien tidak beresiko c. Monitor kebutuhan cairan pasien c. Untuk mempertahankan keseimbangan
syok: cairan tubuh pasien
a. Tidak ada hematuria d. Prosedur pembedahan terkadang dapat
d. Lindungi pasien dari trauma atau
dan hematemesis menyebabkan perdarahan yang
prosesur pembedahan yang dapat
b. Kehilangan darah yang berlebihan
menyebabkan perdarahan
terlihat e. Kadar Hb dan Ht menjadi indikasi
berlebihan
c. Tekanan darah dalam berkurangnya volume darah
e. Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan
batas normal baik sistol sesudah terjadinya perdarahan f. Mengganti volume darah yang hilang
maupun diastole f. Kolaborasi dalam pemberian
d. Tidak ada perdarahan transfusi darah
pervagina maupun
internal bleeding
e. Hemoglobin dan
hematokrit dalam batas
normal

3. Post Operasi
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1. Nyeri NOC : NIC :
berhubungan Pain level Pain Management
dengan insisi Pain control a. Kaji karakteristik pasien secara a. Membantu dalam menentukan status
bedah, Comfort level Setelah PQRST nyeri pasien dan menjadi data dasar
pemasangan dilakukan tindakan untuk intervensi dan monitoring
kateter, dan keberhasilan intervensi
keperawatan selama 1 x 24
spasme kandung b. Lakukan manajemen nyeri sesuai b. Meningkatkan rasa nyaman dengan
kemih jam, nyeri yang dirasakan mengurangi sensasi tekan pada area
skala nyeri misalnya pengaturan
pasien berkurang: yang sakit
posisi fisiologis
a. Mampu mengontrol c. Ajarkan teknik relaksasi seperti c. Peningkatan suplai oksigen pada area
nyeri (tahu penyebab nafas dalam pada saat rasa nyeri nyeri dapat membantu menurunkan
nyeri, mampu datang rasa nyeri
menggunakan teknik d. Ajarkan metode distraksi d. Pengalihan rasa nyeri dengan cara
nonfarmakologi untuk distraksi dapat meningkatkan respon
mengurangi nyeri) pengeluaran endorphin untuk memutus
b. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan reseptor rasa nyeri
menggunakan e. Beri manajemen sentuhan berupa e. Meningkatkan respon aliran darah pada
manajemen nyeri pemijatan ringat pada area sekitar area nyeri dan merupakan salah satu
Mampu mengenali nyeri nyeri metode pengalihan perhatian
(skala, intensitas, f. Beri kompres hangat pada area nyeri f. Meningkatkan respon aliran darah pada
frekuensi dan tanda area nyeri
nyeri) g. Kolaborasi dengan pemberian g. Mempertahankan kadar obat dan
c. Menyatakan rasa analgesik secara periodik menghindari puncak periode nyeri
nyaman setelah nyeri
berkurang

2. Risiko infeksi NOC : a. Monitor tanda dan gejala infeksi a. Untuk mencegah terjadinya infeksi
berhubungan Risk Control sistenik dan lokal, Monitor
Setelah dilakukan tindakan kerentanan terhadap infeksi
dengan insisi b. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah b. Mendeteksi adanya infeksi
operasi keperawatan selama 3 x
c. Dorong masukkan nutrisi yang c. Nutrisi yang baik, cairan yang cukup,
24jam, resiko ineksi cukup, masukan cairan, dan serta istirahat yang cukup dapat
terkontrol: istirahat meningkatkan sistem imun tubuh
a. tidak ada tanda infeksi sehingga mencegah terjadiny infeksi.
b. penyembuhan luka baik
d. Laporkan kecurigaan infeksi, d. Agar segera dapat diambil tindakan
Laporkan kultur positif untuk mencegah infeksi semakin buruk.
4. Discharge Planning
1. Kontrol rutin sesuai jadwal, 1-2 tahun kontrol tiap 2 bulan, 3-5
tahun kontrol tiap 3 bulan, >6 tahun kontrol tiap 6 bulan.
2. Makan makanan yang bergizi sehingga dapat meningkatkan
kekebalan tubuh
3. Istirahat cukup dan olahraga teratur
4. Periksa payudara sendiri (SADARI)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC.

Bulechek G, dkk. 2008. Nursing Interventions Clarification (NIC) Firth Edition.


Mosby : Lowa city

Carpenito Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. jakarta : EGC.

De Jong, W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media


Aesculapius.

Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC.

Moorhead S, dkk. 2000. Nursing Outcames Clasification (NOC) Third Edition.


Mosby : Lowa city
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.

Price, S & Wilson, L, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Edisi 6. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Smeltzer, SC., Bare B.G. 2010. Medical Surgical Nursing Brunner& Suddarth.
Philadhelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai