Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


PROSEDUR PEMBEDAHAN SUPERVAGINAL HISTEREKTOMI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu
Praktik Klinik Perioperatif 3
Di RSUD BANGIL

Oleh:
Nama : Andini Robiatul Maulidiyah
Nim :P17211191014

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa Medis Mioma

Uteri Di RSUD Bangil Pasuruan Periode 13 Februari 2023 s/d 18 Februari 2023 Tahun Ajaran

2023/2024

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal …… Bulan……………… Tahun…………

Malang,

Pembimbing Klinik Preseptor Akademik

_________________________
NIP.

___________________________
NIP.
1. KONSEP DASAR
A. Pengertian Tindakan
Mioma merupakan suatu pertumbuhan massa atau daging di dalam rahim atau di
luar rahim yang tidak bersifat ganas. Mioma berasal dari sel otot polos yang terdapat di
rahim dan pada beberapa kasus juga berasal dari otot polos pembuluh darah rahim.
Jumlah dan ukuran mioma bervariasi, terkadang ditemukan satu atau lebih dari satu.
Istilah histerektomi berasal dari bahsa latin hysteria yang berarti kandungan,
Rahim, atau uterus, dan ectomi yang berarti memotong, jadi histerektomi adalah suatu
prosedur pembedahan pembedahan mengangkat Rahim yang dilakukan oleh ahli
kandungan.
Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (Rahim, uterus) pada
seorang wanita, sehingga setelah menjalani operasi histerektomi ia tidak bias lagi hamil.
Histerektomi biasanya disarankan oleh dokter untuk dilakukan karena berbagai alasan.
Alasan utamanya dilakukan histerektomi adalah kanker mulut Rahim atau kanker Rahim.
Hysterectomy adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat Rahim,
baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks
uteri.
B. Anatomi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari 4 bagian utama: uterus ( rahim ), vagina, tuba falopi,
dan ovarium (indung telur)
Uterus

Korpus meliputi fundus, yang letaknya adalah pada bagian atas rahim,dan rongga rahim.
Rongga adalah tempat dimana embrio / janin berkembang selama kehamilan. Lapisan dalam atau
lapisan rahim, disebut endometrium. Setiap bulan, lapisan tersebut menebal dalam persiapan
untuk potensi kehamilan dan menjadi gudang sementara selama menstruasi apabila kehamilan
tidak terjadi. Lapisan tengah dari rahim dikenal sebagai miometrium. Lapisan otot ini tersusun
dari sel-sel otot polos, yang secara koletif memberi rahim kekuatan untuk berkontraksi dan
mengeluarkan janin pada saat melahirkan. Lapisan terluar dari uterus adalah serosa, yang dikenal
juga sebagai perimetrium.

Serviks adalah bagian bawah rahim yang menyempit yang bergabung dengan bagian atas
vagina. Pembukaan serviks kecil ke dalam vagina disebut os eksternal sedangkan yang di rongga
rahim disebut os internal. Serviks memungkinan untuk sperma dapat memasuki rahim selama
berhubungan seks dan cairan menstruasi mengalir keluar dari rahim selama menstruasi. Leher
rahim dapat di buat visualisasinya dari vagina.

 Vagina
Vagina dibentuk dari jaringan otot, saluran sempit yang memanjang dari lubang vagina
disebut introitus,ke leher rahim. Vagina juga dikenal sebagai jalan nya bayi untuk lahir karena
faktanya bahwa janin melewatinya untuk dilahirkan selama persalinan yang alami. Pada bagian
dalam vagina muncul dengan banyak lipatan selaput elastis lunak yang disebut dengan vagina
rugae. Hal ini memungkinkan vagina berkembang pesat selama berhubungan seksual atau
persalinan. Selama menstruasi, vagina menyediakan saluran untuk keluarnya cairan menstruasi
mengalir keluar dari tubuh.
 Ovarium / Indung Telur
Ovarium adalah kelenjar berpasangan yang berbentuk oval kecil yang melekat pada setiap
sisi rahim melalui ligamen ovarium yang berserat tipis. Pasangan kelenjar berpasangan ini
memiliki tanggung jawab untuk menyimpan dan memelihara sel telur yang belum matang untuk
menjadi telur yang matang. Setiap bulan, salah satu ovarium melepaskan sel telur matang ke
dalam tuba falopi yang berdekatan. Di samping memproduksi telur, indung telur menghasilkan
dua hormon seks utama wanita: estrogen dan progesteron, yang mana sangat penting dalam
mengatur siklus menstruasi.
 Tuba Falopi / Tabung Fallopi
uba Falopi, secara sederhana disebut dengan tabung ,adalah dua saluran yang
menghubungkan ovarium ke rahim. Mereka memiliki struktur utama dalam memfasilitasi
fertilisasi (pembuahan). Setiap tabung dibagi menjadi 5 bagian utama:

 Fimbriae: Struktur yang terlihat seperti serabut yang terletak di pangkal tabung yang
menangkap telur yang dilepaskan dari ovarium dan menariknya ke dalam tabung.
 Infundibulum: Struktur seperti saluran dari tabung,yang dibatasi oleh fimbriae
 Ampulla: Bagian yang paling panjang dari tabung dengan dinding tipis ( hampir bebas
otot) dan lumen lebar (g) . Biasanya merupakan bagian dimana pembuahan terjadi.
 Isthmus: Bagian tabung yang hampir sejajar lurus dengan dinding berotot yang relatif
tebal dan dengan lumen tersempit (g).
 Interstitium: Bagian tabung yang paling dekat dengan uterus. kadang dikenal sebagai
bagian rahim dari tabung karena faktanya terletak di dalam rahim. Lapisan paling dalam
tuba falopi diciptakan dari jari-jari halus seperti proyeksi yang disebut silia. Silia ini
sangatlah penting dalam membantu pergerakan telur menuju rongga rahim dan sperma ke
dalam ampula tuba falopi.

Gambar diatas merupakan gambaran yang berbeda dari panggul wanita.Hal ini
menjelaskan bagaimana panggul terlihat ketika dokter kandungan mengamati panggul
baik melalui laparotomi (sayatan besar di perut) ataupun melalui laparoskopi (operasi
lubang kunci). Rahim terletak di tengah. Di depan (anterior) uterus adalah kandung
kemih. Di belakang (posterior) ke rahim adalah rektum. Selaput licin yang disebut
peritoneum(g) menutup seluruh pelvis dan abdomen. Di bawah peritoneum, di kedua sisi
panggul, mengatur ureter. Ureter adalah tabung kecil yang membawa urin dan mengalir
dari ginjal ke kandung kemih. Pembuluh darah besar muncul di kedua sisi panggul.
Pembuluh darah ini membawa darah dari jantung ke kedua kaki dan punggung.
Laparoscopic view of a normal pelvis
(a) Uterus,
(b) Ovarium kanan,
(c) Tuba falopi kanan,
(d) Ligamentum infundibulopelvik kanan,
(e) Rektum,
(f) Kavum Douglas,
(g) Ligamentum uterosakral kanan,
(h) Ligamentum uterosakral kiri,
(i) Tuba falopi kiri,
(j) Ovarium kiri,
(k) Ligamentum infundibulopelvik kiri. (Abdul, 2020)
C. Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding
myometrium normal. Teori cellnest atau teori genitoblast membuktikan dengan
pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari
sel imatur. Mioma uteri sebenarnya berasal dari sel miosit normal yang kemudian
bermutasi somatic akibat mengalami defek kariotipe seperti kromosom 6,7,12,
dan 14. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti
konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara,
faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian
besar bersifat degenerative karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri.
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam myometrium
dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu myometrium mendesak
menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor
didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi biasanya banyak. Bila
ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini
tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus
mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung
kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi.
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih,
padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran
kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan
tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga
neoplasma massif yang jauh lebih besar dar pada ukuran uterusnya. Sebagian
terbenam didalam myometrium, sementara yang lain terletak tepat dibawah
endometrium (submukosa) atau tepatnya dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana
tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari
uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar
memperlihatkan focus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan
perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat kolagenosa,
bahkan mengalami kalsifikasi.
D. Gejala dan tanda
Gejala dan tanda yang kemungkinan ditemukan pada saat tindakan histerektomi yaitu:
1. Perdarahan
2. Infeksi
E. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk tindakan histerektomi antara lain:
- Usg untuk menentukan tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan
adnexa dalam rongga pelvis.
- Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
- Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
- Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis
- Laboratorium: darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum,
keratin darah.
- Tes kehamilan

F. Penatalaksanaan medis
1. Pemberian obat antibiotik sebelum dilakukan tindakan operasi guna meminimalisir
terjadinya infeksi
2. Pemberian infus untuk menghidrasi pasien guna mencegah hypovolemia
3. Perawatan luka atau rawat perdarahan menggunakan couter, deppers, dan suction.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
G. Pengkajian keperawatan
Pengkajian intra operatif merupakan pengkajian secara ringkas untuk mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan pembedahan pengkajian intra operatif yaitu:
1. Data laboratorium dan laporan temuan yang abnormal
2. Radiologi hasil USG
3. Transfusi cairan infus
4. Kaji kelengkapan persiapan pembedahan
5. Memastikan persiapan alat dan lingkungan telah berfungsi sebagaimana mestinya
H. Daftar diagnose keperawatan
1. Risiko perdarahan dibuktikan dengan tindakan pembedahan
2. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasive
I. Intervensi keperawatan

No Diagnose Tujuan Intervensi Rasional


. keperawata
n
1 Risiko Setelah dilakukan Pencegahan
perdarahan intervensi perdarahan 1.02067
ditandai keperawatan selama Tindakan
dengan 1 jam, maka Observasi:
Untuk
tindakan diharapkan tingkat - Monitor
mencegah
pembedahan perdarahan menurun tanda
terjadinya
D.0012 (Tim dengan kriteria hasil gejala
perdarahan
Pokja SDKI (L.02017): perdarahan
Untuk
DPP, 2017) 1. Perdarahan Terapeutik
mengistirahatka
pasca operasi - Pertahanka
n fisik pasien
menurun n bed rest
2. Tekanan selama
darah perdarahan
Untuk
membaik - Batasi
meminimalisir
3. Suhu tubuh tindakan
terjadinya
membaik(Tim invasive,
perdarahan yang
Pokja DPP jika perlu
abnormal
PPNI, 2017)
Kolaborasi
Untuk
- Kolaborasi
mengurangi
pemberian
risiko
obat
perdarahan
pengontrol
perdarahan
, jika perlu
(Tim Pokja
SIKI DPP
PPNI,
2018)
2. Risiko Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
infeksi intervensi 1.14539
ditandai keperawatan selama Tindakan
dengan efek 1 jam, maka Observasi:
Untuk
prosedur diharapkan tingkat - Monitor
mengurangi
invasive infeksi menurun tanda dan
risiko infeksi
D.0142 dengan kriteria hasil gejala
L.14137: infeksi
- Kebersiha local dan
n tangan sistemik
meningkat Terapeutik:
Untuk
- Nyeri - Cuci
mengurangi
menurun tangan
kuman yang ada
sebelum
di tangan agar
dan
tidak
sesudah
menginfeksi
kontak
pasien
dengan
pasien dan Untuk
lingkungan meminimalisir
pasien terjadinya
- Batasi infeksi yang
jumlah disebbakan oleh
pengunjun banyaknya
g pengunjung
Untuk
mengurangi
risiko infeksi

- Pertahanka
n teknik
aseptic
pada
pasien Untuk

beresiko mencegah

tinggi terjadinya

Kolaborasi: infeksi pada

- Kolaborasi pasien

pemberian
imunisasi
atau
antibiotic,
jika perlu

J. Referensi

Abdul, H. (2020). Anatomi Normal Pada Wanita. Disertasi 1 Jurnal Ilmu Keperawatan
Maternitas, 5(1), 1–15.

Tim Pokja DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. In DPP PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP, P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. In Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan
II. In Practice Nurse.

Anda mungkin juga menyukai