Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

T DENGAN

PASCA PARTUM EPISIOTOMI

DI IRNA B3-OBS RSUP Dr. KARYADI SEMARANG

NADIALIL FITRI MIRANDA DJAU

NIM: PO.71.3.202.18.1.066

TINGKAT: II.B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

PRODI KEPERAWATAN PAREPARE

TAHUN AJARAN 2020


LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Post Partum adalah masa yang dimulai dari persalinan dan berakhir kirakira setelah 6
minggu, tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam
waktu tiga bulan (Wiknjosastro, 2002: 237).

Masa nifas ( puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8
minggu.(Rustam Mochtar,1998). Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah
melahirkan anak, ketika alat – alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal.
( Barbara F. weller 2005 )

Nifas dibagi menjadi 3 yaitu pertama puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan, kedua adalah puerperium Intermedial yaitu kepulihan
menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu, ketiga adalah remote puerperium
yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna (Mochtar,R .1998:115).

Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina (Bobak, 2004:
244). dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa postpartum dengan episiotomi adalah
suatu masa yang dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu dimana pada
waktu persalinan dilakukan tindakan insisi pada perineum yang bertujuan untuk melebarkan
jalan lahir dan memudahkan kelahiran.

Klasifikasi menurut Mansjoer, dkk tahun 1999 macam-macam episiotomi adalah :

a) Episiotomi mediana, merupakan insisi yang paling mudah diperbaiki, penyembuhan lebih
baik, dan jarang menimbulkan dispareuni. Episiotomi jenis ini dapat menyebabkan ruptur
perinei totalis. 6
b) Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak digunakan karena lebih
aman.
c) Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan sedikit relaksasi
introitus, pendarahan lebih banyak, dan sukar direparasi.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1) Anatomi Organ Reproduksi Wanita

a) Organ Generatif Interna

Gambar 1. Organ Reproduksi Interna Pada Wanita (Sumber: Wiknjo Sastro, 2002).

Keterangan:

1) Vagina

Vagina merupakan jaringan membran muskulo membranosa berbentuk tabung yang


memanjang dari vulva ke uterus berada diantara kandung kemih di anterior dan rectum di
posterior.

2) Uterus

Uterus adalah organ muskuler yang berongga dan berdinding tebal yang sebagian tertutup
oleh peritoneum atau serosa. Berfungsi untuk implantasi, memberi perlindungan dan nutrisi
pada janin, mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan serta mengendalikan
pendarahan dari tempat perlekatan plasenta.

Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng dan terdiri atas dua bagian yaitu bagian
atas berbentuk segitiga yang merupakan badan uterus yaitu korpus dan bagian bawah
berbentuk silindris yang merupakan bagian fusiformosis yaitu serviks. Saluran ovum atau
tuba falopi bermula dari kornus (tempat masuk tuba) uterus pada pertemuan batas superior
dan lateral. Bagian atas uterus yang berada diatas kornus disebut fundus. Bagian uterus
dibawah insersi tuba falopi tidak tertutup langsung oleh peritoneum, namun merupakan
tempat pelekatan dari ligamentum latum. Titik semu serviks dengan korpus uteri disebut
isthmus uteri.

Bentuk dan ukuran bervariasi serta dipengaruhi usia dan paritas seorang wanita. Sebelum
pubertas panjangnya bervariasi antara 2,5−3,5 cm. Uterus wanita nulipara dewasa panjangnya
antara 6−8 cm sedang pada wanita multipara 9-10 cm. Berat uterus wanita yang pernah
melahirkan antara 50-70 gram, sedangkan pada wanita yang belum pernah melahirkan 80
gram atau lebih. Pada wanita muda panjang korpus uteri kurang lebih setengah panjang
serviks, pada wanita nulipara panjang keduanya kira-kira sama. Sedangkan pada wanita
multipara, serviks hanya sedikit lebih panjang dari sepertiga panjang total organ ini.

Bagian serviks yang berongga dan merupakan celah sempit disebut dengan kanalis
servikalis yang berbentuk fusiformis dengan lubang kecil pada kedua ujungnya, yaitu ostium
interna dan ostium eksterna. Setelah menopouse uterus mengecil sebagai akibat atropi
miometrium dan endometrim. Istmus uteri pada saat kehamilan diperlukan untuk
pembentukan segmen bawah rahim. Pada bagian inilah dinding uterus dibuka jika
mengerjakan section caesaria trans peritonealis profunda.

Suplay vaskuler uterus terutama berasal dari uteri aterina dan arteri ovarika. Arteri uterina
yang merupakan cabang utama arteri hipogastrika menurun masuk dasar ligamentum latum
dan berjalan ke medial menuju sisi uterus. Arteri uterina terbagi menjadi dua cabang utama,
yaitu arteri serviko vaginalis yang lebih kecil memperdarahi bagian atas serviks dan bagian
atas vagina. Cabang utama memperdarahi bagian bawah serviks dan korpus uteri. Arteri
ovarika yang merupakan cabang aorta masuk dalam ligamentum latum melalui ligamentum
infundibulopelvikum. Sebagian darah dari bagian atas uterus, ovarium dan bagian atas
ligamentum latum.dikumpulkan melalui vena yang didalam ligamentum latum, membentuk
pleksus pampiniformis yang berukuran besar, pembuluh darah darinya bernuara di vena
ovarika. Vena ovarika kanan bermuara ke vena cava, sedangkan vena ovarika kiri bermuara
ke vena renalis kiri.

Persyarafan terutama berasal dari sitem saraf simpatis, tapi sebagian juga berasal dari
sistem serebrospinal dan parasimpatis. Cabang-cabang dari pleksus ini mensyarafi uterus,
vesika urinaria serta bagian atas vagina dan terdiri dari serabut dengan maupun tanpa myelin.
Uterus disangga oleh jaringan ikat pelvis 9 yang terdiri atas ligamentum latum, ligamentum
infundi bolupel vikum, ligamentum kardialis, ligamentum rotundum dan ligamentum
uterosarkum. Ligamentum latum meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak
mengandung jaringan ikat. Ligamentum infundibolupelvikum merupakan ligamentum yang
menahan tuba falopi yang berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan urat-urat saraf, saluran limfe, arteria dan vena ovarika. Ligamentum kardinale
mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat yang tebal dan berjalan dari
serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak
pembuluh darah antara lain vena dan arteria uterine. Ligamentum uterosakrum menahan
uterus supaya tidak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan ke arah os
sacrum kiri dan kanan, sedang ligamentum rotundum menahan uterus antefleksi dan berjalan
dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah ingunal kiri dan kanan.

A. Serviks Uteri
Serviks merupakan bagian uterus yang terletak di bawah isthmus di anterior batas atas
serviks yaitu ostium interna, kurang lebih tingginya sesuai dengan batas peritoneum
pada kandung kemih. Ostium eksterna terletak pada ujung bawah segmen vagina
serviks yaitu portio vaginalis. Serviks yang mengalami robekan yang dalam pada
waktu persalinan setelah sembuh bisa menjadi berbentuk tak beraturan, noduler, atau
menyerupai bintang. Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri dari
jaringan kolagen, jaringan elastin serta pembuluh darah. Selama 10 kehamilan dan
persalinan, kemampuan serviks untuk meregang merupakan akibat pemecahan
kolagen.Mukosa kanalis servikalis merupakan kelanjutan endometrium. Mukosanya
terdiri dari satu lapisan epitel kolumner yang menempel pada membran basalis yang
tipis.

B. Korpus Uteri
Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan, yaitu endometrium, miometrium dan
peritoneum.
1. Endometrium

Endometrium merupakan bagian terdalam dari uterus, berupa lapisan mukosa yang
melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak hamil. Endometrium berupa membran
tipis berwarna merah muda, menyerupai beludru, yang bila diamati dari dekat akan
terlihat ditembusi oleh banyak lubang-lubang kecil yaitu muara kelenjar uterine.
Tebal endometrium 0,5−5 mm. Endometrium terdiri dari epitel permukaan, kelenjar
dan jaringan mesenkim antar kelenjar yang didalamnya terdapat banyak pembuluh
darah. Kelenjar uterine berbentuk tubuler dalam keadaan istirahat menyerupai jari
jemari dari sebuah sarung tangan. Sekresi kelenjar berupa suatu cairan alkalis encer
yang berfungsi menjaga rongga uterus tetap lembab.

2. Miometrium

Miometrium merupakan lapisan dinding uterus yang merupakan lapisan muskuler.


Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian besar uterus, terdiri kumpulan
otot polos yang disatukan jaringan ikat dengan 11 banyak serabut elastin di dalamnya.
Selama kehamilan miometrium membesar namun tidak terjadi perubahan berarti pada
otot serviks. Dalam lapisan ini tersusun serabut otot yang terdiri atas tunikla
muskularis longitudinalis eksterna, oblique media, sirkularis interna dan sedikit
jaringan fibrosa.

3. Peritonium

Peritoneum merupakan lapisan serosa yang menyelubungi uterus, dimana peritoneum


melekat erat kecuali pada daerah di atas kandung kemih dan pada tepi lateral dimana
peritoneum berubah arah sedemikian rupa membentuk ligamentum latum.

b) Organ Generatif Eksterna

Gambar 2: Organ Reproduksi Eksterna Pada Wanita ( Sumber: Wiknjo Sastro, 2002).
Keterangan :

1) Mons Veneris

Mons veneris adalah bagian menonjol diatas simfisis.Pada wanita dewasa ditutupi oleh
rambut kemaluan.pada wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas
simfisis,sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.

2) Labia Mayora (bibir-bibir besar)

Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,terisi jaringan lemak serupa
dengan yang ada di mons veneris.Ke bawah dan belakang kedua labia mayora bertemu dan
membentuk kommisura posterior.

3) Labia Minora (bibir-bibir kecil)

Labia Minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar.Ke depan kedua
bibir kecil bertemu dan membentuk diatas klitoris preputium klitoridis dan dibawah klitoris
frenulum klitoridis.Ke belakang kedua bibir kecil bersatu dan membentuk fossa navikulare.
Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea dan urat saraf yang
menyebabkan bibir kecil sangat sensitif dan dapat mengembang.

4) Klitoris

Kira-kira sebesar kacang ijo tertutup oleh preputium klitoridis, terdiri atas glans klitoridis
,korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis.Glans klitoridis
terdiri atas 13 jaringan yang dapat mengembang ,penuh urat saraf dan amat sensitif.

5) Vulva

Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang dan dibatasi dimuka oleh
klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh perineum; embriologik
sesuai sinus urogenitalis.Di vulva 1-1,5 cm di bawah klitoris ditemukan orifisium uretra
eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan .tidak jauh dari lubang kemih di
kiri dan kanan bawahnya dapat dilihat dua ostia skene.Sedangkan di kiri dan bawah dekat
fossa navikular terdapat kelenjar bartholin, dengan ukuran diameter ± 1 cm terletak dibawah
otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm yang bermuara di
vulva.Pada koitus kelenjar bartolin mengeluarkan getah lender.

6) Bulbus Vestibuli Sinistra et Dekstra

Terletak di bawah selaput lendir vulva dekat ramus os pubis, panjang 3-4 cm ,lebar 1-2 cm
dan tebal 0,51- 1cm; mengandung pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio
kavernosus dan muskulus konstriktor vagina.Saat persalinan kedua bulbus tertarik ke atas ke
bawah arkus pubis, tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering mengalami cedera
dan timbul hamatoma vulva atau perdarahan.

7) Introitus Vagina

Mempunyai bentuk dan ukuran berbeda , ditutupi selaput dara (hymen). Himen mempunyai
bentuk berbeda – beda.dari yang semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang- lubang atau
yang ada pemisahnya(septum);konsistensinya dari yang kaku sampai yang lunak sekali.
Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah
dilalui oleh 2 jari.Umumnya himen robek pada koitus.Robekan terjadi pada tempat jam 5 atau
jam 7 dan sampai dasar selaput dara.Sesudah persalinan himen robek pada beberapa tempat.

8) Perineum

Terletak antara vulva dan anus , panjangnya rata-rata 4 cm.

2) Fisiologi

Sistem reproduksi dan struktur terkait pasca partum :

a. Adaptasi Fisiologis Pada Post Partum :


1) Proses Involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi.
Proses dimulai setelah plasenta keluar akibat konstraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir
persalinan tahap III, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan
fundus bersandar pada promontorium sakralis. Ukuran uterus saat kehamilan enam minggu
beratnya kira- 15 kira 1000 gr. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus kurang lebih 1 cm diatas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari keenam fundus normal
berada dipertengahan antara umbilikus dan simfisis fubis. Seminggu setelah melahirkan
uterus berada didalam panggul sejati lagi, beratnya kira-kira 500 gr, dua minggu beratnya
350 gr, enam minggu berikutnya mencapai 60 gr (Bobak, 2004: 493).

2) Konstraksi Uterus

Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir, diduga adanya penurunan
volume intrauterin yang sangat besar. Hemostatis pascapartum dicapai akibat kompresi
pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan
pembekuan. Hormon desigen dilepas dari kelenjar hipofisis untuk memperkuat dan
mengatur konstraksi. Selama 1-2 jam I pascapartumintensitas konstraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur, karena untuk mempertahankan kontraksi uterus
biasanya disuntikkan aksitosan secara intravena atau intramuscular diberikan setelah
plasenta lahir (Bobak, 2004: 493).

3) Tempat Plasenta

Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontriksi vaskuler dan trombosis menurunkan
tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan
endometrium menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan 16 mencegah pembentukan
jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuhan luka. Proses penyembuhan
memampukan endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan
implantasi untuk kehamilan dimasa yang akan datang. Regenerasi endometrium selesai
pada akhir minggu ketiga pascapartum, kecuali bekas tempat plasenta (Bobak, 2004: 493).

4) Lochea

Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah lalu
menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas mengandung bekuan darah kecil. Selama 2 jam
pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah
maksimal yang keluar selama menstruasi. Lochea rubra mengandung darah dan debris
desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah muda dan coklat setelah
3-4 hari (lochea serosa). lochea serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit
dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning
sampai putih (lochea alba). Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus,
serum dan bakteri. Lochea alba bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir (Bobak, 2004:
494).

5) Serviks

Serviks menjadi lunak setelah ibu malahirkan. 18 jam pascapartum, serviks memendek dan
konsistensinya lebih padat 17 kembali kebentuk semula. Muara serviks berdilatasi 10 cm,
sewaktu melahirkan, menutup bertahap 2 jari masih dapat dimasukkan Muara serviks hari
keempat dan keenam pascapartum (Bobak, 2004: 495).

6) Vagina dan Perinium

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mucosa vagina dan
hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir . Rugae akan kembali terlihat pada
sekitar minggu keempat (Bobak, 2004:495).

7) Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil


(estrogen, progesteron, human chrorionic gonadotropin, prolaktin, dan insulin) menurun
dengan cepat setelah bayi lahir. Hari ketiga atau keempat pascapartum terjadi
pembengkakan (engorgement). Payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika
diraba (kongesti pembuluh darah menimbulkan rasa hangat). Pembengkakan dapat hilang
dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam. Apabila
bayi belum menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai satu
minggu. Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yang
terisi berubah dari hari kehari. Sebelum 18 laktasi dimulai, payudara terasa lunak dan keluar
cairan kekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai,
payudara terasa hangat dan keras waktu disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama 48 jam,
susu putih kebiruan (tampak seperti susu skim) dapat dikeluarkan dari puting susu (Bobak,
2004:498).
8) Laktasi

Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelanjar untuk


menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul setelah ari-ari atau plasenta lepas. Ari-ari
mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon placenta) yang menghambat
pembentukan ASI. Setelah ari-ari lepas ,hormon placenta tak ada lagi sehingga terjadi
produksi ASI. Sempurnanya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun sebelumnya di
payudara sudah terbentuk kolostrum yang bagus sekali untuk bayi, karena mengandung zat
kaya Gizi dan antibodi pembunuh kuman (http: // www.bali-travelnews.com).

9) Sistem Endokrin

Selama postpartum terjadi penurunan hormon human placenta latogen (HPL), estrogen dan
kortisol serta placental enzime insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga
kadar gula darah menurun pada masa puerperium. Pada wanita yang tidak menyusui, kadar
estrogen meningkat pada 19 minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari wanita
yang menyusui pascapartum hari ke-17 (Bobak, 2004: 496).

10) Sistem Urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan
peningkatan fungís ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan
akan mengalami penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali
normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan. Trauma terjadi pada uretra dan
kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati hiperemis dan
edema. Kontraksi kandung kemih biasanya akan pulih dalam 5-7 hari setelah bayi lahir
(Bobak, 2004:497-498).

11) Sistem Cerna

Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh mengkonsumsi makanan ringan.
Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat
setelah bayi lahir. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama tiga hari setelah ibu
melahirkan yang disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
pada awal masa pascapartum. Nyeri saat defekasi karena nyeri diperinium akibat
episiotomi, laserasi, atau hemoroid (Bobak, 2004: 498).

12) Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya turun sampai mencapai
volume sebelum hamil.Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat
sepanjang hamil. Setelah wanita melahirkan meningkat tinggi selama 30-60 menit, karena
darah melewati sirkuit uteroplasenta kembali ke sirkulasi umum. Nilai curah jantung normal
ditemukan pemeriksaan dari 8-10 minggu setelah wanita melahirkan (Bobak, 2004:499-
500).

13) Sistem Neurologi

Perubahan neurologi selama puerperium kebalikan adaptasi neourologis wanita hamil,


disebabkan trauma wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa baal dan kesemutan pada jari
dialami 5% wanita hamil biasanya hilang setelah anak lahir. Nyeri kepala pascapartum
disebabkan hipertensi akibat kehamilan , strees dan kebocoran cairan serebrospinalis. Lama
nyeri kepala 1-3 hari dan beberapa minggu tergantung penyebab dan efek pengobatan.

14) Sistem Muskuloskeletal

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu terjadi selama hamil berlangsung terbalik pada masa
pascapartum. Adaptasi membantu relaksasi dan hipermeabilitas sendi dan perubahan pusat
berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6-8 setelah
wanita melahirkan (Bobak, 2004: 500-501).

15) Sistem Integumen

Kloasma muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir;
hiperpigmentasi di aerola dan linea tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit
meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang
seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider angioma (nevi), eritema palmar dan
epulis berkurang sebagai respon penurunan kadar estrogen.Pada beberapa wanita spider
nevi bersifat menetap (Bobak, 2004: 501-502).
b. Adaptasi Psikologis Post Partum

Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis post partum dibagi menjadi beberapa fase
yaitu :

1) Fase Taking In ( dependent) Fase ini dimulai pada hari kesatu dan kedua setelah
melahirkan, dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan pada tahap ini
pasien sangat ketergantungan.
2) Fase Taking Hold (dependent- independent) Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah
melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga
ibu siap menerima pesan barunya dan belajar tentang hal-hal baru, pada fase ini ibu
membutuhkan banyak sumber informasi.
3) Fase Letting Go (independent) Fase dimulai minggu kelima sampai minggu keenam
setelah kelahiran, dimana ibu mampu menerima tanggung jawab normal.

C. ETIOLOGI ATAU PREDISPOSISI

Faktor dilakukan episiotomi menurut Depkes RI 1996 adalah :

» Persalinan yang lama karena perinium yang kaku


» Gawat janin
» Gawat ibu
» Pada tindakan operatif (ekstraksi cunam, vakum)

Sedangkan menurut Rusda (2004), penyebab dilakukan episiotomi berasal dari faktor ibu
maupun faktor janin.

 Faktor ibu antara lain:


» Primigravida
» Perinium kaku dan riwayat robekan perinium pada persalinan lalu .
» Terjadi peregangan perinium berlebihan misalnya persalinan sungsang, persalinan
cunam, ekstraksi vakum dan anak besar.
» Arkus pubis yang sempit.
 Faktor Janin antara lain:
» Janin prematur
» Janin letak sungsang, letak defleksi. Janin besar.
» Keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat
janin, tali pusat menumbung.

D. PATOFISIOLOGI

Ibu dengan persalinan episiotomi disebabkan adanya persalinan yang lama: gawat janin
(janin prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan operatif dan gawat ibu (perineum
kaku, riwayat robekan perineum lalu, arkus pubis sempit). Persalinan dengan episiotomi
mengakibatkan terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan menekan pembuluh syaraf
sehingga timbul rasa nyeri dimana ibu akan merasa cemas sehingga takut BAB dan ini
menyebabkan Resti konstipasi.Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh darah dan
menyebabkan resiko defisit volume cairan.Terputusnya jaringan menyebabkan resti infeksi
apabila tidak dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin besar
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar resiko terjadi infeksi.

Ibu dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu persalinan ibu berada dalam
masa nifas.Pada saat masa nifas ibu mengalami perubahan fisiologis dan psikologis.
Perubahan fisiologis pada ibu akan terjadi uterus kontraksi.Dimana kontraksi uterus bisa
adekuat dan tidak adekuat. Dikatakan adekuat apabila kontraksi uterus kuat dimana terjadi
adanya perubahan involusi yaitu proses pengembalian uterus ke dalam bentuk normal yang
dapat menyebabkan nyeri/ mules, yang prosesnya mempengaruhi syaraf pada uterus.
Dimana setelah melahirkan ibu mengeluarkan lochea yaitu merupakan ruptur dari sisa
plasenta sehingga pada daerah vital kemungkinan terjadi resiko kuman mudah
berkembang.Dikatakan tidak adekuat dikarenakan kontraksi uterus lemah akibatnya terjadi
perdarahan dan atonia uteri.Perubahan fisiologis dapat mempengaruhi payudara dimana
setelah melahirkan terjadi penurunan hormon 24 progesteron dan estrogen sehingga terjadi
peningkatan hormon prolaktin yang menghasilkan pembentukan ASI dimana ASI keluar
untuk pemenuhan gizi pada bayi, apabila bayi mampu menerima asupan ASI dari ibu maka
reflek bayi baik berarti proses laktasi efektif.sedangkan jika ASI tidak keluar disebabkan
kelainan pada bayi dan ibu yaitu bayi menolak, bibir sumbing, puting lecet, suplai tidak
adekuat berarti proses laktasi tidak efektif.

Pada perubahan psikologos terjadi Taking In, Taking Hold, dan Letting Go.Pada fase
Taking In kondisi ibu lemah maka terfokus pada diri sendiri sehingga butuh pelayanan dan
perlindungan yang mengakibatkan defisit perawatan diri.Pada fase Taking Hold ibu belajar
tentang hal baru dan mengalami perubahan yang signifikan dimana ibu butuh informasi
lebih karena ibu kurang pengetahuan.Pada fase Letting Go ibu mampu memnyesuaikan diri
dengan keluarga sehingga di sebut ibu yang mandiri, menerima tanggung jawab dan peran
baru sebagai orang tua.

E. MANIFESTASI KLINIS

a. Laserasi Perineum
biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan, luas robekan didefinisikan
berdasarkan kedalaman robekan :
» Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)
» Derajat kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)
» Derajat tiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)
» Derajat empat (robekan mencapai dinding rektum anterior) .
b. Laserasi Vagina
Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina cenderung mencapai dinding
lateral (sulci) dan jika cukup dalam, dapat mencapai levator ani.
c. Cedera Serviks
Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang keluar. Laserasi serviks akibat
persalinan terjadi pada sudut lateral ostium eksterna, kebanyakan dangkal dan
pendarahan minimal (Bobak, 2004: 344-345).

F. PENATALAKSANAAN
Perbaikan Episiotomi
a. Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi dan
pendarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan
b. Jika infeksi, buka dan drain luka
c. Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen dan berikan
antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam dalam 48 jam
(Prawirohardjo, 2002).

G. KOMPLIKASI

a. Pendarahan Karena proses episiotomi dapat mengakibatkan terputusnya jaringan


sehingga merusak pembuluh darah terjadilah pendarahan.
b. Infeksi terkait dengan jalannya tindakan episiotomi berhubungan dengan
ketidaksterilan alat-alat yang digunakan.
c. Hipertensi, penyakit hipertensi berperan besar dalam morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7%
sampai 10% seluruh kehamilan.
d. Gangguan psikososial, Kondisi Psikososial mempengaruhi integritas keluarga dan
menghambat ikatan emosional bayi dan ibu. Bberapa kondisi dapat mengancam
keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayi.

H. PATHWAY
Persalinan dengan episiotomy

Persalinan yang lama


Gawat janin
Tindakan kooperatif
Gawat ibu Masa Nifas
Terputusnya jaringan

Menekan Merusak Resiko Perubahan Fisiologis Perubahan psikologis


Pembuluh pembuluh infeksi
Syaraf darah
Uterus kontraksi Taking In Taking Hold Letting Go

Nyeri Perdarahan Kondisi ibu Belajar tentang mampu


Lemah hal baru dan menyesuaikan
Mengalami diri dengan
Perubahan keluarga
Cemas resiko deficit Terfokus pada yang signifikan
Volume cairan diri sendiri

Takut BAB kuman mudah Menerima


berkembang tanggung
Butuh pelayanan jawab
dan perlindungan
Resiko tinggi
Konstipasi Butuh Mandiri
Informasi

Kurang informasi

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan data
a) Identitas pasien atau biodata pasien terdiri dari nama, umur, agama,
pendidikan, suku/bangsa, pekerjaan dan alamat.
B. Riwayat kesehatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien hamil 38 minggu, G III PII A0, mengeluh kenceng-kenceng, keluar
darah berwarna coklat, flek-flek, kemudian klien pergi ke rumah Bidan dan
memeriksakannya, lalu oleh Bidan klien di sarankan untuk ke Rumah Sakit
Dr. Karyadi. Jam 07.10 WIB klien ke Rumah Sakit Dr. Karyadi (RSDK) di
bagian UGD lalu dipindah ke ruang B3-OBS, tanggal 8 Mei 2007 jam 09.10
WIB di ruang VK klien melahirkan anak laki-laki, Apgar score: 10, BB: 3,1
kg, PB: 50 cm, LK: 34 cm, LD:32 cm, LL : 12cm.. Lama persalinan 6 jam 25
menit, kala I : 03.00-09.00, kala II : 09.00-09.10, kala III : 09.10- 09.25.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
c) Riwayat Kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarganya ada yang menderita asma, hipertensi, demam
berdarah, penyakit jantung, riwayat gamelli tidak dikaji.
C. Pemeriksaan fisik pada ibu
1. Kepala : Mesochepal
» Rambut : Tidak mudah rontok, cukup bersih, hitam, lurus
» Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor
» Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung
» Telinga : Bersih, simetris, tidak ada sekret
» Mulut : Stomatitis (-), Karies Gigi (-)
2. Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran tonsil, trakhea ditengah,
tidak ada distensi vena jugularis .
3. Dada : Mammae simetris, berisi, hangat, areola berpigmentasi, nipple
menonjol, eksansi paru simetris

4. Abdomen : Ada striae sedikit, DRA tidak dikaji, tidak ada massa pada
abdomen, bisng usus 18x/ menit , TFU : ± 2cm dibawah umbilikus.
5. Perineum : Keluar darah sedikit ± 40 cc , luka episiotomi masih basah,
keerahan,tidak ada oedema, ada bintik kebiruan, tidak ada nanah dan tidak ada
perdarahan, jenis jahitan jelujur., jumlah jahitan dalam dan luar tidak dikaji.
6. Anus : Tidak ada hemoroid
7. Ekstremitas : Tidak ada varises, akral dingin, tidak ada oedem, Homan’s sign
tidak dikaji.
8. TTV :
TD : 120/ 80 mmHg
S : 36,5ºC
P : 24x / menit
N : 82x / menit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan sekunder
terhadap luka episiotomy
b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kerusakan kulit
c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi tentang Breast
care

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Dx I, Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan
sekunder.
 Tujuan : Mencegah atau meminimalkan rasa nyeri.
 Kriteria hasil :
a. Nyeri berkurang atau hilang.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Pasien mampu melakukan tindakan dan mengungkapkan intervensi
untuk mengatasi nyeri dengan cepat.
d. Tanda-tanda vital normal (tekanan darah 120/ 80 mm Hg. Nadi 80- 88
x/ menit)
 Intervensi :
a. Tentukan lokasi dan sifat nyeri.
Rasional : mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan khusus dan
intervensi yang tepat
b. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi
Rasional : dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan
perineal dan atau terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi
atau intervensi lebih lanjut.
c. Ajarkan klien untuk duduk dengan mengkonstraksikan otot gluteal. 50
Rasional : penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan
strees dan tekanan langsung pada perineum.
d. Berikan informasi tentang berbagai startegi untuk menurunkan nyeri,
misalnya teknik relaksasi dan distraksi.
Rasional : membantu memberikan rasa nyaman.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
Rasional : memberikan kenyamanan sehingga klien dapat
memfokuskan pada perawatan sendiri dan bayinya.

2) Dx II, Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kerusakan kulit


 Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
 Kriteria hasil :
a. Luka episiotomi sembuh dengan sempurna dan tidak ada tanda-tanda
infeksi (color, tumor, dolor, dan fungsio laesa
b. Pasien mampu mendemontrasikan teknik-teknik untuk meningkatkan
penyembuhan.
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal, terutama suhu (36-37º C) d)
Nutrisi terpenuhi (adekuat)
 Intervensi :
a. Kaji adanya perubahan suhu.
Rasional : Peningkatan suhu sampai 38,3º C pada 2-10 hari setelah
melahirkan sangat menandakan infeksi.
b. Observasi kondisi episiotomi seperti adanya kemerahan, nyeri tekan
yang berlebihan dan eksudat yang berlebihan.
Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan
parenial dan atau terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi
intervensi lebih lanjut.
c. Anjurkan pada pasien untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyentuh genital.
Rasional : membantu mencegah/ menghalangi penyebaran infeksi.
d. Catat jumlah dan bau lochea atau perubahan yang abnormal.
Rasional : Lochea normal mempunyai bau amis, lochea yang purulen
dan bau busuk menunjukkan adanya infeksi.
e. Anjurkan pada pasien untuk mencuci perineum dengan menggunakan
sabun dari depan kebelakang dan untuk mengganti pembalut sedikitnya
setiap 4 jam atau jika pembalut basah.
Rasional : Membantu mencegah kontaminasi rektal memasuki vagina
atau uretra
f. Ajarkan pada klien tentang cara perawatan luka perineum.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang perawatan vulva.
g. Kolaborasi untuk pemberian anti biotik
Rasional : Mencegah infeksi dan penyebaran kejaringan sekitar.

3) Dx III, Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi tentang


perawatan payudara
 Tujuan : Agar ASI lancar, sekitar areola dan puting tidak kotor, payudara
tidak bengkak
 Kriteria :
a) klien dapat mengerti tentang cara perawatan payudara.
b) Klien mampu melakukan cara perawatan payudara.
 Intervensi :
a. Lakukan Breast care pada klien
Rasional : menggali seberapa banyak pengetahuan dan pemahaman
yang diterima pasien
b. Ajarkan breast care pada Ibu
Rasional : agar payudara tidak bengkak dan ASI lancar
c. Kaji pengetahuan klien tentang perawatan payudara
Rasional : Menggali seberapa banyak pengetahuan yang diterima klien
d. Kaji produksi ASI pada klien
Rasional : Untuk mengetahui seberapa banyak produksi ASI
e. Anjurkan pada Ibu untuk melakukan perawatan payudara tiap pagi hari
Rasional : Agar ASI keluar dengan lancer

D. IMPLEMENTSI
Implementasi disesuaikan dengan intervensi

E. EVALUASI

Evaluasi ditarik dari hasil implemenatasi


TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Identitas Klien dan Penanggung Jawab
a) Identitas klien
Nama : Ny. T
Umur : 33 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Menoreh Raya XII no. 21 Sampangan - Semarang.
Diagnosa Medik : Partus spontan dgn episiotomi hari ke II,PIII A0
No Rm : 1158993
Tanggal Masuk : 8 Mei 2007, Jam 13.30 WIB
Tanggal Pengkajian : 9 Mei 2007, jam : 14.30 WIB

b) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. G
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : STM
Hubungan dgn Klien : Suami

B. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN

a) Keluhan utama
klien mengeluh nyeri pada perineum akibat episiotomi. Seperti kesemutan, cekit-
cekit dan perih. Skala nyeri 8.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien hamil 38 minggu, G III PII A0, mengeluh kenceng-kenceng, keluar darah
berwarna coklat, flek-flek, kemudian klien pergi ke rumah Bidan dan
memeriksakannya, lalu oleh Bidan klien di sarankan untuk ke Rumah Sakit Dr.
Karyadi. Jam 07.10 WIB klien ke Rumah Sakit Dr. Karyadi (RSDK) di bagian
UGD lalu dipindah ke ruang B3-OBS, tanggal 8 Mei 2007 jam 09.10 WIB di
ruang VK klien melahirkan anak laki-laki, Apgar score: 10, BB: 3,1 kg, PB: 50
cm, LK: 34 cm, LD:32 cm, LL : 12cm.. Lama persalinan 6 jam 25 menit, kala I :
03.00-09.00, kala II : 09.00-09.10, kala III : 09.10- 09.25.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat asma(-), hipertensi (-), demam berdarah (-), penyakit jantung (-)

d) Riwayat Kesehatan keluarga


Klien mengatakan keluarganya ada yang menderita asma, hipertensi, demam
berdarah, penyakit jantung, riwayat gamelli tidak dikaji.
e) Riwayat Kehamilan G III PII A0, HPHT tanggal 16/08/2006, taksiran persalinan
23 Mei 2007. klien mengatakan rajin untuk memeriksakan kehamilannya di Bidan
terdekat. Yang dimulai pada minggu ke-5 dan tiap bulan periksa ke Bidan. Pada
waktu kehamilan klien mengeluh mual-mual (nyidam).
f) Riwayat Persalinan
Klien telah mempunyai 2 orang anak, yaitu :
 Laki-laki dengan Berat Badan Lahir : 3.000 gr, aterm, spontan di rumah
persalinan Salatiga dan sekarang berusia 13 tahun, persalinannya.tidak dengan
episiotomi
 Perempuan dengan BBL : 3.500 gr, usia 37 minggu, spontan di Bidan terdekat,
sekarang berusia 7 tahun, persalinan dengan episiotomi.
g) Riwayat Haid
Menarche umur 13 tahun dengan siklus 28 hari dan tidak ada keluhan ketika haid.

C. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


a. Persepsi Terhadap Kesehatan
Klien menganggap bahwa kesehatan itu sangat penting untuk klien sehingga
selalu memeriksakan kehamilannya di Bidan untuk mengetahui status
kesehatannya. Ketika sakit, klien membeli obat sendiri di apotik. Bila tidak
sembuh, maka Ny. T langsung berangkat periksa ke Bidan terdekat / dokter.
b. Pola Aktivitas dan Latihan
Klien mengatakan bahwa sebelum kehamilan ke tiga, klien tidak ada keluhan
begitu juga saat kehamilan ketiga ini. Klien hanya mengeluh perutnya terasa
penuh sehingga pada trimester akhir klien. 43 Aktivitasnya sedikit. Dirumah sakit
juga tidak leluasa bergerak karena merasa nyeri, klien terlihat lemas dan sedikit
aktivitas.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Pada waktu hamil klien kurang tidur/ istirahat karena tidak nyaman dengan posisi
tidurnya, sehingga klien hanya tidur malam 21.00- 04.00 WIB, sedangkan tidur
siang klien jarang-jarang. Ketika dirumah sakit klien susah tidur. Klien tidur
malam dari jam 21.00- 05.00 WIB. Klien sering terbangun pada malam hari
karena adanya luka post episiotomi pada perineum.
d. Pola nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit klien makan 1 /4 porsi dari makanan yang disediakan malah
kadang-kadang klien lebih sering puasa. Klien nyidam rujak dan lebih makan-
makanan rujak. Saat dirumah sakit klien makan 1 /2 porsi – 1 porsimakan. Klien
minum ± 500 – 600 cc/ hari.
e. Pola Eliminasi (BAB dan BAK)
Sebelum kerumah sakit, klien biasa buang air besar 1 kali / hari dan ketika
dirumah sakit klien belum buang air besar karena merasakan sedikit nyeri dengan
skala 2-3. sebelum masuk Rumah Sakit, klien buang air kecil ± 4-5 x/ hari, begitu
juga saat klien di Rumah Sakit.
f. Pola Kognitif
Klien percaya apabila mematuhi therapi pengobatan ia akan sembuh. Klien
mengeluh nyeri, skala nyeri 8. nyeri timbul saat klien bergerak 44 dan nyeri hilang
saat dilakukan teknik relaksas. Nyeri pada bagian perineum, nyeri hilang timbul ±
2-3 menit, cekit-cekit dan perih.
g. Pola Konsep Diri Identitas diri
klien mengatakan tetap percaya diri dan menyukai bentuk tubuhnya. Peran : klien
sebagai seorang Ibu yang mempunyai 3 orang anak.
h. Pola Koping
Klien mengatakan bahwa untuk memutuskan sesuatu klien membicarakannya
dengan Suami dan Orang tuanya. Hubungan dengan teman dan tetangganya baik-
baik saja.
i. Pola Seksual- Reproduksi
Klien mengatakan bahwa kehamilannya mengganggu pola seksualnya. Sehingga
klien jarang melakukan hubungan seksual dengan Suaminya.
j. Pola Hubungan Sosial
Klien mengatakan bahwa dirumahnya, klien suka mengikuti kegiatan PKK dan
pengajian, atau kegiatan POSYANDU 1 bulan sekali. Klien mengatakan tidak ada
masalah dengan orang lain.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien mengatakan beragama Islam dan selama dirumah sakit klien merasa tidak
leluasa dan tidak mampu untuk sholat 5 waktu.
KLASIFIKASI DATA

Nama (inisial) pasien : Ny. T


Umur : 33 tahun
No.Rm : 1158993
Ruang dirawat : IRNA B3-Obs RSUP Dr. Karyadi Semarang

No Data Subjektif Data Objektif

1 Klien tampak klien mengatakan nyeri pada klien tampak meringis kesakitan
perineum akibat episiotomi skala 8, ketika
bergerak nyerinya seperti cekit-cekit dan
perih.
2 Klien mengatakan masih keluar darah dari adanya kemerahan dan nyeri tekan pada
jalan lahir seperti menstruasi perineum
3 klien mengatakan tidak tahu bagaimana terdapat luka episiotomi, keadaan vulva
melakukan perawatan payudara kotor, keluar lochea rubra ± 40 cc,cairan
berwarna merah, Hb:11,80 gr%, suhu:
36,5ºC
4
Klien sering bertanya bagaimana
melakukan perawatan payudara
ANALISIS DATA

Nama (inisial) pasien : Ny. T


Umur : 33 tahun
No.Rm :1158993
Ruang dirawat : IRNA B3-Obs RSUP Dr. Karyadi Semarang.

No Data Etiologi Problem

1 DS : Terputusnya jaringan Gangguan rasa nyeri


sekunder terhadap luka
1.Klien tampak klien episiotomi
mengatakan nyeri pada
perineum akibat episiotomi
skala 8, ketika bergerak
nyerinya seperti cekit-cekit
dan perih.

DO :

2.klien tampak meringis


kesakitan
2 DS : Trauma jaringan / Resiko infeksi
kerusakan fisik
- Klien mengatakan masih
keluar darah dari jalan lahir
seperti menstruasi
DO :

- adanya kemerahan dan nyeri


tekan pada perineum
- terdapat luka episiotomi,
keadaan vulva kotor, keluar
lochea rubra ± 40 cc,cairan
berwarna merah, Hb:11,80 gr
%, suhu: 36,5ºC
3 DS: Minimnya informasi Kurangnya
tentang perawatan pengetahuan (HE)
- klien mengatakan tidak tahu payudara tentang “Breast
bagaimana melakukan
Care”.
perawatan payudara
DO:

- Klien sering bertanya


bagaimana melakukan
perawatan payudara
RENCANA KEPERAWATAN

Nama (inisial) pasien : Ny. T


Umur : 33 tahun
No.Rm : 1158993
Ruang dirawat : IRNA B3-Obs RSUP Dr. Karyadi Semarang

No Diagnosis Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

I Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan 1. Tentukan lokasi 1. mengidentifikasi


nyeri berhubungan perawatan selama dan sifat nyeri. kan kebutuhan-
2x24 mencegah 2. Inspeksi kebutuhan
dengan terputusnya
atau perbaikan khusus dan
jaringan sekunder perineum dan
meminimalkan intervensi yang
terhadap luka rasa nyeri. episiotomy tepat
episiotomy dengan kriteria 3. Ajarkan klien
untuk duduk 2. dapat
Hasil: menunjukkan
1. Nyeri dengan
mengkonstraksi trauma
berkurang berlebihan pada
atau hilang. kan otot
gluteal. jaringan
2. Ekspresi perineal dan
wajah rileks. 4. Berikan atau terjadinya
3. Pasien informasi
tentang komplikasi yang
mampu memerlukan
melakukan berbagai
startegi untuk evaluasi atau
tindakan dan intervensi lebih
mengungkap menurunkan
nyeri, misalnya lanjut.
kan
intervensi teknik relaksasi 3. penggunaan
untuk dan distraksi. pengencangan
mengatasi 5. Kolaborasi gluteal saat
nyeri dengan dengan dokter duduk
cepat. untuk menurunkan
4. Tanda-tanda pemberian strees dan
vital normal analgetik tekanan
(tekanan langsung pada
darah 120/ perineum.
80 mm Hg. 4. membantu
Nadi 80- 88 memberikan
x/ menit) rasa nyaman.
5. memberikan
kenyamanan
Resiko infeksi
II sehingga klien
berhubungan dengan
dapat
trauma jaringan
memfokuskan
/kerusakan kulit pada perawatan
sendiri dan
bayinya.
1. Kaji adanya
Setelah dilakukan perubahan suhu 1. Peningkatan suhu
perawatan selama 2.Observasi kondisi sampai 38,3º C pada
2x24 tidak terjadi episiotomi seperti 2-10 hari setelah
infeksi dengan
adanya kemerahan, melahirkan sangat
Kriteria hasil :
1. Luka nyeri tekan yang menandakan infeksi.
episiotomi berlebihan dan 2. Dapat
sembuh eksudat yang menunjukkan
dengan berlebihan. trauma
sempurna 3. Anjurkan pada
dan tidak berlebihan pada
ada tanda- pasien untuk jaringan parenial
tanda infeksi mencuci tangan dan atau
(color, sebelum dan terjadinya
tumor, dolor, sesudah komplikasi yang
dan fungsio
menyentuh genital. memerlukan
laesa)
2. Pasien 4. Catat jumlah dan evaluasi
mampu bau lochea atau intervensi lebih
mendemontr perubahan yang lanjut.
asikan abnormal. 3. membantu
teknik-teknik 5. Anjurkan pada
untuk mencegah/
meningkatka pasien untuk menghalangi
n mencuci perineum penyebaran
penyembuha dengan infeksi.
n. menggunakan 4. Lochea normal
3. Tanda-tanda sabun dari depan mempunyai bau
vital dalam
batas kebelakang dan amis, lochea yang
normal, untuk mengganti purulen dan bau
terutama pembalut busuk
suhu (36-37º sedikitnya setiap 4 menunjukkan
C) jam atau jika adanya infeksi.
4. Nutrisi
pembalut basah. 5. Membantu
terpenuhi
(adekuat) 6. Ajarkan pada klien mencegah
tentang cara kontaminasi
perawatan luka rektal memasuki
perineum. vagina atau
7. Kolaborasi untuk uretra
pemberian anti 6. Meningkatkan
biotik pengetahuan
klien tentang
perawatan vulva.
7. Mencegah infeksi
dan penyebaran
kejaringan
III Kurangnya pengetahuan sekitar.
berhubungan dengan
minimnya informasi
tentang Breast care

1. Lakukan Breast care 1. menggali seberapa


pada klien banyak pengetahuan
2. Ajarkan breast care dan pemahaman
pada Ibu yang diterima pasien
3. Kaji pengetahuan 2. agar payudara tidak
klien tentang bengkak dan ASI
perawatan lancer
payudara 3. Menggali seberapa
4. Kaji produksi ASI banyak pengetahuan
Setelah dilakukan pada klien yang diterima klien
perawatan selama 5. Anjurkan pada Ibu 4. Untuk mengetahui
2x24 Agar ASI seberapa banyak
untuk melakukan
lancar, sekitar produksi ASI
areola dan perawatan
puting tidak payudara tiap pagi 5. Agar ASI keluar
kotor, payudara hari dengan lancar
tidak bengkak
kriteria Hasil:

1. klien dapat
mengerti
tentang cara
perawatan
payudara.

2. Klien mampu
melakukan
cara
perawatan
payudara.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama (inisial) pasien : Ny. T


Umur : 33 tahun
No.Rm : 1158993
Ruang dirawat : IRNA B3-Obs RSUP Dr. Karyadi Semarang

Hari/Tanggal Jam/Implementasi Jam/Evaluasi Tanda Tangan


Dx I
Rabu, 9 Mei 2007
S : Klien mengatakan
Jam 14.30 1. Mengkaji keluhan skala nyeri berkurang
pasien yaitu 2

14.40 2. Memberikan penjelasan O:


kepada klien bahwa - Klien terlihat rileks
rasa nyeri hal yang dan tidak lemas
wajar - Observasi TTV:
TD : 120/80 mmHg,
15.20 3. Menganjurkan pasien
untuk relaksasi tarik S : 36,5 ° C
nafas panjang dalam
N : 84 x/ menit
14.30 4. Mengukur tanda-tanda
vital P : 22x/ menit

14.45 5. Menganjurkan pasien A : masalah teratasi


untuk duduk dengan sebagian
mengontraksikan otot
gluteal P : lanjutkan intervensi :
- kaji karakteristik /
20.00 6. Menciptakan skala nyeri
lingkungan yang tenang - Anjurkan pasien
dan nyaman untuk mobilitas
dini / teknik
11.30 7. Mengukur TTV relaksasi.

12.30 8. Memberikan obat


peroral 1 tablet
amoxicylin dan 1 tablet
vitamin BC
Dx II
Jam 14.50 1. Melakukan vulva
hygiene dan
mengobservasi luka
episiotomi dengan
REEDA

15.30 2. Mengukur tanda-tanda


vital
S : (tdk ada)
17.00 3. Memberikan obat
peroral 1 tablet O:
amoxicillin dan 1 tablet - Tidak ada tanda-tanda
vitamin BC infeksi pada luka
jahitan pada perineum
11.30 4. Mengukur TTV - Observasi TTV:
TD : 120/80 mmHg,
12.30 5. Memberikan obat N : 84x/menit
peroral 1 tablet S : 36,5° C
amoxicylin dan 1 tablet P: 22 x/ menit
vitamin B,C - Tidak ada kemerahan,
tidak ada oedem, tidak
ada perdarahan/ nanah
pada luka jahitan
Kamis, 10 Mei
A : Masalah teratasi
2007
P : Lanjutkan intervensi:
Dx I 1. Mengkaji keluhan
- Lakukan perawatan
Jam 08.00 pasien
vulva hygiene dengan
teknik steril dan
Dx II 2. Melakukan vulva
aseptik
Jam 08.15 Hygiene dan
mengobservasi luka
episiotomy

08.30 3. menganjurkan pasien


untuk mencuci tangan
sebelum dan sesudah
memegang genital

08.45 4. Mengkaji pengetahuan


klien tentang
perawatan payudara

5. Melakukan Breast care


09.00 pada klien

Jumat, 11 Mei
2007

Dx I
Jam 07.30
1. mengkaji keluhan
pasien
11.30
2. Mengukur TTV
Dx II

Jam 09.00
1. Mengajarkan pada S : Klien mengatakan
sudah paham
klien tentang cara-cara bagaimana cara
perawatan perineum melakukan perawatan
payudara
09.30
2. Mengobservasi luka
O : Klien belajar
episiotomy mendemontrasikan
10.30 perawatan payudara
A : Masalah teratasi
3. Menganjurkan pasien
sebagian
untuk mencuci
perineum dengan P : Lanjutkan intervensi:
sabun dari depan ke - anjurkan klien
belakang dan untuk melakukan breast
mengganti pembalut care tiap pagi hari.
jika sudah basah atau
sedikitnya tiap 4 jam
Dx III

11.30
1. Mengukur TTV
08.00
2. Mengajarkan
perawatan payudara
pada pasien
08.30
3. Mengkaji pengetahuan
klien tentang
perawatan payudara
11.00
4. Mengkaji produksi
ASI pada klien
11.15
5. Menganjurkan ibu
untuk melakukan
perawatan payudara
tiap pagi hari

REFERENSI : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2007-rositakuma-77-
POST+PAR-A.pdf

Anda mungkin juga menyukai