Anda di halaman 1dari 21

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Maternitas I

Oleh:
Renanda Nur’afika
NIM. P1721084108

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN MALANG
AGUSTUS 2019
A. ANATOMI SISTEM REPRODUKSI WANITA
1. Alat Reproduksi Bagian Dalam:
a. Ovarium
Bagian pertama dari alat
reproduksi bagian dalam adalah
ovarium. Ovarium berada di
bagian dalam di kiri dan kanan
pinggul yang terhubung dengan
rahim melalui tuba fallopi.
Ovarium kiri dan kanan
mengeluarkan sel telur secara
bergantian setiap 28 hari
sehingga terciptalah siklus menstruasi. Ukuran ovarium kurang lebih sebesar ibu
jari dengan panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 0,5 cm.
Ovarium terbagi menjadi 3 bagian:
1. Bagian permukaan, bagian terluar dari ovarium yang terdiri dari epitel
kuboid selapis atau epitel germinal.
2. Korteks, bagian yang berasa di tengah atau bagian dalam permukaan.
Sebagian besar korteks tersusun atas jaringan ikat. Korteks adalah tempat
ditemukannya sel folikel dan oosit.
3. Medulla, adalah bagian dalam dari ovarium yang tersusun atas jaringan
neorovaskular.

b. Tuba fallopi
Tuba fallopi atau oviduk atau saluran telur. Tuba fallopi adalah saluran
bercorong yang membentang dari ujung kanan hingga kiri. Tuba Falopi
berjumlah satu pasang, di kiri dan kanan. Masing masing tuba falopi biasanya
memiliki panjang sekitar 10 – 13 cm dengan diameter 0,5 – 1,2 cm.
Dinding dari tuba fallopi disusun oleh 4 lapisan utama, yaitu :

 Lapisan Serosa (lapisan terluar)


 Lapisan Subserosa / Lapisan Otot, merupakan lapisan yang terdiri dari
pembuluh darah, pembuluh limfatik, otot longitudinal dan otot sirkular. Otot
pada lapisan ini berfungsi untuk menciptakan gerakan sehingga tuba falopi
dapat mentransportasikan ovum dari ovarium ke rahim.
 Lamina Propria, sebagian besar lapisan ini merupakan pembuluh darah
sehingga sering juga disebut dengan lapisan vaskular.
 Lapisan Mucosa, lapisan yang tersusun oleh epitel kolumnar bersiliata dan
sel sekretori.
Tuba falopi dapat terbagi menjadi 4 bagian utama:
1. Fimbriase, struktur seperti jari yang bersilia, bagian ini berfungsi untuk
menangkap sel telur dan ovarium.
2. Infundibulum, tempat melekatnya fimbriase.
3. Ampula, bagian terluas dari tuba falopi. Bagian ini biasanya tempat untuk
terjadinya fertilisasi.
4. Isthmus, merupakan saluran sempit yang menghubungkan ampula dengan
uterus.

c. Uterus
Uterus atau rahim adalah bagian organ dari sistem reproduksi wanita yang
bentuknya menyerupai buah pir. Letak uterus berada di tengah rongga panggul
yakni bertepatan dengan perut bagian bawah (di bawah pusar), di bagian depan
terdapat kandung kemih dan di belakang rahim terdapat rektum. Uterus tersusun
dari lapisan otot yang memiliki sifat elastis sehingga bisa membesar mengikuti
perkembangan janin. Ketika proses persalinan, otot uterus akan mengalami
kontraksi yang akan membantu janin keluar melalui jalan lahir. Rata-rata uterus
memiliki ukuran panjang sekitar 7,5 cm, lebar 5 cm dan kedalaman 2,5 cm.
Terdapat beberapa struktur dan bagian-bagian dari uterus, yakni:
1. Fundus uteri, bagian atas uterus yang berbentuk seperti kubah. Pada bagian
tersebut tuba falopi masuk ke uterus. Pada masa kehamilan tinggi fundus uteri
dapat menopang untuk memprediksi umur kehamilan seseorang.
2. Korpus uteri, nagian badanuterus yang paling inti dan terbesar. Korpus uteri
semakin kebawah akan semakin kecil dan menjadi serviks.
3. Serviks uteri, bagian penekanan ke dalam vagina pada dinding depan uterus.
Dari bagian dalam ke luar dinding uterus tersusun oleh 3 lapisan utama, yaitu:
1. Endometrium, susunan membrane lendir yang tersusun oleh jaringan epitel,
kelenjar, dan banyak pembuluh darah.
2. Myometrium, susunan otot yang tersusun oleh ikatan otot polos.
3. Perimetrium, susunan terluas uterus. Susunan ini disebut dengan susunan
serosa.

d. Serviks

Serviks atau leher rahim merupakan jalan masuk antara uterus dan juga vagina.
Bentuk dari serviks adalah dinding sempit, namun serviks memiliki sifat
fleksibel dan bisa melebar ketika proses persalinan. Serviks bisa dikatakan
meruapakan salah satu alat reproduksi wanita yang rentan terhadap penyakit. Hal
ini dibuktikan dengan tingginya angka pengidap kanker serviks. Serviks
berukuran 2-3 cm dan berbentuk silinder yang berubah ukuran selama
kehamilan. Bukaan ke dalam Rahim disebut os internal, dan bukaan ke dalam
vagina disebut os eksternal. Bagian bawah serviks, yang dikenal sebagai bagian
vagina serviks (atau ektoserviks), membuncit ke bagian atas vagina. Ujung
bawah serviks menonjol melalui dinding anterior vagina, dan disebut sebagai
bagian vagina serviks (atau ektoserviks) sedangkan sisa serviks di atas vagina
disebut bagian supravaginal serviks .

e. Vagina
Bagian dari alat reproduksi wanita bagian dalam selanjutnya adalah vagina.
Letak vagina adalah berada di belakang kandung kemih. Menurut sebuah
penelitian yang diterbitkan di British Journal of Obstetrics &
Gynecology, vagina memiliki kedalaman rata-rata 3,77 inci atau 9,6 cm.
Dinding vagina terdiri atas tiga lapis; lapisan dalam adalah selaput lendir
(membran mukosa) yang dilengkapi lipatan-lipatan atau rugae, sehingga
mempunyai rupa seakan-akan ditutupi papilae (selaput lendir vagina terdiri
atas sel epitel gepeng berlapis) lapisan luar adalah lapisan berotot yang terdiri
atas serabut longitudinal dan melingkar; dan di antara kedua lapis ini terdapat
sebuah lapisan dari jaringan erektil terdiri atas jaringan areoler, pembuluh darah
dan beberapa serabut otot tak bergaris.
2. Alat Reproduksi Bagian Luar:
a. Mons veneris
Mons veneris merupakan
alat reproduksi wanita di
bagian paling luar. Mons
veneris yang tersusun dari
jaringan lemak dan
sedikit jaringan ikat
adalah bagian menonjol
yang menutupi tulang
kemaluan. Bagian ini
adalah bagian yang
ditumbuhi rambut kemaluan ketika wanita sudah beranjak dewasa. Nama lain
dari mons veneris adalah gunung venus. Ukuran mons pubis bervariasi dengan
tingkat hormon dan lemak tubuh. Jaringan lemak mons pubis sensitive
terhadap esterogen, menyebabkan gundukan yang berbeda terbentuk
bersamaan dengan masa pubertas. Ini mendorong bagian depan labia mayora
keluar dan menjauhi tulang kemaluan. Demikian pula, mons pubis sering
menjadi kurang menonjol dengan penurunan esterogen tubuh yang dialami
selama menopause.

b. Labia mayora
Labia mayora atau yang disebut juga dengan bibir kemaluan besar. Labia pada
dasarnya memang memiliki bentuk seperti bibir. Labia mayora berada di
bawah mons verenis dan mamanjang hingga ke perineum (area kulit antara
lubang vagina dan anus). Labia mayora tersusun dari jaringan lemak dan
kelenjar keringan. Rambut kemaluan yang menutupi bagian labia mayora
sebenarnya adalah rambut yang tumbuh di mons veneris.

c. Labia minora
Bagian selanjutnya adalah labia minora atau bibir kemaluan kecil. Letaknya
berada di dalam labiya mayora dan tidak ditumbuhi rambut kemaluan sama
sekali. Labia minora tersusun dari jaringan lemak yang memiliki banyak
pembuluh darah. Baik bagian labia mayora dan labia minora, keduanya
merupakan bagian sensitif yang dapat menerima rangsangan seksual.

d. Klitoris
Klitoris berbentuk gumpalan kecil, klitoris terletak di bagian atas dari labia
minora. Klitoris merupakan bagian paling sensitif terhadap rangsangan saat
berhubungan seksual. Sifat erektil pada klitoris hampir sama seperti penis pada
pria. Klitoris memiliki sekitar 8000 ujung saraf dan terbuat dari jaringan halus.
Sedangkan penis ‘hanya’ memiliki sekitar 4000 ujung saraf. Kondisi itu
membuat klitoris sangat peka terhadap rangsangan.

e. Vestibulum
Vestibulum adalah rongga pembatas atau cekungan antara dua sisi labia
minora. Leteknya di bagain bawah, sedangkan di bagian atasnya adalah
klitoris. Pada vestibulum terdapat 6 lubang yaitu; uretra, muara vagina, 2 buah
saluran kelenjar bartolini, dan 2 buah saluran kelenjar paraurethral (Skene).
Kelenjar Bartholin atau vestibular berfungsi menghasilkan cairan yang menjadi
pelumas ketika melakukan hubungan seksual.

f. Himen
Himen atau yang dikenal dengan selaput dara adalah sebuah selaput mebran
tipis yang menutupi vagina. Darah menstruasi biasanya keluar dari himen
kerena himen umunya memiliki satu lubang yang ukurannya sedikit lebih
besar. Himen sering dikaitkan dengan keperawanan wanita, tetapi hal ini masih
menimbulkan perdebatan dari beberapa ahli. Banyak yang berpendapat bahwa
selaput dara tidak bisa dijadikan patokan keperawanan seorang wanita,
dikarenan hymen juga bisa robek karena beberapa alasan seperti kecelakaan,
bersepeda, berkuda, atau peregangan yang berat.

Selaput dara yang wajar akan memiliki lubang/bukaan baik kecil atau besar
sebagai saluran untuk keluarnya darah menstruasi. Berikut ini adalah jenis-
jenis selaput dara berdasarkan lubang yang terdapat padanya.
 Annular hymen: memiliki sebuah lubang/bukaan yang tidak terlalu besar
 Cribriform hymen: memiliki banyak lubang/bukaan yang ukurannya
sangat kecil
 Septate hymen: memiliki dua lubang/bukaan yang berdampingan
 Imperforate hymen: tidak memiliki lubang sama sekali
 Parous introitous hymen: memiliki satu lubang/bukaan yang sangat besar

g. Perineum
Perineum (Kerampang), terletak di antara vulva dan anus panjangnya ±4 cm.
dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus, yang
berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani. Perineum berbentuk belah
ketupat dan di anterior dibatasi oleh symphisis pubica, di posterior oleh
ujung os coccygeus, dan di lateral oleh tuber ischiadicum.

B. PATOFISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA


1. Alat Reproduksi Bagian Dalam:
a. Ovarium
Ovarium mempunyai dua fungsi yakni fungsi reproduksi dan fungsi endrokrin.
 Fungsi Ovarium Sebagai Organ Reproduksi
Di setiap ovarium akan mengalami perkembangan sel telur. Di proses itu,
sel telur akan disertai beberapa kelompok sel yang dinamakan dengan sel
folikel, yaitu sel yang mengandung cairan tempat tumbuhnya sel telur.
Perkembangan sel folikel kemudian akan dirangsang oleh hormon Follicle
Stimulating Hormone (FSH). Dari masa embrio, telah terjadi perkembangan
oogonium menjadi oosit, sedangkan oosit tidak akan berkembang menjadi
sel ovum matang sampai dimulainya masa pubertas.
Sesudah mulai memasuki masa pubertas, ovum yang telah matang akan
dilepas sel folikel dan dikeluarkan ovarium ke uterus (rahim). Sel ovum atau
sel telur siap dibuathi sel sperma pria.
Apabila sel telur tersebut tidak dibuahi, maka seorang wanita akan
mengalami masa menstruasi, yakni luruhnya dinding endometrium bersama
dengan sel ovum yang tidak dibuahi.
Namun apabila sel telur/ovum berhasil dibuahi sel sperma, maka hasil dari
permuan keduanya atau hasil pembuahan akan tumbuh dan berkembang
pada uterus (rahim) menjadi embrio.

f. Tuba fallopi

Tuba Fallopi bertindak sebagai saluran untuk sperma, oosit, dan transportasi
ovum dibuahi, selain menjadi situs normal fertilisasi. Ketika
sebuah ovum berkembang dalam sebuah ovarium, ia diselubungi oleh sebuah
lapisan yang dikenal dengan nama follikel ovarium.

Pada saat ovum mengalami kematangan, folikel dan dinding ovarium akan
runtuh, membuat ovum dapat berpindah dan memasuki Tuba Fallopi. Dari sana
perjalanan dilanjutkan ke arah rahim, dengan bantuan pergerakan dari cilia pada
bagian dalam tuba/saluran ini. Perjalanan ini menghabiskan waktu berjam-jam
atau bahkan berhari-hari. Jika ovum dibuahi ketika berada di dalam Tuba
Fallopi, maka ia akan menempel secara normal di dalam endometrium ketika
mencapai rahim, yang merupakan pertanda terjadinya kehamilan.

Terkadang embrio bukannya menempel pada rahim namun menempel pada Tuba
Fallopi sehingga menghasilkan kehamilan ektopik, yang lebih dikenal dengan
"kehamilan di luar kandungan".

g. Uterus
Uterus bertugas menerima sel telur yang dibuahi yang melewati persimpangan
utero-tuba dari tuba fallopi. Sel telur yang dibuahi membelah menjadi
blastokista, yang menanamkan ke dalam endometrium, dan memperoleh
makanan dari pembuluh darah yang berkembang secara eksklusif untuk tujuan
ini. Sel telur yang dibuahi menjadi embrio, menempel pada dinding rahim,
menciptakan plasenta, dan berkembang menjadi janin (gestate) sampai
melahirkan.
Rahim juga berperan dalam respons seksual, dengan mengarahkan aliran darah
ke panggul dan ovarium, dan ke alat kelamin luar, termasuk vagina, labia, dan
klitoris.
h. Serviks
Kanal serviks adalah jalur masuknya sperma ke rahim setelah hubungan seksual,
dan beberapa bentuk inseminasi buatan. Selama fase proliferasi siklus
menstruasi, sekresi kelenjar serviks uteri adalah encer berair. Jenis sekret ini
mempermudah sperma melalui kanalis serviks masuk ke dalam uterus.
Sebaliknya, selama fase luteal (sekresi), siklus menstruasi dan kehamilan, sekret
kelenjar serviks menjadi kental dan membentuk sumbatan mukus di dalam
kanalis serviks uteri. Hal ini menghambat jalan sperma atau mikroorganisme
dari vagina ke dalam uterus (Eroschenko, 2003).

i. Vagina
Vagina berfungsi menghasilkan kelenjar untuk melembabkan vagina. Kelenjar
Bartholin, yang terletak di dekat lubang vagina, awalnya dianggap sebagai
sumber utama untuk pelumasan vagina, tetapi pemeriksaan lebih lanjut
menunjukkan bahwa mereka hanya menyediakan beberapa tetes lendir.
Pelumasan vagina sebagian besar disediakan oleh rembesan plasma yang dikenal
sebagai transudat dari dinding vagina. Ini awalnya terbentuk sebagai tetesan
seperti keringat, dan disebabkan oleh peningkatan tekanan cairan di jaringan
vagina (vasocongestion), menghasilkan pelepasan plasma sebagai transudat dari
kapiler melalui epitel vagina.
Fungsi lainnya adalah sebagai tempat pemasukan alat kelamin pria (penis) saat
hubungan seksual dan saluran untuk mengalirkan cairan lendir dan darah
menstruasi.

3. Alat Reproduksi Bagian Luar:


a. Mons veneris
Mons veneris berfungsi untuk melindungi alat genetalia (sebagai penutup atau
pelindung tulang kemaluan) dari masuknya kotoran selain itu untuk estetika.

b. Labia mayora
Fungsi labia mayora adalah sebagai begian lanjutan dari mons veneris yang
berbentuk lonjong mengarah kebawah dan bersatu lalu membentuk perineum.
Labia mayora melindungi organ-organ internal dari sistem reproduksi wanita,
dengan mencegah vagina terbuka dari pembukaan di luar aktivitas seks. Bibir
yang tebal dan keras tersebut melindungi dan menyembunyikan lubang vagina.

c. Labia minora
Labia menjaga vulva dari serangan bakteri. Kelenjar labia minora yang berada di
dalam, memproduksi sekresi kaya akan bahan kimia yang dirancang untuk
membunuh bakteri. Dengan cara ini pula, labia melindungi dirinya dari infeksi.
Membran tipis di labia minora, dikemas dengan banyak pembuluh darah dan
saraf yang akan membengkak ketika dirangsang. Hal ini membuat labia minora
sangat sensitif dan reseptif.

d. Klitoris
Klitoris terdiri dari banyak pembuluh darah dan terletak pada ujung syaraf. Oleh
karena itu sifatnya sangat sensitif dan erektif. Klitoris memiliki fungsi untuk
merangsang ketika berhubungan.

e. Vestibulum
Fungsi dari vestibulum adalah sebagai tempat bermuaranya uretra atau saluran
kencing dan vagina atau liang senggama.

f. Himen
Fungsi utama himen adalah sebagai penilaian terhadap keperawanan seorang
wanita. Hymen juga berfungsi untuk memungkinkan darah menstruasi dan
cairan tubuh lainnya mengalir keluar melalui liang vagina. Selain itu fungsi
hymen atau lapisan mukosa yang mengelilingi atau menutupi sebagian dari
muara vagina.

g. Perineum
Perineum berfungsi sebagai pembatas antara vagina dengan anus.
PROSES TERJADINYA MENSTRUASI

1. Fase Menstruasi atau Pendarahan

Fase keluarnya darah haid ini dimulai pada hari pertama menstruasi dan berlangsung
sampai hari ke-5 dari siklus menstruasi. Beberapa sumber menyebutkan bisa
berlangsung sampai hari ke-7 dan ini masih dianggap normal.

Peristiwa berikut terjadi selama fase haid ini:

 Hormon progesteron turun drastis.

 Lapisan rahim luruh dan keluar dalam bentuk darah menstruasi.

 Darah yang keluar sekitar 10-80 ml.

 Pada fase menstruasi ini Anda mungkin mengalami kram perut. Kram ini
disebabkan oleh kontraksi rahim dan otot-otot perut untuk mengusir darah haid.

Selama pekan ini, kondisi fisik berada pada titik terendah, bahkan bisa dikatakan
memiliki energi terendah diantara fase siklus menstruasi lainnya. Oleh sebab itu,
wanita cenderung lemas dan ingin beristirahat.
2. Fase Folikular

Ini disebut fase folikuler karena kelenjar pituitari (hipofisia) melepaskan hormon yang
disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang merangsang folikel
dalam ovariumuntuk tumbuh menjadi dewasa (matang).

Fase ini juga dimulai dari hari pertama menstruasi, tetapi berlangsung sampai hari ke-
13 dari siklus menstruasi. Peristiwa berikut terjadi selama fase ini:

 Kelenjar hipofisis di otak mengeluarkan hormon FSH yang merangsang sel-sel


telur dalam ovarium untuk tumbuh.

 Salah satu sel telur mulai masak di dalam struktur yang disebut folikel (kantung).
Dibutuhkan 13 hari bagi sel telur untuk mencapai kematangan.

 Ketika sel telur matang, folikel mengeluarkan hormon yang merangsang rahim
untuk membentuk lapisan pembuluh darah dan jaringan lunak yang baru
disebut endometrium. Ini merupakan langkah untuk pemulihan dari fase menstruasi
yang pertama.

Selain itu, hormon estrogen dan testosteron mulai meningkat selama fase ini. Hal
ini akan memberikan dorongan energi dan meningkatkan mood wanita. Testosteron
bertugas untuk merangsang libido, sedangkan estrogen membuat wanita merasa lebih
terbuka dan menekan nafsu makannya.

3. Fase Ovulasi

Ovulasi adalah puncak dari semua kerja keras tubuh selama fase
menstruasi sebelumnya. Atas perintah otak melalui produksi hormon LH (luteinizing
hormone), sel telur yang sudah matang akan dilepaskan dari folikel di ovarium
ke saluran tuba (tuba fallopi) dan akan bertahan selama 12-24 jam.

Kejadian ini terjadi pada hari ke-14 dari siklus, sel telur yang dilepaskan tersapu ke
tuba falopi oleh silia fimbriae. Fimbriae adalah struktur berbentuk seperti jari-jari yang
terletak di ujung tuba falopi dekat dengan ovarium. Sedangkan silia
merupakan rambut getar yang halus, berfungsi untuk mengantarkan sel telur
menuju rahim.

Pada fase ini, produksi hormon estrogen dan testosteron mencapai puncaknya,
sehingga meningkatkan efek dari fase folikular.

4. Fase Luteal

Disebut fase luteal karena pada fase menstruasi ini terbentuk korpus luteum, yaitu
bekas folikel setelah ditinggal sel telur. Korpus luteum menghasilkan
hormon progesteron.

Fase luteal adalah fase menstruasi yang terkahir. Fase luteal dimulai pada hari ke-15
dan berlangsung sampai akhir siklus menstruasi. Peristiwa berikut terjadi selama fase
luteal:

 Sel telur yang dilepaskan selama fase ovulasi akan tetap berada di tuba falopi
selama 24 jam.

 Jika sel sperma tidak membuahi sel telur dalam waktu tersebut, sel telur akan
hancur.

 Hormon progesteron yang membuat rahim mempertahankan endometrium akan


habis pada akhir siklus menstruasi. Hal ini menyebabkan dimulainya kembali fase
siklus menstruasi berikutnya.

Pada fase luteal, produksi hormon estrogen dan testosteron akan menurun dan sebagai
gantinya tubuh mulai memproduksi progesteron seperti penjelasan di atas. Hormon
progesteron adalah hormon anti-kecemasan alami.

Macam-macam hormon pada wanita diantaranya:

1. Progesteron
Hormon progesteron berpengaruh terhadap siklus menstruasi dan ovulasi. Saat wanita
mengalami ovulasi, hormon progesteron akan membantu mempersiapkan lapisan
bagian dalam rahim atau endometrium untuk menerima sel telur yang telah dibuahi
oleh sperma. Meski berperan penting, namun terkadang hormon ini memicu rasa tidak
nyaman. Misalnya, dua minggu sebelum menstruasi, hormon ini mungkin akan
menyebabkan perut terasa kembung, nyeri pada payudara dan munculnya jerawat serta
perubahan emosional.
2. Estrogen
Hormon estrogen diproduksi oleh ovarium, kemudian dalam jumlah lebih sedikit juga
diproduksi oleh korteks adrenal dan plasenta pada ibu hamil. Hormon ini berfungsi
membantu perkembangan dan perubahan tubuh saat pubertas, termasuk perkembangan
secara seksual, memastikan jalannya ovulasi dalam siklus menstruasi bulanan,
keluarnya air susu ibu setelah persalinan serta berpengaruh dalam menentukan suasana
hati dan juga proses penuaan. Penurunan produksi estrogen dapat menimbulkan
berbagai gangguan, seperti menstruasi yang tidak rutin, vagina yang kering, suasana
hati yang tidak menentu, serta osteoporosis pada wanita lanjut usia.
3. Testosteron
Kadar hormon testosteron yang terdapat pada tubuh wanita memang tidak sebanyak
pada pria, namun tetap membawa manfaat kesehatan bagi wanita. Dengan hormon ini,
gairah seks wanita akan tetap terjaga dengan baik, tulang tetap sehat, mengendalikan
nyeri, dan menjaga kemampuan kognitif. Kadar testosteron dalam tubuh tiap wanita
berbeda, dalam kisaran 15-70 ng/dL.
4. Luteinizing Hormone (LH)
LH pada wanita bertugas membantu tubuh mengatur siklus menstruasi dan ovulasi.
Karenanya, hormon ini juga memiliki peranan dalam masa pubertas. Hormon ini
diproduksi di kelenjar hipofisis (pituitary) di otak. Umumnya, kadar hormon LH pada
wanita akan meningkat saat menstruasi dan setelah menopause.
5. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Sama halnya dengan hormon LH, hormon FSH juga di produksi di kelenjar hipofisis
dan berperan penting dalam sistem reproduksi. Hormon ini membantu mengendalikan
siklus menstruasi, dan produksi sel telur pada ovarium. Kadar hormon FSH yang
rendah dapat menandakan seorang wanita tidak mengalami ovulasi, hipofisis tidak
memproduksi hormon dengan cukup, atau dapat juga menandakan kehamilan.
Sebaliknya, hormon FSH yang tinggi dapat menandakan wanita memasuki masa
menopause, adanya tumor di kelenjar hipofisis, atau mengalami sindrom Turner.
 Proses pemasangan KB IUD Spiral

 Setelah kedalaman rahim diketahui, sound uterine akan dikeluarkan. Dokter atau
petugas medis akan menyiapkan IUD yang dibengkokkan bagian lengannya.
Kemudian, IUD akan dimasukkan pada inserter khusus berupa tabung yang
dimasukkan lewat vagina.

 Setelah sampai di kedalaman rahim yang tepat, IUD akan didorong keluar dari
tabung. Bagian lengan IUD yang bengkok akan kembali ke arah semula
membentuk huruf T. Setelah itu, inserter, tenakulum, dan spekulum akan
dikeluarkan dari vagina.

 Pemasangan IUD sebenarnya hanya butuh beberapa menit, tidak rumit, dan tidak
menyakitkan. Kebanyakan wanita hanya merasakan kram ringan seperti dicubit
saat prosesnya.
Kelainan Pada Organ Reproduksi Wanita

a. Ovarium

 Kista ovarium

Kista ovarium adalah kantong berisi cairan pada indung telur. Kista dapat terbentuk
saat sel telur tidak dilepaskan, atau ketika kantong yang menyimpan sel telur tidak
luruh setelah telur dilepaskan.

Umumnya, kista ini terbentuk saat ovulasi dan menghilang dengan sendirinya. Meski
sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun, kista indung telur tetap berisiko
mendatangkan rasa sakit yang tidak tertahankan jika ukurannya besar atau pecah.

Gejala lain yang dapat menyertai kista indung telur adalah mual dan muntah,
kembung, rasa nyeri saat buang air besar atau berhubungan seksual, menstruasi tidak
teratur, nyeri panggul di awal dan akhir masa menstruasi.

 Endometriosis
Saat sel telur tidak dibuahi, dinding rahim meluruh dan keluar dari tubuh melalui
proses yang disebut menstruasi. Tetapi pada sebagian wanita, jaringan yang
menyerupai dinding rahim ini bisa tumbuh di bagian tubuh lainnya, seperti indung
telur, saluran telur (tuba falopi), dan vagina. Jaringan ini kemudian membengkak dan
mengalami pendarahan tiap bulan, tetapi tidak memiliki tempat untuk meluruh.
Kondisi ini mengakibatkan luka dan rasa sakit yang disebut endometriosis.
Penyakit ini bisa dikenali dari beberapa gejala, seperti nyeri berat saat menstruasi,
perdarahan vagina di luar masa menstruasi, gangguan pencernaan seperti perut
kembung dan sakit perut saat menstruasi, sulit hamil, serta timbulnya rasa sakit saat
berhubungan seksual.

 Tumor indung telur

Tumor indung telur dapat bersifat ganas (kanker) atau jinak. Tumor indung telur lebih
umum terjadi pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Gejala tumor
indung telur tidak khas, umumnya berupa gangguan pencernaan, hilang nafsu makan,
nyeri perut bagian bawah, serta berat badan turun tanpa sebab yang jelas.
Guna mendiagnosis tumor indung telur, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, seperti MRI untuk melihat keberadaan tumor, dan tes darah
untuk mendeteksi protein CA-125. Protein ini cenderung meningkat pada wanita yang
menderita tumor indung telur. Pengobatan untuk gangguan indung telur ini meliputi
kemoterapi dan radioterapi, serta operasi pengangkatan indung telur dan rahim.

b. Tuba fallopi

Hydrosalphinx (sumbatan pada tuba fallopi) bisa timbul akibat berbagai hal. Sebagian
besar dari kasus hydrosalphinx disebabkan oleh:

 Infeksi menular seksual


 Pertumbuhan jaringan akibat endometriosis yang memicu iritasi pada tuba falopi
 Penyakit radang panggul (PID)
 Dampak dari radang usus buntu yang pecah
 Efek samping dari pembedahan pada area perut.

Penyebab hidrosalphinx tidak hanya berakar dari masalah organ reproduksi saja.
Infeksi atau peradangan yang terjadi pada organ lain yang berdekatan dengan organ
reproduksi atau di sekitar area panggul bisa ikut mengganggu fungsi tuba fallopi untuk
membantu proses kehamilan karena sel pemicu radang yang menjadi bagian dari
pertahanan tubuh bisa menyebar hingga ke tuba fallopi. Proses penyembuhan radang
tersebut dapat merusak jaringan fimbria yang membantu perjalanan sel telur di
sepanjang tuba falopi serta menyebabkan penutupan dari saluran tersebut.

c. Uterus
 Uterus Unicornis
Yaitu rahim memiliki 1 “tanduk” sehingga bentuk rahim seperti pisang. Kondisi ini
dialami sekitar 65% wanita yang memiliki kelainan rahim.
 Uterus Septus
Yaitu kelainan rahim yang sebagian atau seluruh dindingnya terbelah (seolah-olah
mempunyai sekat) menjadi dua bagian. Kondisi rahim ini hanya dapat diketahui
bila wanita yang bersangkutan mengalami hambatan dan gangguan kehamilan
seperti sulit hamil, atau mengalami keguguran berulang.
 Uterus Bicornis
Yaitu kelainan bentuk rahim seperti bentuk hati mempunyai dinding di bagian
dalamnya dan terbagi 2 di bagian luarnya. Kelainan ini yang paling banyak ditemui
dan dapat mempengaruhi kemampuan reproduksi wanita.
 Uterus Duplex
Yaitu kelainan rahim yang memiliki “2 leher rahim”. Sebagian besar kasus ini
mempunyai dinding yang memisahkan vagina menjadi 2 bagian.Wanita dengan
kelainan ini tidak mengalami gejala apapun.

d. Serviks

 Servisitis adalah peradangan yang terjadi pada serviks atau leher rahim. Serviks
merupakan bagian paling bawah dari rahim yang terhubung dengan vagina.
Layaknya jaringan lain dalam tubuh, serviks juga dapat mengalami
peradangan karena berbagai alasan, yaitu infeksi. Peradangan ini dapat ditunjukkan
dengan perdarahan dari vagina di luar masa menstruasi, atau nyeri saat
berhubungan seksual, serta keluarnya cairan abnormal dari vagina.

Servisitis dapat terjadi secara akut yang terjadi tiba-tiba dan parah, atau secara
kronis yang berkembang dalam waktu lama. Jika kondisi ini tidak diobati, maka
servisitis yang terjadi karena infeksi dapat menyebar hingga ke rongga perut,
menimbulkan gangguan kesuburan, serta masalah pada janin bagi ibu yang sedang
hamil.

 Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Umumnya,
kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul saat
kanker sudah mulai menyebar. Dalam banyak kasus, kanker serviks terkait
dengan infeksi menular seksual
TAHAPAN EMBRIOGENESIS

1. Fertilisasi
Proses penyatuan ovum dan sperma, terjadi di daerah ampula uterine. Fertilisasi
memerlukan oosit sekunder dan satu spermatozoa. Sebagian besar sperma yang
berjalan dari vagina menuju uterus dan masuk ke tuba falopi dihancurkan oleh mucus
(lendir) di dalam uterus dan tuba falopi.
2. Cleavage (pembuahan)
Pembelahan zigot menjadi unit-unit yang lebih kecil yang disebut blastomer. Stadium
cleavage merupakan rangkaian mitosis yang berlangsung berturut-turut segera setelah
terjadi pembuahan yang menghasilkan morula dan blastomer.
3. Pembentukan blastokista
Pada saat morula masuk ke rongga uterus, cairan mulai merembes menembus zona
pelusida ke dalam ruang antarsel massa sel dalam. Secara bertahap ruang antarsel
menjadi konfulen dan akhirnya terbentuk sebuah rongga yang disebut blastokel. Pada
saat ini mudigah disebut blastokista.
4. Implantasi
Pelekatan dan penetrasi berikutnya oleh telur yang telah dibuahi di dinding Rahim
yang mulau dari 5 sampai 7 hari setelah pembuahan.
5. Embryonic disk (Hari ke-8)
Perkembangan blastokista sudah setengah terbenam di dalam stroma endometrium.
Defak penetrasi di epitel permukaan ditutupi oleh bekuan fibrin.
KELAINAN PADA KEHAMILAN

 Kehamilan anggur
Mola hydatidosa atau hamil anggur adalah pembentukan ari-ari (plasenta) yang abnormal
saat kehamilan. Hamil anggur tergolong komplikasi kehamilan yang jarang terjadi.
Plasenta atau ari-ari yang terbentuk pada penderita hamil anggur tidak normal dan
terbentuk seperti sekumpulan anggur. Sering kali janin sama sekali tidak terbentuk,
hanya jaringan plasenta yang abnormal.
Hamil anggur sulit terdeteksi pada awal kehamilan, karena pada awalnya mirip dengan
kehamilan normal. Hamil anggur akan terdeteksi oleh dokter kandungan saat
pemeriksaan rutin kehamilan. Seseorang yang pernah mengalami hamil anggur akan
lebih berisiko mengalami hamil anggur kembali di kemudian hari.

 Blighted Ovum
Blighted ovum (anembryonic gestation) atau kehamilan anembrionik adalah kehamilan
yang tidak mengandung embrio meskipun terjadi pembuahan di dalam rahim. Kondisi
ini merupakan salah satu penyebab umum terjadinya keguguran pada tiga bulan
pertama kehamilan.
Blighted ovum biasanya terjadi akibat adanya kelainan kromosom pada fetus yang
sedang berkembang. Tubuh ibu akan menghentikan kehamilan ketika menyadari
adanya kelainan tersebut. Kelainan kromosom sendiri dapat disebabkan oleh
pembelahan sel yang tidak sempurna serta kualitas sel telur dan sperma yang buruk.
 Abortus (Keguguran)
Berakhirnya kehamilan dengan dikeluarkannya janin (fetus) atau embrio sebelum
memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di luar rahim, sehingga mengakibatkan
kematiannya.

Macam-Macam Abortus atau Jenis Keguguran

Ada beberapa penyebab keguguran atau abortus yang jarang diketahui oleh banyak
orang. Degan mengetahui jenisnya, maka kita juga akan tahu bagaimana cara
mengatasinya. Ini dia berbagai jenis keguguran atau abortus:

1. Keguguran Total atau Abortus Komplet

Abortus komplet adalah fenomena jenis keguguran dimana seluruh hasil konsepsi
telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.

2. Macam-Macam Abortus: Abortus Inkomplit


Jenis keguguran inkomplet adalah yang sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim
dan masih ada yang tertinggal.

3. Abortus Insipiens

Abortus insipiens adalah jensis keguguran yang sedang mengancam yang ditandai
dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap
di dalam rahim.

4. Abortus Imminens

Jenis keguguran tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vagina, sedangkan jalan
lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim tampak mirip
dengan abortus insipiens yang mengancam jiwa.

5. Missed Abortion

Keguguran yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.

6. Abortus Habitualis

Habitualis abortus adalah Keguguran yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau
lebih pada satu penderita akibat gangguan yang terjadi pada sistem reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai