Anda di halaman 1dari 17

TUGAS : ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN GENITALIA WANITA 

BAB I
PENDAHULUAN     
A. Latar Belakang
Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan
organ reproduksi internal. Organ reproduksi luar wanita disebut juga vulva
meliputi mons veneris (mons pubis), labium mayora, labium minora dan clitoris.
Organ reproduksi dalam wanita meliputi ovarium, tuba falopii, uterus dan vagina.
Oogenesis atau pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam
kandungan ibunya. Setelah bayi lahir, dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta
oosit primer. Sebagian oosit primer mengalami degenerasi sehingga ketika
memasuki masa puber jumlah tersebut menurun hingga tinggal sekitar 200 ribu
pada tiap ovariumnya. Oosit primer ini mengalami masa istirahat (dorman),
kemudian proses oogenesis akan dilanjutkan setelah wanita memasuki masa
puber.
Sejak pertama mendapat menstruasi (menarche) yang terjadi antara usia 9-
14 tahun organ reproduksi aktif bekerja hingga wanita tersebut berhenti
menstruasi (menophause) yang terjadi antara usia 46-54 tahun. Menstruasi
merupakan pendarahan yang keluar melalui vagina karena luruhnya dinding rahim
(endometrium). Menstruasi juga merupakan pertanda tidak terjadi kehamilan, tiga
perempat bagian jaringan lembut endometrium yang telah dipersiapkan untuk
menerima konsepsi (penanaman embrio) akan terlepas. Kemudian endometrium
akan terbentuk kembali; dipersiapkan untuk menerima kemungkinan konsepsi
berikutnya, demikian seterusnya terulang kembali secara periodik dan dikenal
dengan siklus menstruasi.
Seorang wanita harus mengenal anatomi dan fisiologi organ reproduksinya.
Dengan mengetahui anatomi dan memahami fisiologi reproduksinya maka
seorang wanita tak perlu merasa cemas dan gelisah terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi pada dirinya dan itu adalah suatu hal yang normal.

1
2
3

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep anatomi dan fisiologi organ genitalia wanita? 
2. Bagaimana proses terjadinya oogenesis pada wanita?
3. Bagaimana proses terjadinya menstruasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep anatomi dan fisiologi organ genitalia wanita. 
2. Untuk mengetahui proses terjadinya oogenesis.
3. Untuk mengetahui proses terjadinya menstruasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Anatomi dan Fisiologi Organ Genitalia Wanita 
1. Organ Genitalia Eksterna
Menurut Manuaba (1998) organ genitalia eksterna terdiri dari :
a. Mons veneris: disebut juga gunung venus, merupakan bagian yang
menonjol di bagian depan simfisis, terdiri dari jaringan lemak dan sedikit
jaringan ikat. Setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya
segitiga.
b. Labia mayora: merupakan kelanjutan dari mons venseris, berbentuk
lonjong. Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk perineum,
permukaan ini terdiri dari :
1) Bagian luar; tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris
2) Bagian dalam; tanpa rambut, merupakan selaput yang mengadung
kelenjar sebasea (lemak)
c. Labia minora: merupakan lipatan di bagian dalam labia mayora, tanpa
rambut. Di bagian atas klitoris, labia minora bertemu membentuk
prepusium klitoris dan di bagian bawahnya bertemu membentuk prenulum
klitoris, labia minora ini mengelilingi orifisium vagina.
d. Klitoris: merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil, mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitif dan analog dengan penis pada laki-laki.
e. Vestibulum: merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh
kedua bibir kecil, bagian atas klitoris, dan bagian belakang pertemuan
kedua labia minora. Pada vestibulum terdapat muara uretra, dua lubang
saluran kelenjar Bartholini dan dua lubang saluran kelenjar Skene.
f. Kelenjar Bartholini: kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina
karena dapat mengeluarkan lendir, pengeluaran lendir meingkat saat
hubungan seks.

4
5

g. Hymen (selaput dara): merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina,


bersifat rapuh dan mudah robek, hymen ini berlubang sehingga menjadi
saluran dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
2. Organ Genetalia Interna
Organ-organ genetalia interna terdiri atas:
a. Liang senggama (vagina)
Saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim, terletak di antara
saluran kemih dan liang dubur. Di bagian ujung atasnya terletak mulut
rahim. Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding belakang 10 cm.
Bentuk dinding dalamnya berlipat-lipat, disebut rugae, sedangkan di
tengahnya ada bagian yang lebih keras di sebut kolumna rugarum. Dinding
vagina terdiri dari  dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan jaringan
ikat. Berbatasan dengan serviks membentuk ruangan lengkung, antara lain
forniks lateral kiri dan kanan, forniks anterior, dan forniks posterior,
arteria hemoroidalis mediana, dan arteria pudendus interna. Fungsi penting
dari vagina ialah sebagai saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan
secret lain  dari rahim, alat untuk bersenggama dan jalan lahir pada waktu
bersalin (Mochtar, 1998).
b. Rahim (uterus)
Uterus adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya
ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa
rahim. Dalam keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam rongga panggul
kecil di antara kandung kemih dan dubur. Rahim berbentuk seperti bola
lampu pijar atau buah pear, mempunyai rongga yang terdiri dari tiga
bagian besar yaitu, badan rahim (korpkus uteri) berbentuk segitiga, leher
rahim (serviks uteri) berbentuk silinder, dan rongga rahim (kavum uteri).
Bagian rahim antara kedua pangkal tuba, yang disebut  fundus uteri,
merupakan bagian proksimal rahim. Besar rahim berbeda-beda,
bergantung pada usia dan pernah melahirkan anak atau belum. Ukurannya
kira-kira sebesar telur ayam kampong. Pada nulipara ukurannya 5,5-8 cm
x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm, multipara 9-9,5 cm x 5,5-6 cm x 3-3,5 cm.
6

Beratnya 40-50 gram pada nulipara dan 60-70 gram pada multipara. Letak
rahim dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi. Letak-letak
lainnya adalah antefleksi (tengah ke depan), retrofleksi (tengah ke
belakang), anteversi (terdorong ke depan), retroversi (terdorong ke
belakang). Suplai darah rahim dialiri oleh arteri uterine yang berasal dari
arteri iliaka interna (arteri hipogastrika) dan arteri ovarika. Fungsi utama
rahim adalah setip bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin tumbuh
kembang, dan berkontraksi terutama sewaktu beralin dan sesudah bersalin
(Mochtar, 1998).
Uterus merupakan organ berongga dan berdinding tebal, terletak di
tengah-tengah rongga panggul di antara kandung kemih dan rektum.
Uterus pada wanita dewasa berbentuk seperti buah avokad atau buah pir
dengan ukuran 7,5 x 5 x 2,5 cm. Uterus terbagi menjadi dua bagian besar,
yaitu corpus uteri dan serviks uteri, dimana kedua bagian tersebut menyatu
pada bagian yang disebut ismus. Hampir seluruh dinding uterus diliputi
oleh serosa (peritoneum viseral) kecuali di bagian anterior dan di bawah
ostium histologikum uteri internum. Uterus mempunyai tiga lapisan, yaitu:
1) Perimetrium: di bawahnya terdapat jaringan ikat subserosa; lapisan
yang paling padat dan terdapat berbagai macam ligamen yang
memfiksasi uterus ke serviks.
2) Miometrium: lapisan otot uterus dan lapisan paling tebal, terdiri atas
serabut-serabut otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang
mengandung pembuluh darah. Miometrium terdiri atas tiga lapisan,
otot sebelah luar berjalan longitudinal dan lapisan sebelah dalam
berjalan sirkuler, di antara kedua lapisan ini otot polos berjalan saling
beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi
dan berelaksasi. Ketebalan miometrium sekitar 15 mm pada uterus
perempuan nulipara dewasa.
3) Endometrium: lapisan terdalam yang terdapat di sekitar rongga uterus.
Endometrium terdiri atas epitel selapis kubik, kelenjar-kelenjar dan
stroma dengan banyak pembuluh darah yang berkelok-kelok.
7

Endometrium mengalami perubahan yang cukup besar selama siklus


menstruasi. Bagian atas uterus disebut fundus uteri dan merupakan
tempat tuba Falopii kanan dan kiri masuk ke uterus.
c. Saluran telur  (tuba falopii)
Saluran yang  keluar dari kornu rahim kanan dan kiri, panjangnya 12-
13 cm, diameter mencapai 8 mm. Bagian luarnya diliputi oleh peritoneum
visceral yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam
saluran dilapisi silia, yaitu rambut getar yang befungsi untuk menyalurkan
telur dan hasil konsepsi. Fungi saluran telur adalah sebagai saluran telur,
menangkap dan membawa ovum yang dilepaskan oleh indung telur,
sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat
terjadinya pembuahan (konsepsi/fertilisasi) dan empat pertumbuahn dan
perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap
mengadakan implantasi. Tuba fallopi terdiri atas (Mochtar, 1998):
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari
osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae.
d. Indung telur  (ovarium)
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri dan kanan
uterus di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum 1 antum uterus. Bentuknya seperti buah almond sebesar ibu
jari tangan (jempol) berukuran 2,25-5 cm x 1,5-2 cm x 0,6-1 cm. indung
telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium liga ovarika dan liga
infundibulopelvikum. Menurut strukturnya ovarium terdiri dari kulit
(korteks) atau zona parenkimatosa yang terdiri dari tunika albugeinea
(epitel berbentuk kubik), jaringan ikat di sela-sela jaringan lain, stroma
(folikel primordial, dan folikel de Graaf), dan sel-sel Warthand. Inti
8

(medula) atau zona vaskulosa terdiri dari stroma berisi pembuluh darah
serabut saraf dan beberapa otot polos.
Diperkirakan terdapat 100 ribu folikel primer pada wanita. Pada kurun
reproduksi, tiap-tiap bulan satu folikel atau kadang-kadang dua folikel
akan matang, lalu keluar pecah dan muncul ke permukaan korteks. Setiap
bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat
kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Fungsi indung telur
adalah menghasilkan ovum, hormon-hormon (progesteron dan estrogen)
dan ikut serta mengatur haid.  Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon –
hormon steroid. Ada 2 jenis bagian dari ovarium yaitu (Mochtar, 1998):
1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat serat saraf
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai
pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormone
estrogen. Estrogen merupakan hormone terpenting pada wanita.
Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada wanita
seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan
rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama
yang disebut menarche. Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena
folikel graaf belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi
karena memberikan kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan
tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur
dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai
dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.
9

B. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di
dalam ovarium atau indung telur terdapat oogonium (oogonia = jamak).
Oogonium bersifat diploid (2n = mengandung 23 pasang kromosom atau 46 buah
kromosom). Oogenesis telah dimulai sejak bayi perempuan masih dalam
kandungan ibunya berusia sekitar 5 bulan. Oogonium akan memperbanyak diri
dengan membelah berulang kali secara mitosis, membentuk oosit primer. Oosit
primer terbungkus dalam folikel yang penuh dengan cairan nutrisi yang
diperlukan untuk pertumbuhan ovum.
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam tiap ovariumnya
mengandung sekitar satu juta oosit primer. Oosit primer ini mengalami
dorman atau mengalami fase istirahat beberapa tahun hingga anak
perempuan tersebut mengalami pubertas. Selama pertumbuhan anak
perempuan, beberapa oosit primer akan mengalami degenerasi, hingga
ketika mencapai usia pubertas jumlah oosit primer hanya tinggal sekitar
200.000 buah.
Memasuki usia pubertas sekresi hormon estrogen akan memacu oosit
primer untuk melanjutkan proses oogenesis; oosit primer mengalami
meiosis pertama menghasilkan 2 sel berbeda ukuran yaitu oosit sekunder
(berukuran besar) dan polosit primer (berukuran kecil).
Oogenesis terhenti hingga terjadi ovulasi, bila tidak terjadi fertilisasi
oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun bila ada penetrasi
sperma dan terjadi fertilisasi, oogenesis akan dilanjutkan dengan
pembelahan meiosis kedua; oosit sekunder membelah menjadi 2 yaitu
ootid (berukuran besar) dan polosit sekunder (berukuran kecil). Sedangkan
polosit primer membelah menjadi 2 polosit sekunder. Sehingga pada akhir
oogenesis dihasilkan 3 polosit dan 1 ootid yang berkembang menjadi
ovum
Selama perkembangan oosit primer hingga menjadi oosit sekunder
berada dalam folikel, yaitu suatu kantung pembungkus yang penuh cairan
yang menyediakan nutrisi bagi oosit. Semula oosit primer berada dalam
10

folikel primer kemudian berkembang menjadi folikel sekunder. Ketika


terbentuk oosit sekunder, folikel telah berkembang menjadi folikel tersier
dan akhirnya menjadi folikel de Graaf (folikel yang telah matang)   Setelah
ovulasi atau lepasnya oosit sekunder folikel telur akan berubah menjadi
korpus luteum. Korpus luteum mengalami degenersi membentuk korpus
albikan.
C. Menstruasi
Menurut Bobak (2004), menstruasi adalah perdarahan periodik pada
uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Hari pertama
keluarnya darah menstruasi ditetapkan sebagai hari pertama siklus
endometrium. Lama rata-rata aliran menstruasi adalah lima hari (dengan
rentang tiga sampai enam hari) dan jumlah darah rata-rata yang hilang
ialah 50 ml (rentang 20 sampai 80 ml), namun hal ini sangat bervariasi.
Siklus menstruasi mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila tidak
terjadi kehamilan, terjadi menstruasi. Usia wanita, status fisik dan emosi
wanita serta lingkungan mempengaruhi pola siklus menstruasi.
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait
pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal. Ovarium
memainkan peranan penting dalam proses ini, karena bertanggung jawab
dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus
menstruasi (Greenspan et al., 1998).
1. Fisiologi Menstruasi
Siklus menstruasi adalah proses kompleks yang mencakup sistem
reproduktif dan endokrin. Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama
estrogen dan progesteron (Smeltzer, 2001).
Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang
mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang
mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah
estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan
pemeliharaan organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual
11

sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan


penting dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan
dalam uterus. (Suzannec, 2001)
Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam
uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling
penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa
yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi
kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk
mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga
dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen
terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido
wanita (Suzannec, 2001).
Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3
tahun setelah menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan
memperhatikan komponen yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan
bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi penyimpangan pada patrum
umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari
selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah
yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini
dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase
proliferasi sekitar 6-8 hari (Manuaba dkk, 2006).
2. Siklus Menstruasi
Menurut Bobak (2004), Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa
yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan.
Adapun rangkaian terjadinya siklus menstruasi adalah sebagai berikut :
a. Siklus Endometrium
Menurut Bobak (2004), siklus mentstruasi endometrium terdiri atas
empat fase, yaitu:
1) Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-
12

rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal
fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)
menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH
(Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

2) Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang
berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid,
misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18
siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali
normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam
fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-
10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase
proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel
ovarium.
3) Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,
endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai
ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi
kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
4) Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10
hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi,
korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut.
Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri
spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium
fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah
dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
b. Siklus Ovulasi
13

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat


pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing
hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder
dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel
primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam
ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum
terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang
terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai
berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak
aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon
estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus
luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan
fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
c. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam
darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin
releasing hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi
folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan
folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai
menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk
mengeluarkanlutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar
hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi
dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena
itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.
3. Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi
Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang
peranan dalam siklus menstruasi antara lain:
a. Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya
enzimenzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang
14

pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang


terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan endometrium, khususnya
dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase
luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi
permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak
permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat
makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk
implantasi ovum apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi,
maka dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik
dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam metabolisme endometrium
yang mengakibatkan regresi endomentrium dan perdarahan.
b. Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam
lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut
tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul
statis dalam vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan
arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan
hematom baik dari arteri maupun dari vena.
c. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan
desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan
berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi
perdarahan pada haid.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anatomi sistem reproduksi wanita terdiri dari dua bagian yaitu organ
reproduksi eksterna dan interna. Sistem reproduksi eksterna terdiri dari mons
veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum dan perineum),sedangkan
sistem reproduksi interna terdiri atas vagina, uterus, serviks, tuba fallopii dan
ovarium.
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium.
Oogenesis telah dimulai sejak bayi perempuan masih dalam kandungan ibunya
berusia sekitar 5 bulan. Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam tiap ovariumnya
mengandung sekitar satu juta oosit primer. Oosit primer ini mengalami dorman
atau mengalami fase istirahat beberapa tahun hingga anak perempuan tersebut
mengalami pubertas.
Menstruasi merupakan peristiwa meluruhnya dinding rahim. Ada beberapa
fase yang terjadi yaitu fase menstruasi, fase proliferasi, fase sekresi/luteal dan fase
iskemi/premenstrual di mana fase-fase tersebut berhubungan dengan sekresi
hormon estrogen, progesteron dan LH serta FSH.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami  buat ini, mudah – mudahan apa yang
saya paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk lebih
mengenal mengenai system repruksi wanita. Kami menyadari apa yang kami
paparkan dalam makalah ini tentu  masih belum  sesuai apa yang di harapkan
dengan  ini saya berharap masukan yang lebih banyak lagi dari guru pembimbing
dan teman – teman semua.

16
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irine. 2004. Buku Saku Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Ganong, W. F. 2008. Fisiologi Kedokteran edisi ke-20. Terjemahan: H. M. D
Widjajakusumah. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Manuaba, dkk. 2006. Buku Ajar Patalogi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran . Jakarta : EGC
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetric Fisiolog

Anda mungkin juga menyukai