Anda di halaman 1dari 17

TUGAS : KONSELING PASCA PERSALINAN DARI ASPEK PSIKOLOGIS

BAB I

Latar Belakang

Kelahiran seorang bayi merupakan salah satu peristiwa yang paling membahagiakan

dalam kehidupan perempuan. Kehadiran bayi menegaskan suatu status baru bagi seorang

perempuan, yaitu menjadi seorang ibu. Adanya status baru ini disisi lain ternyata menuntut

ibu untuk melakukan berbagai penyesuaian. Salah satu bentuk penyesuaian yang harus

dilakukan oleh seorang ibu yang baru melahirkan adalah mengikuti ritme kehidupan bayi.

Keharusan untuk melakukan penyesuaian ini menyebkan ibu sangat tertekan. Pada awal

pengalaman sebagai seorang ibu, perempuan merasakan berkurangnya kebebasan yang

disebabkan oleh ketidakberdayaan dan ketergantungan dari bayi serta tuntunan untuk selalu

mengurus dan memperhatikan bayi. Semua ini akan mengakibatkan stress baik secara fisik

maupun psikologis (Haeba Nur Haerani, dalam jurnal.2009). Sebagian perempuan berhasil

menyesuaikan diri pada tuntutan dan peran tersebut secara baik, tetapi sebagian perempuan

lain kurang dapat menyesuaikan diri. Hal inilah yang tidak diperhatikan dan akan

meninbulkan berupa gangguan psikologis. Disinilah peran bidan sangat diperlukan dalam

mendampingi ibu dan suami serta keluarga untuk mengajarkan dan membimbing serta

memberikan konseling tentang apa saja yang akan terjadi dan hal apa yang harus

diperhatikan dan dilakukan agar dapat mencegah gangguan baik fisik maupun psikologis

dalam masa pasca persalinan atau masa nifas agar ibu dapat menerima dan menjalankan

peran barunya sebagai seorang ibu yang baik dan mandiri.

Faktor yang mempengaruhi kemandirian ibu dalam melakukan perawatan diri dan bayi

adalah pengalaman di masa lalu karena seseorang telah mengalami proses belajar dalam hal
cara merawat diri. Apabila ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tekhnik yang

akan dilakukan, maka ibu akan lebih mudah dalam melalukan perawatan diri baik fisik

maupun psikologis pasca salin. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang berperan

penting dalam penyampaian informasi kesehatan berkewajiban memberikan konseling

kepada ibu dengan metode yang tepat sehingga akan tercapai pengelolaan perawatan nifas

yang adekuat sebagai salah satu upaya menurunkan AKI (Yunik Windarti,Dkk, dalam

jurnal. 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah “Apa saja konseling yang

diberikan pada ibu pasca salin terutama dari aspek psikologis?’’.

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui konseling pada ibu pasca salin dari aspek psikologis

2 .Tujuan Khusus

2.1 Diketahui pengertian konseling

2.2 Diketahui tentang konseling kebidanan

2.3 Diketahui masa pasca persalinan

2.4 Diketahui adaptasi psikologis pasca persalinan

2.5 Diketahui perubahan psikologis pasca persalinan

2.6 Diketahui konseling pasca persalinan

1.4 Manfaat
Dapat di gunakan sebagai referensi atau untuk peningkatan wawasan dalam ilmu kebidanan

hubungannya dari aspek psikologis pada ibu pasca salin dengan metode konseling.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Konseling

1.1 Pengertian Konseling

Istilah konseling sering digunakan untuk mengidentifikasi hubungan profesional antara

konselor yang lebih terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individu per

individu, walaupun terkadang akan melibatkan lebih dari satu orang. Konseling

merupakan salah satu cara pendekatan dalam penyampaian informasi untuk menolong

individu dimana konseling konseling adalah bentuk komunikasi interpersonal yang

khusus, yaitu pemberian bantuan yang dilakukan pada orang lain dalam membuat suatu

keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap klien meliputi

fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien (Diah Astutiningrum, Dkk dalam

jurnal, 2016).

Tujuan konseling:

a. Memampukan orang lain untuk menghidupi hidup yang lebih memuaskan

b. Menyediakan sebuah lingkungan yang membantu orang lain untuk membantu dirinya

sendiri

c. Memberdayakan orang lain untuk hidup lebih menggunakan sumber dayanya sendiri

dan lebih mandiri

d. Membantu orang lain untuk menangani masalah mereka

e. Membantu orang lain untuk mengembangkan sumber daya dan kesempatan mereka

yang belum digunakan

f. Memampukan orang lain untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang telah berubah
Ciri-ciri Konseling :

a. Empati, yaitu kemampuan untuk merasakan dunia klien seolah-olah itu adalah

dunianya sendiri, tetapi tanpa kehilangan untuk melihat perbedaannya

b. Ketulusan, menunjukkan sikap konselor yang sungguh-sungguh serta konsisten di

dalam hubungan konseloran

c. Respek, digambarkan sebagai kebutuhan manusia yang paling dalam

d. Kerahasiaan, suatu sifat mendasar dari hubungan konseling (Ermawati Dalami, Dkk.

2009).

Tekhnik Konseling :

a. Pendekatan directive, pusat dari keberhasilan konseling adalah konselor

b. Pendekatan non directive konseli diberikan kesempatan untuk memimpin proses

konseling dan memecahkan masalah sendiri

c. Pendekatan edetic, konselor menggunakan cara yang baik sesuai dengan masalah

konseli (Rosmalinda,Dkk, 2016).

2.2 Konseling Kebidanan

Konseling kebidanan merupakan salah satu bentuk pertolongan dalam bentuk

wawancara yang menuntut adanya komunikasi interaksi yang mendalam dan usaha

bersama bidan dengan pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan

tingkah laku atau sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan. Dalam kegiatan

konseling berarti ada keterlibatan dua orang atau lebih yakni orang yang memberi

nasehat, memberi arahan kepada orang lain (klien) untuk memecahkan masalahnya yang
disebut konselor sedangkan orang yang mencari atau membutuhkan saran atau nasehat

disebut konseli. Hal-hal yang harus diperhatikan bidan sebagai konselor adalah

membentuk kesiapan konseling, memperoleh informasi dan evaluasi psikodiagnostik.

Makna hubungan konseling kebidanan:

a.Pembinaan dan pemantapan hubungan baik yakni sikap saling memahami dan mengenal

tujuan bersama. Tujuannya ialah menjembatani hubungan antara konselor dengan klien,

sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya, adapun

beberapa tekhnik untuk menguasainya adalah memberikan salam, memperkenalkan diri

topik pembicaraan yang sesuai, menciptakan suasana yang aman dan nyaman, sikap

hangat, realisas tujuan bersama, menjamin kerahasiaan, dan kesadaran terhadap hakekat

klien

b. Mengumpulkan dan pemberian informasi yang merupakan tugas dari konselor.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendengar keluhan klien, mengamati komunikasi

nonverbal klien, bertanya riwayat kesehatan, latar belakang keluarga, memberi penjelasan

masalah yang sedang dihadapinya

c. Perencanaan, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, dimana apabila data

telah lengkap maka bidan menbantu klien untuk memecahkan masalah atau membuat

perencanaan dalam pemecahan masalahya. Tahapan dalam memecahkan masalah ialah

menelusuri masalah klien, memahami masalah, membatasi masalah, menjabarkan

alternatif pemecahan masalah, mengevaluasi dan memilih alternatif terbaik, menerapkan

alternatif dan menindaklanjuti pertemuan.

Tujuan Konseling Kebidanan ialah:

a. Usaha mencapai kesehatan psikologi yang positif


b. Memecahkan masalah guna meningkatkan efektivitas pribadi individu klien

c. Membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan

d. Membantu mengambil keputusan secara tepat dan cermat

e. Mencapai adanya perubahan prilaku dari yang kurang menguntungkan menjadi

menguntungkan

Langkah- langkah Konseling yang terbagi menjadi tiga bagian :

a. Pendahuluan, yakni kegiatan untuk menciptakan kontak, melengkapi data klien

untuk merumuskan penyebab akar masalah dan menentukan jalan keluar

b. Bagian inti, yakni mencakup kegiatan mencari solusi, memilih alternatif solusi dan

melaksanakan solusi tersebut

c. Bagian akhir, meliputi penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan, langkah ini

merupakan langkah penutupan dari pertemuan dan penetapan untuk pertemuan

berikutnya

Fungsi Konseling Kebidanan :

a. Fungsi pencegahan, yakni upaya mencegah timbulnya lagi masalah-masalah klien

b. Fungsi penyesuaian, yakni upaya untuk membantu klien sebagaai akibat perubahan

biologis, psikologis atau sosial klien

c. Fungsi pengembangan, yakni meningkatkan pengetahuan klien

Hasil Konseling Kebidanan :

a. Untuk meningkatkan kemampuan klien dalam upaya mengenal dan merumuskan

masalahnya

b. Untuk menilai hasil dengan cepat dan cermat, memberi pengalaman kepada klien

untuk lebih mampu dalam melaksanakan pemecahan masalah yang dihadapi


c. Memberikan rasa percaya diri klien dikemudian hari

d. Menumbuhkan sikap kemandirian klien menghadapi masalah

( Bethsaida Janiwarty,Dkk. 2013).

2.3 Masa Pasca persalinan (Postpartum/ Nifas)

Masa pasca salin atau Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

organ-organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu enam

minggu setelah melahirkan. Menjadi orang tua adalah merupakan masa krisis menuju

masa transisi, maka dari itu yang harus menjadi perhatian bagi suami istri adalah untuk

memperhatikan masa transisi pada postpartum adalah :

a. Fase honeymoon, yaitu fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang cukup lama

antara ibu, ayah dan bayi. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang

memerlukan hal-hal yang romantis yaitu dengan masing-masing saling memperhatikan

bayinya dengan menciptakan hubungan yang baru

b. Bounding Attachment, yaitu satu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan kasih

sayang. Attachment merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang

waktu yang mana dengan kasih sayang yang diberikan maka akan membentuk ikatan

antara orang tua dengan bayinya ( Nirwana Benih Ade, 2011).

Perawatan yang dibutuhkan ibu selama masa nifas yaitu memantau dan

mempertahankan kesehatannya dengan memberikan informasi kesehatan dan

keterampilan yang tepat. Kebutuhan perawatan masa nifas antara lain pemenuhan

kebutuhan nutrisi dan cairan, ambulasi, eliminasi, kebersihan diri, istirahat, seksual,
senam nifas, tekhnik menyusui yang benar, perawatan luka dan pengawasan involusi

uteri (Yanti, dalam jurnal Yunik Windarti , 2011).

2.4 Adaptasi Psikologis Masa Postpartum

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan dan keluarga untuk membantu ibu

beradaptasi pada masa nifas ialah peran dan fungsinya ibu menjadi orang tua , respon dan

dukungan psikososial dari keluarga, sejarah riwaayat dan pengalaman masa kehamilan

dan persalinannya, harapan, keinginan dan aspirasi pada saat hamil dan melahirkan

semuanya saling berkaitan selama proses adaptasi nifas. Ketidakbahagiaan masa

kehamilan akan memperburuk adaptasi masa nifasnya. Jadi hal-hal yang harus dipenuhi

selama nifas adalah:

a. Kondisi fisiknya seperti kesehatan organ reproduksi ibu

b. Gizi dan lingkungan nifas yang bersih

c. Pemberian dukungan dari suami atau keluarga besarnya

d. Perhatian dan kasih sayang

e. Menghibur ibu saat sedih

f. Menemani saat ibu merasakan kesepian (Bethsaida Janiwarty, 2013).

Menurut teori Rubin, adaptasi psikologis pada masa postpartum dibagi menjadi tiga

diantaranya adalah :

a. Periode Taking-In, Periode ini berlangsung selama satu sampai dua hari pasca salin

dimana ibu dalam kondisi pasif dengan lingkungan oleh karena itu perlu menjaga

komunikasi yang baik dengan ibu yang melahirkan. Ibu sangat tergantung dengan orang

lain. Perhatiannya tergantung pada kondisi fisiknya pasca melahirkan.Diperlukan


lingkungan atau tempat yang kondusif agar ibu dapat beristirahat dan kembali seperti

sedia kala. Nafsu makan ibu akan meningkat. Kurangnya nafsu makan menyebabkan

ketidaknormalan proses pemulihan

b. Periode Taking Hold, Periode ini berlangsung tiga sampai sepuluh hari pasca

melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat

bayi. Ibu menjadi sangat sensitif, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu ibu

membutuhkan dukungan dari orang terdekat. Saat ini adalah saat terbaik untuk

mendapatkan penyuluhan dalam mengurus bayi dan dirinya dengan begitu ibu dapat

meningkatkan kembali rasa percaya dirinya. Pada periode ini ibu akan berkonsentrasi

pada pengontrolan fungsi tubuhnya misalnya BAK, BAB,mulai belajar untuk mengubah

posisi seperti duduk dan jalan serta belajar tentang perawatan diri dan bayinya

c. Periode Letting Go, Periode ini berlangsung sepuluh hari setelah ibu melahirkan. Secara

umum fase ini terjadi setelah ibu kembali ke rumah. Ibu menerima tanggung jawab

sebagai ibu dan mulai menyesuaikan dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk

merawat bayi meningkat. Ada kalanya ibu mengalami keadaan sedih yang berkaitan

dengan bayinya yang disebut baby blues ( Ade Benih nirwana Nirwana, 2011)

Beberapa ahli berpendapat bahwa dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan,

banyak ibu-ibu menunjukkan gejala-gejala depresi dari yang ringan sampai yang berat.

Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam gejala-gejala psikiatrik pada ibu yang

baru melahirkan yang merupakan kategori adaptasi psikologis yang memerlukan rujukan

yaitu:

a. Ketakutan yang berlebihan selama masa hamil

b. Struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya


c. Riwayat psikiatrik abnormal

d. Riwayat obstetrik (kandungan) abnormal

e. Riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat

f. Riwayat penyakit lain (Anik Maryunani, 2011)

Banyak hal yang harus diperhatikan ibu setelah melahirkan, yang pertama ibu tidak boleh

meremehkan kelelahan pasca melahirkan, perubahan emosional, fisik dan mental yang

terjadi, sangat penting peran dukungan keluarga dalam hal ini. Tubuh ibu telah mengalami

banyak kehilangan tenaga, maka butuh istirahat untuk pemulihan. Ibu butuh uluran tangan

orang lain untuk membantu mandi ibu, menggendong bayi kita bahkan mendengarkan

curhatan ibu. Mengenai apa yang di inginkan ibu pasca melahirkan dapat dilakukan dengan

mengutarakan isi hati dengan suami saat berdua, bicarakan hal-hal intim mengenai diri ibu

dan bayinya, kapan waktu ayah menemani ibu, atau mungkin dengan kelanjutan pekerjaan

sang ibu (jika ibu bekerja d kantoran). Minggu-minggu pertama biasanya ibu dan bayinya

membutuhkan istirahat untuk pemulihan dan tumbuh kembang, ibu mengetahui bahwa

bayinya butuh tidur, maka ibu akan memberikan suasana yang mendukung agar bayi dapat

tidur dengan nyenyak dan jika ibu ingin memberikan ASI pastikan ibu makan dan tidur

dengan baik agar bayi ibu mendapat nutrisi yang dibutuhkan, karena kurang tidur dapat

mengakibatkan ibu tertawa dan menangis dalam waktu yang sama karena ibu kelelahan dan

dari itu mengakibatkan ibu tidak lagi bergairah melakukan aktivitas rumah tangganya oleh

karenanya sesekali ibu membutuhkan kegiatan yang memanjakan diri ibu agar ibu bisa

merawat diri ibu secara fisik dan jiwa agar bisa terus semangat dan membagikan kasih

sayang sepenuhnya kepada bayinya dengan baik dan optimal (Ade benih Nirwana, 2011).
2.5 Perubahan Psikologis Post partum

Perubahan emosi selama masa post partum memiliki berbagai bentuk dan variasi.

Kondisi ini akan berangsur-angsur normal pada minggu ke 12 setelah melahirkan

a. Pada 0-3 hari setelah melahirkan, ibu post partum berada pada puncak kegelisahan

setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang berakibat

ibu sulit beristirahat sehingga ibu mengalami kekurangan istirahat pada siang hari dan

sulit tidur di malam hari

b. Pada 5-10 hari setelah melahirkan, Post natal blues biasanya muncul tapi pada

kenyataannya berdasarkan riset yang dilakukan paling banyak muncul pada hari ke 5.

c. Pada 1-12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju pada

tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi

lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin baik

perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan normal

(Arwenia Jhaquin, 2010).

Fokus perawatan ibu pasca salin yaitu tidak hanya pemulihan secra fisik tetapi juga

menyiapkan ibu secara psikologis dan emosional agar mampu menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya ke depan dengan baik. Persiapan fisik dan psikologis menjadi hal

penting dalam mencapai keberhasilan transisi peran sebagai seorang ibu terutama bagi

yang pertama kali melahirkan (Diah Astutiningrum,Dkk dalam jurnal, 2016).

2.6 Konseling Pasca Persalinan (Masa Nifas)

Dalam komunikasi antar manusia media yang paling dominan adalah pancaindra

manusia seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima pancaindra selanjutnya

diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap
sesuatu sebelum dinyatakan dalam tindakan. Konseling memungkinkan individu

mengambil keputusan berkaitan dengan hal pentinng bagi dirinya. Keputusan tersebut

merupakan pilihan dari klien sendiri, tidak ditentukan oleh konselor. Klien belajar

mengestimasi konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi dalam pengorbanan

pribadi, waktu, tenaga, uang, resiko, dan lain-lain ( Pieter, dalam jurnal Yunik Windarti ,

2012).

Keberhasilan konseling sangat ditentukan oleh hubungan baik antara konselor dan klien.

Konselor yang baik dalam menjalin rapport dengan klien akan lebih mampu

mengantarkan konseling kepada kesuksesan. Kemampuan bidan dalam memberikan

konseling pada ibu nifas sudah terbukti lebih baik ( Lubis, dalam jurnal Yunik Windarti,

2011). Bantuan konseling pada pasca persalinan atau masa nifas meliputi adaptasi masa

nifas, tekhnik menyusui dan manajemen laktasi. Pemahaman klien pada kondisi dirinya

perlu memperoleh bantuan karena ibu masih dalam keadaan belum stabil atau lelah,

nyeri, engorgement, proses involusi, lokhea, dan masa laktasi. Dalam keadaan ini ibu di

ajak melakukan pendekatan dengan bayinya.

Bidan sebagai konselor harus mampu mendengarkan klien dan melaksanakan bimbingan

agar memandirikan ibu merawat dan memenuhi kebutuhan bayi. Bidan memeriksa

keadaan fundus uteri dengan penuh kelembutan, perabaan, berkomunikasi, dan menerima

segala keluhan klien (Heri Zan Pieter Dkk, 2010). Pemberian konseling efektif dalam

menbantu pembentukan mekanisme koping positif pada ibu sehingga ibu cenderung tidak

mengalami gangguan psikologis. Konseling harus dilakukan oleh seorang tenaga

kesehatan yang memiliki pengalaman melakukan konseling sehingga lebih mudah untuk

menggali permasalahan yang dialami oleh ibu (Pamela Kenwa, Dkk dalam jurnal, 2015).
Pada adaptasi psikologis masa postpartum bidan dapat melakukan konseling pada tiap

tahapnya diantaranya:

a. Pada fase Taking in bidan dapat memberikan konseling terkait asupan makanan untuk

proses pemulihannya, dan memberi taahukan kepada suami ataupun kelurga untuk lebih

memberikan perhatian lebih pada fase ini kepada ibu agar terhindar dari gangguan-gangguan

yang sering muncul

b. Pada fase Taking hold bidan memiliki tugas untuk memberikan konseling dan mengajarkan

mengenai mengajarkan anggota keluarga untuk terus melakukan komunikasi yang baik

dengan ibu nifas, memberikan dukungan psikologis, memberikan penyuluhan dan pendidikan

kesehatan terutama tentang perawataan diri sendiri dan bayinya, mengajaarkan ibu nifas

tentang cara-cara perawatan bayi, mengajarkan ibu tentng cara-cara menyusui yang benar,

mengajarkan ibu tentang cara-cara perawatan luka jahitan, mengajarkan ibu tentang senam

nifas dan kesehatan gizi, menganjurkan ibu untuk cukup istirahat dan mengajarkan ibu untuk

menjaga kebersihan diri

c. Pada fase Letting go beberapa hal yang konseling yang bisa bidan berikan kepada ibu adalah

mengajarkan dan menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, menganjurkan ibu untuk

memperhatikan asupan gizi dan pentingnya kebersihan diri, mengajarkan tentang pentingnya

dukungan keluarga dan kasih sayang serta di anjurkan suami dan keluarga dapat menghibur

ibu saat sedih atau menemani saat kesepian (Bethsaida Januwarty, Dkk. 2013).

Bidan perlu memberikan dukungan tambahan bagi ibu-ibu yang baru melahirkan berikut ini:

a. Ibu primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak

b. Ibu yang merupakan wanita karir

c. Ibu yang tidak mempunyai keluarga untuk dapat berbagi rasa


d. Ibu yang berusia remaja

e. Ibu yang tidak bersuami ( Anik Maryunani, 2011)

Pemberian konseling pada ibu pasca salin sangat membantu dalam persiapan menghadapi

peran barunya sebagai seorang ibu dan lebih bisa mandiri sehingga diharapkan bagi bidan

untuk lebih memahami dan memotivasi ibu pasca salin baik di lingkup lingkungan yang kecil

dan besar agar layanan pasca salin lebih bisa di aplikasikan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini, yaitu:


a. Masa pasca salin atau postpartum adalah masa yang cukup sulit dan memberi tekanan

bagi ibu khususnya bagi yang baru pertama kali melahirkan disebabkan adanya peran

baru dan beban tanggung jawab yang harus dijalani seiring dengan perubahan fisik dan

psikologis yang terjadi.

b. Media konseling adalah salah satu cara efektif untuk membantu ibu khususnya dan

keluarga dalam mempersiapkan dan menghadapi tugas dan peran barunya sehingga ibu

maupun keluarga lebih siap dari segala aspek sehingga gangguan gangguan dari masa

postpartum khususnya aspek psikologis ibu dapat di hindari dan di atasi.

3.2 Saran

a. Bagi ibu agar dapat lebih aktif dan berpartisipasi ketika diberi konseling oleh bidan

dalam hal ini peran dukungan suami dan keluarga sangat di perlukan

b. Bagi tenaga kesehatan dalam hal ini bidan sekiranya dapat membantu ibu dalam peran

barunya memberikan konseling mengenai hal hal apa saja yang akan terjadi cara

mengatasi dan hal yang harus dipersiapkan sebagai bekal ibu dalam menjalankan

tanggung jawabnya secara baik dan mandiri


DAFTAR PUSTAKA

Astutiningrum Diah.Dkk. (2016). Peningkatan Parenting Self Efficacy pada Ibu Pasca Seksio
Sesaria Melaui Konseling. Jurnal Ners Vol.1 No.1
Dalami Ermawati. (2009). Kominikasi dan Konseling dalam Praktek Kebidanan. Jakarta: Trans
Info Media
Haeba Nur Haerani. (2009). Cognitive Behaviour Therapy and Post-Partum Depression,
Surakarta. Jurnal Intervensi Psikologi Vol.1 No.1
Janiwarty Bethsaida. (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan. Yogyakarta:Andi Offset.
Jhaquin Arwenia. (2010). Psikologi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Kenwa Pamela.Dkk. (2015). Pengaruh Pemberian Konseling Terhadap Depresi Post Partum di
Puskesmas II dan IV Denpasar Selatan. Jurnal Coping Ners Vol.3 No.2
Maryunani Anik. (2011). Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas. Jakarta: Trans Info Media
Nirwana Benih Ade. (2011). Psikologi Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nirwana Benih Ade. (2011). Psikologi Ibu Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Pieter Zan Herri.Dkk.( 2010). Pengantar Psikologi untuk Kebidanan.Jakarta: Kencana Media
Group.
Probandari Ari.Dkk. (2017). Barriers to Utilization of Postnatal Care at Village Level in Klaten
District Central Java Province Indonesia. BMC Health Service
Rosmalinda. Dkk. (2016). Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kesehatan. Jakarta: Trans
Info Media
Winarni Dwi.Dkk. (2017). Pengaruh Pemberian KIE Persiapan Persalinan dan Nifas Terhadap
Kejadian Post-Partum Blues. Jurnal Kebidanan Vol.6 No.14
Windarti Yunik.Dkk. (2018). Pengaruh Paritas dan Media Konseling Masa Nifas Terhadap
Kemampuan Perawatan Mandiri Ibu Post Partum di BPM Vivi Surabaya. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Vol.11 No.1

Anda mungkin juga menyukai