Anda di halaman 1dari 18

ILMU KESEHATAN KELUARGA

KONSELING MODIFIKASI GAYA HIDUP

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. Della Iklima Sholeha P01740322144


2. Fourtiya Mayu Sari P01740322148
3. Hanna Eastalian Andrea P01740322150
4. Norpeka Wiranda Putri P01740322157

DOSEN PENGAJAR :

Mariati, SKM, MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Konseling
Modifikasi Gaya Hidup” tepat pada waktunya. Makalah ini adalah salah satu tugas mata
kuliah Ilmu Kesehatan Keluarga di Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu Prodi
Sarjana Terapan Kebidanan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan saran atas penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, karena keterbatasan maupun pengalaman yang penulis
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat menambah
pengetahuan dan pengalaman baik bagi penulis maupun para pembaca.

Bengkulu, Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Konseling Modifikasi Gaya Hidup 6
B. Perubahan Perilaku 9
C. Enam Langkah Untuk Perubahan Perilaku 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 16
B. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta
tidak dapat dielakkan. Berubah bearti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa
berubah tidak ada pertumbuhan dan tiddak ada dorongan. Namun dengan berubah
terjadi ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat
memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implicit dan
eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini penting khususnya dalam
kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara konstan mencoba menggerakkan
sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk memecahkan masalah. Maka secara
konstan pemimpin menembangkan strategi untuk merubah orang lain dan
memecahkan masalah.
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon
skinner . Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 doamin yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan
tindakan (keterampilan). Beberapa dekade terakhir telah terlihat peningkatan
perhatian terhadap kontribusi perubahan perilaku terutama untuk meningkatkan
kesehatan. Merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, penyalahgunaan zat,
kebiasaan makan yang tidak sehat, gaya hidup yang tidak banyak bergerak, dan
ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan yang efektif termasuk diantara perilaku
yang membahayakan kesehatan yang diidentifikasi dan ditargetkan untuk dapat
dimodifikasi.
Keterlibatan keluarga sangat penting dalam tahap memodifikasi gaya hidup,
pengobatan dan rehabilitasi jangka panjang, karena keluargalah yang paling
mengetahui kondisi kesehatan pasien dan menjadi bagian penting dalam proses
pemulihan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konseling Modifikasi Gaya Hidup?
2. Bagaimana Perubahan Perilaku?
3. Bagaimana Enam Langkah untuk Perubahan Perilaku?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konseling Modifikasi Gaya Hidup.
2. Untuk mengetahui Perubahan Perilaku.
3. Untuk mengetahui Enam Langkah untuk Perubahan Perilaku.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konseling Modifikasi Gaya Hidup


1. Definisi Konseling
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan
secara sistematik dengan panduan  komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan
penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau
upaya mengatasi masalah tersebut. Proses pemberian bantuan seseorang kepada orang
lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui
pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Proses melalui satu orang membantu orang lain dengan  komunikasi, dalam kondisi
saling pengertian bertujuan untuk membangun hubungan, orang yang
mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan cara
tertentu sesuai dengan situasi, melalui pengalaman baru, mamandang kesulitan
objektif sehingga dapat menghadapi masalah dengan tidak terlalu cemas dan tegang.
Jadi konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk
wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan usaha
bersama antara konselor (bidan) dengan konseling (klien) untuk mencapai
tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan
ataupun perubahan tingkah laku/ sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan”.
Komunikasi Interpersonal adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan
non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu
atau antar individu di dalam kelompok kecil. Konseling kebidanan  adalah
pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi interaksi
yang mendalam, dan usaha bersama bidan dengan pemecahan masalah, pemenuhan
kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau sikap dalam ruang lingkup
pelayanan kebidanan. Konselor adalah orang yang memberi nasehat, memberi arahan
kepada orang lain (klien) untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan konseling
adalah orang yang mencari (membutuhkan) advis atau nasehat.
a. Tujuan Konseling
1) Pemecahan masalah, meningktkan efektifitas individu dalam pengambilan
keputusan secara tepat.
2) Pemenuhan kebutuhan, menghilangkan perasaan yang menekan/ menggangu.

6
3) Perubahan sikap dan tingkah laku.
b. Langkah konseling
1) Menciptakan kontak mengumpulkan data klien untuk mencari tahu
penyebabnya
2) Bagian inti/ pokok, mencari jalan keluar dan menentukan jalan keluar yang
harus dipilih : Bagian akhir, penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan dan
merupakan tahap penutupan untuk pertemuan berikutnya.
c. Prinsip dasar konseling
Kemampuan menolong orang lain digambarkan dalam sejumlah keterampilan yang
digunakan seseorang sesuai dengan profesinya yang meliputi:
1) Pengajaran
2) Nasehat dan bimbingan
3) Pengambilan tindakan langsung
4) Pengelolaan
5) Konseling
d. Fungsi konseling kebidanan
1) Penyesuaian : membantu klien perubahan biologis, psikologis, kultural dan
lingkungan
2) Perbaikan : perbaikan terjadi bila ada penyimpangan  perilaku  klien
3) Pengembangan : meningkatkan  pengetahuan dan kemampuan serta
peningkatan derajat  kesehatan.
4) Pencegahan : mencegah timbulnya masalah kesehatan.
2. Konselor
Konselor merupakan istilah yang ditujukan untuk tenaga profesional yang
memberikan layanan dalam bidang konseling. Jadi tugasnya adalah mengumpulkan
fakta serta pengalaman klien lalu memfokuskan pada masalah tertentu yang dialami
oleh klien. Kemudian pada akhirnya, konselor akan memberikan masukan sebagai
solusi masalah tersebut. Pada umumnya konselor adalah profesi yang bergerak di
bidang pendidikan. Tugasnya di sekolah adalah untuk memberi bimbingan serta
konseling untuk para siswa. Namun, ada juga konselor yang berkecimpung digunakan
di organisasi, industri, penanganan bencana alam, serta konseling masyarakat. Banyak
sektor yang membutuhkan kehadiran orang yang ahli dalam konseling.
Seorang konselor akan membantu klien melakukan konseling dalam
menghadapi sebuah masalah terutama masalah yang berat. Jika masalah memang
berat dan sangat mendalam maka klien bisa dirujuk pergi ke psikiater. Jadi ahli
konseling ini dapat melakukan kerja sama dengan para psikiater atau psikolog. Untuk

7
bisa menjadi seorang konselor tentu membutuhkan keahlian tertentu atau harus
memenuhi kriteria seorang ahli konseling yang baik.
a. Peran Konselor
1) Melakukan diagnostik terhadap anak yang kesulitan belajar, memiliki prestasi
dibawah kemampuan atau underachiever. Selain itu, konselor juga mencari
tahu apakah dalam diri anak tersebut terdapat gangguan emosi yang
membutuhkan penanganan khusus.
2) Menyediakan konseling terhadap anak-anak yang mengalami sandungan
pribadi dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar di sekolah.
3) Membantu mencari bantuan bagi anak-anak kurang mampu agar semangat
belajar dan kebutuhan sekolah dapat terpenuhi.
4) Menyediakan konsultasi dengan orang tua, guru, kepala sekolah supaya dapat
melihat perkembangan anak. Apakah selama pertumbuhan anak tersebut
wajar atau mengalami masalah secara emosional.
5) Merujuk anak yang butuh perlakuan intensif seperti spesialis maupun
lembaga masyarakat. Selanjutnya mengartikan hasil diagnosa dan memberikan
rekomendasi kepada orang tua dan guru.
6) Memberikan ceramah atau penataran bagi guru terkait perilaku dan
perkembangan anak didik. Selain itu, memberi masukan mengenai pengelola
kelas, pelaksanaan belajar, serta kesehatan mental.
7) Menciptakan dan mengembangkan program khusus bimbingan agar dapat
menanggulangi masalah yang dialami anak di sekolah.
8) Menjelaskan program-program bimbingan untuk lembaga masyarakat maupun
orang tua.
9) Meneliti dan melakukan evaluasi terkait tingkat efektivitas dari program
bimbingan konseling
3. Konseling Modifikasi Gaya Hidup
a. Penurunan Berat Badan dan Tekanan Darah
Menjaga berat badan, normal (IMT 18,5 – 24,9 kg/m²)
Lingkar perut normal (LK <90 cm, PR <80cm)
Klasifikasi IMT (kg/m²)
BB Kurang <18,5
Normal 18,5-22,9

8
BB Lebih ≥23
Beresiko 23-24,9
Obesitas I 25-29,9
Obesitas II ≥30

Faktor yang berperan penting adalah motivasi dan perilaku. Penurunan berat badan
yang dianjurkan untuk tahap awal adalah 10% dari berat badan awal. Tahap
selanjutnya usaha untuk menjaga kestabilan penurunan berat badan yang sudah
dicapai.
b. Diet kombinasi dan reduksi asupan garam
Diet kombinasi merupakan diet yang kaya akan buah, sayuran, dan produk-produk
rendah lemak. Pola diet yang bertitik berat pada buah, sayur-sayuran, dan produk
berkadar lemak rendah, serta mengurangi jumlah lemak, daging, manisan, dan
minuman yang mengandung gula menurunkan tekanan darah yang signifikan.
c. Aktifitas Fisik
Peranan mekanisme kerja otot pada saat melakukan aktifitas fisik sangat penting,
dalam proses tersebut terjadi penurunan resistensi darah perifer melalui dilatasi arteri
pada otot yang bekerja. Besarnya penurunan resistensi tergantung pada beban atau
aktivitasnya yang dilakukan. Semakin besar beban yang dilakukan, semakin besar
pula ketegangan otot dan tekanan pada pembuluh darah. Aktivitas fisik dapat
dilakukan minimal 5x dalam seminggu selama 30-60 menit dengan jenis olahraga
yang ringan.
d. Pembatasan Minuman Alkohol dan Tidak Merokok
Pembatasan minuman alkohol hingga 30 gram per hari berkaitan dengan penurunan
risiko infrak jantung. Membatasi konsumsi, tidak melebihi 2 gelas per hari pada pria
dan tidak melebihi 1 gelas per hari pada wanita dan individu dengan berat badan
ringan.

B. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku adalah suatu paradigma bahwa seseorang akan berubah sesuai
dengan apa yang seseorang pelajari baik dari keluarga, teman, sahabat ataupun belajar
dari diri sendiri, proses pembelajaran diri inilah yang dapat membentuk seseorang,
sedangkan pembentukan tersebut sangat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan

9
orang tersebut baik dalam kesehariannya maupun dalam keadaan tertentu (Irwan,
2017). Prochaska dan Di Clemente membantu dengan mengidentifikasi empat tahap
dalam proses membuat perubahan perilaku:
a. Precontemplation (ketika orang tidak tertarik dan tidak berfikir tentang perubahan)
b. Perenungan (ketika pertimbangan serius diberikan untuk membuat perubahan
perilaku)
c. Tindakan (periode 6 bulan setelah upaya terang-terangan untuk mengubah telah
dibuat)
d. Pemeliharaan (periode 6 bulan setelah perubahan perilaku telah dibuat dan masalah
perilaku telah diperbaiki)
Ini “tahapan perubahan” model ini sangat berguna ketika merancang intervensi
promosi kesehatan untuk populasi sasaran tertentu. Hal ini memaksa praktisi untuk
menggunakan strategi yang paling efektif untuk memunculkan dan mempertahankan
perubahan perilaku tergantung pada tahap mana orang perubahan yang masuk.
1. Strategi Perubahan Perilaku Kesehatan
Berikut adalah strategi perubahan perilaku kesehatan yang dapat digunakan
oleh tenaga kesehatan untuk dapat mengubah perilaku kesehatan klien mereka
(Pender, Murdaugh and Parsons, 2019) :
a. Meningkatkan kesadaran
b. Menetapkan tujuan untuk berubah
c. Mempromosikan efikasi diri
d. Menggunakan clue untuk melakukan perubahan
e. Mengelola hambatan untuk berubah

C. Enam Langkah untuk Perubahan Perilaku


Pengaruh banyak membentuk perkembangan pendekatan enam langkah untuk
bernegosiasi tentang perubahan perilaku. Adapun langkah - langkah untuk menilai
negosiasi dengan pasien adalah sangat efektif serta di mana dan mengapa mereka
rusak.
a. Kemitraan bangunan : keterampilan relasional mengembangkan empati, peran
mengklarifikasi dan tanggung jawab dan menggunakan secara efektif.
b. Negosiasi agenda : menggunakan pendekatan preventif atau masalah yang berfokus
untuk menegosiasikan sebuah agenda bersama

10
c. Menilai resistensi dan motivasi : bertanya tentang kesiapan pasien untuk berubah,
alasan mereka untuk tetap sama (resistensi) dan alasan mereka untuk perubahan
(motivasi), dan tingkat perlawanan maupu motivasi mereka.
d. Meningkatkan saling pengertian : memahami dan menyikapi perbedaan bagaimana
anda dan pasien anda dalam persepsi dan nilai-nilai tentang alasan untuk tetap
sama dan untuk perubahan, dengan kata lain, mengurangi resistensi pasien,
meningkatkan motivaasi mereka dan dengan demikian membantu mereka untuk
bertanggung jawab atas kesehatan mereka.
e. Melaksanakan rencana untuk perubahan : bernegosiasi rencana yang sesuai
dengan pasien anda berdasarkan saling pengertian misalnya, berfikir tentang
perubahan , mempersiapkan untuk berubah dan mengambil langkah-langkah bayi
atau lompatan raksasa menuju perubahan.
f. Melalui Negosiasi : tentang kebutuhan dan waktu untuk perubahan klinis masa
depan.
g. Secara implisit dapat bergerak maju mundur antara enam langkah, terutama ketika
berhadapan dengan berbagai masalah dalam pertemuan klinis. Jika dan bila perlu,
secara eksplisit dapat bernegosiasi dengan pasien tentang pergeseran dari satu
langkah ke yang lain.

1. Tangga Perubahan
Tangga perubahan melayani pedoman kerangka kerja untuk bernegosiasi
tentang perubahan perilaku. Enam langkah membentuk anak tangga. Ruang antara
anak tangga mewakili lima tahap kesiapan pasien untuk berubah, mulai di bagian
bawah dengan pra-kontemplasi dan bergerak ke atas untuk kontemplasi, persiapan,
tindakan, dan pemeliharaan akhir. Adapun kerangka untuk membantu pasien
meningkatkan anak tangga dengan kecepatan yang sesuai dengan pasien
tersebut:

11
Maintenance

Step 6

Action

Step 5 Step 6 : Follow through


Step 5 : Implement plan
Preparation Step 4 : Enhance mutual understanding
Step 3 : Assess motivation/resistance
Step 3&4 Step 2 : Negotiate an Agenda
Step 1 : Build a Partnership
Contemplation

Step 1&2

Pre-contemplation

Pembahasan berikut menguraikan bagaimana pendekatan enam langkah dan


tahapan perubahan bergabung membentuk Tangga perubahan yang akan membantu
pendekatan kepada pasien
a. Menggunakan langkah 1 dan 2 membantu pasien mengenali dan mengatasi masalah
kesehatan. Membangun kemitraan yang efektif dan menegosiasikan sebuah agenda
bersama untuk membantu pasien bergerak dari tidak berfikir tentang perubahan
perilaku berisiko (kontemplasi).
b. Menggunakan langkah 3 dan 4 membantu pasien untuk bertanggung jawab atas
kesehatan mereka. Membantu memindahkan pasien dari memikirkan mempersiapkan
untuk perubahan (tahap persiapan). Ketika melakukan penilaian motivasi.
membantu pasien berfikir lebih dalam tentang alasan mereka untuuk berubah dan
tidak berubah, dan untuk memahami lebih baik perlawanan mereka dan perubahan
motivasi.
c. Menggunakan langkah 5 membantu pasien mengubah perilaku mereka. Setelah
meningkatkan saling pengertian, membantu memindahkan pasien dari
mempersiapkan untuk berubah dan mengubah perilaku mereka, bernegosiasi dengan
pasien tentang tujuan dan tanggal untuk perubahan dan membantu mereka memilih
dan melaksanakan suatu rencana yang tepat tindakan.
d. Menggunkan langkah 6 membantu pasien mempertahankan perubahan. Setelah
pasien telah membuat peruabahan, kita dapat mengatur tindak lanjut janji dan

12
membantu mereka mengembangkan rencana darurat untuk mencegah kambuh (tahap
pemeliharaan).
2. Contoh Tahap Perubahan Perilaku Sehubungan Dengan Merokok
Merokok upaya konseling harus bertujuan untuk memindahkan perokok
progresif melalui 4 tahap perubahan perilaku yang diidentifikasi oleh Prochaska
dan DiClemente. Tahap ini telah diadaptasi untuk digunakan dalam berhenti
merokok sebagai berikut:
a. Precontemplation
Perokok tidak termotivasi untuk berhenti merokok.
Kemungkinan alasan: ketidakatahuan efek berbahaya, ushaa yang gagal lalu
berhenti, fatalistik sikap, dll
Strategi : Menciptakan kesadaran tentang efek berbahaya dari merokok dan
manfaat berrhenti merokok. Membantu menganalisis alasan untuuk usaha yang
gagal masa lalu dan mendorong untuk mencoba lagi.
b. Kontemplasi
Perokok termotivasi untuk berhenti merokok namun belum menetapkan tanggal
berhenti.
Strategi: menekankan biaya merokok dan manfaat berhenti di lebih nyata hal
misalnya jumlah uang yang terbuang untuk membeli rokok, menentukan actual
jumlah rokok yang dihisap per hari. Pengujian korban monoksida.
c. Tindakan
Perokok berencana untuk berhenti merokok dalam waktu 1 bulan atau telah
berhenti selama kurang dari sebulan.
Strategi : Ajarkan keterampilan khusus dalam mengehntikan merokok. Berikan
penguatan positif dari upaya dan mekanisme coping tertentu.
d. Pemeliharaan
Perokok telah berhenti merokok setidaknya selama sebulan.
Strategi : Memberikan penguatan lanjutan dari abru diperoleh status
mereka : dilarang merokok dan keterampilan kambuh pencegahan misalnya
mengantisipasi situasi kambuh dan merencanakan respons seseorang sebelumnya
e. Penghentian
Ini didefinisikan sebagai keadaan stabil dimana tidak ada godaan untuk merokok
di semua masalah situasi dan keyakinan maksimum dalam kemampuan seseorang
untuk melawan kambuh di semua masalah situasi.

13
CONTOH STUDI KASUS KONSELING KELUARGA

Kasus 1

Contoh studi kasus konseling keluarga dapat ditinjau dari sudut pandang seorang konselor
yang sedang menangani keluarga yang mengalami masalah. Dalam kasus ini,
keluarga tersebut terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak laki-laki berusia 12 tahun.
Ayah bekerja sebagai karyawan swasta, sedangkan ibu bekerja sebagai guru di
sekolah. Anak mereka, Tommy, telah mengalami masalah di sekolah, termasuk
menjadi target bullying dan mengalami penurunan nilai.

Konselor pertama-tama melakukan observasi terhadap keluarga dan


mengidentifikasi masalah yang mereka hadapi. Setelah itu, konselor mengadakan
sesi konseling individu dengan setiap anggota keluarga, termasuk Tommy, ayah, dan
ibu. Sesi konseling individu ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih
mendalam tentang masalah yang dihadapi oleh setiap anggota keluarga dan bagaimana
mereka menanggapi masalah tersebut.

Setelah itu, konselor mengadakan sesi konseling kelompok dengan seluruh anggota
keluarga. Sesi konseling kelompok ini bertujuan untuk membantu keluarga
untuk belajar berkomunikasi secara efektif dan menyelesaikan masalah mereka
secara bersama-sama. Selama sesi konseling kelompok, konselor juga dapat
memberikan intervensi yang tepat untuk membantu keluarga dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi.

Selama proses konseling, konselor juga dapat bekerja sama dengan sekolah Tommy untuk
membantu mengatasi masalah yang dihadapinya di sekolah. Ini termasuk mengadakan sesi
konseling dengan guru Tommy dan juga berkoordinasi dengan pihak sekolah
untuk mengambil tindakan preventif terhadap bullying yang dialami Tommy.

Setelah beberapa sesi konseling, keluarga tersebut mulai menunjukkan


perbaikan dalam menyelesaikan masalah mereka. Ayah dan ibu mulai lebih terbuka
dalam berkomunikasi dan bekerja sama dalam mendukung Tommy. Tommy juga mulai
menunjukkan perbaikan dalam prestasinya di sekolah dan tidak lagi menjadi target
bullying. Konselor juga terus bekerja sama dengan sekolah Tommy untuk memastikan
bahwa masalah ini tidak terulang kembali.

14
Kasus 2

Sebuah keluarga dengan anak-anak di sekolah menengah datang untuk sesi


konseling keluarga. Ayah bekerja sebagai pekerja konstruksi, ibu bekerja sebagai
penjual makanan kecil, dan mereka memiliki dua anak laki-laki yang berusia
15 dan 17 tahun. Konselor menemukan bahwa anak-anak mengalami masalah dengan
kebiasaan belajar dan perilaku di sekolah, yang menyebabkan mereka mendapat nilai yang
buruk. Ayah dan ibu bertengkar tentang bagaimana menanganinya, dan hubungan mereka
mulai menjadi tegang.

Konselor mengeksplorasi masalah tersebut dengan lebih mendalam, dan menemukan


bahwa ayah dan ibu memiliki pendapat yang berbeda tentang bagaimana anak-
anak seharusnya belajar. Ayah percaya bahwa anak-anak harus diberi tekanan untuk
belajar dengan keras, sementara ibu percaya bahwa anak-anak harus diberi kesempatan
untuk belajar dengan cara mereka sendiri. Ini menyebabkan ketegangan antara ayah dan
ibu, dan memengaruhi perilaku anak-anak di rumah dan di sekolah.

Konselor membantu keluarga untuk memahami perbedaan pendapat mereka dan mencari
cara untuk bekerja sama untuk mendukung anak-anak. Konselor juga menganjurkan agar
ayah dan ibu menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan anak-anak,
untuk membangun hubungan yang lebih kuat dan mendukung mereka dalam
belajar. Konselor juga merekomendasikan agar keluarga mencari bantuan dari
pihak sekolah, seperti guru atau konselor sekolah, untuk mendapatkan dukungan
dan saran tentang bagaimana mengatasi masalah perilaku dan belajar anak-anak.

Setelah beberapa sesi konseling, keluarga mulai menunjukkan perbaikan dalam


hubungan mereka, dan anak-anak mulai menunjukkan perbaikan dalam perilaku dan
prestasi belajarnya di sekolah. Ayah dan ibu mulai bekerja sama untuk mendukung anak-
anak dalam belajar, dan anak-anak mulai merasa lebih nyaman untuk berbagi tentang
masalah mereka dengan orang tua mereka. Keluarga tersebut terus menjalani konseling
untuk mempertahankan perbaikan yang telah mereka capai, dan terus berkerja untuk
menjadi keluarga yang lebih harmonis.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan panduan  komunikasi interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu
seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan
menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut.
Perubahan perilaku adalah suatu paradigma bahwa seseorang akan berubah
sesuai dengan apa yang seseorang pelajari baik dari keluarga, teman, sahabat
ataupun belajar dari diri sendiri, proses pembelajaran diri inilah yang dapat
membentuk seseorang, sedangkan pembentukan tersebut sangat disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan orang tersebut baik dalam kesehariannya maupun dalam
keadaan tertentu (Irwan, 2017). Pengaruh banyak membentuk perkembangan
pendekatan enam langkah untuk bernegosiasi tentang perubahan perilaku.

B. Saran
Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan referensi bagai mahasiswa Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu dalam menerapkan ilmu dan institusi lebih dapat
meningkatkan dan menambah referensi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Pender, N., Murdaugh, C. and Parsons, M. A. (2019) Health Promotion in Nursing Practice
Seventh Edition, Pearsons Education, Inc.

Ohan T.A, dan  Yulifah Rita. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam


Kebidanan. Jakarta:Salemba  Medika.

Dalani ermawati,dan Dahliar ideh. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam praktik


Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media

17
PERSENTASE KELOMPOK 1

Moderator : Fadila Khairunnisa ( Kelompok 4)


Pemateri : Della Iklima Sholeha
Notulen : Fourtiya Mayu sari

Pertanyaan :
1. Vovi Pratama (Kelompok 6)
Bagaimana strategi perubahan perilaku dalam pelayanan kebidanan serta berikan
contohnya?
Dijawab oleh : Fourtiya Mayu Sari

2. Fristhy Yola Evriani (Kelompok 2)


Bagaimana cara kita sebagai bidan menyakini pasien agar lebih baik menggunakan
tangga perubahan?
Dijawab oleh : Norpeka Wiranda Putri

3. Fathinatusholihah (Kelompok 3)
Berikan contoh modifikasi gaya hidup dalam kebidanan ?
Dijawab oleh : Hanna Eastalian Andrea

18

Anda mungkin juga menyukai