Dosen Pembimbing:
Nispi Yulyana, SST. M.Keb
Tingkat II A
Alhamdullilah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Deteksi Dini Terhadap Komplikasi
dan Kelainan pada Ibu Hamil Trimester II“ sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal, dan tak lupa pula kami ucapkan terima
kasih kepada :
1. Bunda Nispi Yulyana, SST, M. Keb selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal yang telah memberikan pengarahan.
2. Serta semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa
penyusun sebutkan satu per satu.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak yang perlu
disempurnakan.Untuk itu saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun sendiri dan semua
pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi dan Kelainan pada Ibu Hamil
B. Asuhan Kegawatdaruratan pada Ibu Hamil TM II
1. Kehamilan dengan hipertensi esensial
2. Hipertensi karena kehamilan
3. Pre eklampsia/Eklampsia
C. Praktik
1. Pengkajian Data Subjektif
2. Pengkajian Data Objektif
3. Menentukan Diagnosa
4. Menentukan Tindakan
5. Menentukan Evaluasi Asuhan
D. Praktik Pemberian MgSO4 pada ibu Pre Eklampsi
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui dalam kehamilan, persalinan maupun pada masa nifas
terkadang banyak penyulit maupun komplikasi yang terjadi. contoh dalam kehamilan
seperti kehamilan dengan hipertensi esensial, hipertensi karena kehamilan, pre
eklampsia/eklampsi. Sampai saat ini hipertensi masih merupakan masalah yang cukup
penting dalam pelayanan kesehatan primer, khususnya di Puskesmas, karena prevalensinya
yang tinggi, dan akibat jangka panjang yang ditimbulkan. Hipertensi esensial, meliputi 90 %
dari seluruh penderita hipertensi, dan 10 % sisanya adalah hipertensi renal atau hipertensi
sekunder.
Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul pada
kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalin, kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria. Preeklamsi adalah
hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Sedangkan
eklampsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan koma
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deteksi dini terhadap komplikasi dan kelainan pada ibu hamil?
2. Bagaimana asuhan kegawatdaruratan kehamilan dengan hipertensi esensial pada TM II?
3. Bagaimana asuhan kegawatdaruratan hipertensi karena kehamilan pada TM II?
4. Bagaimana asuhan kegawatdaruratan pre eklampsia/eklampsia pada TM II?
5. Bagaimana pemberian MgSO4 pada ibu pre eklampsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui deteksi dini terhadap komplikasi dan kelainan pada ibu hamil
2. Untuk mengetahui kegawatdaruratan kehamilan dengan hipertensi esensial pada TM II
3. Untuk mengetahui kegawatdaruratan hipertensi karena kehamilan pada TM II
4. Untuk mengetahui asuhan kegawatdaruratan pre eklampsia/eklampsia pada TM II
5. Untuk mengetahui pemberian MgSO4 pada ibu pre eklampsi
BAB II
PEMBAHASAN
c. Diagnosis
Diagnosis hipertensi essensial ialah apabila didapatkan hipertensi yang telah timbul
sebelum kehamilan, atau timbul hipertensi < 20 minggu umur kehamilan.
Ciri – ciri hipertensi esensial :
1) Umur ibu relatif tua diatas 35
2) Tekanan darah sangat tinggi
3) Umumnya multipara
4) Umumnya ditemukan kelainan jantung, ginjal, dan diabetes mellitus
5) Obesitas
6) Penggunaan obat – obatan anti hipertensi sebelum kehamilan
7) Hipertensi yang menetap pascapersalinan
d. Komplikasi
Hipertensi yang berlangsung lama tanpa penanganan dapat menimbulkan kerusakan pada
organ-organ lainnya. Beberapa di antaranya yang dapat ditemui pada pasien hipertensi
adalah:
1) Jantung
2) Otak
3) Penyakit ginjal kronis
4) Penyakit arteri perifer
5) Retinopati
e. Dampak
1) Dampak pada Ibu
Resiko terjadinya solutio placenta
Oliguria
Gangguan Ginjal
Superimposed Preeklamsi
2) Dampak pada Janin
Pertumbuhan janin terhambat Intra Uterine Growth restriction (IUGR)
Prematur
f. Penatalaksaan
1) Anjurkan untuk mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur, jika perlu konsultasikan ke
dokter.
2) Istirahat
Anjurkan untuk cukup istirahat, menjauhi emosi dan jangan bekerja terlalu berat.
Wanita harus cukup tidur malam, sekurang-kurangnya 8-10 jam, dan waktu siang harus
tidur atau istirahat sekurang-kurangnya 2 jam. Pekerjaan rumah tangga dikurangi.
3) Kenaikan berart badan yang berlebihan sebaiknya harus dicegah.
Cegah penambahan berat badan yang agresif. Anjurkan untuk diet tinggi protein, rendah
hidrat arang, rendah lemak dan rendah garam. Wanita diberi diet tinggi protein, rendah
karbohidrat, rendah lemak, rendah garam,. Bahkan wanita yang telalu gemuk perlu
diturunkan berat badannya.
4) Pengawasan pertumbuhan janin
Pertumbuhan dan kesehatan janin selama berlangsungnya kehamilan dan persalinan
perlu mendapat pengawasan yang lebih teliti. Selain pengawasan secara klinis dilakukan
pula pemeriksaan- pemeriksaan dan pengawsan secaraa khusus jika diperlukan,
sefalometri ultrasonik, elektrokardiografi fetal,penentuan kadar estrol dalam air
kencing, amnioskopi, penentuan PH darah janin, dan pencatatan kontinu denyut jantung
janin ( fetal heart monitoring).
5) Obat penenang
Ketenangan jiwa penderita sangat diperlukan, yang dapat dicapai dengan pendekatan
psikologis dan kalau perlu, ditambah dengan obat- obat penenang, sepeti solusio
charcot, diazepam (valium), prometazin (phenergan), atau obat tidur dalam dosis rendah
(Phenobarbital 3x 30mg perhari).
6) Obat hipotensif
Obat- obat untuk menurunkan tekana darah perlu diberikan apabila tensi menunjukan
angka 160/100 mmhg atau lebih, seperti heksametonium bromid, veratrum
viride,rauwolfia ( serpasil), klorpromazine( largatil). Sayang sekali obat- obat ini tidak
selalu berhasil menurunkan tekanan darah atau mencegah terjadinya preeklansia, dan
tidak pula dapat meperbaiki prognosis janin.
3. Pre eklampsia/Eklampsia
a. Pengertian
Pre eklampsi merupakan perkembangan hipertensi gestasional yang ditandai dengan
gangguan pada ginjal, yang dibuktikan dengan awitan proteinuria. Preeklampsia, baik yang
tergolong ringan maupun berat, didiagnosis berdasarkan temuan pada ibu ataupun janin.
Peningkatan tekanan darah gestasional didefinisikan sebagai TD sistol sebesar 140 mmHg
atau lebih pada ibu yang memiliki tekanan darah normal sebelum usia kehamilan 20
minggu. Terjadi lebih awal pada molahidatidosa atau hidrops (penyakit tropoblas plasenta).
2) Preeklamsi berat
Preeklamsi berat adalah preeklamsi dengan tekanan darah ≥160/110 mmHg, disertai
proteinuria ≥ 5 g/24 jam atau 3+ atau lebih (Prawirohardjo, 2008).
Diagnosis
Diagnosis preeklamsi berat menurut Prawirohardjo 2008, dan Wiknjosastro 2007,
ditegakkan bila ditemukan salah satu atau lebih tanda/gejala berikut:
a) TD ≥ 160/110 mmHg
b) Proteinuria ≥5 g/24 jam; 3 atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
c) Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24jam
d) Kenaikan kadar kreatinin plasma
e) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur.
f) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen.
g) Edema paru-paru dan sianosis
h) Hemolisis mikroangiopatik
i) Trombositopenia berat: <100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.
j) Gangguan fungsi hepar 15
k) Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat
d. Penatalaksanaan
Pre-eklamsi ringan:
1) Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan
preeclampsia
2) Tidak perlu segera diberikan obat anti hipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg
3) Pemberian luminal 1 sampai 2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
4) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg / hari
5) Bila tekanan darah tidak turun dianjurkan dirawat dan diberikan obat anti hipertensi:
metildopa 3 x 125 mg/hari (maksimal 1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5 –10 mg /
hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg / hari atau pindolol 1-3 x 5 mg / hari 9 maks.
30 mg / hari
6) Diet rendah garam dan diuretika tidak perlu
7) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa setiap 1 minggu.
8) Indikasi rawat jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah rawat jalan,
peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien
menunjukkan preeklampsia berat.
9) Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai preeklampsia berat.
10) Jika ada perbaikan lanjutkan rawat jalan.
11) Persalinan dalam preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala II.
C. SOAP
a) Kehamilan dengan Hipertensi Esensial
DATA SUBYEKTIF
A. Identitas / Biodata
DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Fisik
Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis dan caries, gusi tidak berdarah
Leher :
Kelenjar tyroid : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Payudara : Simetris, Bersih, Putting Menonjol Kiri kanan.
Abdomen :
Inspeksi
Membesar : Ya, sesuai usia kehamilan
Striae : Tidak ada
Bekas luka operasi : Tidak ada
Linea nigra : Ada
Kelainan lain : Tidak ada
b. Palpasi
Leopold I : TFU: 32 cm di fundus uterus teraba satu bagian bulat,
Lunak tidak melenting
Leopold II : Disebelah perut kiri ibu teraba satu bagian keras,
Memanjang seperti papan, dan disebelah kanan peru
ibu teraba bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : Dibagian bawah perut ibu teraba satu bagian bulat,
keras melenting dan bagian terendah janin sebagian
kecil sudah masuk PAP
Leopod IV : Konvergen 3/5
Auskultasi
DJJ: Frekwensi : 142x/menit,
Punctum maksimum : 2 jari dibawah pusat
Taksiran Berat Badan Anak (TBBA) : (TFU-12)x 155
= (32-12)x 155=3100 gr
Genetalia : tidak ada varises, tidak odema.
estremitas
atas : Tidak odema, tidak pucat
ANALISA
PENATALAKSANAAN
c) Pre Eklampsia/Eklampsia
Pre Eklampsia
DENGAN PREEKLAMSI BERAT
Subjective :
Ny. M berusia 28 tahun datang ke IGD RSUDZA Bersama keluarganya, rujukan dari dr.
SPOG dengan preeklamsia erat. Ibu mengeluh pusing dan tekanan darahnya selalu tinggi ketika
hamil. Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang kedua dengan riwayat kematian janin
dalam Rahim pada 1 tahun yang lalu, dan ibu belum pernah mengalami keguguran. Ibu
mengatakan usia kehamilannya sekarang baru memasuki usia 7 bulan dan ibu merasakan gerakan
janinnya aktif. Hari pertama haid terakhir ibu adalah tanggal 7 November 2014.
Objective:
2. TTV :
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 102 x/m
Pernafasan : 21 x/m
Temperatur : 36,5oc
3. Pemeriksaan fisik :
Konjungtiva : tidak pucat
Sclera: tidak ada ikterik
Tidak terdapat oedema
4. Pemeriksaan Leopold:
Leopold 1 : pertengahan pusat dan px
Leopold 2 : PUKA
Leoplod 3 : Kepala
Leopold 4 : Konvergen
5. TFU : 30 cm
8. Pemeriksaan Lab:
Glukosa darah : 112 mg/dL
HB : 9,8 g/dL
Trombosit : 150.000 uL
Leukosit : 12.000 mm3
Hematokrit : 33%
Protein Urite : +3
Assesment:
Ibu G2P1A0 Usia kehamilan 33-34 minggu dengan preeklamsia berat. Keadaan umum
ibu dan janin baik.
Planning :
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
2. Mengobservasi tanda-tanda vital, kontraksi, DJJ, dan perdarahan
3. Melakukan pemeriksaan protein urine
4. Berkolaborasi dengan dr SPOG dan menjalani intruksi:
a. Memasang infuse RL 500 cc
b. Mengambil darah untuk pemeriksaan lab
c. Melakukan tatalaksana Preeklamsi Berat :
Eklampsia
DENGAN EKLAMPSIA
Masuk BPM Tanggal/ Pukul :14 Juni 2015 Jam 08.00 WITA
Nama : Ny “S”/Tn “K
Agama : Islam
Pendidikan : Sma/Sma
Pekerjaan : Irt/Polisi
Anamnesa :
2. Kesadaran : stupor
3. Tanda-Tanda Vital :
Pernafasan : 26 x/menit
Suhu : 38,60 C
4. Pemeriksaan fisik:
Mulut membuka
5. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hasil protein urin (++++)
ASSESMENT (A)
Ny. “S” umur 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu dengan eklampsia.
PENATALAKSANAAN (P)
2. Melindungi pasien dari kemungkianan trauma dengan mengikat pasien tetapi jangan diikat
terlalu kuat.
4. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang berupa MgSO4
dengan syarat pemberian
c. Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam
Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien.
5. Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6 liter per menit
Hasil : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.
7. Memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi
Hasil : Rujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
2. Pengelolaan Kejang
a. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir, masker
oksigen, oksigen)
b. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
c. Aspirasi mulut dan tenggorokan
d. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi
e. Berikan O2 4-6 liter/ menit
3. Pengelolaan Umum
a. Pasang infuse Ringer Laktat dengan jarum besar No.16 atau lebih
b. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
c. Kateterisasi urin untk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
d. Infuse cairan dipertahankan 1,5-2 liter/24 jam
e. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin
f. Observasi tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap 1 jam
g. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan tanda
adanya edema paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan d
uretik (mis. Furosemide 40 mg IV)
h. Nilai pembukaan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi setelah 7
menit, kemungkinan terdapat koagulopati
5. Dosis Pemeliharaan
a. Jika kejang berulang setelah 15 menit. Berikan MgSO4 (40%) 2 g IV selama 5 menit
b. MgSo4 1 g /jam melalui infus RL yang diberikan sampai 24 jam post partum
c. Sebelum Pemberian Mgso4 Ulang Lakukan Pemeriksaan
d. Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSo4
e. Frekuensi pernasan minimal 16 kali/ menit
f. Refleks patella (+), urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir, frekuensi pernafasan
<16 kali/menit
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa deteksi dini komplikasi
kehamilan trimester II adalah anemia, hiperemesis gravidarum, abortus, kehamilan ektopik
dan molahidatidosa. Sedangkan deteksi dini komplikasi kehamilan trimester III adalah
kehamilan dengan hipertensi (hipertensi esensial, hipertensi karena kehamilan, dan pre
eklamsia), perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, insertio velamentosa,
dan ruptur sinus marginalis) dan kelainan dalam lamanya kehamilan (premature, postmatur,
IUGR/Intra Uterin Growth Retardation, IUFD/Intra Uterin Fetal Death), dan Kehamilan
Ganda.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan
pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan
dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang
kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education untuk
mencegah infeksi.
Daftar Pustaka
Saefuddin, A.B. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Ed.
1. Cet. 2. Jakarta : YBP-SP