Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN PADA PASIEN Ny. F P2A0-1 ATAS INDIKASI PREEKLAMSIA


DENGAN MASALAH KEBUTUHAN CAIRAN
DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURABAYA
TANGGAL PRAKTIK : 08 MEI 2023 s/d 02 JUNI 2023

Disusun Oleh :
SINTYA PUTRI FAMELIA FELITA
P27824122069

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO SURABAYA

TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Individu yang disusun oleh mahasiswa semester II Progam Studi D3


Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya Tahun akademik
2022/2023 dilakukan berdasarkan keadaan yang sebenarnya.

Tempat Praktik : RS PKU MUHAMMADIYAH SURABAYA

Tanggal Praktik : 08 Mei 2023 s/d 02 Juni 2023

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruangan

Rekawati S, A.Per.Pend., M.Kes Yeni Aprilya A.Md.Keb


NIP. 196706011989032002 NIP.2019.03.098

Mengetahui, Mengetahui,
Ketua Prodi Studi D3 Kebidanan Sutomo Kepala Ruangan

Kharisma Kusumaningtyas,S.SiT.,M.Keb Meryn Wismandari A.Md.Keb


NIP. 198103232008012014 NIP. 2013.03.054

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada orang-orang yang berjasa dalam
pembuatan laporan ini.

1. Ibu Dwi Wahyu Wulan Sulistiyowati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
2. Ibu Kharisma Kusumaningtyas,S.SiT.,M.Keb selaku Ketua Program Studi D-III
Kebidanan Sutomo.
3. Ibu Meryn Wismandari A.Md.Keb selaku Kepala Ruang Nifas dan Ruang Bersalin
RS PKU Muhammadiyah Surabaya dan Pembimbing Pendidikan.
4. Ibu Ahdatul Islamiah, S.Tr.Keb., M.Keb selaku pembimbing Pendidikan.
5. Ibu Rekawati S, A.Per.Pend., M.Kes selaku pembimbing pendidikan
6. Ibu Yeni Aprilya A.Md.Keb selaku Pembimbing Ruang Nifas RS PKU
Muhammadiyah Surabaya.
7. Kepada pihak-pihak yang ikut turut serta membantu selama pembuatan laporan ini
Saya sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
pengetahuan dan pengalaman dlingkungan Kebidanan Sutomo Surabaya. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan laporan yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Surabaya, 25 Mei 2023

iii
Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
BAB 1 TINJAUAN TEORI
1.1. Penyakit
a. Pengertian
b. Gejala
c. Penyebab
d. Komplikasi
e. Penatalaksanaan / pengobatan / perawatannya
1.2. Konsep Asuhan Kebutuhan Dasar Manusia Yang Prioritas
a. Konsep kebutuhan dasar cairan dan elektrolit
b. Konsep Asuhan
BAB 2 TINJAUAN KASUS
2.1. Pengkajian
2.2. Masalah
2.3. Asuhan yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1

TINJAUAN TEORI
1.1. Preeklamsia
a. Pengertian
Pre-eklamsia adalah kondisi yang terjadi pada ibu hamil, bersalin
maupun dalam masa nifas dimana ibu mengalami hipertensi dengan hasil
pemeriksaan tekanan darah menunjukkan diastole lebih dari 160, sistole
lebih dari 110 serta ibu memiliki protein urine lebih dari 1 (positif). Pre-
eklamsia dapat beresiko untuk menyebabkan kegatawan janin dan
kegawatan ibu.
Pengertian lain dari pre-eklamsia gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin maupun dalam masa nifas yang ditandai dengan gejala hipertensi,
proteinuria serta edema yang bisa saja disertai dengan kejang.
Pre-eklamsia atau keracunan kehamilan rata – rata diagnosanya
ditegakkan setelah kehamilan ibu berusia 20 minggu. Tetapi jika
sebelumnya ibu memiliki riwayat tensi tinggi atau sudah memiliki
hipertensi kehamilan bukan disebut pre-eklamsia melainkan hipertensi
gestasional (Cunningham, 2012).
b. Gejala
Menurut (Mitayani, 2013).
1. Tekanan Darah Tinggi
Dikatakan pre-eklamsia jika usia kehamilan ibu setelah 20
minggu serta memiliki tekanan darah yang tidak normal pada ibu
hamil biasanya. Disebut pre-eklamsia ringan jika tekanan darah sistole
140 mmHg / diastole 90 mmHg dan disebut pre-eklamsia berat jika
tekanan darah sistole 160 mmHg / diastole 110 mmHg.
2. Nyeri Kepala

1
Nyeri kepala pada ibu hamil yang didiagnosis mengalami pre-
eklamsia terjadi dengan sensasi berdenyut yang menyakitkan sehingga
membuat ibu merasa tidak nyaman.
3. Proteinuria
Proteinuria merupakan pemeriksaan urine ibu dan ditemukan
adanya zat protein dalam urine 2,0 gr/24 jam atau urine +1.
4. Sesak Nafas
Keadaan tekanan darah tinggi yang menyebabkan ibu
mengalami sesak nafas karena terjadi penebalan pembuluh darah di
bagian paru – paru.
5. Gangguan Penglihatan
Pengidap pre-eklamsia mengalami pandangan mata kabur.
6. Mual dan Muntah
Mual dan muntah pada ibu hamil normalnya terjadi pada pagi
hari atau biasa disebut morning sickness namun pada ibu hamil
penderita pre-eklamsia mengalami mual muntah sepanjang hari yang
terjadi sewaktu – waktu dan tidak hanya pada pagi hari saja.
7. Bengkak
Bengkak yang terjadi pada ibu hamil pre-eklamsia terjadi pada
wajah, tangan dan kaki.
c. Penyebab
Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui
secara pasti, tetapi pada umumnya disebabkan oleh vasospasme arteriola.
Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya
preeklampsia berat antara lain: primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, mola hidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu
kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Anik
Maryunani,2009).
Penyebab pre-eklamsia hingga saat ini masih belum diketahui pasti
namun para ahli menduga bahwa penyebab pre-eklamsia adalah adanya

2
kelainan perkembangan dan fungsi pada plasenta. Beberapa faktor resiko
yang meningkatkan seorang ibu mengalami pre-eklamsia :

1. Riwayat Pre-Eklamsia pada Kehamilan Sebelumnya


Pre-eklamsia dapat kambuh pada kehamilan berikutnya, maka sangat
diperlukan untu perawatan yang optimal pada ibu sebelum mengalami pre-
eklamsia pada kehamilan berikutnya.
2. Gaya Hidup
Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi seseorang. Lantas jika
ibu hamil menerapkan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, pola
makan yang tidak sehat serta olahraga yang tidak teratur pada saat hamil
juga menjadi salah satu penyebab terjadinya pre-eklamsia.
3. Obesitas
Pada umumnya, orang dengan obesitas mempunyai pola makan
dengan rendah serat serta tinggi kalori dan lemak. Rendahnya serat
mengakibatkan sedikitnya konsumsi buah dan sayur pada saat hamil
merupakan salah
satu penyebab meningkatnya resiko pre-eklamsia.
4. Kehamilan Kembar
Pre-eklamsia juga sering terjadi pada ibu yang mengandung bayi
kembar karena pada kehamilan kembar massa dari plasenta lebih besar
serta tingkat sirkulasi plasenta.
5. Usia Ibu
Usia ibu yang sudah menginjak kepala 40 tahun jika hamil kembali
maka resiko untuk mengalami pre-eklamsia juga semakin tinggi karena
akan meningkatkan resiko gangguan medis kronis.
d. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada preeklamsia adalah :
a) Pada ibu

3
1) Atonia uteri.
2) Sindrom HELLP
Sindroma HELLP ialah preeklamsia-eklamsia disertai
timbulnya hemolisis, peningkatan enzim, disfungsihepar,
dan trombositipenia. H : Hemolisis EL : Elevated Liver
Enzym LP : Low Platelets Count
3) Ablasi retina.
4) KID ( koagulasi intravaskulas diseminata )
5) Gagal ginjal.
6) Perdarahan otak.
7) Nekrosis hati.
b) Pada bayi :
1) Pertumbuhan janin terhambat.
2) Persalinan premature. ( Sarwono, 2013)
e. Penatalaksanaan / pengobatan / perawatannya
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah
sebagai berikut :
1) Tirah Baring miring ke satu posisi.
2) Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
3) Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan
garam.
4) Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam
pemberian cairan infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
5) Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
6) Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).
Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan
induksi partus pada usia kehamilan diatas 37 minggu.
1.2. Konsep Asuhan Kebutuhan Dasar Manusia Yang Prioritas
a. Konsep kebutuhan dasar cairan dan elektrolit

4
Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham
Maslow (1970) dikenal dapat dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan
dasar manusia sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar,
yaitu kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan
(minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh,
eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta
kebutuhan seksual.

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena


metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit sangat
diperlukan dalam rangka menjaga kondisi fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan yang ada didalam tubuh. Pasien yang menjalani operasi atau
yang sedang mengalami penyakit kritis, mengalami perubahan yang signifikan
dalam volume, distribusi, dan komposisi cairan tubuh. Pasien akan menjalani
prosedur minor yakni puasa, rehidrasi dengan cairan intravena (IV), dan
perubahan secara hormonal dalam distribusi cairan. Untuk memahami strategi
dan implikasi dari pemberian cairan operatif, penting untuk memahami
mekanisme homeostatis yang mengacu kepada kapasitas tubuh manusia untuk
mempertahankan kondisi secara konstan dengan cara penyesuaian
keseimbangan secara dinamis yang saling berhubungan.

1. Kebutuhan Normal
Dalam keadaan normal manusia memerlukan pemenuhan cairan dengan
minum air putih sebanyak 2,3 liter – 2,5 liter.
2. Kebutuhan dalam Kondisi Sakit
Namun, dalam kondisi sakit pemenuhan cairan pada manusia dapat berkurang.
Bahkan, dalam kondisi Colic Abdomen ini memiliki gejala mual, dimana rasa
ingin muntah diikuti rasa nyeri pada perut yang sangat hebat., oleh karena itu

5
yang seharusnya makan 3 kali sehari jadi tidak eterpenuhi begitupun
kebutuhan minum hariannya.

b. Konsep Asuhan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses kebidanan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nursalam, 2013). Pengumpulan data ini meliputi :
1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang di dapat dari klien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi
tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara
independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi
(Nursalam, 2013)
1) Identitas Klien
b. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan
perdarahan postpartum(Varney, 2006)
c. Umur
Salah satu pemicu terbesar dari preeklamsia adalah usia
ibu hamil yang lebih dari 40 tahun atau di bawah 20 tahun.
d. Agama
Dikaji sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan
mental dan spiritual pada pasien dan keluarga (Manuaba,
2012)
e. Suku/Bangsa

6
Berhubungan dengan sosial dan budaya yang dianut oleh
pasien dan keluarga yang berkaitan dengan kesehatan
pasien (Marmi,2011)

f. Pendidikan
Faktor Pendidikan tidak memiliki pengaruh yang
bermakna terhadap risiko terjadinya preeklampsia.
g. Pekerjaan
Pekerjaan tidak memiliki pengaruh yang bermakna
terhadap risiko terjadinya preeklampsia
h. Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal pasien yang mungkin
memiliki nama yang sama, serta mempermudah
pemantauan (Farrer,2011)
2) Keluhan Utama
Keluhan utama preeklamsia adalah tekanan darah tinggi
(hipertensi) dan adanya protein dalam urine (proteinuria).
3) Riwayat Penyakit
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini
(Winkjosastro,2016).
b) Riwayat Penyakit Dulu
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit sistemik pada
pasien yaitu jantung (Winkjosastro,2016).
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun
dalam keluarga (Winkjosastro,2016).
4) Pola Kebiasaan Sehari Hari

7
a. Nutrisi
Untuk mengetahui status gizi pasien, frekuensi makan,
jenis makanan, kualitas dan kuantitas makanan, serta
berapa banyak pasien minum dalam satu hari (Manuaba,
2012).
b. Eliminasi
Untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK pasien,
BAB meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau,
serta kebiasaan BAK meliputi frekuensi, warna, dan
jumlah. Pada pola eliminasi terjadi perubahan pada
ginjal, terjadi penurunan aliran darah ke ginjal yang
menimbulkan perfusi dan filtrasi ginjal menurun yang
menimbulkan oliguria sehingga menimbulkan
proteinuria (Manuaba, 2012).
c. Aktivitas
Dikaji untuk mengetahui pola aktifitas pasien sehari-
hari apakah pasien mengalami stress, ketegangan
psikososial (Billington, 2010, hal;123).
d. Istirahat
Mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa lama
kebiasaan tidur siang dan tidur malam (Ambarwati
&Wulandari, 2010)
2) Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur
(Nursalam, 2013) meliputi :
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
Normalnya keadaan umum pasien baik.
b. Kesadaran
Normalnya kesadaran pasien composmentis.

8
c. Tekanan Darah
Mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai satuannya
mmHg. Keadaan ini sebaiknya antara 90/60 130/90 mmHg atau
peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik
tidak lebih dari 15 mmHg dari keadaan normal pasien atau paling sedikit
pada pengukuran 2 kali berturut-turut pada selisih 1 jam (Manuaba,2012).
d. Suhu
Untuk mengetahui suhu badan pasien kemungkinan demam atau febris
yang merupakan gejala adanya infeksi. Batas normal 36,5 –37,50C
(Saifuddin, 2010)
e. Nadi
Menurut (Saifuddin, 2010) denyut nadi pasien yang di hitung dalam 1
menit, denyut nadi normal adalah 60x/menit - 100x/menit.
f. Respirasi
MMenurut (Saifuddin,2010) frekuensi pernapasan yang di hitung dalam 1
menit, respirasi normal adalah 12x/menit sampai 20x/menit
g. Berat Badan
h. Berat badan diperiksa untuk mengetahui kenaikan berat badan sebelum
hamil dan saat hamil yang berpengaruh terhadap status gizi pasien
(Varney, 2006; h. 103).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut
Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, menilai warnanya, kelebatan,
dan karakteristik rambut (Alimul,2012).
b. Muka
Normalnya muka tidak pucat dan tidak ada oedem.
c. Mata
Keadaan konjungtiva normalnya sclera berwarna putih dan konjungtiva
berwarna merah muda.
d. Hidung

9
Untuk mengetahui keadaan hidung ada polip atau tidak (Alimul, 2012)
e. Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga simetris atau tidak, ada serumen atau
tidak (Alimul, 2012).
f. Mulut
Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries, bersih atau tidak,
keadaan bibir kering atau tidak, lidah kotor atau tidak (Alimul, 2012).
Normalnya mulut dan gigi bersih, tidak berbau, bibir merah dan tidak ada
caries.
g. Leher
Untuk mengetahui apakah terdapat pembesaran kelenjar tyroid,
pembesaran kelenjar limfe, parotis, dan vena jugularis (Alimul, 2012).
Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid dan tidak ada
pembengkakan kelenjar parotis dan vena jugularis.
h. Dada
Untuk mengetahui keadaan payudara dan keadaan axilla ada benjolan dan
nyeri atau tidak (Farrer, 2011).
i. Abdomen
Untuk mengetahui adanya jaringan parut, luka bekas operasi (Farrer,
2011).
j. Ektremitas
Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varices, reflek
patella positif atau negative (Wiknjosastro,2016).
k. Kulit
Untuk mengetahui keadaan turgor kulit (Mansjoer, 2010)

B. Masalah
Preeklampsia ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah kehamilan 20
minggu.

10
C. Asuhan yang diberikan
Asuhan adalah bantuan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada
individu, klien / pasien dengan mengutamakan manajemen keselamatan
pasien.

BAB 2

TINJAUAN KASUS
2.1 Pengkajian
I. DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
Nama Istri : Ny. F Nama Suami : Tn. M
Umur : 35 th Umur : 30 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Madura Suku : Madura
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tenggumung Wetan Cerme 7 Kec.Semampir
Kel.Wonokusumo
2. Diagnosa medik
Ny.F P2A0-1 dengan post partum normal disertai PE (Preeklamsia)
ringan dengan masalah kebutuhan cairan.
3. Keluhan utama
Pasien setelah persalinan merasakan sedikit mual dan pusing.
4. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang sedang
diderita, penyakit menurun maupun penyakit menahun seperti HIV,
Hipertensi, Hepatitis, Ginjal, Jantung, Alergi, Asma, dll.
5. Riwayat penyakit dahulu

11
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang pernah
diderita, penyakit menurun maupun penyakit menahun seperti HIV,
Hipertensi, Hepatitis, Ginjal, Jantung, Alergi, Asma, dll
6. Pola pemenuhan nutrisi :Bubur, Nasi, Sayur, Susu
Jumlah / frekuensi pemberian : 2x/hari

7. Pola eliminasi
Eliminasi alvi : 1x/hari
Eliminasi urine : 3-4x/hari
8. Pola istirahat dan aktivitas
Kebiasaan tidur : 6-7 jam dalam sehari
Kebiasaan aktivitas : ibu tidak melakukan aktivitas berat.
9. Pola kebersihan
Kebiasaan mandi : Hanya seka - seka
Lain – lain : Gosok gigi 1 kali
10. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit yang
pernah diderita, penyakit menurun maupun penyakit menahun seperti
HIV, Hipertensi, Hepatitis, Ginjal, Jantung, Alergi, Asma, dll
11. Riwayat kesehatan reproduksi
Riwayat menstruasi
Usia menarche : 11 tahun
Siklus : Normal, 28 hari
Lama : 5 hari
Jumlah / sifat darah : Menggumpal di hari pertama
Nyeri haid : Sebelum dan selama haid
Riwayat Keluarga Berencana (KB)
KB yang diikuti :-
Alasan :-
Lama pemberian :-

12
Keluhan :-
Upaya untuk mengurangi :-
Jumlah anak yang hidup :-
Usia anak terkecil :-

II. DATA OBYEKTIF


1. Tanda-tanda vital
Suhu : 36°C Nadi : 80x/menit
Respirasi : 19x/menit Tensi : 135/84 mmHg
2. Kesadaran : composmentis
3. Kepala
Rambut : Bersih tidak ada kelainan
Lain-lain :-
4. Mata
Keadaan konjungtiva : Merah muda
Sclera : Putih, tidak ada kelainan
Reflek pupil :+
5. Mulut
Keadaan gigi : Bersih, tidak ada caries gigi
6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
Gangguan lainnya :-
7. Hidung : Tidak ada polip, tidak nyeri saat ditekan
Bentuk hidung : Simetris
Gangguan lain :-
8. Telinga
Bentuk daun telinga : Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada nyeri
tekan
Keadaan pendengaran : Normal, tidak memakai alat bantu dengar
9. Dada

13
Bentuk dada : Normal, simetris, tidak ada kelainan
Pola nafas : Regular / diafragmatik
Suara nafas : Normal
Keadaan paru :-
Suara jantung :-

10. Abdomen
Bising usus : Positif
Keadaan hepar :-
Keadaan limpa :-
Keadaan tali pusat :-
11. Punggung
Bentuk punggung : Normal, tidak ada kelainan
12. Ekstremitas
Ekstremitas atas : Normal, tidak odema
Ekstremitas bawah : Tidak odema
13. Genetalia
Perempuan : Terdapat luka lecet post partus
14. Keadaan anus : Terdapat benjolan
15. Penegak diagnosis / pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Antigen : Negatif
Hematologi
Darah lengkap
Hemoglobin : 10,2%
Hitung Lekosit : 14.160 Sel/cmm
Hitung Trombosit : 312.000 sel/cmm
Hematocrit : 30,8%
Hitung Eritrosit : 4,29 juta/cmm
Serologi/Imunologi

14
Anti HIV : Non Reaktif
HEPATITIS
HBs Ag : Negatif
Urine
Protein urine : (+) lemah
CT : 11 menit
16. Program therapi
Infus RL CI 24tpm
Amoxcilin 3 x 1
Asamefenamat 3 x 1
Nifedipin 3 x 1
Captropil 3 x 1 (jika tensi lebih dari 140/90)

2.2 Masalah
Hasil pemeriksaan tekanan darah menunjukkan hasil yang cukup tinggi,
keluar air, dan pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien preeklamsia.
Ny. F P2A0-1 dengan masalah preeklamsia ringan dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil protein urine positif tapi lemah.

2.3 Asuhan Yang Diberikan


- Planning
1. Melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital.
2. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya.
3. Menganjurkan ibu untuk makan sedikit tapi sering.
4. Menjelaskan pada ibu tentang komplikasi preeklamsia pada masa
nifas.
5. Menganjurkan ibu untuk untuk melakukan kontrol ulang.
6. Memberikan KIE ibu untuk memenuhi nutrisi terutama yang
mengandung banyak protein selama masa nifas.

15
7. Memberikan KIE ibu untuk melakukan perawatan payudara / breast
care.
8. Memberikan KIE ibu mengenai teknik menyusui yang benar.
9. Memberikan KIE ibu mengenai teknik penyimpanan ASI yang benar.
10. Jelaskan pada ibu mengenai tanda bahaya pada ibu nifas
11. Menganjurkan ibu untuk datang ke fasilitas kesehatan jika sewaktu
waktu-waktu terdapat keluhan/kejadian yang tidak diharapkan.
12. Pemberian terapi obat oral sesuai dengan yang disarankan.
13. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG

- Implementasi
1. Memeriksa tanda – tanda vital ibu dengan hasil :
Suhu : 36°C Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit Tensi : 110/70 mmHg
2. Menjelaskan kepada ibu bahwasannya ibu mengalami anemia
(kondisi tubuh kekurangan sel darah merah) ringan yang tertera pada
hasil pemeriksaan laboratorium yaitu HB 8,5 g/dL.
3. Menganjurkan ibu untuk makan ketika sudah tidak mual dan muntah
dengan frekuensi sedikit tapi sering.
4. Menjelaskan pada ibu komplikasi preeklamsia pada masa nifas.
Beberapa diantaranya adalah : Stroke, kelebihan cairan di paru-paru,
pembuluh darah tersumbat karena gumpalan darah, dapat
mempengaruhi fungsi otak, serta penghancuran sel darah merah
(Wahyuningsih, 2018).
5. Menjelaskan pada ibu bahwasannya ibu harus melakukan kontrol
ulang pada 6 hari setelah persalinan.
6. Menjelaskan pada ibu mengenai pemenuhan protein pada masa nifas.
Selama menyusui, ibu membutuhkan tambahan protein diatas
normal sebesar 20 gram/hari. Dasar ketentuan ini adalah tiap 100 cc
ASI mengandung 1,2 gram protein. Dengan demikian 830 cc ASI

16
mengandung10gram protein. Efisiensi konversi protein makanan
menjadi protein susu hanya 70% (dengan variasi perorangan). Ibu
menyusui juga dianjurkan makan makanan yang mengandung asam
lemak Omega 3 yang banyak ter- dapat pada ikan kakap, tongkol, dan
lemuru.
7. Menjelaskan pada ibu mengenai Teknik pemijatan dan perawatan
payudara
Cara Pengurutan payudara di Paparkan Oleh Prawirohardjo, 2010
dapat di lakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Pengurutan Pertama
a) Licinkan telapak tangan dengan sedikit minyak/baby
oil.
b) Kedua tangan diletakkan diantara kedua payudara ke
arah atas, samping, bawah, dan melintang sehingga
tangan menyangga payudara, lakukan 30 kali selama 5
menit.
2) Pengurutan kedua
a) Licinkan telapak tangan dengan minyak/baby oil.
b) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-
jari tangan kanan saling dirapatkan Sisi kelingking
tangan kanan memegang payudara kiri dari pangkal
payudara kearah puting, demikian pula payudara
kanan lakukan 30 kali selama 5 menit (Manuaba,
2010).
3) Pengurutan ketiga
a) Licinkan telapak tangan dengan minyak.
b) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri.Jari-jari
tangan kanan dikepalkan, kemudian tulang kepalantangan
kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting
susulakukan 30 kali selama 5 menit.

17
4) Perawatan Buah Payudara pada Masa Nifas
a) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
b) Apabila puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI
yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai
menyusui, menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting
susu yang tidak lecet.
c) Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24
jam ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan
menggunakan sendok.
d) Untuk menghilangkan rasa nyeri ibu dapat minum
parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
e) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI,
lakukan : pengompresan payudara menggunakan kain
basah dan hangat selama 5 menit, urut payudara dari arah
pangkal menuju puting susu, keluarkan ASI sebagian dari
bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi
lunak, susukan bayi setiap 2-3 jam, apabila tidak dapat
menghisap ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan
letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
8. Menjelaskan pada ibu Teknik menyusui yang benar
Menurut (Kemenkes, 2010) :
1. Cucilah tangan dengan air bersih sehingga bakteri dan kuman
tidak menempel pada payudara ibu atau bayi.
2. Perah sedikit ASI dan oleskan ke putting lalu ke aerola
disekitarnya sebelum menyusui.
3. Menyusui dengan posisi duduk
a. Posisi menyusui sambil duduk dengan santai menggunakan
kursi yang rendah agar kaki ibu tidak menggantung dan
punggung ibu bersandar sandaran kursi

18
b. Menopang bayi dengan menggunakan bantal dan selimut,
bayi ditidurkan diatas pangkuan ibu
1. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu
lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan. Kepala bayi
tidak boleh tengadah
2. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dengan
tangan satunya didepan
3. Payudara dipegang dengan C hold dibelakang aerola,
tidak menekan puting susu atau aerolanya
4. Kepala bayi menghadap payudara, perut bayi menempel
di badan ibu
5. Telinga dan lengan bayi diletakkan satu garis lurus
6. Ibu memandangi bayi dengan penuh cinta kasih
4. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan 4 jari dan ibu jari
menekan payudara bagian atas aerola.
5. Teknik Perlekatan yang benar saat menyusui
a. Memasukkan sebagian besar Aerola bagian bawah ke
mulut bayi.
b. Mulut terbuka lebar ketika ibu memasukkan puting dan
aerola kedalam mulut bayi, pastikan mulut harus terbuka
lebar, bukan mengatupkan mulut ke arah dalam atau
merapatkan ke arah dalam
c. Saat menghisap puting, bibir bayi harus terbuka dower ke
bawah, sehingga Aerola sebagian besar bagian bawahnya
masuk ke dalam mulut bayi.
Dagu menempel ke payudara ibu agar hidung bayi tidak tertutup.
9. Menjelaskan pada ibu tentang Teknik penyimpanan ASI yang benar
Menurut (Kemenkes, 2010) :

19
ASI pada suhu ruangan 19-25 °C dapat tahan selama 4-8 jam.
Bila ASI disimpan di dalam lemari es pada suhu 0-4 PC akan tahan
selama 1-2 hari. Penyimpanan di dalam lemari pembeku (freezer) di
dalam lemari es 1 pintu ASI tahan selama 2 bulan, sedangkan dalam
freezer di lemari es 2 pintu (pintu freezer terpisah) tahan selama 3-4
bulan. Tempat menyimpan ASI sebaiknya dari plastik
polietylen, atau gelas kaca.
10. Menjelaskan pada ibu mengenai tanda bahaya pada masa nifas
yaitu:
Menurut (pBuku KIA, 2023)
1. Pendarahan lewat jalan lahir
2. Demam lebih dari 2 hari
3. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
4. Payudara bengkak, merah, disertai rasa sakit
5. Nyeri ulu hati, mual muntah, sakit kepala, pandangan kabur,
kejang, dengan atau tanpa bengkak pada kaki, tangan dan wajah
6. Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi)
11. Menganjurkan ibu untuk datang ke fasilitas kesehatan jika sewaktu
waktu-waktu terdapat keluhan/kejadian yang tidak diharapkan
misalnya pada luka jahitan post SC (Sectio Caesarea) keluar darah
ataupun nanah.
12. Pemberian obat oral amoxcilin 3x1 500mg, asamefenamat 3x1
500mg, nifedipine 3x1, captropiil 3x1.
13. Pemantauan masa nifas ibu kolaborasi dengan dokter SpOG seperti
kontrol jahitan yang nanti akan dilakukan oleh ibu Kembali pada
dokter SpOG.

- Evaluasi
1. Ibu bersedia diperiksa dan mengetahui hasil dari penjelasan
petugas.

20
2. Ibu mengerti tentang kondisinya dari penjelasan petugas.
3. Ibu bersedia melakukan sebagai pemenuhan energi pasca
melahirkan.
4. Ibu mengerti tentang komplikasi preeklamsia pada masa nifasnya.
5. Ibu mengerti dan bersedia untuk kontrol ulang selama masa nifas.
6. Ibu mengerti dan bersedia mengonsumsi protein sebagai
pemenuhan nutrisi pada masa nifas.
7. Ibu memahami, bisa mempraktikkan sesuai yang dijelaskan petugas
dan bersedia melakukan perawatan payudara dirumah.
8. Ibu memahami, bisa mempraktikkan sesuai yang dijelaskan petugas
serta bersedia menerapkan teknik menyusui yang benar dirumah.
9. Ibu memahami dan bersedia mempraktikkan Teknik menyimpan
ASI sesuai anjuran Kemenkes agar tidak rusak dan aman
dikonsumsi oleh bayi.
10. Ibu mengerti dan memahami tentang tanda bahaya nifas
11. Ibu mengerti dan bersedia datang ke fasilitas kesehatan jika dirasa
mengalami keluhan.
12. Ibu menerima obat dan mengonsumsi sesuai dengan jadwal
pemberian oleh petugas.
1. E/ibu mengerti jika penanganan yang dilakukan pada ibu juga
dipantau oleh dokter SpOG.

Ny. F dan keluarga telah memahami penjelasan yang diberikan oleh


tenaga kesehatas mengenai hasil pemeriksaan dan kondisi pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Indrawati, N. D., Damayanti, F. N., & Nurjanah, S. (2020). Buku Ajar


Pendidikan Kesehatan Kehamilan Resiko Tinggi (LCD dan Leaflet).

Retnaningtyas, E. (2021). Preeklampsi dan Asuhan Kebidanan Pada Preeklampsi


(RPY Siwi.

Saifuddin, A. B. (Ed.). (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan


maternal dan neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

22
Wijayanti, I. T., & Marfuah, S. (2019, October). Hubungan Pengetahuan dan
Kepatuhan ANC terhadap Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil Trimester
III. In Prosiding University Research Colloquium (pp. 773-781).
Alvionita, S. F., Asta Adyani, S., & Nur Hidayatul A, S. (2014). ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU DENGAN PREEKLAMPSIA (PEB)(STUDI KASUS
DI RB AL-HAZMI SIDOARJO) (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surabaya).
Muzalfah, R., Santik, Y. D. P., & Wahyuningsih, A. S. (2018). Kejadian Preeklampsia
pada Ibu Bersalin. HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development), 2(3), 417-428.

23

Anda mungkin juga menyukai