Disusun Oleh :
1. Fenti Iga mawarni P27824423171
2. Feby sischa P27824423169
3. Anastasia B.S Da Costa P27824423170
4. Ester Lusiana Siahaan P27824423165
5. Elviana P27824423163
6. Evi Agustina P27824423166
7. Farah Hanifah P27824423167
8. Fatimah Lailatul iffah P27824423168
9. Ervinawati P27824423164
10. Elly Maesha P27824423162
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini
merupakan tugas kelompok bagi mahasiswa prodi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Surabaya untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi. Oleh karna itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dwi Wahyu Wulan S., SST., M.Keb., selaku ketua jurusan kebidanan Kampus Poltekkes
Kemenkes Surabaya.
2. Dwi Purwanti S.Kp, SST.Bdn., M.Kes., selaku ketua prodi pendidikan Sarjana Terapan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
3. Triana Septianti Purwanto, S.SiT.,M.Keb., selaku dosen mata kuliah Farmakologi
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Seluruh pihak yang turut membantu dan kerja sama dalam menyelesaikan makalah
pada mata kuliah Farmakologi
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Preeklampsia atau keracunan kehamilan sering juga disebut toksemia adalah suatu
kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil tapi tak terjadi pada wanita yang tidak
hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh
peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan
mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada
pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal
masa kehamilan.
Selama masa nifas di hari ke-1 sampai 28, ibu harus mewaspadai munculnya gejala
preeklampsia. Jika keadaan bertambah berat bisa terjadi eklampsia, dimana kesadaran hilang
dan tekanan darah meningkat tinggi sekali, akibatnya pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi
oedema paru paru yang memicu batukberdarah. Semuanya ini bisa menyebabkan kematian
Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul
sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Pre eklampsia berat adalah
suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau
lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan
baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering
mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik
sebelum, saat atau setelah melahirkan. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil,
dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul
akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-
gejala pre eklampsia.
4. Hidralazin
Merupakan vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan takikardi dan
peningkatan cardiac output.Hidralazin membantu meningkatkan aliran darah ke uterus dan
mencegah hipotensi. Hidralazin dimetabolisir di hati. Dapat mengontrol hipertensi pada 95%
pasien dengan eklampsia.
5. Labetalol
Merupakan beta-bloker non selektif. Tersedia dalam preparat IV dan per oral.
Digunakan sebagai pengobatan alternatif dari hidralazin pada penderita eklampsia. Aliran
darah ke uteroplasenta tidak dipengaruhi oleh pemberian labetalol IV.
6. Nifedipin
1. Indikasi
Kejang bronkus pada semua jenis asma bronkial, bronkitis kronis dan emphysema,
Hipertensi, dapat digunakan tunggal atau kombinasi dengan deuritika golongan tiazi, ibu usia
kehamilan 37 minggu atau lebih adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia,
kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan
desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak
ada perbaikan).
2. Kontra indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini, hamil dan laktasi, anak.
1. Magnesium sulfat
Inisial: 4-6 g. IV bolus dalam 15-20 menit; bila kejang timbul setelah pemberian bolus,
dapat ditambahkan 2 g. IV dalam 3-5 menit. Kurang lebih 10-15% pasien mengalami
kejang lagi setelah pemberian loading dosis. Dosis rumatan: 2-4 g./jam IV per drip. Bila
kadar magnesium > 10 mg/dl dalam waktu 4 jam setelah pemberian per bolus maka dosis
rumatan dapat diturunkan. Pada Magpie Study, untuk keamanan, dosis magnesium
dibatasi. Dosis awal terbatas pada 4 g. bolus IV, dilanjutkan dengan dosis rumatan 1
g./jam. Jika diberikan IM, dosisnya 10 g. dilanjutkan 5 g. setiap 4 jam. Terapi diteruskan
hingga 24 jam.
2. Fenotinin
Dosis awal: 10 mg/kgbb. IV per drip dengan kecepatan < 50 mg/min, diikuti dengan dosis
rumatan 5 mg/kgbb. 2 jam kemudian.
3. Diazepam
Dosis : 5 mg IV
4. Hidralazin
Dosis: 5 mg IV ulangi 15-20 menit kemudian sampai tekanan darah <110 mmHg. Aksi
obat mulai dalam 15 menit, puncaknya 30-60 menit, durasi kerja 4-6 jam
5. Labetalol
Dosis: Dosis awal 20 mg, dosis kedua ditingkatkan hingga 40 mg, dosis berikutnya hingga
80 mg sampai dosis kumulatif maksimal 300 mg; Dapat diberikan secara konstan melalui
infus; Aksi obat dimulai setelah5 menit, efek puncak pada 10-20 menit, durasi kerja obat
45 menit sampai 6 jam.
6. Nifedipin
Dosis: 10 mg per oral, dapat ditingkatkan sampai dosis maksimal 120 mg/ hari.
7. Klonidin
Dosis: dimulai dengan 0.1 mg dua kali sehari; dapat ditingkatkan 0.1-0.2 mg/hari sampai
2.4 mg/hari.Penggunaan klonidin menurunkan tekanan darah sebesar 30-60 mmHg,
dengan efek puncak 2-4 jam dan durasi kerja 6-8 jam. Efek samping yang sering terjadi
adalah mulut kering dan sedasi, gejala ortostatik kadang terjadi. Penghentian mendadak
dapat menimbulkan reaksi putus obat.
2.6 Efek Samping Dan Cara Mengatasi
1. Penanganan Aktif
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar
bersalin. Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria
ini:
Ada tanda-tanda impending eklampsia
Ada hellp syndrome
Ada kegagalan penanganan konservatif
Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit. Pengobatan medisinal : diberikan obat anti
kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian
MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit).
Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%,
diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik
lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg. Obat yang dipakai
umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat
diberi tambahan 10 mg lagi.Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan
induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2.
Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi partus
pervaginam. Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau
cunam.
2. Penangana Konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia
dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.
Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah
24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan
harus segera dilakukan terminasi. Obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. Bila
ada indikasi, langsung terminasi. Oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit(Wahyuni, 2018)
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung dosis obat antara lain:
(Yumni, 2023)
1. Berat badan: Dengan cara mengalikan berat badan pasien tersebut dengan dosis obat,
maka akan diperoleh dosis obat untuk pasien tersebut.
2. Luas permukaan tubuh: Menentukan titik potong pada skala nomogram antara tinggi
badan dengan berat badan seseorang, maka akan didapat luas permukaan tubuh dalam
meter persegi.
3. Umur pasien: Untuk pasien anak-anak bisa berdasarkan umur dalam tahun, umur dalam
bulan, atau berdasarkan umur pada ulang tahun yang akan datang. Ada juga perhitungan
dosis obat untuk anak- anak berdasarkan berat badan baik kilogram atau dalam pon.
Perhitungan dosis obat untuk anak-anak berdasarkan umur sebagai berikut:
1) Rumus young, untuk anak-anak usia 1-8 tahun. Rumusnya sebagai berikut:
Dosis anak = n (tahun) x Dosis dewasa
n(tahun) + 12
Dimana n adalah umur dalam tahun
2) Sedangkan anak-anak yang berumur diatas 8 tahun menggunakan rumus Dilling
sebagai berikut :
Dosis anak = n (tahun) x Dosis Dewasa
20
3) Rumus cowling's
Dosis anak = n (tahun) x Dosis Dewasa
24
4) Rumus Fried
Rumus fried digunakan untuk menghitug dosis obat pada bayi kurang dari satu
tahun
Dosis anak = n (bulan) x Dosis Dewasa
150
Umumnya efek obat mempunyai aksi lebih dari satu, dan dapat berupa :
1 Efek terapi, yang merupakan satu-satunya pada letak primer. Ada 3 macam pengobatan
terapi, yaitu terapi kausal (obat yang meniadakan penyebab penyakit), terapi somtomatik
(obat yang menghilangkan gejala penyakit), terapi subtitusi (obat yang menggantikan zat
yang lazim dibuat oleh orang yang sakit).
2 Efek samping, efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan efek terapi dan ikut pada
kegunaan terapi.
3 Efek teratogen, efek obat yang pada dosis terapi untuk ibu mengakibatkan cacat pada
janin
4 Efek toksis, aksi tambahan dari obat yang lebih berat dari efek samping dan mempunyai
efek yang tidak diinginkan
5 Toleransi, peristiwa dinaikkannya dosis obat terus menerus untuk mencapai efek
teraupetis yang sama
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
A. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan anak kedua pada tanggal 5 April 2017 jenis kelamin
laki-laki dengan berat badan 2100 gram, dan ibu mengatakan nyeri pada luka bekas jahitan
operasi.
3. Riwayat Pernikahan
1) Usia pertama menikah : 27 tahun
2) Lama pernikahan : 6 tahun
3) Status pernikahan : sah
4) Pernikahan ke :2
4. Riwayat KB
Ny.E.P. menggunakan KB suntik 3 bulan, lamanya 3 tahun dan tidak memiliki keluhan
5. Latar belakang Sosial dan Budaya
Didalam keluarga ibu tidak ada makanan pantangan maupun pantangan seksual yang
berhubungan dengan masa nifas. Keluarga sangat mendukung ibu dengan selalu menemani
sampai dengan proses operasi selesai.
6. Aktivitas
1) Status gizi : ibu belum di perbolehkan makan dan minum, terpasang kateter dengan
urine bag, jumlah urine 300 cc, berwarna kuning, dan belum buang air besar.
2) Mobilisasi : ibu mengatakan masih sulit untuk menggerakkan kedua tangan dan kaki
3) Personal hygine : setelah operasi suami/ keluarga yang membantu ibu untuk
melakukan perawatan diri
Hb : 11 gr%,
Proteinuria : 100mg/dl(+1)
Trombosit : 274.000/mm²
Hematokrit : 35%
Antisipasi masalah potensial yang dapat terjadi pada ibu nifas Post SC atas indikasi
Pre-eklampsia berat adalah terjadinya eklampsia, perdarahan, dan infeksi pada luka
operasi.
7. Tindakan Segera
1) Observasi Keadaan Umum,TTV, Kontraksi Uterus, Perdarahan, Tanda tanda Infeksi
Dalam bab ini kami akan membahas mengenai asuhan kebidanan dengan pendekatan
manajemen kebidanan pada Ny E.P umur 33 tahun dengan preeclampsia berat di ruangan
sasando RSUD Prof DR. W.Z Johannes Kupang tanggal 05- April- 2017, mulai dari
pengkajian, interprestasi data dasar, antisipasi masalah potensial, tindakan segera,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
4.1.1 Pengkajian
Menurut Mengkuji, dkk. 2008, pada langkah pertama kegiatan yang dilakukan
adalah pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain berupa keluhan klien, riwayat
kesehatan klien, pemeriksaan fisik secara kengkap sesuai dengan kebutuhan, meninjau catatan
terbaru atau catatan sebelumnya, dan meninjau data laboratorium. Pada langkah ini,
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap.
a. Data subyektif
Pada kasus data subyektif keluhan utama ibu mengatakan nyeri pada luka operasi,
Operasi dilaksanakan pada tanggal 05 April 2017, menurut (Jitowiyono, 2010) melahirkan
dengan cara Sectio Caesarea, pada ibu post operasi keluhan yang biasa muncul adalah
gangguan rasa nyaman karena nyeri akut yang berhubungan dengan trauma pembedahan.
Riwayat kesehatan saat ini , ibu mengalami kenaikan tekanan darah dan bengkak pada kedua
kaki, atas indikasi pre-eklampsia berat .hal ini sesuai Nugroho (2010), tanda dan gejala
preeclampsia berat dalah pusing dan edema pada kedua tungkai kaki,dinding perut,wajah.
Sedangkan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
b. Data objektif
Data objektif adanya kenaikan tekanan darah 160/100 mmHg pada pemeriksaan
laboratorium diketahui protein urine +1 Trombosit 274.000/mm²,hematokri 35%. Hal ini
sesuai Sarwono (2007), gejala dan tanda preeclampsia yaitu tekanan darah sistolik > 160
mmHg, tekanan darah diastolic <110 mmHg , proteinuria > 3 gram/ liter,nyeri kepala yang
hebat, oedema pada kaki, tangan dan kelopak mata. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
4.1.2 Interprestasi Data Dasar
Langkah kedua, menurut Mengkuji, dkk. 2008, pada langkah ini, kegiatan yang
dilakukan adalah menginterprestasikan semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga
ditemukan diagnosis atau masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam
lingkup praktik kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan
perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien ditemukan dari hasil pengkajian.
Diagnosa kebidanan pada kasus ibu nifas post SC atas indikasi Preeklampsia Berat
ditegakkan sesuai data berikut ini:
a. Data subjektif yaitu ibu mengatakan nyeri pada luka operasi.
Data objektif keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, pemeriksaan tanda-
tanda vital 160/100 mmHg, Suhu: 370c, Nadi: 85, RR: 20x/menit. Infus D5 % drip
analgetik ,terpasang RL drip oxytocin,terpasang mgSO4. Pada pemeriksaan fisik ada
hiperpigmentasi pada aerola mamae, puting susu menonjol dan bersih, kolostrum
kanan+/kiri+, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, luka operasi tertutup kasa
steril, pengeluaran lochea rubra, terpasang dower cateter, produksi urine (+1) jumlah urine
300 cc. Hb 11 gr%, Trombosit 274.000/mm²,hematokri 35%.
Darihasil pengkajian pada Ny.E.P dapat ditentukan diagnosa yaitu ibu nifas Post SC
atas indikasi PEB dan masalah yang dialami ibu yaitu nyeri pada luka jahitan operasi. Pada
kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktik.
4.1.3 Antisipasi Masalah Potensial
Langkah ketiga, menurut Mengkuji, dkk. 2008 pada langkah ini, kita
mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan
masalah yang sudah teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan
antisipasi agar diagnosis atau masalah tersebut benar-benar terjadi. Menurut Robson (2011)
komplikasi yang dapat terjadi pada masa nifas antara lain bisa terjadi perdarahan dibawah
kapsula hati yang dapat mengakibatkan terjadinya rubtur kapsula, hemoperitoneum,
eklampsia atau kejang, syok dan mengarah ke kematian ibu. Diagnosa yang mungkin terjadi
pada ibu nifas post SC adalah perdarahan dan eklampsia. Pada analisa masalah potensial
yang terjadi tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
Rasional : hal ini sesuai dengan robson, (2012), magnesium sulfat harus
dipertimbangkan dengan untuk ibu dengan preeclampsia berat dapat mengurangi
resiko kejang sekitar 58%. Magnesium sulfat dalah terapi baru pertama 4
gram dengan infus IV lambat dan dianjurkan dengan infus 1 gram/jam selama
24 jam.
c. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini
Rasional : menurut medforth (2010), salah satu resiko untuk tromboelisme adalah
prosedur bedah selama kehamilan atau periode pascanatal. Upaya untuk
mencegah tromboebolik untuk menganjurkan ibu untuk mobilisasi segera
mungkin seperti gerakan kakinya, dan melakukan rotasi pergerakan kaki minimal
setiap jam.
d. Anjurkan ibu untuk minum dan makan
Rasional : menurut medforth (2010), ibu dianjurkan untuk minum banyak cairan
dan secara bertahap masukan diet ringan. Dokter bedah normalnya akan
memprogramkan asupan hanya air sampai bising usus kembali dalam 24-48 jam
setelah pembedahan.
4.1.6 Pelaksanaan
Langkah keenam, menurut Mengkuji dkk. 2008, pada langkah ini, kegiatan yang
dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5 secara
aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang
lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi ini, bidan harus berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan harus bertanggung jawab atas
terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.
Pada kasus ini pelaksanaan asuhan yang telah dilakukan yaitu
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga, Menginformasikan
hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga. Mengobservasi tanda-tanda vital, kontraksi
uterus, TFU, kandung kemih, dan perdarahan.
b. Menganjurkan ibu untuk mobilisas dini
5.1. Kesimpulan
1. Preeklampsia atau keracunan kehamilan sering juga disebut toksemia yaitu suatu
kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil tapi tak terjadi pada wanita yang
tidak hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti
oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia
juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan.
2. Pre-eklamsia berat merupakan suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg dan atau lebih dengan disertai proteinuria dan
atau edema pada kaki dan wajah. Hal ini terjadi pada usia kehamilan 20 minggu atau
lebih. Eklamsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan dan
atau pada masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat
kelainan neurologik) dan koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala- gejala
pre-klamsia.
3. Penatalaksanaan awal PEB pada Ibu inpartu dengan preeklamsia harus diberikan
MgSO4 supaya tidak terjadi hal buruk yaitu eklamsia .Karena jika ibu dibiarkan
eklamsia akan berbahaya bagi ibu dan janinnya.
4. Upaya penatalaksanaan komplikasi kasus Ny.E P yaitu pemberian obat Cefotaxime
2x1gr, kalnex 3x1 ampul/IV, nifedipin 3x10mg, ranitidine,ketorolac, Pada ekstremitas
atas tangan kiri terpasang infus D5% drip analgetik 20tetes/menit, terpasang infus RL
drip oxytocin 20 IU 20 tetes/menit,tangan kanan terpasang infus RLdrip mgSO4 40%
6 gram 28tetes/menit. dan melakukan perawatan luka operasi
5. Upaya pencegahan komplikasi kasus Ny.E P yaitu pemberian obat anti hipertensi,
pemberian antikosulvan, Pemberian cefotaxime melalui IV bolus, induksi oksitosin,
pemantauan ketat ttv, kolaborasi dengan pihak terkait. Pemberian obat antikejang
pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang (eklampsia). Obat
yang digunakan sebagai antikejang antara lain diazepam, fenitoin, MgSO4
5.2. Saran
1. Bagi Masyarakat