Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MATA KULIAH FARMAKOLOGI


“Penggunaan Obat Pre eklamsia-Eklamsia pada Ibu Nifas”
Dosen : Triana Septianti Purwanto, S.SiT.,M.Keb

Disusun Oleh :
1. Fenti Iga mawarni P27824423171
2. Feby sischa P27824423169
3. Anastasia B.S Da Costa P27824423170
4. Ester Lusiana Siahaan P27824423165
5. Elviana P27824423163
6. Evi Agustina P27824423166
7. Farah Hanifah P27824423167
8. Fatimah Lailatul iffah P27824423168
9. Ervinawati P27824423164
10. Elly Maesha P27824423162

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini
merupakan tugas kelompok bagi mahasiswa prodi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Surabaya untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi. Oleh karna itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dwi Wahyu Wulan S., SST., M.Keb., selaku ketua jurusan kebidanan Kampus Poltekkes
Kemenkes Surabaya.
2. Dwi Purwanti S.Kp, SST.Bdn., M.Kes., selaku ketua prodi pendidikan Sarjana Terapan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
3. Triana Septianti Purwanto, S.SiT.,M.Keb., selaku dosen mata kuliah Farmakologi
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Seluruh pihak yang turut membantu dan kerja sama dalam menyelesaikan makalah
pada mata kuliah Farmakologi

Surabaya, 13 Februari 2024

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia pre-eklamsia dan eklamsia masih menjadi salah satu penyumbang
tertinggi penyebab utama kematian maternal dan perinatal. Pre-eklampsia dan eklampsia
merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama.
Pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan
dan kematian. Untuk dapat menegakan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang
teratur dengan memperhatikan pembengkakan pada muka dan ekstremitas, kenaikan berat
badan, kenaikan tekanan darah dan pemeriksaan urine untuk menentukan proteinuria.
Pre-eklampsia atau keracunan kehamilan sering juga disebut toksemia adalah suatu
kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil tapi tak terjadi pada wanita yang tidak
hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh
peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan pre-eklampsia juga akan
mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Pre-eklampsia umumnya muncul pada
pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal
masa kehamilan. Faktor resiko lain yang menjadi presdiposisi terjadinya kasus ini meliputi
hipertensi kronik, kelainan faktor pembekuan, diabetes, penyakit ginjal, usia ibu yang terlalu
tua atau terlalu muda, riwayat pre-eklamisa dalam keluarga.
Pre-eklamsia ringan ditimbulkan karena hipertensi disertai proteinuria dan atau
edema. Keadaan ini bisa timbul setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu pada penyakit
trofoblas.
Pre-eklamsia berat merupakan suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg dan atau lebih dengan disertai proteinuria dan atau
edema pada kaki dan wajah. Hal ini terjadi pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih.
Eklamsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan dan atau pada masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan
koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala- gejala pre-eklamsia.
Di Indonesia program untuk ibu hamil dalam mengurangi angka kematian pada ibu
hamil dan bayi salah satunya ialah ANC. ANC adalah suatu program yang terencana berupa
observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. ANC yang dilakukan secara teratur
dan rutin merupakan cara yang paling tepat dan penting untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi dini ibu dengan kehamilan normal. Ibu hamil
sebaiknya mengunjungi dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan ANC. Sebagai tenaga medis selain memperhatikan cara melakukan
deteksi dini pada preeklamsia dan eklamsia juga harus memperhatikan penanganan
pengobatan secara medis sesuai SOP dalam menangani preekalmsia dan eklamsia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pre-eklamsia dan eklamsia?
2. Apa saja macam- macam obat pre-eklamsia dan eklamsia?
3. Bagaimana cara kerja/ khasiat obat pre-eklamsia dan eklamsia?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari obat pre-eklamsia dan eklamsia?
5. Bagaimana dosis yang digunakan dari obat pre-eklamsia dan eklamsia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud pre-eklamsia dan eklamsia
2. Untuk mengetahui macam- macam obat pre-eklamsia dan eklamsia
3. Untuk mengetahui cara kerja/ khasiat obat pre-eklamsia dan eklamsia
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari obat pre-eklamsia dan eklamsia
5. Untuk mengetahui dosis yang digunakan dari obat pre-eklamsia dan eklamsia
1.4 Manfaat
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah untuk dijadikan sebagai sumber
informasi dan bahan ajar dalam mata kuliah farmakologi pada ilmu kebidanan. Pada makalah
ini penulis dan pembaca dapat mengetahui apa pre-eklamsia dan eklamsia serta mengetahui
obat- obatan yang digunakan untuk menangani pre-eklamsia dan eklamsia.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Preeklampsia Masa Nifas

Preeklampsia atau keracunan kehamilan sering juga disebut toksemia adalah suatu
kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil tapi tak terjadi pada wanita yang tidak
hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh
peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan
mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada
pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal
masa kehamilan.

Selama masa nifas di hari ke-1 sampai 28, ibu harus mewaspadai munculnya gejala
preeklampsia. Jika keadaan bertambah berat bisa terjadi eklampsia, dimana kesadaran hilang
dan tekanan darah meningkat tinggi sekali, akibatnya pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi
oedema paru paru yang memicu batukberdarah. Semuanya ini bisa menyebabkan kematian

Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul
sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Pre eklampsia berat adalah
suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau
lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan
baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering
mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik
sebelum, saat atau setelah melahirkan. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil,
dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul
akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-
gejala pre eklampsia.

2.2 Macam-Macam Obat Pre Eklamsi-Eklamsi

Kategori obat-obatan antikonvulsan mencegah kambuhnya kejang dan mengakhiri


aktivitas klinik dan elektrik kejang.
1. Magnesium sulfat.
Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa magnesium sulfat merupakan drug
of choice untuk mengobati kejang eklamptik (dibandingkan dengan diazepam dan fenitoin).
Merupakan antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang kambuh dan
mempertahankan aliran darah ke uterus dan aliran darah ke fetus. Magnesium sulfat berhasil
mengontrol kejang eklamptik pada >95% kasus. Selain itu zat ini memberikan keuntungan
fisiologis untuk fetus dengan meningkatkan aliran darah ke uterus.
2. Fenitoin
Fenitoin telah berhasil digunakan untuk mengatasi kejang eklamptik, namun diduga
menyebabkan bradikardi dan hipotensi. Fenitoin bekerja menstabilkan aktivitas neuron
dengan menurunkan flux ion di seberang membran depolarisasi. Keuntungan fenitoin adalah
dapat dilanjutkan secara oral untuk beberapa hari ampai risiko kejang eklamtik berkurang.
Fenitoin juga memiliki kadar terapetik dan penggunaannya dalam jangka pendek sampai
sejauh ini tidak memberikan efek samping yang buruk pada neonates.
3. Diazepam

Telah lama digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pada kejang


eklamptik. Mempunyai waktu paruh yang pendek dan efek depresi SSP yang signifikan.

4. Hidralazin
Merupakan vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan takikardi dan
peningkatan cardiac output.Hidralazin membantu meningkatkan aliran darah ke uterus dan
mencegah hipotensi. Hidralazin dimetabolisir di hati. Dapat mengontrol hipertensi pada 95%
pasien dengan eklampsia.
5. Labetalol

Merupakan beta-bloker non selektif. Tersedia dalam preparat IV dan per oral.
Digunakan sebagai pengobatan alternatif dari hidralazin pada penderita eklampsia. Aliran
darah ke uteroplasenta tidak dipengaruhi oleh pemberian labetalol IV.

6. Nifedipin

Merupakan Calcium Channel Blocker yang mempunyai efek vasodilatasi kuat


arteriolar. Hanya tersedia dalam bentuk preparat oral.
7. Klonidin

Merupakan agonis selektif reseptor 2 (2-agonis). Obat ini merangsang adrenoreseptor


2 di SSP dan perifer, tetapi efek antihipertensinya terutama akibat perangsangan reseptor 2 di
SSP.

2.3 Cara Kerja/Khasiat Obat Pre Eklamsi-Eklamsi

1. Untuk menghentikan dan mencegah kejang


2. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi
3. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
4. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin
5. Pengobatan Konservatif Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul
kejang-kejang lagi maka dapat diberikan obat anti kejang (MgSO4).
6. Pengobatan Obstetrik
1) Sikap dasar: Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan atau tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin
2) Bilamana diakhiri, maka kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan)
kondisi dan metabolisme ibu. Setelah persalinan, dilakukan pemantauan ketat untuk
melihat tanda-tanda terjadinya eklampsia. 25% kasus eklampsia terjadi setelah
persalinan, biasanya dalam waktu 2 – 4 hari pertama setelah persalinan. Tekanan
darah biasanya tetap tinggi selama 6 – 8 minggu. Jika lebih dari 8 minggu tekanan
darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-
eklampsia.

2.4 Indikasi Dan Kontraindikasi Obat Pre Eklamsi-Eklamsi

1. Indikasi

Kejang bronkus pada semua jenis asma bronkial, bronkitis kronis dan emphysema,
Hipertensi, dapat digunakan tunggal atau kombinasi dengan deuritika golongan tiazi, ibu usia
kehamilan 37 minggu atau lebih adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia,
kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan
desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak
ada perbaikan).

2. Kontra indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini, hamil dan laktasi, anak.

2.5 Dosis Yang Digunakan Obat Pre Eklamsi-Eklamsi

1. Magnesium sulfat
Inisial: 4-6 g. IV bolus dalam 15-20 menit; bila kejang timbul setelah pemberian bolus,
dapat ditambahkan 2 g. IV dalam 3-5 menit. Kurang lebih 10-15% pasien mengalami
kejang lagi setelah pemberian loading dosis. Dosis rumatan: 2-4 g./jam IV per drip. Bila
kadar magnesium > 10 mg/dl dalam waktu 4 jam setelah pemberian per bolus maka dosis
rumatan dapat diturunkan. Pada Magpie Study, untuk keamanan, dosis magnesium
dibatasi. Dosis awal terbatas pada 4 g. bolus IV, dilanjutkan dengan dosis rumatan 1
g./jam. Jika diberikan IM, dosisnya 10 g. dilanjutkan 5 g. setiap 4 jam. Terapi diteruskan
hingga 24 jam.
2. Fenotinin
Dosis awal: 10 mg/kgbb. IV per drip dengan kecepatan < 50 mg/min, diikuti dengan dosis
rumatan 5 mg/kgbb. 2 jam kemudian.
3. Diazepam
Dosis : 5 mg IV
4. Hidralazin
Dosis: 5 mg IV ulangi 15-20 menit kemudian sampai tekanan darah <110 mmHg. Aksi
obat mulai dalam 15 menit, puncaknya 30-60 menit, durasi kerja 4-6 jam
5. Labetalol
Dosis: Dosis awal 20 mg, dosis kedua ditingkatkan hingga 40 mg, dosis berikutnya hingga
80 mg sampai dosis kumulatif maksimal 300 mg; Dapat diberikan secara konstan melalui
infus; Aksi obat dimulai setelah5 menit, efek puncak pada 10-20 menit, durasi kerja obat
45 menit sampai 6 jam.
6. Nifedipin
Dosis: 10 mg per oral, dapat ditingkatkan sampai dosis maksimal 120 mg/ hari.
7. Klonidin
Dosis: dimulai dengan 0.1 mg dua kali sehari; dapat ditingkatkan 0.1-0.2 mg/hari sampai
2.4 mg/hari.Penggunaan klonidin menurunkan tekanan darah sebesar 30-60 mmHg,
dengan efek puncak 2-4 jam dan durasi kerja 6-8 jam. Efek samping yang sering terjadi
adalah mulut kering dan sedasi, gejala ortostatik kadang terjadi. Penghentian mendadak
dapat menimbulkan reaksi putus obat.
2.6 Efek Samping Dan Cara Mengatasi
1. Penanganan Aktif
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar
bersalin. Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria
ini:
 Ada tanda-tanda impending eklampsia
 Ada hellp syndrome
 Ada kegagalan penanganan konservatif
 Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
 Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit. Pengobatan medisinal : diberikan obat anti
kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian
MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit).

Syarat pemberian MgSO4 :

 Frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit


 Tidak ada tanda-tanda gawat napas
 Diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya
 Refleks patella positif.
MgSO4 dihentikan bila : ada tanda-tanda intoksikasi atau setelah 24 jam pasca persalinan
atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata.

Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%,
diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik
lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg. Obat yang dipakai
umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat
diberi tambahan 10 mg lagi.Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan
induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2.
Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi partus
pervaginam. Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau
cunam.
2. Penangana Konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia
dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.

Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah
24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan
harus segera dilakukan terminasi. Obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. Bila
ada indikasi, langsung terminasi. Oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit(Wahyuni, 2018)

2.7 Menghitung Dosis Obat

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung dosis obat antara lain:
(Yumni, 2023)

1. Berat badan: Dengan cara mengalikan berat badan pasien tersebut dengan dosis obat,
maka akan diperoleh dosis obat untuk pasien tersebut.
2. Luas permukaan tubuh: Menentukan titik potong pada skala nomogram antara tinggi
badan dengan berat badan seseorang, maka akan didapat luas permukaan tubuh dalam
meter persegi.
3. Umur pasien: Untuk pasien anak-anak bisa berdasarkan umur dalam tahun, umur dalam
bulan, atau berdasarkan umur pada ulang tahun yang akan datang. Ada juga perhitungan
dosis obat untuk anak- anak berdasarkan berat badan baik kilogram atau dalam pon.
Perhitungan dosis obat untuk anak-anak berdasarkan umur sebagai berikut:
1) Rumus young, untuk anak-anak usia 1-8 tahun. Rumusnya sebagai berikut:
Dosis anak = n (tahun) x Dosis dewasa
n(tahun) + 12
Dimana n adalah umur dalam tahun
2) Sedangkan anak-anak yang berumur diatas 8 tahun menggunakan rumus Dilling
sebagai berikut :
Dosis anak = n (tahun) x Dosis Dewasa
20
3) Rumus cowling's
Dosis anak = n (tahun) x Dosis Dewasa
24
4) Rumus Fried
Rumus fried digunakan untuk menghitug dosis obat pada bayi kurang dari satu
tahun
Dosis anak = n (bulan) x Dosis Dewasa
150

Umumnya efek obat mempunyai aksi lebih dari satu, dan dapat berupa :

1 Efek terapi, yang merupakan satu-satunya pada letak primer. Ada 3 macam pengobatan
terapi, yaitu terapi kausal (obat yang meniadakan penyebab penyakit), terapi somtomatik
(obat yang menghilangkan gejala penyakit), terapi subtitusi (obat yang menggantikan zat
yang lazim dibuat oleh orang yang sakit).
2 Efek samping, efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan efek terapi dan ikut pada
kegunaan terapi.
3 Efek teratogen, efek obat yang pada dosis terapi untuk ibu mengakibatkan cacat pada
janin
4 Efek toksis, aksi tambahan dari obat yang lebih berat dari efek samping dan mempunyai
efek yang tidak diinginkan
5 Toleransi, peristiwa dinaikkannya dosis obat terus menerus untuk mencapai efek
teraupetis yang sama
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

A. Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 05 April 2017


Pukul : 11.20 WITA
Tempat : RSUD Prof. Dr.W. Z Johannes Kupang

3.1.1. Data Subyektif

1. Identitas

Nama Ibu : Nn. E Nama Suami : Tn. H


Umur : 33 th Umur : 35 th
Agama : Katolik Agama : Katolik
Suku/bangsa : Flores/Indonesia Suku/bangsa : Flores/Indonesia
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Nomor Telepon : 08155xxxxxxxxxx Nomor Telepon : 0812xxxxxxxxx
Alamat : Walikota Alamat : Walikota
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan telah melahirkan anak kedua pada tanggal 5 April 2017 jenis kelamin
laki-laki dengan berat badan 2100 gram, dan ibu mengatakan nyeri pada luka bekas jahitan
operasi.

3. Riwayat Pernikahan
1) Usia pertama menikah : 27 tahun
2) Lama pernikahan : 6 tahun
3) Status pernikahan : sah
4) Pernikahan ke :2
4. Riwayat KB
Ny.E.P. menggunakan KB suntik 3 bulan, lamanya 3 tahun dan tidak memiliki keluhan
5. Latar belakang Sosial dan Budaya
Didalam keluarga ibu tidak ada makanan pantangan maupun pantangan seksual yang
berhubungan dengan masa nifas. Keluarga sangat mendukung ibu dengan selalu menemani
sampai dengan proses operasi selesai.
6. Aktivitas
1) Status gizi : ibu belum di perbolehkan makan dan minum, terpasang kateter dengan
urine bag, jumlah urine 300 cc, berwarna kuning, dan belum buang air besar.
2) Mobilisasi : ibu mengatakan masih sulit untuk menggerakkan kedua tangan dan kaki
3) Personal hygine : setelah operasi suami/ keluarga yang membantu ibu untuk
melakukan perawatan diri

3.1.2. Data Obyektif


1. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Belum penuh
2) Tanda tanda Vital
(1) Tekanan Darah : 160/100 mmHg
(2) Nadi : 85x/menit
(3) Suhu : 370c
(4) RR : 20x/menit
2. Pemeriksaan Fisik

Mata : Konjungtiva merah muda dan sklera putih


Hidung : Tidak ada sekret
Mulut : Bibir lembab, tidak ada karies gigi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada pembesaran limfe
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, pernapasan teratur
Payudara : Simetris,aerola mamae terdapat hyperpigmentasi pada payudara kiri dan
kanan, puting susu menonjol, ada colostrum kanan+/kiri+
Abdomen : terdapat luka jahitan tertutup kasa steril
Involusi uterus : baik
Kontraksi uterus : baik
TFU : 2 jari bawah pusat.
Lochea : Rubra berwarna merah segar
Anus : Tidak Haemoroid
Ekstremitas atas : tangan kiri terpasang infus D5 % drip analgetik 20tetes/menit, terpasang
infus RL drip oxytocin 20 IU 20 tetes/menit,tangan kanan terpasang infus RLdrip mgSO 4 40%
6 gram 28tetes/menit.
Ekstremitas bawah : terdapat oedema pada kedua kaki, dan tidak ada varises, dan terpasang
DC dengan jumlah urine 300 cc.
3. Pemeriksaan Penunjang

Hb : 11 gr%,

Proteinuria : 100mg/dl(+1)

Trombosit : 274.000/mm²

Hematokrit : 35%

4. Terapi yang diberikan


Cefotaxime : 3x1 gr/iv
Ranitidine : 2x 50 mg/ iv
Tranexamic acid : 3x500mg/iv
Ketorolac : 3x30 mg/iv
Nifedipin : 3x10 gr/iv
5. Analisa Masalah dan Diagnosa
Ibu nifas post secsio caesarea atas indikasi Pre-eklampsia berat
6. Antisipasi Masalah Potensial

Antisipasi masalah potensial yang dapat terjadi pada ibu nifas Post SC atas indikasi
Pre-eklampsia berat adalah terjadinya eklampsia, perdarahan, dan infeksi pada luka
operasi.
7. Tindakan Segera
1) Observasi Keadaan Umum,TTV, Kontraksi Uterus, Perdarahan, Tanda tanda Infeksi

2) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi (pada ekstremitas atas


terpasang D5 % drip analgetik 20 tetes/menit,terpasang RL drip oxytocin 20 iu
20 tetes/menit, terpasang RL drip mgSO4 28 tetes/menit).
8. Perencanaan
1) Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
Rasional
2) Observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus, TFU, kandung kemih, dan perdarahan
Rasional
3) Mengidentifikasi tanda-tanda patologis yang mungkin terjadi.Observasi tanda-tanda
eklampsia
Rasional
4) Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu boleh minum setelah 6 jam pasca operasi
dan makan setelah ibu buang angin
Rasional
5) Anjurkan ibu untuk istrahat yang cukup dan teratur
Rasional
6) Membantu ibu untuk mobilisasi dini
7) Menjelaskan pada ibu untuk mengonsumsi makanan yag bergizi dan rendah garam
Rasional
8) Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang tanda bahaya pre eklamsia
Rasional
9) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dan layani injeksi cefotaxime 3x1
gr, kalnex 3x500mg, nifedipin 3x10 mg,ranitidin 2x50mg/ml,cetorolac 2x30 mg/mL
Rasional
10) Pantau tanda-tanda infeksi dan perawatan luka operasi rasional
Rasional
9. Pelaksanaan
1) Pada pukul 12.15 wita : Menginformasikan pada ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan: ibu dan keluarga mengerti dan menerima penjelasan yang diberikan
2) Pukul 12.30 wita : Mengobservasi Tanda-tanda Vital masa nifas dan keadaan umum
ibu,kesadaran : composmentis, TD:160/100 mmHg, Suhu : 370c, Nadi : 85x/menit,
RR : 20x/menit, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, PPV sedikit,luka
operasi tertutup kasa steril.
3) Pukul 12.45 wita : Menjelaksan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu diperbolehkan
minum air hangat sedikit setelah 6 jam pasca operasi dan makan makanan lunak
sesudah ibu buang angin
4) Pukul 13.00 wita : Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi,
cefotaxime 3x1 gr/iv,tranexamic acid 3x500 mg/iv, ranitidine 2x50 mg/iv, ketorolac
3x30 mg/iv, nifedipin 3x10mg/ iv.kolaborasi telah dilakukan.
5) Pukul 16.00 wita : Melayani pemberian terapi yaitu tranexamic acid 3x500mg/iv, telah
dilakukan
6) Pukul 16.15 wita : Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya preeclampsia berat seperti
sakit kepala hebat, nyeri epigastrium, penglihatan kabur,ibu mengerti dengan
informasi yang diberikan
7) Pukul 16.30 wita : Menjelaskan pada suami dan keluarga untuk membantu ibu
melakukan personal hygiene menggunakan air hangat, suami dan keluarga bersedia
mengikuti anjuran dan mau melakukannya
8) Pukul 16.55 wita : Memberitahu ibu dan keluarga menjaga luka operasi jangan sampai
terkena air atau basah, ibu dan keluarga mengerti dengan informasi yang diberikan.
9) Pada pukul 17.00 wita : Mengobservasi TTV, yaitu kontraksi uterus,TFU,PPV, TD :
150/100 mmHg, suhu : 36,8oC, RR: 18x/menit, nadi :88x/menit,luka operasi tertutup
kasa steril,kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, PPV sedikit
10) Pukul 17.30 wita : Membantu ibu untuk personal hyegen pasien telah dimandikan
11) Pukul 17.45 wita : Menjelaskan pada ibu untuk istirahat yang cukup yaitu istirahat
malam ± 7-8 jam/hari
12) Pukul 18.20 wita : Membantu ibu untuk menyusui bayinya telah dilakukan
13) Pukul 18.30 wita : Mengobservasi infus RL drip mgSO4 40% 6 gr flass 1 telah habis,
telah diganti mgSO4 flass 2 dengan 28 tetes/menit.20.10 wita mengobserasi by pas
D5% drip analgetik habis sesuai instruksi dokter untuk mengaaff D5%.
14) Pada pukul 22.00 wita : Mengobservasi keadaan umum ibu TD :150/90 mmHg, suhu :
36,8oC, RR: 19x/menit, N: 82x/menit, luka operasi tertutp kasa steril, kontraksi uterus
baik, TFU 2 jari dibawah pusat, PPV sedikit.
15) Pukul 24.00 wita : Melayani obat injeksi cefotaxime 3x1 gr/iv
16) Pukul 01.10 wita : Mengobservasi infus RL drip mgSO4 40% 6 gr flass 2 habis telah
diganti dengan infus RL drip mgSO4 flass 3.
17) Pukul 05.00 wita : Mengobservasi keadaan umum ibu yaitu TD : 150/100mmHg, suhu
: 36,8oC, Nadi:88x/menit , RR : 18x/menit, luka operasi tertutup kasa steril, kontraksi
uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, PPV sedikit.
18) Pukul 06.00 wita : Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
10. Evaluasi
A. Pada tanggal 6 April 2017
- Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
- Menjelaskan tentang tanda baya preeclampsia berat
- Membantu ibu untuk melakukan personal hygiene,mejelaskan kepada ibu untuk
menjaga bekas luka operasi agar tidak terkena air atau basah
- Kolaborasi dengan dokter memberikan terapi pada ibu yaitu tranexamic acid,
ranitidine, ketorolac, cefotaxime, nifedipin
- Dan pasien sudah sadar penuh dan diperbolehkan untuk makan makanan yang lunak
seperti bubur dan minum air hangat atau teh.
B. Pada tanggal 7 april 2017
- Menginformasikan hasil pemeriksaan, memenuhi kebutuhan nutrisi ibu
- Menjelaskan kepada ibu untuk tetap menjaga personal hygene
- Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin atau setiap 2 jam
- Menganjurkan ibu untuk istirahat, ibu mendapat terapi obat injeksi dan oral
cefotaxime 3x1 gr/iv, ketorolac 3x30 mg/iv,nifedipin 10 mg/ oral, dan ibu sudah bisa
berjalan ke kamar mandi sendiri.
C. Pada tanggal 8 April 2017
- Melakukan perawatan luka
- Menjelaskan kepada ibu setelah 42 hari pasca persalinan untuk menggunakan alat
kontrasepsi non hormonal,menyiapkan obat ibu untuk pulang obat yang diberikan
asam mefenamat 3x500 mg, cefadroxil 2x500 mg, nifedipin 3x10mg, vitamin B com
2x1.
BAB 4
PEMBAHASAN

Dalam bab ini kami akan membahas mengenai asuhan kebidanan dengan pendekatan
manajemen kebidanan pada Ny E.P umur 33 tahun dengan preeclampsia berat di ruangan
sasando RSUD Prof DR. W.Z Johannes Kupang tanggal 05- April- 2017, mulai dari
pengkajian, interprestasi data dasar, antisipasi masalah potensial, tindakan segera,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
4.1.1 Pengkajian
Menurut Mengkuji, dkk. 2008, pada langkah pertama kegiatan yang dilakukan
adalah pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain berupa keluhan klien, riwayat
kesehatan klien, pemeriksaan fisik secara kengkap sesuai dengan kebutuhan, meninjau catatan
terbaru atau catatan sebelumnya, dan meninjau data laboratorium. Pada langkah ini,
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap.
a. Data subyektif
Pada kasus data subyektif keluhan utama ibu mengatakan nyeri pada luka operasi,
Operasi dilaksanakan pada tanggal 05 April 2017, menurut (Jitowiyono, 2010) melahirkan
dengan cara Sectio Caesarea, pada ibu post operasi keluhan yang biasa muncul adalah
gangguan rasa nyaman karena nyeri akut yang berhubungan dengan trauma pembedahan.
Riwayat kesehatan saat ini , ibu mengalami kenaikan tekanan darah dan bengkak pada kedua
kaki, atas indikasi pre-eklampsia berat .hal ini sesuai Nugroho (2010), tanda dan gejala
preeclampsia berat dalah pusing dan edema pada kedua tungkai kaki,dinding perut,wajah.
Sedangkan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
b. Data objektif

Data objektif adanya kenaikan tekanan darah 160/100 mmHg pada pemeriksaan
laboratorium diketahui protein urine +1 Trombosit 274.000/mm²,hematokri 35%. Hal ini
sesuai Sarwono (2007), gejala dan tanda preeclampsia yaitu tekanan darah sistolik > 160
mmHg, tekanan darah diastolic <110 mmHg , proteinuria > 3 gram/ liter,nyeri kepala yang
hebat, oedema pada kaki, tangan dan kelopak mata. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
4.1.2 Interprestasi Data Dasar
Langkah kedua, menurut Mengkuji, dkk. 2008, pada langkah ini, kegiatan yang
dilakukan adalah menginterprestasikan semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga
ditemukan diagnosis atau masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam
lingkup praktik kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan
perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien ditemukan dari hasil pengkajian.
Diagnosa kebidanan pada kasus ibu nifas post SC atas indikasi Preeklampsia Berat
ditegakkan sesuai data berikut ini:
a. Data subjektif yaitu ibu mengatakan nyeri pada luka operasi.

Data objektif keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, pemeriksaan tanda-
tanda vital 160/100 mmHg, Suhu: 370c, Nadi: 85, RR: 20x/menit. Infus D5 % drip
analgetik ,terpasang RL drip oxytocin,terpasang mgSO4. Pada pemeriksaan fisik ada
hiperpigmentasi pada aerola mamae, puting susu menonjol dan bersih, kolostrum
kanan+/kiri+, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, luka operasi tertutup kasa
steril, pengeluaran lochea rubra, terpasang dower cateter, produksi urine (+1) jumlah urine
300 cc. Hb 11 gr%, Trombosit 274.000/mm²,hematokri 35%.
Darihasil pengkajian pada Ny.E.P dapat ditentukan diagnosa yaitu ibu nifas Post SC
atas indikasi PEB dan masalah yang dialami ibu yaitu nyeri pada luka jahitan operasi. Pada
kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktik.
4.1.3 Antisipasi Masalah Potensial
Langkah ketiga, menurut Mengkuji, dkk. 2008 pada langkah ini, kita
mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan
masalah yang sudah teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan
antisipasi agar diagnosis atau masalah tersebut benar-benar terjadi. Menurut Robson (2011)
komplikasi yang dapat terjadi pada masa nifas antara lain bisa terjadi perdarahan dibawah
kapsula hati yang dapat mengakibatkan terjadinya rubtur kapsula, hemoperitoneum,
eklampsia atau kejang, syok dan mengarah ke kematian ibu. Diagnosa yang mungkin terjadi
pada ibu nifas post SC adalah perdarahan dan eklampsia. Pada analisa masalah potensial
yang terjadi tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

4.1.4 Tindakan Segera


Langkah keempat, menurut Mengkuji, dkk. 2008, pada langkah ini yang dilakukan
bidan adalah mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi klien. Pada Ny.E.P post SC dengan pre-eklampsia berat dilakukan kolaborasi
dengan dokter dalam pemasangan infus RL drip mgSO4 40% 6 gr, 28 tetes/menit/24 jam.
Hal ini sesuai dengan Robson (2012), magnesium sulfat harus dipertimbangkan dengan
untuk ibu dengan preeclampsia beratdapat mengurangi resiko kejang eklampsi sekitar 58%.
Magnesium sulfat adalah terapi baru pertama 4 gram dengan infus/IV lambat dan dianjurkan
dengan infus 1 gram/jam selama 24 jam.
4.1.5 Perencanaan
Langkah kelima, menurut Mengkuji dkk. 2008, pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi
klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan
diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling dan apakah perlu merujuk
klien. Setiap asuhan yang direncanakan harus disetujui oleh kedua bela pihak, yaitu bidan
dan pasien.
a. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Rasional : menurut medforth, (2011) observasi selama perawatan di ruang
pascanatal yaitu tekanan darah, denyut nadi, inspeksi luka, kehilangan darah
pervaginam, dan suhu tubuh.
b. Kolaborasi dengan dokter pemberian mgSO4 secara IV

Rasional : hal ini sesuai dengan robson, (2012), magnesium sulfat harus
dipertimbangkan dengan untuk ibu dengan preeclampsia berat dapat mengurangi
resiko kejang sekitar 58%. Magnesium sulfat dalah terapi baru pertama 4
gram dengan infus IV lambat dan dianjurkan dengan infus 1 gram/jam selama
24 jam.
c. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini
Rasional : menurut medforth (2010), salah satu resiko untuk tromboelisme adalah
prosedur bedah selama kehamilan atau periode pascanatal. Upaya untuk
mencegah tromboebolik untuk menganjurkan ibu untuk mobilisasi segera
mungkin seperti gerakan kakinya, dan melakukan rotasi pergerakan kaki minimal
setiap jam.
d. Anjurkan ibu untuk minum dan makan
Rasional : menurut medforth (2010), ibu dianjurkan untuk minum banyak cairan
dan secara bertahap masukan diet ringan. Dokter bedah normalnya akan
memprogramkan asupan hanya air sampai bising usus kembali dalam 24-48 jam
setelah pembedahan.
4.1.6 Pelaksanaan
Langkah keenam, menurut Mengkuji dkk. 2008, pada langkah ini, kegiatan yang
dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5 secara
aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang
lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi ini, bidan harus berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan harus bertanggung jawab atas
terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.
Pada kasus ini pelaksanaan asuhan yang telah dilakukan yaitu
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga, Menginformasikan
hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga. Mengobservasi tanda-tanda vital, kontraksi
uterus, TFU, kandung kemih, dan perdarahan.
b. Menganjurkan ibu untuk mobilisas dini

c. Menganjurkan ibu untuk melakukan personal hygine.

d. Menganjurkan ibu untuk istrahat yang cukup dan teratur.

e. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi yaitu Cefotaxime


2x1gr, kalnex 3x1 ampul/IV, nifedipin 3x10mg, ranitidine,ketorolac, Pada
ekstremitas atas tangan kiri terpasang infus D5% drip analgetik 20tetes/menit,
terpasang infus RL drip oxytocin 20 IU 20 tetes/menit,tangan kanan terpasang infus
RLdrip mgSO4 40% 6 gram 28tetes/menit. dan melakukan perawatan luka operasi.
4.1.7 Evaluasi
Langkah ketujuh menurut Mengkuji, dkk. 2008 Pada langkah terakhir ini yang
dilakukan oleh bidan adalah melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,
yang mencangkup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah sudah benar-benar
terlaksana/terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan
diagnosis.Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui
mengapa proses manajemen ini tidak efektif.
a. Evaluasi pada tanggal 05 April 2017
Keadaan umum ibu baik, kesadarancomposmentis,TD : 160/100 mmHg, S : 37OC,
RR : 20x/menit, Nadi : 85x/menit.
b. Evaluasi pada tanggal 06 april 2017
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD : 130/100 mmHg, N :
80x/menit RR : 20x/menit, S : 36,3OC.
c. Evaluasi pada tanggal 07 april 2017
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD : 150/100 mmHg, S
:36,8oC, RR : 18x/menit, N :80x/menit.
d. Evaluasi pada tanggal 08 april 2017
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 130/90 mmHg, N : 82x/menit,
RR: 20x/menit, S : 36,7oC, tidak ada tanda-tanda infeksi, ibu sudah dilakukan
perawatan luka, serta ibu diperbolehkan untuk pulang kerumah, setelah dokter
melakukan visite. Hal ini sesuai dengan SOP (Standar Operasi Prosedur) yang
dijelaskan bidan jaga di ruang Sasando RSUD Prof. W,Z Johannes yaitu perawatan
luka dilakukan pada hari ketiga atau sebelum ibu pulang kerumah.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan pada BAB sebelumnya, maka dapat disimpulkan


beberapa hal sebagai berikut :

1. Preeklampsia atau keracunan kehamilan sering juga disebut toksemia yaitu suatu
kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil tapi tak terjadi pada wanita yang
tidak hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti
oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia
juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan.
2. Pre-eklamsia berat merupakan suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg dan atau lebih dengan disertai proteinuria dan
atau edema pada kaki dan wajah. Hal ini terjadi pada usia kehamilan 20 minggu atau
lebih. Eklamsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan dan
atau pada masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat
kelainan neurologik) dan koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala- gejala
pre-klamsia.

3. Penatalaksanaan awal PEB pada Ibu inpartu dengan preeklamsia harus diberikan
MgSO4 supaya tidak terjadi hal buruk yaitu eklamsia .Karena jika ibu dibiarkan
eklamsia akan berbahaya bagi ibu dan janinnya.
4. Upaya penatalaksanaan komplikasi kasus Ny.E P yaitu pemberian obat Cefotaxime
2x1gr, kalnex 3x1 ampul/IV, nifedipin 3x10mg, ranitidine,ketorolac, Pada ekstremitas
atas tangan kiri terpasang infus D5% drip analgetik 20tetes/menit, terpasang infus RL
drip oxytocin 20 IU 20 tetes/menit,tangan kanan terpasang infus RLdrip mgSO4 40%
6 gram 28tetes/menit. dan melakukan perawatan luka operasi
5. Upaya pencegahan komplikasi kasus Ny.E P yaitu pemberian obat anti hipertensi,
pemberian antikosulvan, Pemberian cefotaxime melalui IV bolus, induksi oksitosin,
pemantauan ketat ttv, kolaborasi dengan pihak terkait. Pemberian obat antikejang
pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang (eklampsia). Obat
yang digunakan sebagai antikejang antara lain diazepam, fenitoin, MgSO4

5.2. Saran

1. Bagi Masyarakat

a. Sebaiknya ibu merencanakan kehamilannya pada waktu yang tepat,


yaitu 20-35 tahun
b. Ibu hamil agar tidak melakukan aktifitas fisik yang terlalu berat
c. Sebaiknya ibu hamil menelusuri apakah dalam keluarganya
terdapat Riwayat preeklamsi keluarga agar dapat mencegah
terjadinya preeklamsi

2. Bagi instansi Kesehatan

a. Pada saat pelaksanaan kelas ibu hamil dan posyandu dapat


memberiksn KIE kepada ibu hamil tentang pentingnya mengurangi
aktifitas fisik tinggi, mengurangi stress, dan memberikan konseling
kepada ibu tentang masalas-masalah yang dihadapi
b. Melakukan penyuluhan tentang komplikasi pada masa kehamilan di
lingkungan kerja, seperti perusahaan-perusahaan atau industry
rumah tangga karna banyaknya ibu hamil yang bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, C. (2018). Farmakologi Kebidanan. In Egc.

Yumni, F. L. (2023). Buku Ajar Farmakologi (p. 2).

farmakologi kebidanan strada press (Wahyuni, 2018)

Anda mungkin juga menyukai