Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“ASKEP PADA IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMSI”

OLEH :

KELOMPOK 5

1. Elva Murni
2. Rika Oktavia Putri
3. Pelia Peltresia

Dosen Pembimbing :

Yessi Andriani, M.Kep.Sp.Kep.Mat

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


PRODI SARJANA KEPERAWATAN NON REGULER
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASKEP PRE EKLAMSI”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah KeperawatanMaternitas.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan semaksimalnya. Terlepas dari semua itu,
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini dengan baik dan benar.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Konsep Keluarga yang telah
kami susun dapat memberikan manfaat.
        

Padang, 19 Oktober 2021

Mahasiswa
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Preeklamsi
B. Klasifikasi
C. Etiologi
D. Manifestasi Klinis
E. Patofisiolohi/woc
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
I. Konsep Dasar Askep

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan serta persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah dan hal yang sangat
dinanti setiap ibu yang sedang menunggu proses kelahiran bayinya. Meskipun
persalinan merupakan peristiwa fisiologis namun setiap proses persalinan yang
terjadi beresiko mengalami komplikasi selama persalinan. Hal tersebut dapat
memperburuk kondisi baik ibu maupun bayi selama persalinan berlangsung sehingga
berdampak terjadinya kematian pada ibu dan bayi (Winancy, 2019).

Preeklampsia sebagai salah satu komplikasi persalinan didefinisikan sebagai suatu


kumpulan gejala pada ibu hamil ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik
≥ 140/90 MmHg dan tingginya kadar protein pada urine (proteinuria) yang sering
muncul pada usia kehamilan ≥ 20 minggu. Kedua kriteria ini masih menjadi definisi
klasik preeklampsia, sedangkan untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria
diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal
(POGI, 2016).

Menurut Andriyani, (2012) dalam penelitiannya menyampaikan kejadian preeklampsi


di negara Amerika Serikat dilaporkan 23,6 kasus per 1000 kelahiran. Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia dalam buku Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran menyampaikan untuk

kejadian preeklampsi di Indonesia sebanyak 128.273/tahun atau sekitar 5,3% (POGI,


2016). Di Provinsi Lampung sendiri tercatat kasus preeklamsi sebanyak 59 kasus
sedangkan di Kabupaten Lampung Tengah sebesar 12,5% (Kurniasari, 2015).
B. Rumusan Masalah
Dari penyusunan makalah ini, penulis akan membahas rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Preeklamsi
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4. Manifestasi Klinis
5. Patofisiolohi/woc
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Penunjang
8. PenatalaksanaanKonsep Dasar Askep

C. Tujuan
1. Pengertian Preeklamsi
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4. Manifestasi Klinis
5. Patofisiolohi/woc
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Penunjang
8. PenatalaksanaanKonsep Dasar Askep
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Pre Eklampsia

A. Pengertian
Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam
masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuri, dan edema. Umumnya terjadi
pada trimester ke III (Prawirohardjo, 2006).
Kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya, atau
mencapai 140 mmHg atau lebih. Tekanan sistolik meningkat lebih 15 mmHg atau lebih
atau mencapai 90 mmHg.

B. Klasifikasi
1. Pre–eklamsia Ringan
 Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mm Hg dengan interval
pemeriksaan 6 jam
 Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam
 Kenaikan B 1 kg atau lebih dalam seminggu
 Proteinuria 0,3 gr atau urin aliran pertengahan
2. Pre–eklamsia Berat
Bila salah satu gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil sudah dapat digolongkan
pre- eklamsia berat :
 Tekanan darah 160/110 mmHg
 Oliguria, urin kurang dr 400cc/24 jam
 Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
 Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan pengelihatan, nyeri kepala,
edema paru dan sianosis, gangguan kesadaran

C. Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum diketahui secara pasti.
Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya kelainan pada plasenta,
yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di
dalam kandungan.
Teori lain menjelaskan preeklampsia sering terjadi pada Primigravida, Kehamilan Post
Matur /Post Term serta Kehamian Ganda. Berdasarkan teori teori tersebut preeklampsia
sering juga disebut“ Deseases Of Theory” . Beberapa landasan teori yang dapat
dikemukakan diantaranya adalah (Nuraini, 2011) :
1. Teori Genetik
Berdasarkan pada teori ini preeklampsia merupakan penyakit yang dapat diturunkan
atau bersifat heriditer, faktor genetik menunjukkan kecenderungan meningkatnya
frekuensi preeklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsia, serta
peran Renin-Angiotensin- Aldosteron-System (RAAS) dimana enzim renin
merupakan enzim yang dihasilkan oleh ginjal dan berfungsi untuk meningkatkan
tekanan darah bekerja sama dengan hormon aldosteron dan angiotensin lalu
membentuk sistem.
2. Teori Immunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul pada
kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna.
3. Teori Prostasiklin & Tromboksan
Pada preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi
penurunan produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat, aktifitas
penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin.
Trombin akan mengkonsumsi antitrombin mentebabkan pelepasan tromboksan dan
serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
Menurut Marianti (2017) selain Primigravida, Kehamilan Ganda serta Riwayat
Preeklampsia, beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan resiko preeklamsia
antara lain adalah :
 Malnutrisi Berat.
 Riwayat penyakit seperti : Diabetes Mellitus, Lupus, Hypertensi dan
Penyakit Ginjal.
 Jarak kehamilan yang cukup jauh dari kehamilan pertama.
 Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
 Obesitas.
 Riwayat keluarga dengan preeklampsia.

D. Manifestasi Klinis
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat,
peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih atau sering ditemukan
nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain
hipertensi, tanda klinis dan gejala lainnya dari preeklamsia adalah :
1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.
2. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.
3. Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
4. Edema Paru.
5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
6. Oligohidramnion

E. Patofiologi dan WOC


Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus,
lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah
akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan
air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena
retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Mokhtar, 1998).
F. Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan janin, namun
beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin adalah sebagai
berikut (Marianti, 2017) :

1. Bagi Ibu

 Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count),
adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, dan
rendahnya jumlah trombosit.

 Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai dengan


kejang-kejang.

 Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan fungsi


jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika mempunyai riwayat
preeklamsia.

 Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ


seperti, paru, ginjal, dan hati.

 Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan


karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan darah, atau
sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang menyebar karena protein tersebut
terlalu aktif.

 Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran


dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan
membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.

 Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah otak
akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika seseorang
mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena
adanya penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak mendapatkan
pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang
menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.

2. Bagi Janin
 Prematuritas.

 Kematian Janin.

 Terhambatnya pertumbuhan janin.

 Asfiksia Neonatorum.

G. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada preeklampsia adalah


sebagai berikut (Abiee, 2012) :

1. Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :

 Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk


wanita hamil adalah 12-14 gr %)

 Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).

 Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).

2. Urinalisis

 Ditemukan protein dalam urine

3. Pemeriksaan Fungsi hati

 Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).

 LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.

 Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

 Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT ) meningkat (N= 15-45 u/ml).

 Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31 u/l).

 Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)

4. Tes kimia darah

 Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)


5. Radiologi

 Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan


intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

 Kardiotografi ( Diketahui denyut jantung janin lemah.)

H. Penatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah sebagai berikut :
1. Tirah Baring miring ke satu posisi.
2. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ
3. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
4. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian cairan
infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam
5. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
6. Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).
7. Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi partus pada usia
kehamilan diatas 37 minggu
KONSEP DASAR ASKEP
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan. Suatu proses kolaborasi
melibatkan perawat, ibu, dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui
wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan
ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokan dan
dianalisis untuk mengetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan (Mitayani,
2009).
1. Biodata pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, alamat, dan nomor register.
2. Biodata penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
3. Riwayat kesehatan pasien
a) Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien untuk datang ke tempat pelayanan
kesehatan dan apa saja yang dirasakan pasien. Yang umumnya pasien datang
dengan keluhan nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual,
nyeri di epigastrium dan hiperrefleksia.
b) Riwayat kesehatan dahulu

 Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil

 Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan


terdahulu.

 Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.

 Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal ginjal kronis.

c) Riwayat kesehatan sekarang

 Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.

 Terasa sakit diuluhati/nyeri epigastrium.


 Mual dan muntah, tidak nafsu makan

 Gangguan serebral lainnya: refleks tinggi, dan tidak tenang.

 Edema pada ekstremitas

 Tengkuk terasa berat.

 Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Kemungkinan mempunyai riwayat preeklamsia dan eklamsia dalam keluarga.
5. Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau diatas 35
tahun.
6. Riwayat psikososiaL
Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien atau pasien perlu ditanyakan antara
lain : Jumlah anggota keluarga, dukungan materil dan moril yang didapat dari
keluarga, kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan, kebiasaan yang
merugikan kesehatan.

B. Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan preeklamsia adalah:


a. Data subyektif :
1) Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
2) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tekanan darah, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
3) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM.
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan.
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
b. Data Obyektif :
1) Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
2) Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
3) Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
4) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian
Magnesium sulfat (jika refleks +)
c. Pemeriksaan penunjang:
1) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 6 jam.
2) Laboratorium : proteinuria dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit
menurun, serum kreatinin meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
3) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
4) Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak.
5) USG ; untuk mengetahui keadaan janin.
6) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.
d. Pemeriksaan fisik biologis
1) Keadaan umum : lemah
2) Kepala : sakit kepala, wajah edema
3) Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina
4) Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan
muntah. Ekstremitas : edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.
5) Sistem persyarafan: hiperrefleksia, klonus pada kaki. Genitourinaria :
oliguria, proteinuria.
C. Diagnosa Keperawaan

Diagnosa Keperawatan SIKI SLKI


Nyeri b.d agen Setelah dilakukan Management Nyeri:
cidera fisik. tindakan keperawatan selama 1. Lakukan
3x24 jam diharapkan nyeri pengkajian nyeri secara
berkurang dengan kriteria komprehensif termasuk
hasil: lokasi, karakteristik, durasi,
1. Klien mengatakan nyeri frekuensi.
berkurang. 2. Observasi reaksi non
2. Klien tampak rileks. verbal dari Ketidak
3. Klien ampu nyamanan.
melakukan nafas dalam. 3. Tingkatkan istirahat.
Monitor tanda- tanda vital
4. Anjurkan teknik relaksasi.
5. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik.
Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan dalam
fisik berhubungan tindakan keperawatan selama mobilisasi.
dengan post sc 3x24 jam diharapkan klien 2. Latih pasien
dapat meningkatkan dan dalam pemenuhan kebutuhan
melakukan aktifitas sesuai ADL secara mandiri sesuai
kemampuan tanpa disertai kemampuan.
dengan nyeri. 3. Dampingi dan bantu
dengan kriteria hasil : pasien saat mobilisasi
1. Klien meningkat dalam dan bantu penuhi kebutuhan
aktivitas fisik. ADL.
2. Mengerti tujuan dari 4. Ajarkan pasien bagaimana
peningkatan mobilitas. merubah posisi dan berikan
3. Memverbalisasikan bantuan jika
perasaan dalam diperlukan.
meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah.
Resiko infeksi Setelah dilakukan Pertahankan teknik Aseptik.
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama 1. Cuci tangan sebelum
trauma jaaringan 3x24 jam di harapkan pasien dan sesudah melakukan
tidak mengalami infeksi dengan tindakan.
kriteria hasil : 2. Berikan terapi
1. Klien bebas dari tanda dan antibiotik.
gejala infeksi. 3. Tingkatkan intake nutrisi.
2. Menunjukkan kemampuan 4. Monitor tanda
untuk mencegah timbulnya dan gejala infeksi
infeksi. sistematik dan lokal.
3. Jumlah leukosit dalam 5. Dorong pasien istirahat
batas normal. yang cukup.
6. Dorong
masukan cairan oral dan
diet tinggi protein, vitamin
C dan zat besi.
Anjurkan klien untuk
melakukan perawatan luka
dan ganti verban.
Anjurkan klien untuk
menjaga luka
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklamsia adalah kondisi yang terjadi dan akibat dari tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol pada ibu hamil. Kondisi preeklamsia pada ibu hamil harus segera ditangani.
Jika tidak, kondisi preeklamsia dapat berkembang menjadi eklampsia dan memiliki
komplikasi yang fatal baik bagi ibu maupun bagi janinnya.
DAFTAR PUSTAKA
Indah, R. (2010). Konsep dasar asuhan Neonatus, bayi & balita.
Maryunani, A. (2016). Manajemen Kebidanan. Jakarta.
Sukarni, I. (2017). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko Tinggi.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai