Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS
PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Laboratorium Klinik Keperawatan (PLKK)


Maternitas dan Keperawatan Anak di Ruang Mawar
RS Nahdatul Ulama Mangir

Oleh :
HASMANDA SALSABILA
2019.02.015

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Maternitas “Pre Eklamsia Berat” Telah disetuji sebagai tugas individu
Praktik Laboratorium Klinik Keperawatan (PLKK) Program studi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu kesehatan Banyuwangi Periode 19 Juli 2021.

Nama Mahasiswa

Hasmanda Salsabila

NIM 2019.02.015

Banyuwangi, Juli 2021

Menyetujui, Menyetujui

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan / CI

( ) ( )

NIDN.

Mengetahui,

Kepala Ruangan

( )
BAB 1
Laporan Pendahuluan
1.1 Pengertian / Devinisi
Preeklamsia adalah gangguan kehamilan berupa tekanan darah tinggi yang
disertai dengan meningkatnya kadar protein dalam urine (proteinuria) atau gangguan
fungsi hati. Kondisi ini jarang terjadi, namun dapat berkembang dengan cepat dan
menyebabkan komplikasi serius pada ibu maupun janin. Sementara Peb
atau  preeklampsia berat adalah masalah kehamilan yang lebih parah.
Menurut definisi Manuaba, (1998) mendefinisikan bahwa preeklamsia
(toksemia gravidarum) merupakan tekanan darah tinggi yang disertai dengan
proteinuria (protein dalam air kemih), atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi
pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Ibu
hamil tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskuler atau
hipertensi sebelumnya (Sofian, 2015).
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik
≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria ≥ 5 g/ 24
jam ataukualitatif 4+. Sedangkan pasien yang sebelumnya mengalami preeclampsia
kemudiandisertai kejang dinamakan eklampsia (Angsar, 2008). Penggolongan
preeclampsiamenjadi preeclampsia ringan dan preeclampsia berat dapat
menyesatkan karenapreeclampsia ringan dalam waktu yang relative singkat
dapat berkembang menjadipreeclampsia berat (Cunningham, et al, 2007)

1.2 Etiologi
Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi Pada
umumnya disebabkan oleh (vasopasme arteriola). Faktor – faktor lain yang dapat
diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklamsia yaitu sebagai berikut
(sutrimah, 2015).
• Usia Ibu
Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai
saat berulang tahun, semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam proses berfikir. Insiden tertinggi pada kasus
preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, namun prevalensinya
meningkat pada wanita dengan usia diatas 35 tahun.
• Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan minggu ke 20,
gejalanya yaitu kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah usia kehamilan 20
minggu, masih dikategorikan dalam hipertensi kronik. Sebagian besar kasus
preeklampsia terjadi pada minggu > 37 minggu dan semakin tua usia kehamilan
maka semakin berisiko terjadinya preeklampsia.
• Paritas
Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu.
Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi
menjadi beberapa istilah: 1) Primigravida: seorang wanita yang telah melahirkan
janin untuk pertama kalinya. 2) Multipara: seorang wanita yang telah melahirkan
janin lebih dari satu kali. 3) Grande Multipara: wanita yang telah melahirkan janin
lebih dari lima kali. d. Riwayat Hipertensi / preeklamsia
• Riwayat Hipertensi / preeklamsia
Riwayat preeklampsia Pada kehamilan sebelumnya adalah faktor utama.
Kehamilan pada wanita yang memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya
berkaitan dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini,
dan dampak perinatal yang buruk (Lalenoh, 2018).
• Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat meningkatkan risiko hampir tiga
kali lipat adanya riwayat preeklampsia. Pada ibu dapat meningkatkan risiko
sebanyak 3,6 kali lipat (Lalenoh, 2018).
• Penyakit Terdahulu (Diabetes Militus)
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan akan terkena
preeklampsia meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus hipertensi, prevalensi
preeklampsia pada ibu dengan hipertensi kronik lebih tinggi dari pada ibu yang
tidak menderita hipertensi kronik

1.3 Patofisiologi
Dalam perjalanannya beberapa faktor di atas tidak berdiri sendiri, tetapi
kadang saling berkaitan dengan titik temunya pada invasi tropoblast dan terjadinya
iskemia plasenta. Pada preeklampsia ada dua tahap perubahan yang mendasari
patogenesianya. Tahap pertama adalah: hipoksia plasenta yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dalam arteri spiralis. Hal ini terjadi karena kegagalan invasi
sel tropoblast pada dinding arteri spiralis pada awal kehamilan dan awal trimester
kedua kehamilan sehingga arteri spiralis tidak dapat melebar dengan sempurna
dengan akibat penurunan aliran darah dalam ruangan intervilus diplasenta sehingga
terjadilah hipoksia plasenta. Hipoksia plasenta yang berkelanjutan ini akan
membebaskan zat-zat toksis seperti sitokin, radikal bebas dalam bentuk lipid
peroksidase dalam sirkulasi darah ibu, dan akan menyebabkan terjadinya stress
oksidatif yaitu suatu keadaan di mana radikal bebas jumlahnya lebih dominan
dibandingkan antioksidan. Stress oksidatif pada tahap berikutnya bersama dengan zat
toksis yang beredar dapat merangsang terjadinya kerusakan pada sel endothel
pembuluh darah yang disebut disfungsi endothel yang dapat terjadi pada seluruh
permukaan endothel pembuluh darah pada organ-organ penderita preeklampsia.
1.4 Pathway
1.5 Manifestsi Klinis
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dengan urutan pertambahan
beratbadan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada
preeklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif. Sedangkan
pada preeklampsia berat ditemukan gejala subjektif berupa sakit kepala di
daerah frontal,diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, dan
mual atau muntah.Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia
yang meningkat danmerupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.
Penegakkan diagnosa preeklampsia yaituadanya 2 gejala di antara trias tanda
utama, dimana tanda utamanyayaitu hipertensi dan 2 tanda yang lain yaitu
edema atau proteinuria. Tetapi dalampraktik medis hanya hipertensi dan
proteinuria saja yang dijadikan sebagai 2 tanda dalam penegakkan diagnosa pre
eklamsia. Digolongkan preeclampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala
sebagaiberikut:
• Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110
mmHg.Tekanan darah tidak turun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah
sakit dansudah menjalani tirah baring.
• Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.Oliguria,
yaitu produksi urin <500 cc/24 jam.
• Peningkatan kreatinin plasma (>1.2 mg/dL).
• Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma,
danpandangan kabur.
• Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
(akibatteregangnya kapsula Glisson oleh karena nekrosis hepatoseluler,
iskemia, danedema
• Gangguan fungsi hepar (peningkatan kadar AST dan ALT)
• Edema paru-paru dan sianosis.
• Hemolisis mikroangiopati (ditandai dengan peningkatan LDH)
• Trombositopenia (<100.000/mm3)
• Pertumbuhan janin intra uterin yang terlambat
1.6 Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada preeklampsia adalah
sebagai berikut (Abiee, 2012) :
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
 Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %)
 Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).
 Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
b. Urinalisis Ditemukan protein dalam urine.
2) Radiologi
a. Ultrasonografi Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume
cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi Diketahui denyut jantung janin lemah

1.7 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan preeklampsia adalah sebagai berikut :
• Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
• Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
• Mengatasi dan menurunkan komplikasi pada janin
• Terminasi kehamilan dengan cara yang paling aman

Perawatan preeklampsia berat dibagi menjadi dua unsur:

1. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya: yaitu terapi medikamentosa


denganpemberian obat-obatan untuk penyulitnya
2. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya: yang tergantung
padaumur kehamilannya dibagi 2, yaitu:
- Ekspektatif; Konservatif : bila umur kehamilan < 37 minggu,
artinya: kehamilandipertahankan selama mungkin sambil memberi terapi
medikamentosa
- Aktif, agresif: bila umur kehamilan > 37 minggu, artinya kehamilan diakhiri
setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, untuk mengidentifikasi,
mengenal masalah kebutuhan kesehatan, keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial
dan lingkungan (Deden Dermawan, 2012)
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan
yaitu suatu penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Tujuan diagnosis keperawatan adalah untuk mengidentifikasi respon
pasien individu, keluarga, komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi merupakan tahap ketiga proses keperawatan yang meliputi
perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada
pasien. Dan berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan serta
keperawatan pasien dapat diatasi (Bararah, 2013).
4. Implementasi Keperawatan
Intervensi merupakan tahap ketiga proses keperawatan yang meliputi perumusan
tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien. Dan
berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan serta keperawatan pasien
dapat diatasi (Bararah, 2013).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi
keperawatan adalah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa
keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan
evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap
tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke
arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga
dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah
intervensi keperawatan di lakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S:
Subjective yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien, O: Objective yaitu data yang
diobservasi oleh perawat atau keluarga, A: Analisys yaitu kesimpulan dari objektif
dan subjektif, P: Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis (Nurhaeni, 20
Sumiati & Dwi F. (2012). “Hubungan obesitas terhadap pre eklamsia pada kehamilan di
RSUHaji Surabaya”. Embrio, Jurnal Kebidanan, Vol 1, No.2, Hal. 21-24
Widiastuti, N. P. A. (2012). “Asuhan keperawatan pre
eklamsia”.http://nursingisbeautiful.wordpress.com/2010/12/03/askep-preeklampsia/.
CATATAN ORIENTASI DAN KONSULTASI / RESPONSI
Hari/Tanggal RUANG URAIAN/ PARAF DAN
CATATAN NAMA
PEMBIMBING

Anda mungkin juga menyukai