Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSI


DI PONEK RSUD dr MUHAMMAD ZYN SAMPANG

DI SUSUN OLEH :
LAILATUL FITRIA
170154010034

PRODI DIII KEBIDANAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa dan di setujui untuk disahkan sebagai laporan asuhan kebidanan
pada

Hari/tanggal :

Tempat :

Mahasiswa Praktek

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek


Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.

Dalam penyusunan asuhan kebidanan ini, kami menyadari sepenuhnya


bahwa asuhan kebidanan ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman
dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi terciptanya asuhan kebidanan yang lebih
baik lagi untuk masa mendatang.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat


terjadi ante, intra dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklampsia
dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preklampsia berat. Pembagian
preeklampsia menjadi beratdan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit
yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan
preeklampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam
koma (Sarwono, 2010). Preeklampsia (dahulu disebut gestosis) merupakan
hipertensi yang dipicu oleh kehamilan dan terjadi pada 5-20% perempuan
khususnya primigravida, ibu hamil dengan kehamilan kembar, ibu yang
menderita diabetes mellitus dan hipertensi essensial. Bahaya dari
preeklampsia meliputi solutio placenta, kegagalan ginjal, jantung, hemorargi
serebral, insupisiensi placenta dan gangguan pertumbuhan janin (Denis Tiran,
2006).
Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu
penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Mereka
diklasifikasikan ke dalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena
kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema dan
proteinuria yang masif. Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya koma
dan/atau kejang di samping ketiga tanda khas PEB. Menurut World Health
Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan
janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-
38,4%. Di negara maju angka kejadian pre-eklampsia berkisar 6-7%dan
eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-
eklampsia dan eklampsia di negara berkembang masih tinggi (Amelda,
2008). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359/100.000
kelahiran hidup. Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun 2010,
penyebab langsung kematian ibu di Indonesia terkait kehamilan dan
persalinan terutama yaitu perdarahan 28%, eklampsi 24%, infeksi 11%,
partus lama 5% dan abortus 5%.
B. Tujuan
1.  Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan secara komperhensif
pada kasus preeklamsi berat pada Ny.U melalui pendekatan 7 langkah
varney.
2.  Tujuaan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu
a) Melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan preeklamsi berat
b) Melaksanakan interprestasi data pada ibu hamil dengan preeklamsi
berat
c) Mengidentifikais masalah potensial pada ibu hamil dengan preeklamsi
berat
d)  Mengidentifikasi tindakan segera / kolaborasi pada ibu hamil dengan
preeklamsi berat 
e) Melaksanakan renacana secara menyeluruh pada ibu hamil dengan
preeklamsi berat
f) Melaksanakan implanatasi sesui rencana pada ibu hamil dengan
preeklamsi berat
g) Melaksanakan evaluasi pada ibu hamil dengan preeklamsi berat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PREEKLAMSI

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya


hamil normal adalah 280 hari (40 minggu/ 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan. Triwulan
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke 4
sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan
(Prawirohardjo, 2008).
Tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam
kehamilan lanjut, adalah :
1.      Perdarahan pervaginam
2.      Sakit kepala yang hebat
3.      Penglihatan kabur
4.      Bengkak diwajah dan tangan
5.      Keluar cairan pervaginam
6.      Gerak janin terasa dan nyeri perut yang hebat (Suryati, 2011)
Preeklampsia (PE) adalah gangguan yang terjadi setelah minggu ke-20
kehamilan dan ditandai dengan hipertensi dan proteinuria (Silasi Michele,
2010). Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah
ini :
1.      Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg
atau lebih.
2.      Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif.
3.      Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.
4.      Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
5.      Edema paru dan sianosis (Ilmu Kebidanan : 2005).

Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan


1.      Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2.      Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada servik.
3.      Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4.      Pada pemeriksaan dalam: servik mendatar dan pembukaan telah ada
(Rustam Mochtar, 2009).
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan
Patologi Kebidanan : 2009).
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai proteiuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.(Asuhan Kebidanan
IV:2010).
Jadi, preeklampsia berat adalah suatu kondisi yang spesifik pada
kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi ≥ 160/110 mmHg
disertai proteinuria > 5 gr/24 jam atau oedem yang terjadi pada kehamilan 20
minggu atau lebih.
B.     Etiologi
Penyebab pasti terjadinya pre-eklampsi masih belum diketahui.
Penyakit ini dianggap sebagai sesuatu “Maladaptation syndrome” dengan
akibat suatu vasospasme general dengan segala akibatnya (Abadi et al, 2008;
Shah, 2009).
Preeklampsi dikaitkan dengan komponen genetik, meskipun
mekanisme aktual masih diperdebatkan. Pre eklamsi juga dikaitkan dengan
mekanisme plasentasi, namun pre eklamsi tidak selalu muncul pada keadaan
patologis plasenta (Abadi et al, 2008; Wilson, 2004).
C. Patofisiologi
Patofisiologi pre-eklamsi merupakan suatu disfungsi/ kerusakan sel
endotel vaskuler secara menyeluruh dengan penyebab multifaktor, seperti:
imunologi, genetik, nutrisi (misalnya defisiensi kalsium) dan lipid peroksidasi.
Kemudian berlanjut dengan gangguan keseimbangan hormonal prostanoid
yaitu peningkatan vasokonstriktor (terutama tromboxan) dan penurunan
vasodilator (prostasiklin), peningkatan sensitivitas terhadap vasokonstriktor
agregasi platelet (trombogenik), koagulopati dan aterogenik. Perubahan level
seluler dan biomolekuler di atas telah dideteksi pada umur kehamilan 18-
20minggu, selanjutnya sekurang-kurangnya umur kehamilan 24 minggu dapat
diikuti perubahan/ gejala klinis seperti hipertensi, oedema dan proteiuria.
Awalnya adalah defisiensi invasi sel-sel trofoblas atas arteri spiralis
pada plasenta yang dimediasi/ dipengaruhi proses imunologis, dan hal ini
mengakibatkan gangguan perfusi unit fetoplasental. (Abadi et al, 2008)
D.    MANIFESTASI KLINIS
Kehamilan 20 minggu atau lebih dengan tanda-tanda:
1.      Desakan darah sistolik ≥160 mmHg, diastolik ≥110 mmHg. Desakan
darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit
dan menjalani tirah baring
2.      Protein urine ≥5 gram/ 24jam atau kualitatif 4+ (++++).
3.      Oliguri jumlah produksi urine  500cc/ 24jam atau disertai kenaikan kadar
kreatinin darah.
4.      Adanya gejala-gejala eklampsia impending: gangguan visus, gangguan
serebral, nyeri epigastrium, hiper refleksia.
5.      Adanya sindroma HELLP (Hemolysis Elevated Liver enzyme Low
Platelet) (Abadi et al, 2008).
E.     Faktor Resiko
Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo (2005), faktor resiko pre-
eklamsia berat adalah :
1.      Riwayat Preeklampsia
2.      Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody
penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
3.      Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu)
4.      Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang
mempunyai bayi kembar atau lebih.
5.      Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik,
diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis
atau lupus.
F.     Diagnosis
Diagnosis di tegakkan berdasarkan kriteria preeklamsia berat
sebagaimana tercantum di bawah:
1.      Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 110 mmHg.
2.      Protein uria lebih dari positif 2 (++)
3.      Oliguria yaitu produksi urine kurang dari 400 cc/ 24 jam
4.      Edema paru : Nafas pendek, sianosis, ronkhi +
5.      Nyeri daerah epigastrium
6.      Gangguan penglihatan
7.       Nyeri kepala hebat (maternal & neonatal, 2007).
8.       Terdapat mual sampai muntah (Manuaba, 2010).
G.    Macam-Macam Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipertensi pada kehamilan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu:
1.      Hipertensi kronik: hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
yang diukur setelah beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi duduk)
yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang
timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu.
2.      Preeklamsia-Eklamsia: peningkatan tekanan darah yang baru timbul
setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan
berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada
pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam air seni (proteinuria).
Eklamsia: preeklamsia yang disertai dengan kejang.
3.      Preeklamsia superimposed pada hipertensi kronik: preeklamsia yang
terjadi pada perempuan hamil yang telah menderita hipertensi sebelum
hamil.
4.      Hipertensi gestasional: hipertensi pada kehamilan yang timbul pada
trimester akhir kehamilan, namun tanpa disertai gejala dan tanda
preeklamsia, bersifat sementara dan tekanan darah kembali normal setelah
melahirkan (postpartum). Hipertensi gestasional berkaitan dengan
timbulnya hipertensi kronik suatu saat di masa yang akan datang.
H.    Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-
eklamsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi perawatan
aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medicinal dan perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah pengobatan medicinal (AYeyeh.R, 2011). Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut :
1.      Perawatan aktif
Pada setiap penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif
dilakukan pemeriksaan fetal assesment yakni pemeriksaan nonstrees test
(NST) dan ultrasonograft (USG), dengan indikasi (salah satu atau lebih),
yakni :
a.       Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai tanda-tanda
atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi konservatif
yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan
darah atau setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala
status quo (tidak ada perbaikan).
b.      Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda
intra uterine growth retardation (IUGR)
c.       Hasil laboratorium
Adanya HELLP sindrom (haemolisis dan peningkatan fungsi
hepar dan trombositopenia).
2.      Penanganan kejang
a.       Beri obat antikonvulsan
b.      Pelengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan,
masker oksigen, oksigen)
c.       Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
d.      Aspirasi mulut dan tenggorokan
e.       Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trandelenburg untuk
mengurangi resiko aspirasi
f.       Beri O2 4-6 liter/menit
3.      Penanganan umum
a.       Jika tekanan diastolik >110 mmHg, berikan anti hipertensi, sampai
tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
b.      Pasang infus RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c.       Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
d.      Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
e.       Jika jumlah urine <30 ml per jam : 
1)      Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam
2)      Pantau kemungkinan edema paru
f.       Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
g.      Observasi tanda-tanda vital, reflex, dan DJJ setiap jam
h.      Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru (Maternal
dan Neonatal, 2010)
4.      Pengobatan dengan MgSO4
a.       Dosis awal
1)      MgSO4 4gr IV sebagai larutan 20% 5 menit
2)      Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5gr IM dengan 1 ml ligonain
2%
b.      Dosis Pemeliharaan
1)      MgSO4 (50%) 5gr + ligonokain 2% 1 ml IM setiap 4 jam
2)      Sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir
(Maternal dan Neonatal, 2007).
5.      Pengobatan Obstetrik
Pengobatan obstetri dilakukan dengan cara terminasi terhadap kehamilan
yang belum inpartu, yaitu :
a.       Induksi persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5
atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
b.      Seksio Sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila: fetal
assessment jelek. Syarat tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai bishop
< 5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitocyn; 12 jam setelah
dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif. Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio
sesaria.
BAB III
KONSEP TEORI ASUHAN
KEBIDANAN DENGAN PREEKLAMSI

Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses pemecahan


masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada
klien (Walyani, 2015). Menurut Helen Varney, proses manajemen kebidanan
terdiri dari 7 langkah yang berurutan, yaitu:
1. Pengumpulan Data
a) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien secara keseluruhan. Bidan dapat melakukan
pengkajian dengan efektif, maka harus menggunakan format
pengkajian yang terstandar agar pertanyaan yang diajukan lebih
terarah dan relevan (Walyani, 2015)
1. Nama klien : digunakan untuk membedakan antara klien
yang satu dengan yang lain.
2. Umur : untuk mengetahui mengetahui masa
reproduksi klien berisiko tinggi tinggi atau
tidak, <16tahun atau >35 tahun.
3. Suku atau bangsa : untuk menentukan adat istiadat atau budaya
dan bahasa.
4. Agama : untuk menentukan bagaimana kita
memberikan dukungan kepada ibu selama
memberikan asuhan.
5. Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan
sebagai dasar untuk memberikan
konseling dalam asuhan kebidanan pada ibu
hamil.
6. Pekerjaan : pemenuhan gizi dan anemia defisiensi zat
besi mencerminkan kemampuan social
ekonomi masyarakat untuk dapat
memenuhi kebutuhannya dalam jumlah dan
kualitas gizi (Tarwoto & Wasnidar, 2009)
7. Alamat : untuk mengetahui keadaan lingkungan dan
tempat tinggal (Marni, 2012)
b) Anamnesa (Data Subjektif)
1. Tanggal / Jam : untuk mengetahui kapan klien datang dan
mendapatkan pelayanan.
2. Keluhan utama : keluhan utama adalah pada kasus
preeklamsi pada ibu hamil.
3. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, jika menikah apakah
ini pernikahan yang pertama apakah pernikahan “bahagia” jika
belum menikah apakah terdapat hubungan yang bersifat
mendukung (Farrer, 2007)
4. Riwayat Menstruasi
Menurut Mustika, 2013
Menarche : normalnya umur 12 tahun
Siklus : 28-35 hari
Banyak : hari1-2 ganti pembalut 3x/hari
Hari 3-7 ganti pembalut 1x/hari
Lama : 7-8hari
Warna : merah
Bau : anyir
Dimenorhea: ya/tidak (sebelum, selama, sesudah)
Flour albus : ya/tidak, sedikit/banyak, gatal/tidak, berbau/tidak,
warna (putih, bening), kekentalan (kental/encer)
4. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan Bayi


N Penyulit
Tahun Penyu- Tempat / Penyu- B Sek Keadaan Ket.
o UK UK Cara PB Nifas
lit Penolong lit B s Lahir

5. Riwayat kehamilan sekarang


1) Kehamilan ke… dengan usia kehamilan…
2) Berapa kali periksa…, tempat pemeriksaan…
3) Keluhan: tekanan darah, bengkak, dan penglihatan kabur
4) Kapan pertama kali merasakan gangguan anemia
5) Imunisasi TT diberikan sekurang-kurangnya 2x dengan
interval minimal 4minggu, kecuali bila sebelumnya ibu
pernah mendapatkan TT 2x pada kehamilan yang lalu atau
pada calon pengantin. Maka TT cukup1x saja (TT Boster).
Pemberian TT pada ibu hamil tidak membahayakan
walaupun diberikan pada kehamilan muda (Mustika, 2013)
7. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada kasus preeklamsi, status kesehatan seseorang
perlu ditanyakan karena dipastikan berpengaruh terhadap
kenyamanan aktivitas.
b. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Pada kasus ibu hamil dengan preeklamsi, perlu
ditanyakan riwayat kesehatan yang lalu. Karena ibu hamil
dengan keadaan tekanan darah tinggi sangat berbahaya
ketika saat akan melahirkan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada kasus preeklamsi, perlu ditanyakan untuk
mengetahui adanya risiko penyakit menular atau
diturunkan, kelainan-kelainan dalam genetic (Mufdalifah,
2009).
8. Riwayat KB
Jenis KB yang pernah digunakan, alasan pemakaian, lama
pemakaian, alasan berhenti, atau ganti cara, rencana KB
berikutnya (Mustika, 2013).
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pada data kebiasaan sehari-hari untuk kasus preeklamsi, hal
yang perlu dikaji adalah:
1. Nutrisi
Pada kasus preeklamsi ditanyakan bagaimana pemenuhan
nutrisi ibu sehari-hari guna mengetahui pola dan kebiasaan
makan ibu karena berpengaruh langsung terhadap keadaan
status gizi ibu (Proverawati, 2009).
2. Eliminasi
. Untuk itu hal-hal yang perlu ditanyakan adalah berapa
frekuensi buang air besar dan buang air kecil, bagaimana
konsistensinya, apa warnanya, apakah ada keluhan dalam hal
eliminasi sebelum dan selama hamil (Supariasa, 2009).
3. Aktifitas dan latihan
Ditanyakan untuk mengetahui aktifitas ibu. ibu dengan
aktifitas yang banyak, otomatis memerlukan energi, maka
apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang
dibutuhkan juga semakin banyak (Proverawati, 2009).
4. Istirahat-tidur
Ditanyakan untuk memantau kondisi fisik ibu, perlu
diketahui berapa lama ibu beristirahat, apakah ada keluhan
dalam beristirahat sebelum dan selama hamil (Varney, 2007).
c) Data objektif
1. Pemeriksaan umum
Penilaian pertama kali yang dilakukan saat ibu hamil dengan
preeklamsi datang adalah penilaian keadaan umum, status gizi,
dan tanda vital. Keadaan umum pasien yang menderita
preeklamsi adalah ektremitas odema.
a. Vital sign: Pada kasus preeklamsi, tanda-tanda vital yang
diperiksa meliputi tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan
(Mufdalifah, 2009).
b. Pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan
atas.
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
Pada kasus preeklamsi dilakukan inspeksi pada pasien,
biasanya tekanan darah tinggi, ekstremitas odema.
b. Palpasi
Palpasi pada pasien hamil dilakukan dengan melakukan
Leopold I-IV menurut Sulistyowati (2009) yaitu:
1. Leopold I : diraba fundus berapakah tinggi fundus dan
bagian apakah yang terdapat di fundus.
Pemeriksaan tinggi fundus uteri dilakukan
untuk mengetahui kesesuaian antara
pertumbuhan janin dengan usia.
2. Leopold II : diraba bagian-bagian lain yang berada
disebelah kanan dan kiri.
3. Leopold III : diraba bagian bawah janin dan apakah
bagian terbawah janin sudah masuk pintu
atas panggul (PAP).
4. Leopold IV : diraba seberapa dalam bagian bawah janin
sudah masuk pintu atas panggul.
c. Auskultasi
Denyut jantung janin (DJJ) dengan stetoskop laennec DJJ
dapat didengan mulai umur kehamilan 18-20 minggu,
sedangkan dengan Doppler dapat terdengar pada usia
kehamilan 10-12 minggu (Sulistyawati, 2009). Denyut
jantung janin normalnya terdengar 120/160 denyut per menit,
namun pada ibu hamil anemia denyut jantung terdengar
kurang dari 90 denyut per menit atau istilah bradycardia, hal
ini bias dikaitkan dengan risiko tinggi terjadinya keguguran
(Sari, 2010).
3. Data Penunjang
Pada kasus ini perlu melakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan kadar Hb dalam darah untuk mengetahui apakah
ibu dalam kondisi anemis atau tidak. Kadar Hb normal untuk ibu
hamil adalah 11,0g/dl. Selain pemeriksaan penunjang lain yang
perlu dilakukan oleh ibu hamil dengan preeklamsi yaitu
pemeriksaan protein dalam urine.
2. Interpretasi Data Dasar
Interpretasi dari data-data yang telah dikumpulkan mengacu pada
diagnose, masalah dan kebutuhan ibu hamil:
a. Diagnosis Kebidanan
Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan adalah Ny “…” G…P…
A… dengan anemia berat. Diagnose ini ditegakkan berdasarkan data
subjektif yang didapatkan dari anamnesa (keluhan yang dirasakan
pasien) dan juga data objektif yang didapatkan dari pengukuran LILA
<23,5cm dan pemeriksaan (kuku, konjungtiva pucat, kadar Hb <11,0gr
%)
1. Data Objektif
Data objektif menurut Cunningham (2007)
a. Pemeriksaan umum : keadaan umum, kesadaran dan vital sign.
b. Pemeriksaan khusus : inspeksi dan palpasi.
c. Data penunjang : laboratorium dan ultrasonografi.
b. Masalah
Masalah ibu yang preeklamsi dikhawatirkan dapat mengalami kejang
jika melahirkan secara normal.
c. Kebutuhan
Kebutuhan yang dibutuhan oleh ibu hamil yang preeklamsi adalah
support mental dan tentang keadaan yang dialaminya saat ini.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa potensial pada kasus hamil dengan preeklamsi
menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu, antara lain kejang ketika
proses melahirkan.
4. Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien.
5. Perencanaan
Asuhan kebidananan yang direncanakan untuk preeklamsi pada ibu hamil
1. Observasi keadaan umum dan vital sign ibu.
2. Jelaskan pada ibu tentang kehamilannya dan kemungkinan
tindakan dilakukan.
3. Beri dukungan moral pada ibu dan libatkan suami atau keluarga
dalam perawatan.
4. Beri magnesium sulfat
5. Berkolaborasi dengan dokter bahwa ibu akan dilakukan cek darah
lengkap, dan melakukan tranfusi darah.
6. Pelaksanaan
Pada langkah ini melaksanakan rencana perawatan secara efisien
dan aman. Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
dilakukan oleh ibu atau orang tua, serta anggota tim kesehatan lainnya
(Varney, 2007).
7. Evaluasi
Mengevaluasi apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-
benar mencapai tujuan (Zulvadi, 2010).
I. Data perkembangan
Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan
kebidanan adalah SOAP yang merupakan salah satu metode
pendokumentasian yang ada. Adapun konsep SOAP (Varney, 2007).
a) Subyektif : menggambarkan hasil pendokumentasian hasil
pengumpulan data melalui analisa.
b) Obyektif : menggambarkan hasil pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik, hasil laboratorium dan tes diagnostik
lain.
c) Assessment : menggambarkan hasil pendokumentasian hasil
interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu
indikasi.
d) Planning : menggambarkan hasil pendokumentasian dan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan
assessment
BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSI
DI PONEK RSUD DR MUHAMMAD ZAIN SAMPANG

Hari : Rabu
Tanggal :12 Februari 2020

Identitas klien
Biodata
NamaIbu : Ny. U NamaSuami : Tn R
Umur : 25 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Suku : Madura Suku/Bangsa : Madura
Alamat : Jln. Permata Alamat : Jln. Permata
I. PENGKAJIAN
A. Data subjektif
1. Keluhan utama
Tekanan darah tinggi, nyeri perut bagian bawah, kenceng-kenceng
sejak 1 minggu yang lalu. HPHT 14 mei 2019.
2. Riwayat kesehatan
Ibu datang rujukan dari klinik swasta dengan keluhan tekanan
darah tinggi, nyeri perut bagian bawah, kenceng-kenceng sejak 1
minggu yang lalu. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit menurun
(Asma, DM), menular (HIV, TBC), dan kronik (Jantung, Ginjal).
3. Riwayat ANC
ANC : 10 kali Imunisasi TT : TT5
Petugas : Bidan Terapi : Calk, Fe
4. Riwayat menstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Siklus : 30 hari
c. Lama : 7 hari
d. Jumlah : 3x sehari ganti pembalut
e. Keluhan : Saat mentruasi mengeluh nyeri perut bagian bawah
pada saat mengalami haid hari pertama.
5. Riwayat obstetric
Kehamilan Persalinan Anak
Tempat Penyuli
N Suam Penyu
U Car / Penyu- Sek t Ket.
o i ke - UK BB PB Usia
K a Penolon lit s Nifas
Lit
g

Bayi Kb
36 3, 50 Meningga
besar/CP suntik
1 I Taa mg SC RS 1 c L l usia 5 -
D 1bula
g kg m hari
n

2 H A M I L I N I

6. Riwayat kesehatan Keluarga


Keluarga tidak mempunyai penyakit menular (TBC, Hepatitis,
Sifilis, dll) dan tidak mempunyai penyakit menurun (Hipertensi,
Diabetes Melitus, Hipertensi dan Asma).
7. Pola Aktivitas Sehari-hari
- Nutrisi
a. Sebelum : - Frekuensi : 3x sehari
- Macam : Nasi, sayur, lauk
- Keluhan : Tidak ada
b. Selama : - Frekuensi : 3x sehari
- Macam : Nasi, sayur, lauk
- Keluhan : Tidak ada
- Pola Eliminasi
1. BAK
Selama : - Frekuensi : 2 - 3x/ hari
- Warna : Kuning Pekat
- Jumlah : Sedikit
2. BAB
a. Sebelum : - Frekuensi : 1 kali sehari
- Warna : Kuning kecoklatan
- Konsistensi : Lunak sedikit keras
- Keluhan : Tidak ada
a. Selama : - Frekuensi : 2 kali sehari
- Warna : Kuning kecoklatan
- Konsistensi : Lunak sedikit keras
- Keluhan : Sedikit, karena terasa nyeri
- Pola Aktivitas
a. Sebelum
Ibu mengatakan sebelum adanya keluhan yang di alami, ibu
melakukan aktivitas sebagaimana ibu rumah tangga yaitu,
bersih-bersih rumah sendiri (nyapu, ngepel, ngelap, cuci
baju dan memandikan anak, dll).
b. Selama
Ibu mengatakan selama ada keluhan ini, ibu melakukan
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dengan dibantu oleh
anaknya seperti (nyapu, pngepel, ngelap, cuci baju dan
memandikan anak, dll).
B. Data Obyektif
a) PemeriksaanUmum
(1) Keadaan umum : Cukup
(2) Kesadaran : Composmentis
(3) TTV
Tekanan darah : 170/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 37 ̊C
RR : 22 x/ menit
(4) Antropometri
BB sebelum hamil : 43 kg
BB sekarang : 55 kg
BB terakhir : 53 kg
TB : 145 cm
Lila : 23,5 cm
(5) HPHT : 14 Mei 2019
(6) HPL : 21 Februari 2020
(7) UK : 39 minggu 1 hari
b) Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak pucat, tidak Odema
Mata : Sclera putih, konjungtiva merah muda, penglihatan jelas
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak terdapat
bendungan vena jugularis.
Mamae : tidak simetris, areola menonjol, putting menonjol, asi
keluar sedikit.
Abdomen : terdapat luka bekas operasi
- Leopold I : TFU 29 cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)
- Lopold II : bagian kanan perut ibu teraba panjang, lebar seperti
papan (punggung), bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian
kecil janin (ekstremitas)
- Leopold III : bagian bawah perut ibu teraba bulat keras
melenting (kepala), kepala sudah masuk PAP.
- Leopold IV : Konvergen
- DJJ : 148 x/menit
Ekstremitas: ektrimitas atas dan bawah tidak odem.

Reflek patella : +/+

Pemeriksaan penunjang : HB : 11,5 Protein Urin : +1

II. INTERPRETASI DATA DASAR


a. Diagnosa
G2 P1 000 usia kehamilan 39 minggu 1 hari, letak kepala, hidup
tunggal, intra uteri, puka, kepala sudah masuk PAP dengan
Preeklamsi.
b. Data Subyektif
Keluhan: nyeri perut bagian bawah, kenceng-kenceng sejak 1 minggu
yang lalu.
c. Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 170/100 mmhg,
Nadi : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 37 c
Antropometri : BB sebelum hamil : 43 kg
BB sekarang : 55 kg
BB terakhir : 54 kg
TB : 145 cm
HPL : 21 Februari 2020
UK : 39 minggu 1 hari
b) Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak pucat, tidak Odema
Mata : Sclera putih, konjungtiva merah muda, penglihatan jelas
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak terdapat
bendungan vena jugularis.
Mamae : tidak simetris, areola menonjol, putting menonjol,
asi keluar sedikit.
Abdomen : terdapat luka bekas operasi
- Leopold I : TFU 29 cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)
- Lopold II : bagian kanan perut ibu teraba panjang, lebar seperti
papan (punggung), bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian
kecil janin (ekstremitas)
- Leopold III : bagian bawah perut ibu teraba bulat keras
melenting (kepala), kepala sudah masuk PAP.
- Leopold IV : Konvergen
- DJJ : 148 x/menit
Ekstremitas: ektrimitas atas dan bawah tidak odem.

Reflek patella : +/+

Pemeriksaan penunjang : HB : 11,5 Protein urin +1

c) Masalah
Nyeri/gangguan ketidaknyamanan
d) Kebutuhan
Health Education
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Eklamsi
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Magnesium Sulfat + O2
V. INTERVENSI
1) Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan
Rasional : supaya ibu dan keluarga mengetahui kondisi ibu saat ini.
2) Amankan posisi pasien
Rasional : untukmenghindari resiko pasien jatuh
3) Berikan magnesium sulfat 10 g
Rasional : untuk menghindari terjadinya kejang
4) Kolaborasi dengan dokter
Rasional : untuk pemberian terapi
5) Memasang oksigen 2-4 lpm
Rasional : agar ibu tidak sesak
6) Memfasilitasi informconsent
Rasional : untuk persetujuan tindakan yang akan dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan.
VI. IMPLEMENTASI
1) Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan, ibu paham
2) Mengamankan posisi pasien untuk menghindari resiko pasien jatuh,
sudah dilakukan
3) Memasang infus Ringer Laktat, kateter, dan memberikan magnesium
sulfat 10 g, sudah dilakukan
4) Kolaborasi dengan dokter SpOg untuk melakukan operasi section
caesarea
5) Melakukan inform consent, ibu menyetujui untuk melahirkan secara
SC
6) Memberitahu ibu bahwa ibu akan diantar ke ruang VK barsalin untuk
dilakukan tindakan persalinan melalui operasi section caesarea
VII. EVALUASI
S : Ibu cemas karena akan dilakukan operasi caesar
O : Terpasang infus dibagian kanan tangan ibu, terpasang kateter, injeksi
Intracutan(skin test) non reaktif
A : G2 P1 000 usia kehamilan 38-39 minggu, letak kepala, hidup tunggal,
intra uteri, puka, kepala sebagian kecilmasuk PAP dengan preeklamsi
P : - Berikan dukungan moral, pasien tampak tenang
- Memfasilitasi informconsent, pasien setuju untuk dilakukan operasi
- Menyiapkan pre-operasi, pasien siap dilakukan operasi
- Mengantarkan pasien ke ruang operasi
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel, yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham
et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005). Preeklampsia terjadi pada umur
kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pertengahan
kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari Preeklampsia yang
ringan sampai Preeklampsia yang berat (geogre, 2007). Preeklampsia
terbagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Preeklampsia ringan, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut :
a)   Tekanan darah 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pelaksanaan 6 jam.
b)   Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pelaksanaan 6 jam.
c)    Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
d)   Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus
1 sampai 2 urin keteter atau midstream.
2. Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a)   Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b)   Oligouria, urin kurang dari 40 cc/24 jam
c)   Proteinuria lebih dari 3gr/liter
d)   Adanya gangguan selebral, gangguan virus dan rasa nyeri di
epigastrium.
e)   Terdapat edema paru dan sianosis.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998


Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005
Hanifa Wiknjosastri, 2007
Mansjoer, Arif, dkk, editor, Kapita selekta kedokteran, jilid I. edisi ketiga.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2001
Mochtar, MPH. Prof. Dr. Rustam. Synopsis Obstetri. Jilid I. edisi kedua EGC.
Jakarta, 1998.
LEMBAR KONSUL

Nama : Lailatul Fitria


Nim : 170154010034
No Hari/ Tanggal Materi Tanda tangan
1 Selasa /18 -2-2020 1. Riwayat Anc (Brp kali, DRY
dimana, pemeriksa, terapi
yang di dpt)
2. Bb terakhir sebelum saat
ini (kenaikan bb/bln)
3. Point 1 dan 2 masuk dalam
interpretasi data (langkah ke
2 varney)

Anda mungkin juga menyukai