Disusun oleh
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia Preeklampsia merupakan salah satu penyebab
utama kematian maternal dan perinatal. Preeklampsia Berat (PEB)
diklasifikasikan kedalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena
kehamilan. Preeklampsia ditandai oleh adanya hipertensi sedang sampai
berat, edema, dan protein urine yang positif. Penyebab dari kelainan ini
masih kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat
diterima adalah adanya iskemia uteroplasenta Prawirohardjo ( 2005).
Masa nifas adalah masa pulihnya kembali alat-alat kandungan
kembalih seperti sebelum hamil lamanya masa nifas 6-8 minggu Sinopsis
Obstetri (1998). Pemeriksaan pada masa nifas juga penting untuk
mencegah komplikasi pada masa nifas. Salah satu penyebab dari tingginya
mortalitas dan morbiditas ibu bersalin adalah hipertensi yang karena tidak
ditangani dengan benar berujung pada preeklampsia dan eklampsia.
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan. Oleh
karena itu, ditekankan bahwa pengetahuan tentang pengelolaan
preeklampsia berat dengan hipertensi, oedema, dan protein urine harus
benar- benar dipahami dan ditangani dengan benar oleh semua tenaga
medis Angsar (2005).
Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih sangat tinggi,
yaitu 343/100.000 kelahiran hidup di tahun 1999, dan di tahun 2003
menjadi 307/100.000 kelahiran hidup, data tersebut sesuai dengan survey
demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012.
(RISKESDAS) tahun 2007 menunjukkan bahwa sebagian besar
persalinan di NTT ditolong oleh dukun (46,1 %), Bidan (36,5
%), dokter (4,1 %). Data Rekam Medik dari Rumah Sakit Umum Prof. Dr.
W. Z. Johannes Kupang tahun 2015 kematian ibu sebanyak 3 kasus yaitu
perdarahan post partum 1 kasus, abortus spontan 1 kasus, preeklamsia
berat 1 kasus. Ibu hamil dengan PEB di Rumah Sakit Umum Prof. Dr. W.
Z. Johannes Kupang pada satu tahun terakhir, tahun 2015 mencapai
3
35,3%. Di mana terdapat ibu hamil dengan PEB 177 orang dari 501 total
ibu hamil (Rekam medik tahun 2015).
Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah
perkembangan buruk PreEklampsia Ringan (PER) kearah PreEklampsia
Berat (PEB) atau bahkan eklampsia, perkembangannya perlu segera
dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak.
Semua kasus PreEklampsia Berat (PEB) harus dirujuk ke rumah sakit
yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan
neonatal, untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap
timbulnya komplikasi-komplikasi Prawirohardjo( 2005). solusi untuk
mengatasi masalah ini yaitu dalam kehamilan dianjurkan untuk mentaati
pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika perlu dikonsultasikan kepada
ahli, dianjurkan cukup istirahat, menjauhi emosi dan jangan bekerja terlalu
berat, penambahan berat badan yang agresif harus dicegah, dianjurkan
untuk diet tinggi protein, rendah hidrat arang, rendah lemak, dan rendah
garam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pre-eklamsi dan eklamsi?
2. Apa saja klasifikasi preeklamsi dan eklamsi?
3. Bagaimana manifestasi klinik dari preeklamsi dan eklamsi?
4. Bagaimanakah prognosis preeklamsi dan eklamsi?
5. Bagaimana etiologi dari preeklamsi dan eklamsi?
6. Bagaimana patofisiologi preeklamsi dan eklamsi?
7. Apa saja komplikasi dari preekelamsi dan eklamsi?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan preeklamsi dan eklamsi (Medis dan
Keperawatan)?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada preeklamsi dan eklamsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pada ibu post partum.
2. Untuk mengetahui konsep preeklamsi dan eklamsi.
3. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada preeklamsi dan eklamsi.
4
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah uuntuk mengetahui dan memahami
konsep ibu hamil, preeklamsi dan eklamsi serta askep tentang preeklamsi dan
eklamsi.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Preeklampsi adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin, dan nifas yang terdiri dari hipertensi, oedema, dan
proteinuria tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau
hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasa muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih( Mochtar, 1998).
Preeklampsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
oedema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Hanifa
wiknjosastro, 2007). Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi
kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmhg
atau lebih disertai proteinuria ndan atau disertai oedema, pada kehamilan
20 minggu atau lebih Asuhan patologi Kebidanan, (Hidayat, 2009).
Menurut (Prawirohardjo, 2010) Preeklampsia adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan oedema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 mgg atau segera setelah persalinan.
2. Etiologi
Menurut Bobak (2005) penyebab preeklampsia sampai sekarang
belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang
penyebabnya preeklampsia, yaitu bertambahnya frekuensi pada
primigraviditas, kehamilan ganda, hidramion, dan molahidatidosa.
Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan. dapat terjadi
perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
3. Patofisiologi Preeklampsia
Gangguan multi organ akan terjadi pada organ –organ tubuh diantaranya
otak, ginjal, darah, paru-paru, hati, jantung, kelenjar adrenal, retina dan
plasenta. Di otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema serebri dan
selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intracranial. Tekanan
intrakranial yang menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral,
nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa
keperawatan resiko cidera. Di darah akan terjadi enditheliosis
menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya
pembuluh darah akan menyebabkan sel darah akan menyebabkan
terjadinya perdarahan, sedangkan sel darah merah yang pecah akan
menyebabkan anemia hemolitik (Wiknjosastro, 2007).
Di Paru-paru menunjukaan berbagai tingkat edema dan
perubahan karena bronkopneomonia sebagai akibat aspirasi. kadang-
kadang ditemukan abses paru-paru. Jantung sebagian besar penderita
yang mati karena eklampsia jantung biasanya mengalami perubahan
degeneratif pada miokardium. Sering ditemukan degenerasi lemak dan
claudy swelling serta nekrosis dan perdarahan.Sheehan(1980)
menggambarkan perdarahan subendokardial disebelah kiri septum
10
4. Preeklamsia Berat
Preeklamsia berat adalah tekanan darah 160 /100 mmHg atau
lebih. Proteinuria 5 gram atau lebih per liter. Oliguria, yaitu jumlah urin
kurang dari 500 cc per 24 jam. Adanya gangguan serebral, gangguan
visus. Dan rasa nyeri pada epigastrium. Terdapat edema paru dan
sianosis (Bobak, 2005).
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 150/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan atau oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Pudiastuti, 2012).
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah ≥
160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteiuria
lebih 5 gram/ 24 jam (Prawirohardjo, 2008)
Menurut Prawirohardjo, (2008)Terdapat edema paru dan sianosis
a. Tanda dan gejala
1) Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20
minggu
2) Tes celup urin menunjukan proteinuria ≥ 2 + atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukan hasil > 5 g /24 jam
3) Hemolisis
Ibu dengan preeklamsia berat biasanya menunjukan gejala klinik
hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum di ketahui dengan
pasti atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang
sering ditemukan pada autopsy penderita eklamsi yang dapat
menerangkan ikterus tersebut.
4) Perdarahan otak.
Yang menjadi penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia
5) Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina,
hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6) Edema paru
Disebabkan karena payah jantung.
7) Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati merupakan akibat vasospasmus arteriol
umum.Kerusakan sel-sel hati dapat di ketahui dengan pemeriksaan faal
hati, terutama penentuan ensim-ensimnya.
8) Sindroma HELLP yaitu hemolisis, elevated Liver enzymes dan low
plateled. (Preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya
Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10) Komplikasi lain
Yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-
kejang, pneomonia, aspirasi, dan DIC (Disseminated intravascular
coagulation)
11) Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.
5. Faktor Predisposisi
Menurut (Prawirohardjo, 2010) Faktor predisposisi terjadinya
preeklampsi adalah:
a. Nuliparitas
b. Kehamilan ganda
c. Diabetes
d. Riwayat keluarga dengan eklampsia dan preeklampsia
e. Hipertensi Kronik
f. Molahidatidosa
2) Janin : Hasil fetal assesment jelek (NST & USG) : adanya tanda-
tanda IUGR.
3) Hasil laboratorium : adanya „‟HELP Syndrome “(hemolisis dan
peningkatan fungsi hepar, trombositopenia).
Tujuan pengobatan preeklampsia ialah (Wiknjosastro,2007)
a. Mencegah terjadinya eklampsia
b. Anak harus lahir dengan kemungkinan hidup yang besar
c. Mencegah terjandinya gangguan fungsi organ vital
d. Persalinan harus dengan trauma yang sedikit-sedikitnya dan jangan
sampai menyebabkan penyakit pada kehamilan dan persalinan
berikutnya (secsio caesarea menambah bahaya pada kehamilan dan
persalinan berikutnya.
e. Mencegah hipertensi yang menetap.
f. Mencegah terjadinya perdarahan intra cranial
Pada dasarnya penanganan Preeklampsia ringan terdiri atas
pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik
ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu
sebelum janin mati dalam kandungan.
Dalam hal ini di usahakan dengan tindakan medis untuk dapat
menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur. Penanganan
Preeklampsia dapat dilakukan dengan cara :
a. Dirawat di rumah sakit (rawat inap )
1) Banyak istirahat (berbaring/tidur miring) yakni 2 jam pada siang
hari dan lebih dari 8 jam pada malam hari.
2) Diet makanan yaitu cukup protein, rendah karbohidrat, lemak
dan garam
3) Kalau tidak bisa istirahat berikan sedative ringan yaitu tablet
phenobabital 3x2 mg per oral atau tablet diazepam 3x2 mg per
oral selama 7 hari.
4) Roborantia
5) Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
b. Perawatan obstetrik (terutama sikap terhadap kehamilan)
1) Pada kehamilan preterm (< 37 minggu), bila desakan darah
mencapai normotensif, selama perawatan, persalinannya di
17
Dosis pemeliharaan
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina.atau sectio caesarea adalah suatu histerotomi untuk melahirkan
janin dari dalam rahim.sectio caesarea adalah suatu persalinana
buatan,dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
janin diatas 500 gram (Nurjanah, 2013).
e. Risiko kejang pada ibu b/d penunrunan fungsi organ (vasospasme dan
peningkatan tekanan darah)
f. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
g. Risiko cidera ibu b/d oedema/ hipoksia jaringan
h. Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan
b/d mis interpretasi informasi
i. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru.
3 Rencana Keperawatan
Setelah data terkumpul kemudian dianalisis, langkah selanjutnya adalah
menentukan diagnose dan intervensi keperawatan. Diagnose yang mungkin
ditemukan pada ibu hamil dengan pre eklamsia/ eklamsia adalah sebagai
berikut :
a. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan kardiak out put sekunder
terhadap vasospasme pembuluh darah.
Tujuan : Perfusi jaringan otak adekuat dan tercapai secara optimal.
Kriteria Hasil :
1) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
2) Menunjukan fungsi sensori motori kranial yang utuh : tingkat
kesadarn membaik, tidak ada gerakan involunter.
Intervensi :
1) Monitor poerubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu
(cemas, bingung, letargi, pingsan).
2) Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab,
cacat kekuatan nadi perifer.
3) Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi),
eritema, dan oedema.
4) Dorong latihan kaki aktif/ pasif.
5) Pantau pernafasan
6) Kaji fungsi Gastro Intestinal, catat anoreksia, penurunan bising
usus, muntah/mual, distensi abdomen, konstipasi.
b. Kelebihan volume cairan b/d peningkatan retensi urine dan edema
berkaitan dengan hipertensi dalam kehamilan.
Tujuan : kelebihan volume cairan teratasi.
30
Kriteria hasil :
1) Bebas dari oedema dan effuse
2) Bunyi nafas bersih tidak ada dispneu/ ortopneu
3) Terbebas dari distensi vena jugularis
Intervensi :
1) Auskultasi bunyi nafas akan adanya krekels.
2) Catat adanya DJV, adanya oedema dependen
3) Ukur masukan atau keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat
konsentrasi, hitung keseimbangan cairan.
4) Pertahankan pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam
toleransi kardiovaskuler.
5) Berikan diet rendah garam atau natrium.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kurangnya
asupan makanan.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi:
d. Risiko kejang pada ibu b/d penunrunan fungsi organ (vasospasme dan
peningkatan tekanan darah)
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kejang pada
ibu.
Kriteria hasil :
1) Kesadaran kompos mentis, GCS : 15 (4-5-6)
2) Tekanan darah normal
Intervensi :
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekana diastole > 110 mmHg dan Sistole 160 mmHg atau lebih
merupakan indikasi dari PIH.
2) Catat tingakat kesadaran pasien.
R/. penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.
3) Kaji adanya tanda-tanda eklamsia (hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi dan respirasi, neri epigastrium dan oliguria).
R/. gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang.
4) Monitor adanya tanda-tanda dan gejal persalinan atau adanya
kontraksi uterus.
R/. kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan.
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan
SM.
R/. anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang.
32
15) Kolaborasi dengan tim medis lain jika ada keluhan dan tindakan
yang tidak berhasil.
16) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
A. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan.
B. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana
perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan
menilai sejauh mana masalah ibu dapat di atasi. Disamping itu, perawat juga
memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang
ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses peawatan dapat di
modifikasi.
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau
gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala
sebagian dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala
sesuai dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak pesien yang berpotensi dalam PEB ini antara lain : faktor genetik
(keturunan/riwayat keluarga hipertensi), kehamilan ganda, obesitas, DM, dan faktor
prodisposisi. Ibu pekerja keras dan perokok.
Untuk mencegah agar pre-eklampsia ini tidak menjadi berat atau bahkan
menjadi eklampsia, perlu dipantau dalam setiap kunjungan ulang antenatal yaitu
pertambahan BB yang meningkat terlalu jauh perminggu, tekanan darah dan
proteinuria.
Jika kita menemukan pasien dengan kasus PEB, tindakan segera yang
langsung kita ambil adalah segera pasien dirujuk ke RS karena kasus ini bukanlah
wewenang kita sebagai bidan dan harus memerlukan tindakan yang lebih lanjut yang
tidak bisa kita tangani sendiri
B. Saran
1. Untuk dapat mendeteksi secara dini dan mencegah terjadinya pre-
eklampsia/eklampsia maka dalam melakukan ANC, bidan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan standar 7T (TB/BB, TD, TFU,
TT, Tablet Fe, Temuwicara, Torch).
2. Diharapkan pada tenaga kesehatan untuk menjelaskan tanda-tanda bahaya
dalam kehamilan, sehingga ibu hamil dapat mengetahui gejala awal dan
penyimpangan yang terjadi dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat.
35
3. Tenaga kesehatan harus memberikan penyuluhan pada ibu –ibu hamil tentang
KB supaya mereka bisa mengatur kehamilannya dan meningkatkan kondisi
kesehatannya, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan penyulit
39
kehamilan dan persalinan.
4. Jika tenaga kesehatan menemui kasus ibu hamil / ibu antepartum dengan PEB
segera rujuk ke RS.
36
DAFTAR PUSTAKA