Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS PADA NY.

J DENGAN PRE
EKLAMSIA

DI POLI OBGYN RUMAH SAKIT AURA SYIFA

Oleh :

ANISAATUL AZIZAH

(40221005)

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS
PADA NY. J DENGAN PRE EKLAMSIA
DI POLI OBGYN RUMAH SAKIT AURA SYIFA

Untuk Memenuhi Tugas Profesi


Keperawatan Maternitas

Oleh :
ANISAATUL AZIZAH
NIM. 40221005

Telah Disetujui Pada Tanggal


………………………..

Oleh :
Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

_________________________ ________________________

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Sri Wahyuni, S.Kep., Ns.,M.Kep


A. Konsep Dasar Pre Eklampsia

1. Pengertian

Preeklampsia merupakan gangguan hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia
kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah ≥ 140/90
MmHg disertai dengan edema dan proteinuria (Faiqoh, 2014).

Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan tingginya
tekanan darah, tingginya kadar protein dalam urine serta edema. Diagnosis preeklampsia
ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan
gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Preeklampsia, sebelumya
selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan
(new onset hypertension with proteinuria) (POGI, 2016).

Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia, beberapa wanita lain
menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan multsistem lain yang menunjukkan adanya
kondisi berat dari preeklampsia meskipun pasien tersebut tidak mengalami proteinuri.
Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak
ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal (POGI, 2016).

2. Klasifikasi

Menurut (Sukarni, 2017) dalam bukunya menjelaskan hipertensi dalam kehamilan dibagi
menjadi 2 golongan yaitu :

1) Preeklampsia Ringan
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 MmHg atau lebih dengan
posisi pengukuran tekanan darah pada ibu baik duduk maupun telentang. Protein Uria 0,3
gr/lt atau +1/+2. Edema pada ekstermitas dan muka serta diikuti kenaikan berat badan > 1
Kg/per minggu.
2) Preeklampsia Berat
3) Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110 MmHg atau lebih. Protein
Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria ( Jumlah urine kuran dari 500 cc per 2 jam) serta
adanya edema pada paru serta cyanosis. Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan
rasa nyeri pada epigastrium.

3. Etiologi

Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum diketahui secara pasti.
Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya kelainan pada plasenta, yaitu
organ yang berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di dalam
kandungan.

Teori lain menjelaskan preeklampsia sering terjadi pada Primigravida, Kehamilan Post Matur
/Post Term serta Kehamian Ganda. Berdasarkan teori teori tersebut preeklampsia sering juga
disebut“ Deseases Of Theory” . Beberapa landasan teori yang dapat dikemukakan diantaranya
adalah (Nuraini, 2011) :

1) Teori Genetik
Berdasarkan pada teori ini preeklampsia merupakan penyakit yang dapat diturunkan atau
bersifat heriditer, faktor genetik menunjukkan kecenderungan meningkatnya frekuensi
preeklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsia, serta peran Renin-
AngiotensinAldosteron-System (RAAS) dimana enzim renin merupakan enzim yang
dihasilkan oleh ginjal dan berfungsi untuk meningkatkan tekanan darah bekerja sama
dengan hormon aldosteron dan angiotensin lalu membentuk sistem.
2) Teori Immunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul pada kehamilan
berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan
blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna.
3) Teori Prostasiklin & Tromboksan
Pada preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi
penurunan produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat, aktifitas
penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin.
Trombin akan mengkonsumsi antitrombin mentebabkan pelepasan tromboksan dan
serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
Menurut Marianti (2017) selain Primigravida, Kehamilan Ganda serta Riwayat
Preeklampsia, beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan resiko preeklamsia antara
lain adalah :
1) Malnutrisi Berat.
2) Riwayat penyakit seperti : Diabetes Mellitus, Lupus, Hypertensi dan Penyakit Ginjal.
3) Jarak kehamilan yang cukup jauh dari kehamilan pertama.
4) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
5) Obesitas.
6) Riwayat keluarga dengan preeklampsia.

4. Manifestasi Klinis

Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat, peningkatan
tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih atau sering ditemukan nilai tekanan darah
yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan
gejala lainnya dari preeklamsia adalah :

1) Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik pada
dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.

2) Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter

3) Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.

4) Edema Paru.

5) Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.

6) Oligohidramnion

Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya hubungan antara kuantitas protein urin
terhadap luaran preeklampsia, sehingga kondisi protein urin masif ( lebih dari 5 g) telah
dieleminasi dari kriteria pemberatan preeklampsia (preeklampsia berat). Kriteria terbaru tidak
lagi mengkategorikan lagi preeklampsia ringan, dikarenakan setiap preeklampsia merupakan
kondisi yang berbahaya dan dapat mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas secara
signifikan dalam waktu singkat (POGI, 2016).
5. Patofisiologi

Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai dengan retensi air dan garam.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen
aretriola sedemikan sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk
mengatasai kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus.

Vosokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia yang dapat menimbulkan peningkatan


total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan
menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran
arteriola disertai perdarahan mikro tempat endotel. Pada preeklampsia serum antioksidan
kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada
wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang
berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah
melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang
dilewati termasuk selsel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan
antara lain ; adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap
plasma, terlepasnya enzim lisosom, thromboksan dan serotonin sebagai akibat rusaknya
trombosit. Produksi tetrasiklin terhenti, terganggunya keseimbangan prostasiklin dan
tromboksan, terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen dan perioksidase lemak (Nuraini,
2011).

6. Komplikasi

Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan janin, namun beberapa
komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin adalah sebagai berikut (Marianti,
2017) :

1) Bagi Ibu
a. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count), adalah
sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah
trombosit.

b. Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai dengan kejang-
kejang.

c. Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan fungsi jantung
dan pembuluh darah akan meningkat jika mempunyai riwayat preeklamsia.

d. Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ seperti, paru,
ginjal, dan hati.

e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan karena
kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi
penggumpalan darah yang menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.

f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran dapat
mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan membahayakan
keselamatan wanita hamil dan janin.

g. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah otak akibat
tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika seseorang mengalami perdarahan di
otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena adanya penekanan dari gumpalan
darah, dan juga karena tidak mendapatkan pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah,
kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.

2) Bagi Janin

a. Prematuritas.

b. Kematian Janin.

c. Terhambatnya pertumbuhan janin.

d. Asfiksia Neonatorum.
7. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada preeklampsia adalah sebagai
berikut (Abiee, 2012) :

1) Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :

a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr %)

b) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).

c) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).

b. Urinalisis Ditemukan protein dalam urine.

c. Pemeriksaan Fungsi hati

a) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).

b) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.

c) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

d) Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT ) meningkat (N= 15-45 u/ml). e) Serum
glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31 u/l). f) Total protein
serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)

d. Tes kimia darah Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)

2) Radiologi

a. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat,


aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

b. Kardiotografi Diketahui denyut jantung janin lemah.


8. Penatalaksanaan

Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah sebagai berikut :

1) Tirah Baring miring ke satu posisi.

2) Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.

3) Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.

4) Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian cairan infus
Ringer Laktat 60-125 ml/jam.

5) Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.

6) Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi). Monitor tanda-tanda kelahiran


persiapan kelahiran dengan induksi partus pada usia kehamilan diatas 37 minggu.
DAFTAR PUSTAKA

Abiee. (2012). Askep Maternitas. Retrieved from https://galeriabiee.wordpress.com/kumpulan-


askep/askep-maternitas/asuhankeperawatan-pada-pasien-dengan-preeklampsia/

Agustina, L. (2018). Asuhan Keperawatan Ny.M Post SC Indikasi PEB Di RSUD Bangil Pasuruan.
Retrieved from https://repository.kertacendekia.ac.id/media/298882-asuhan-keperawatanpada-
ny-m-dengan-diag-9eacec69.pdf.

Andriyani, R. (2012). Faktor Risiko Kejadian Pre-Eklampsia di RSUD Arifin Achmad. Jurnal Kesehatan
Komunitas. https://doi.org/10.25311/jkk.vol2.iss1.38

Faiqoh, E. (2014). Hubungan karakteristik ibu, anc dan kepatuhan perawatan ibu hamil dengan
terjadinya preeklampsia. Jurnal Berkala Epidemiologi.

Kurniasari, D. (2015). Hubungan Usia , Paritas Dan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan Dengan
Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung
Tengah Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Holistik. https://doi.org/10.1002/(SICI)1096-
9101(1996)19:13.0.CO;2-S

Marianti. (2017). Alodokter - Preeclampsia. Retrieved from https://www.alodokter.com/preeklamsia

Nuraini, A. (2011). Pre Eclampsia. Retrieved from http://repository.ump.ac.id/846/3/Affifah Nur


Ariani BAB II.pdf

POGI. (2016). PNPK Pre Eklamsi. Retrieved from https://pogi.or.id/publish/download/pnpk-dan-ppk/

Putri, M. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Post SC Indikasi PEB. Retrieved from
http://repo.stikesperintis.ac.id/146/1/24 MAYLISA PUTRI.pd

Anda mungkin juga menyukai