Oleh :
Nur Azizah, S.Kep
NIM 1930913320014
NIM : 1930913320014
A. Definisi
Preeklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan adanya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
adapun gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu
(Obgynacea, 2009). Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan disertai dengan proteinuria, penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ketiga dalam kehamilan, atau segera setelah persalinan
(Prawirohardjo, 2008).
B. Etiologi
Menurut Bobak (2005) preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan
pertama, kehamilan diusia remaja dan kehamilan wanita diatas 40th, namun
ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya preeklamsia,
faktor tersebut adalah :
a) Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis
b) Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan
c) Kegemukan
d) Riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya
e) Riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
f) Gizi buruk
g) Gangguan aliran darah ke Rahim
h) Kehamilan kembar
C. Faktor Resiko
1) Faktor usia
Usia 20-30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil atau
melahirkan, akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi
dilahirkan dari ibu yang usianya tergolong remaja. Dari penelitian
didapatkan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang
wanita masih sangat mungkin terjadinya hipertensi dan kejang di
karenakan mengalami tekanan yang baru dirasakan saat pertama kali
melahirkan sehingga menyebabkan preeklamsia dan eklamsia.12 Usia
wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun
(usia muda kurang dari 20 tahun) juga masih sangat mungkin terjadinya
hipertensi pada kehamilannya dikarenakan organ reproduksi didalam
tubuhnya masih belum matang secara sempurna. Dan terjadi peningkatan
hubungan usia terhadap preeklamsia dan eklamsia pada wanita hamil
yang berusia diatas 35 tahun, hal ini dikarenakan organ reproduksi sudah
mengalami penurunan, sehingga rentan terjadinya hipertensi dalam
kehamilannya. Maka faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya
preeklamsia dan eklamsia.
2) Paritas
Dari penelitian didapatkan bahwa Primigravida mengalami kejadian
preeklamsia dan eklamsia sebesar 3-8 % dari semua kasus hipertensi pada
kehamilan. Faktor yang mempengaruhi preeklamsia dan eklamsia lebih
tinggi frekuensinya pada primigravida dibandingkan dengan multigravida,
terutama pada primigravida dengan usia muda. Hal tersebut dikarenakan
wanita dengan preeklamsia dan eklamsia dapat mengalami kelainan
aktivasi imun dan hal ini dapat menghambat invasi trovoblas pada
pembuluh darah ibu. Sehingga preeklamsia dan eklamsia lebih sering
terjadi pada wanita yang terpajan antigen paternal untuk yang pertama
kali seperti kehamilan pertama kali atau kehamilan pertama dengan
pasangan baru.
3) Riwayat hipertensi
Salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia atau eklamsia adalah
riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya,
atau hipertensi esensial.12 Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi
esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga
diantara para wanita penderita tekanan darahnya tinggi setelah kehamilan
30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira-kira 20% menunjukkan
kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala preeklampsia
atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium,
muntah, gangguan visus ( Supperimposed preeklampsia ), bahkan dapat
timbul eklampsia dan perdarahan otak.
4) Kehamilan ganda
Preeklamsia dan eklamsia mempunyai risiko 3 kali lebih sering terjadi
pada kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapatkan 28,6%
kejadian preeklamsia dan didapatkan satu kasus kematian ibu karena
eklamsia. Dari hasil yang tercantum diatas, sebagai faktor penyebabnya
adalah dislensia uterus.
5) Faktor Genetik
Preeklamsia merupakan penyakit yang diturunkan, preeklamisa dan
eklamsia lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu yang
menderita preeklamsia.11 Dan preeklamsia juga lebih sering ditemukan
pada anak wanita yang mempunyai riwayat preeklamsia dan eklamsia
dalam keluarga. Karena faktor ras dan genetika merupakan unsur yang
penting sebagai faktor risiko yang mendasari terjadinya hipertensi kronis.
6) Obesitas
Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga
menyebabkan kerja jantung lebih berat, karena jumlah darah yang berada
dalam badan sekitar 15% dari berat badan, semakin gemuk seseorang
maka semakin banyak pula jumlah darah yang terdapat didalam tubuh
yang berarti semakin berat juga fungsi pemompaan jantung, sehingga
dapat menimbulkan terjadinya preeklamsia.
D. Manifestasi Klinis
a) Preeklamsia ringan:
Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
disertai dengan keadaan minimal 1 dari gejala sebagai berikut:
1) Tekanan darah 140/90mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang, atau dengan kenaikkan diastolic 15 mmHg atau
lebih, atau kenaikan sistolik 30mmHg atau lebih atau sistol 140 mmHg
sampai kurang 160 mmHg, diastol 90 mmHg sampai kurang 110
mmHg. Cara pengukuran sekurang kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1jam, sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka serta kenaikkan berat badan
1 kg atau lebih setiap minggunya dan edema paru.
3) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1 + atau 2+
pada urin kateter atau midstream
4) Nyeri kepala, nyeri epigastrium dan gangguan penglihatan
b) Preeklamsia berat
1) Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5gr atau lebih per liter
3) Serum kreatinin > 1,1 mg/dl
4) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
5) Adanya gangguan serebal, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium
6) Terdapat edema paru atau sianosis
7) Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri
kepala, odema paru, dan sianosis gangguan kesadaran.
Pemeriksaan : kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan
pada retina, tromosit kurang dari 100.000 /mm.
E. Patofisologi
Menurut Mochtar (2011) pada preeklamsia terdapat penurunan plasma
dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok
pada preeklamsia yaitu mengalami spasme pembuluh darah, perlu adanya
kompensasi hipertensi yaitu suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan
perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi. Sperof (1973) menyatakan bahwa
dasar terjadinya Preeklampsia adalah iskemik uteroplasentar, sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara massa plasenta yang meningkat dengan aliran
perfusi sirkulasi darah plasenta yang berkurang.
Disfungsi plasenta juga ditemukan pada preeklampsia, sehingga terjadi
penurunan kadar 1 α-25 (OH)2 dan Human Placental Lagtogen (HPL),
akibatnya terjadi penurunan absorpsi kalsium dari saluran cerna. Untuk
mempertahankan penyediaan kalsium pada janin, terjadi perangsangan
kelenjar paratiroid yang mengekskresi paratiroid hormon (PTH) disertai
penurunan kadar kalsitonin yang mengakibatkan peningkatan absorpsi
kalsium tulang yang dibawa melalui sirkulasi ke dalam intra sel. Peningkatan
kadar kalsium intra sel mengakibatkan peningkatan kontraksi pembuluh
darah, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
Teori kelainan vaskularisasi plasenta menjelaskan bahwa pada
preeklampsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri
spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi
tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan
mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif
mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis
sehingga aliran darah utero plasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan
iskemia plasenta.
Plasenta yang mengalami iskemia akibat tidak terjadinya invasi
trofoblas secara benar akan menghasilkan radikal bebas. Salah satu radikal
bebas penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil.
Radikal hidroksil akan mengubah asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida
lemak. Kemudian, peroksida lemak akan merusak membran sel endotel
pembuluh darah . Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan
terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel.
Keadaan ini disebut sebagai disfungsi endotel.
Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi
sel endotel, maka akan terjadi gangguan metabolisme prostaglandin karena
salah satu fungsi sel endotel adalah memproduksi prostaglandin. Dalam
kondisi ini terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan
suatu vasodilator kuat. Kemudian, terjadi agregasi sel-sel trombosit pada
daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi
tromboksan yang merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Peningkatan
produksi bahan-bahan vasopresor (endotelin) dan penurunan kadar NO
(vasodilatator), serta peningkatan faktor koagulasi juga terjadi.
F. Pathway
G.penyebab: usia, riwayat hipertensi, kehamilan ganda,
Faktor
primigravida
Pre Ekslmsia
Kerusakan endotel
vaskuler
Vasokontraksi meningkat,
Vasodilator menurun
Kejang / penurunan
kesadaran
Terminasi
kehamilan
Pervagina Pervagina
Sistem Sistrm
Sistem saraf
Urologi kardiovaskuler
I. Penatalaksanaan
a) Preeklamsia ringan
Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklamsia ringan :
1) Perbanyak istirahat (berbaring tidur/miring).
2) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
3) Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3x2
mg per oral selama 7 hari.
4) Roborantia
5) Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
6) Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine
lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.3
Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklamsia ringan berdasarkan
kriteria :
1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya
perbaikan dari gejala-gejala preeklamsia
2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu).
3) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.
Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka
preeklamsia ringan di anggap sebagai preeklamsia berat. Bila dalam
perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan
kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari
lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan
rawat jalan.
b) Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklamsia berat selama perawatan, maka perawatan PEB dibagi
menjadi:
1) Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medisional.
2) Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal. Indikasi : bila kehamilan preterm kurang 37
minggu tanpa disertai tanda-tanda ipending eklamsia dengan keadaan
janin baik. Pengobatan medisial : sama dengan perawatan medisial
pada pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 diberikan
intravenous.
Gambaran Umum Penanganan Preeklamsia
J. Komplikasi
1) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim. Pada
penderita preeklamsi ini terjadi karena adanya vasospasme pada
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke plasenta terganggu.
Sehingga nutrisi menuju ke janin atau plasenta berkurang kemudian
terjadi sianosis yang menyebabkan plasenta lepas dari dinding rahim.
2) Perdarahan otak: Merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia. Kelainan mata: Kehilangan penglihatan sementara
dapat terjadi. Perdarahan pada retina dapat ditemukan dan merupakan
tanda gawat yang menunjukkan adanya apopleksia serebri.
3) Edema paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan
abses paru-paru.
4) Nekrosis hati: Terjadi pada daerah periportal akibat vasospasme arteriol
umum. Diketahui dengan pemeriksaan fungsi hati, terutama dengan
enzim.
5) Sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low platelet).
Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati,
hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGPT,SGOT], gejala subjektif
[cepat lelah, mual, muntah, nyeri epigastrium]), hemolisis akibat
kerusakan membran eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tak
jenuh. Trombositopenia (<150.000/cc), agregasi (adhesi trombosit di
dinding vaskuler), kerusakan tromboksan (vasokonstriktor kuat), lisosom.
6) Prematuritas
Kelainan ginjal: Berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Bisa juga terjadi anuria atau gagal ginjal.
7) DIC (Disseminated Intravascular Coagulation):
DIC adalah gangguan serius yang terjadi pada mekanisme pembekuan
darah pada tubuh. Pada penderita preeklamsi terjadi proteinuria yaitu
protein yang keluar bersama urin akibat dari kerusakan ginjal. Sedangkan
dalam mekanisme pembekuan darah di perlukan fibrinogen yang
merupakan protein. Sehingga pada penderita preeklamsi karena terjadi
kekurangan protein dalam darah menyebabkan mekanisme pembekuan
darah terganggu kemudian terjadinya DIC.
8) Eklamsi
Jika preeklamisa berat disertai dengan gejala kejang dan atau koma, maka
disebut eklamsia. Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil,
dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
(bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan atau koma dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklamsia. Penyebab
eklamsia belum diketahui secara jelas. Mekanisme penyakit ini hampir
sama dengan preeklamsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-
organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan
perdarahan pada organ-organ tersebut.
Gejala klinis yang muncul pada eklamsi antara lain :
1) Tanda-tanda preeklamsia (hipertensi, edema dan proteinuria)
2) Kejang-kejang dan atau koma
3) Kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ.
4) Pemeriksaan dan diagnosis. Berdasarkan gejala klinis diatas seperti
hipertensi, edema, proteinuria, kejang-kejang dan lainnya.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PREEKLAMSIA
BERAT
A. Anamnesa
a) Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur ibu yang berusia dibawah 20 tahun atau lebih dari
35 tahun, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum, tanda vital dengan
tekanan darah diatas 160/100.
b) Keluhan utama
Nyeri kepala, pusing, penglihatan kabur, bengkak pada ekstremitas atau
tubuh, sering buang air kecil.
c) Data Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan pasien. Pada
PEB meliputi pusing, nyeri kepala, nyeri epigastrium, bengkak dan
sering buang air kecil.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
misalnya gizi kurang pada ibu, DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, HIV/AIDS, dll
3) Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan meliputi pada saat kehamilan, persalinan, dan
nifas sebelumnya bagi klien multipara. Jumlah kehamilan (GPA)
jumlah anak hidup, jumlah kelahiran premature, jumlah kegugura,
jumlah persalinan dengan tindakan, riwayat pedarahan, riwayat
kehamilan dengan hypertensi, berat badan bayi lahir
d) Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
B. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya
terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan
penghidu. Hal yang diinspeksi antara lain mengobservasi kulit terhadap
warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan
terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari.
Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal
3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
4) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantung janin.
C. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah (albumin yang menurun) dan urin (protein dalam urin +3
atau +4 serta pemeriksaan penunjang.
D. Data lain-lain :
a) Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama
dirawat di RS.
b) Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola
komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan
mekanisme koping yang digunakan.
c) Status sosio-ekonomi: Kaji masalah finansial klien
d) Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
e) Kaji kepala dan leher bayi
f) Payudara
g) pemeriksaan genetalia ( vulva oeden / tan )
h) VT
i) Vagina
j) Portio
k) Pembukaan, ketuban
E. Diagnosa yang Mungkin Muncul
1) Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d gangguan transpor
oksigen
Analisis Data
1. Kelebihan volume cairan b.d Manajemen Elektrolit : Hipomagnesemia 1. Takikardia dan hipertensi terjadi
gangguan regulasi 1. Monitor keseimbangan elektrolit dan karena a) kegagalan ginjal untuk
Setelah dilakukan tindakan eliminasi urin mengeluarkan urin, b) pembatasan
keperawatan selama 1x60 menit 2. Berikan MgSO4 sesuai anjuran cairan berlebihan selama mengobati
cairan tubuh klien dalam 3. Monitor reaksi obat dan Informasikan hipovolemia/hipotensi atau
keadaan normal. tentang efek samping obat perubahan fase oliguria gagal ginjal
NOC : 4. Pasang kateter urin dengan teknik steril dan perubahan pada sisten renin-
1. Keseimbangan cairan 5. Dapatkan spesimen urin angiotensin.
Kriteria hasil : 6. Batasi cairan sesuai indikasi. 2. MgSO4 berfungsi menurunkan
1. Tekanan darah klien kembali tekanan darah
normal 3. Reaksi MgSO4 yang kebanyakan
2. Derajat edema menurun tidak diketahui oleh klien berupa
bahkan hilang panas pada seluruh tubuh dan
gelisah
4. Pada klien dengan peningkatan
tekanan darah akan
mengkompensasikan tubuh untuk
sering buang air kecil
5. Mengetahui kadar protein dalam
urin
6. Curah jantung tergantung pada
volume sirkulasi (dipengaruhi oleh
kelebihan dan kekurangan cairan)
dan fungsi otot miokardial.
normal
3. Tidak terdapat pucat pada
kulit dan membrane mukosa
KONSEP TEORI PERSALINAN
1. DEFINISI
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat,
2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Prawirohardjo, 2006).
2. SEBAB-SEBAB PERSALINAN
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos
rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his
bila progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi
uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut
tetesan perinfus.
3. PATOFISIOLOGI
Tanda-Tanda In Partu :
a. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada
bagian servik.
c. Kadang-kadang ketuban pecah
d. Pada pemeriksaan daam, servik mendatar.
5. FAKTOR PERSALINAN
a. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal. Passage terdiri dari:
1). Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
a). Os. Coxae
- Os illium
- Os. Ischium
- Os. Pubis
b). Os. Sacrum = promotorium
c). Os. Coccygis
2). Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
Pintu Panggul
a) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium,
linea inominata dan pinggir atas symphisis.
b) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut
midlet.
c) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut
outlet.
d) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan
outlet.
Bidang-bidang:
a) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium.
b) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis.
c) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan
dan kiri.
d) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis
b. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga
primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim.
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari:
1) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim
menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri
menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke arah
segmen bawah rahim dan serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum.
Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan
baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat:
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir : terjadi di luar kehendak
5) Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling).
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
Perubahan-perubahan akibat his:
1) Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi.
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka
(dilatasi).
2) Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada
kenaikan nadi dan tekanan darah.
3) Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka
timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan
kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang harus
diperhatikan dari his:
1) Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau
persepuluh menit.
2) Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan frekuensi
kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu
persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus
bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan
masih dini.
3) Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik,
misalnya selama 40 detik.
4) Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5) Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang
tiap 2 sampe 3 menit.
6) Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.
His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus,
kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu
timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His
palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada
waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek,
baik fisik maupun mental.
d. Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-
benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias
melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang
belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi:
1) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
2) Pengalaman bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
1) Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
2) Persalinan sebagai ancaman pada self-image
3) Medikasi persalinan
4) Nyeri persalinan dan kelahiran
e. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi
dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.
6. KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah,
servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh
darah kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
a) Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung 2 jam,
cepat menjadi 9 cm.
b) Fase aktik
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan berlangsung
2 jam, cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina
menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-
3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.
d. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga
kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus
ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- USG
- Pemeriksaan Hb
8. PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahat
d. Mengobservasi perdarahan
e. Memeriksa tanda vital
f. Memeriksa kadar Hb
g. Berikan cairan pengganti intravena RL
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature.
PERSIAPAN PERSALINAN
a. Ibu
1) Gurita, 3 buah
2) Baju tidur, 3 buah
3) Underware secukupnya
4) Handuk, sabun, shampoo, sikat gigi dan pasta gigi
5) Pembalut khusus, 1 bungkus
6) Under pad (dapat dibeli di apotik), 3 lembar
b. Bayi
1) Popok dan gurita bayi, 1-2 buah.
2) Baju bayi, 1-2 buah
3) Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born, 1-2 buah.
4) Selimut,topi dan kaos kaki bayi
5) Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
c. Penolong
1) Memakai APD, terdiri dari : Sarung Tangan steril, Masker, Alas kaki,
celemek.
2) Menyiapkan tempat persalinan, perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan
akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau
penerangan yang cukup. Tempat tidur dengan kasur yang dilapisi kain
penutup yang bersih, kain tebal, dan pelapis anti bocor. Ruangan harus
hangat (tetapi jangan pamas), harus rersedia meja atau permukaan yang
bersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.
3) Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi.
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih, hangat (minimal 25oC,
pencahayaan cukup dan bebas dari tiupan angin.
4) Alat
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup):
a) 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b) Gunting tali pusat
c) Benang tali pusat
d) Kateter nelaton
e) Gunting episiotomy
f) Alat pemecah selaput ketuban
g) 2 psang sarung tangan dtt
h) Kasa atau kain kecil
i) Gulungan kapas basah
j) Tabung suntik 3 ml dengan jarum i.m sekali pakai
k) Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l) 4 kain bersih
m) 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
5) Bahan
a) Partograf
b) Termometer
c) Pita pengukur
d) Feteskop/ dopler
e) Jam tangan detik
f) Stetoskop
g) Tensi meter
h) Sarung tangan bersih
6) Obat-Obatan
Ibu
a) 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml.
b) 20 ml Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa
Epinefrin.
c) 3 botol RL
d) 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi
a) Salep mata tetrasiklin
b) Vit K 1 mg
Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan
normal sebagai berikut:
I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua
Langkah 1
Dengarkan, lihat dan periksa gejala dan tanda Kala Dua
Ibu merasakan dorongan kuat dan meneran
Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
Perineum tampak menonjol
Vulva dan sfinger ani membuka.
Langkah 49
Periksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama 2 jam pertama persalinan
Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Langkah 50
Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60
kali/ menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5).
Kebersihan dan keamanan
Langkah 51
Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
Langkah 52
Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
Langkah 53
Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
Langkah 54
Pastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memerikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi
ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
Langkah 55
Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
Langkah 56
Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Langkah 57
Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tissue
atau handuk yang kering dan bersih.
Dokumentasi
Langkah 58
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala I
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius
Moorhead Sue, Marion Johnson, Meridean L.M., et al. (Eds.). 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby
Inc.