3.1 Preeklampsia
3.1.1 Definisi Preeklampsia
Preeklampsia (PE) merupakan kumpulan gejala atau sindroma yang mengenai
wanita hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu dengan tanda utama
berupa adanya hipertensi dan proteinuria. Hipertensi didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg.
Proteinuria didefinisikan sebagai adanya protein dalam urin dalam jumlah lebih dari
300 mg/dL dalam urin tampung 24 jam atau 30 mg/dl dari urin acak tengah
yang tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi saluran kencing.1,2
21
22
pada vili maksudnya ialah seandainya terjadi kebocoran, darah ibu tidak masuk ke
janin.5
6. Riwayat trombofilia
7. Kehamilan multifetus
8. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Pada penelitian yang dilakukan oleh Davies dkk dengan menggunakan
desain penelitian case control study dikemukakan bahwa pada populasi
yang diselidikinya wanita dengan hipertensi kronik memiliki jumlah yang
lebih banyak untuk mengalami preeklampsia dibandingkan dengan yang
tidak memiliki riwayat penyakit ini.
9. Riwayat diabetes melitus tipe 1 atau tipe 2
10. Obesitas
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat
akumulasi jaringan lemak berlebihan sehingga dapat menganggu kesehatan.
Indikator yang paling sering digunakan untuk menentukan berat badan lebih
dan obesitas pada orang dewasa adalah indeks massa tubuh (IMT).
Seseorang dikatakan obesitas bila memiliki IMT 25 kg/m2.16 Sebuah
penelitian di Kanada menyatakan risiko terjadinya preeklampsia meningkat
dua kali setiap peningkatan indeks massa tubuh ibu 5-7 kg/m2, terkait
dengan obesitas dalam kehamilan, dengan 10 mengeksklusikan sampel ibu
dengan hipertensi kronis, diabetes mellitus, dan kehamilan multipel.
Sedangkan penelitian yang dilakukan di RSUP Dr Kariadi didapatkan ibu
hamil dengan obesitas memiliki risiko 3,9 kali lebih besar untuk menderita
preeklampsia.
11. Usia saat hamil yang ekstrim
Kejadian preeklampsia berdasarkan usia banyak ditemukan pada kelompok
usia ibu yang ekstrim yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
(Bobak, 2004). Menurut Potter (2005), tekanan darah meningkat seiring
dengan pertambahan usia sehingga pada usia 35 tahun atau lebih terjadi
peningkatkan risiko preeklamsia.
3.1.4. Klasifikasi Pre-eklampsia
Klasifikasi _ American Congress of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) pada
tahun 2013 mengklasifikasikan hipertensi dalam kehamilan menjadi:
24
menjadi arteri arkuata, yang akan bercabang menjadi arteri radialis. Arteri radialis
menembus endometrium menjadi arteri basalis memberi cabang arteri spiralis. Pada
kehamilan terjadi invasi trofoblas kedalam lapisan otot arteri spiralis, yang
menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi distensi dan
vasodilatasi arteri spiralis, yang akan memberikan dampak penurunan tekanan
darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada utero
plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini
dinamakan remodelling arteri spiralis.1,2,6
Dapat dijumpai adanya edema dan spasme pembuluh darah orbital. Bila
terjadi halhal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya preeklampsia berat.
Gejala lain yang mengarah ke eklampsia adalah skotoma, diplopia, dan
ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah
dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.3
6) Keseimbangan air dan elektrolit
Terjadi peningkatan kadar gula darah yang meningkat untuk sementara,
asam laktat dan asam organik lainnya, sehingga konvulsi selesai, zat-zat
organik dioksidasi dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan
karbonik dengan terbentuknya natrium bikarbonat. Dengan demikian
cadangan alkali dapat pulih kembali.3
Pasien preeklampsia berat atau dengan tanda bahaya harus segera dirawat.
Tatalaksana medikamentosa: antihipertensi, target penurunan tekanan darah sistolik
<160 mmHg dan diastolik <105 mmHg. Jangan menurunkan tekanan darah terlalu
rendah karena dapa menurunkan suplai darah ke janin.
MgSO4 (larutan 20%) untuk mencegah kejang, diberikan dengan dosis 4g
IV bolus pelan dalam 20 menit dilanjutkan dosis rumatan 1-2 g/jam dalam infus RL
drip pelan selama 24 jam. selama pemberian MgSO4 harus tersedia antidotum ,
yakni Ca glukonas (10 mL dalam larutan 10%) jika terjadi hipermagnesemia.
hipermagnesemia secara klinis dapat ditandai dengan hilangnya reflek patela
sampai paralisis nafas. MgSO4 juga harus diberikan selama 24 jam pasca
melahirkan untuk pasien dengan preeklamsi berat.
Pilihan cara melahirkan untuk pasien pre-eklampsia tidak harus selalu
dilakukan sectio caesar. Metode melahirkan bergantung pada usia kehamilan,
presentasi janin, status serviks, dan kondisi ibu dan janin. Apabila dimungkinkan
partus pervaginam dengan induksi kelahiran dapat dilakukan.
komponen dari kolagen. Pada kehamilan trimester awal. selaput ketuban sangat
kuat. Namun. pada trimester ketiga menjadi mudah pecah berkaitan dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Sedangkan pada kehamilan
prematur. biasanya penyebabnya adalah infeksi dari vagina, polihidramnion.
inkompeten serviks. dsb.
3.2.2 Etiologi
Idiopatik, infeksi traktus genitalis, perdarahan antepartum, polihidramnion,
inkompetensi serviks, abnormalitas uterus, amniocentesis, trauma, riwayat ketuban
pecah dini pada kehamilan sebelumnya.
3.2.3. Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini dapat diketahui dengan:
a. Menanyakan riwayat keluar air dari vagina dan tanda lain persalinan:
b. Pemeriksaan inspekulo melihat adanya cairan ketuban keluar dari kavum
uteri (meminta pasien batuk atau mengejan atau menggerakkan sedikit
bagian bawah janin). Atau terlihat kumpulan cairan di forniks posterior.
c. Vagina touche (VT) tidak dianjurkan keculai pasien diduga inpartu. Hal ini
karena VT dapat meningkatkan insidensi korioammonitis, postpartum
endometritis, dan infeksi neonatus. Selain itu, juga memperpendek periode
laten.
d. pH vagina - menggunakan kertas lakmus (Nitrazin test). Bila ada cairan
ketuban warna merah berubah menjadi biru. Selama hamil, pH normal
vagina adalah 4.5-6,0. Sedangkan pH cairan amnion, 7.1-7.3.
e. Dengan USG. dapat mengkonfnmasi adanya Oligohidramnion. Normal
volum cairan ketuban antara 250-1200 cc.
f. Singkirkan adanya infeksi - suhu ibu >38C, air ketuban keruh dan berbau,
leukosit >15000/mm3 dan janin takikardi.
36