Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepanitraan Klinik Senior
pada bagian /SMF Ilmu Kandungan dan Kebidanan
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Disusun Oleh
Pembimbing
0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Pre-Eklamsia Berat”.
Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa
umat manusia ke masa yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Laporan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam menjalankan Kepaniteraan
Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kandungan dan Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. dr. Mohd Andalas, Sp.OG., FMAS
yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis
mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak terhadap laporan kasus ini. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis dan orang lain.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu penyebab morbiditas dan mortilitas ibu dan janin adalah preeklampsia (PE)
yang menurut WHO angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%.(1) Preeklampsia
merupakan kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah
(TD) dan proteinuria. Bisa berhubungan dengan dengan kejang (eklampsia) dan gagal organ
ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan
abrupsio plasenta.(1)
Preeklampsia ataupun hipertensi yang sering terjadi pada kehamilan beresiko terhadap
kematian janin dan ibu. Deteksi dini untuk hipertensi pada ibu hamil diperlukan agar tidak
menimbulkan kelainan serius dan mengganggu kehidupan serta kesehatan janin di dalam
rahim, kelainan hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi 4 kategori, yakni : Hipertensi
Kronis, Preeklampsia dan Eklampsia, Preeklampsia Imposed Hipertensi Kronis dan
Gestational Hypertension. Kenaikan tekanan darah (TD) secara tiba-tiba setelah kehamilan 2
minggu inilah yang disebut dengan preeklampsia. Preeklampsia terjadi kira-kira 5% dari
seluruh kehamilan, dan 10% pada kehamilan pertama kali.(2)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
3
B. Faktor Resiko 2
a. Usia
Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada
wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat. Pada wanita hamil
berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi yang menetap.
b. Paritas
Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua, primigravida tua risiko
lebih tinggi untuk preeklampsia berat.
c. Faktor Genetik
Jika ada riwayat preeklampsia atau eklampsia pada ibu atau nenek penderita, faktor
risiko meningkat sampai 25%. Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang
ditentukan genotip ibu dan janin. Terdapat bukti bahwa preeklampsia merupakan
penyakit yang diturunkan, penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari
ibu penderita preeklampsia. Atau mempunyai riwayat preeklampsia/eklampsia dalam
keluarga.
d. Tingkah laku/sosioekonomi
Kebiasaan merokok, insidens pada ibu perokok lebih rendah, namun merokok selama
hamil memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan janin terhambat yang jauh
lebih tinggi. Aktifitas fisik selama hamil atau istirahat baring yang cukup selama
hamil mengurangi kemungkinan atau insidens hipertensi dalam kehamilan.
e. Hiperplasentosis
Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar, dizigotik
lebih tinggi daripada monozigotik.
f. Mola hidatidosa
Degenerasi trofoblas berlebihan berperan menyebabkan preeklampsia. Pada kasus
mola, hipertensi dan proteinuria terjadi lebih dini/pada usia kehamilan muda, dan
ternyata hasil pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai dengan pada preeklampsia.
g. Obesitas
Hubungan antara berat badan wanita hamil dengan resiko terjadinya preeklampsia
jelas ada, dimana terjadi peningkatan insiden dari 4,3% pada wanita dengan Body
Mass Index (BMI) < 20 kg/m2 manjadi 13,3% pada wanita dengan Body Mass Index
(BMI) > 35 kg/m2.
h. Kehamilan multiple
Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105
kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian ibu karena
4
eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor penyebabnya ialah
dislensia uterus.
C. Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah
dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun
teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut
adalah :
Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam
lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga
terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis,
sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami
distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak
penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vascular, danpeningkatan aliran darah pada
daerah uteroplasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan
juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini
Pada hiperetensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot
arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku
dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan
5
terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan
selanjutnya.
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam kehamilan
terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis:, akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta
yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal
bebas).
Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil
yang sangat toksis, khususnya terhadap memberan sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya
produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang
dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah dahulu dianggap
6
sebagai bahan toksin yang beredar dalam darah, maka dulu hipertensi dalam kehamilan
disebut “toxaemia”.
Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung banyak asam lemak
tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membran sel,
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya
peroksida lemak meningkat, sebagai antioksidan, misal vitamin E pada hipertensi dalam
kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang relatif
tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar ke
seluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel.
Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak,
karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam
lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil,
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel
endotell, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel
endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel. Keadaan ini disebut disfungsi endotel (endothelia dysfunction). Pada waktu terjadi
kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel maka akan terjadi:
o Gangguan metabolism prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endotel, adalah
o Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
sel trombosit ini adalah untuk menutup tempat-tempat di lapisan endotel yang
7
vasokonstriktor kuat. Dalam keadaan normal perbandingan kadar
Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak adanya “hasil konsepsi”
yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-G),
yang berperan penting dalam modulasi respons imun, sehingga si ibu tidak menolak hasil
konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan
desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam
jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel NK. Pada plasenta hipertensi pada
plasenta, menghambat invasi trofoblas ke desidua. Invasi trofoblas sangta penting agar
jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri
Refreakter, berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan vasopressor, atau
8
dibutuhkan kadar vasopressor yang tinggi untuk menimbulkan respons vasokonstriksi. Pada
kehamilan normal terjadinya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopressor adalah
akibat dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini
dibuktikan bahwa daya refrakter terhadap bahan vasopressor akan hilang bilang diberi
prostasiklin.
vasokonstriktor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopressor hilang
hingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopressor. Banyak penelitian
Teori Genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tungga. Genotype ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan
genotype janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklamsia, 26% anak
mengalami preeklamsia.
terjadnya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah dilakukan di
Inggris adalah penelitian tentang pengaruh diet pada preeklamsia beberapa waktu sebelum
pecahnya Perang Dunia II. Suasana serba sulit mendapat gizi yang cukup dalam persiapan
9
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termasuk minyak hati
halibut, dapat mengurangi resiko preeklamsia. Minyak ikan mengandung banyak asam lemak
tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit,
dan mencegah vasokonstriksi pembuluh darah. Beberapa peneliti telah mencoba melakukan
uji klinik untuk memakai konsumsi minyak ikan atau bahan yang mengandung asam lemak
tak jenuh dalam mencegah preeklamsia. Hal sementara menunjukkan bahwa penelitian ini
berhasil baik dan mungkin dapat dipakai sebagai alternative pemberian aspirin.
Beberapa peneliti juga menganggap bahwa defisiensi kalsium pada diet perempuan
Andes dengan metode uji klinik, ganda tersamar, dengan membandingkan pemberian kalsium
dam placebo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi suplemen kalsium
cukup, kasus yang mengalami preeklamsia adalah 14%, sedangkan yang diberi glukosa 17%.
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi
merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal, plasenta
juga melepaskan debris trofoblas, sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas,
Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang timbulnya proses
inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar,
sehingga reaksi inflamasi juga dalam batas normal. Berbeda pada proses apoptosis pada
preeklamsia, dimana pada preeklamsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga produksi
debris apoptosis dan nekrosis trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta,
misalnya pada plasenta besar, hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif akan sangat
meningkat, sehingga sisa debris trofoblas juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan
beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar, dibanding reaksi inflamasi
10
pada kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan mengaktifkan sel endotel dan sel-sel
makrofag/granulosit, yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi inflamasi sistemik yang
D. Diagnosis
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan
laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi dua
golongan yaitu;
1) Preeklamsi ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
• Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan
riwayat tekanan darah normal.
• Proteinuria kuantitatif ≥ 300 mg/24 jam atau kualitatif +1 pada urin
2) Preeklamsi berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
• Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
• Proteinuria ≥ 3 g / 24 jam atau kualitatif ≥+2
• Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam atau kurang dari 0,5
cc/kgBB/jam
• Adanya gangguan serebral (gangguan penglihatan dan nyeri kepala)
• Edema paru
• Trombositopeni (< 100.000 sel/mm3)
• Gangguan fungsi hati (SGOT/SGPT meningkat ≥ 2 kali nilai normal)
• Pertumbuhan janin terhambat
11
• Sindrom HELLP
Preeklampsia berat dibagi menjadi (a) Preeklampsia berat tanpa impending
eklampsia, dan (b) Preeklampsia berat dengan impending eklampsia. Disebut impending
eklampsia bila preeklampsia berat disertai gejala – gejala subjektif berupa nyeri kepala
hebat, gangguan visus, muntah – muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif
tekanan darah.1,2,3
E. Penatalaksanaan Preeklampsia
Tatalaksana Umum Ibu hamil dengan preeklampsia harus segera dirujuk ke rumah
sakit. Pencegahan dan tatalaksana kejang bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas,
pernapasan (oksigen), dan sirkulasi (cairan intravena). MgSO4 diberikan secara intravena
kepada ibu dengan eklampsia (sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat
(sebagai pencegahan kejang). Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan
seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan
yang memadai. Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke
ruang ICU (bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.
12
selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila
eklampsia)
• Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernapasan, refleks patella, dan jumlah urin.
• Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan/atau tidak didapatkan refleks tendon
patella, dan/atau terdapat oliguria (produksi urin <0,5 ml/kg BB/jam), segera
hentikan pemberian MgSO4.
• Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml larutan 10%) bolus
dalam 10 menit.
• Selama ibu dengan preeklampsia dan eklampsia dirujuk, pantau dan nilai adanya
perburukan preeklampsia. Apabila terjadi eklampsia, lakukan penilaian awal dan
tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan kembali MgSO4 2 g IV perlahan (15-20
menit). Bila setelah pemberian MgSO4 ulangan masih terdapat kejang, dapat
dipertimbangkan pemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit.
Antihipertensi
Ibu dengan hipertensi berat selama kehamilan perlu mendapat terapi antihipertensi.
Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada pengalaman dokter dan ketersediaan
obat. Beberapa jenis antihipertensi yang dapat digunakan misalnya:
13
• Fungsi ginjal (ureum, kreatinin serum)
• Profil koagulasi (PT, APTT, fibrinogen)
• USG (terutama jika ada indikasi gawat janin/pertumbuhan janin terhambat)
Induksi persalinan dianjurkan bagi ibu dengan preeklampsia berat dengan janin yang belum
viable atau tidak akan viable dalam 1-2 minggu.
Pada ibu dengan preeklampsia berat, di mana janin sudah viable namun usia
kehamilan belum mencapai 34 minggu, manajemen ekspektan dianjurkan, asalkan
tidak terdapat kontraindikasi (lihat algoritma di halaman berikut). Lakukan
pengawasan ketat.
Pada ibu dengan preeklampsia berat, di mana usia kehamilan antara 34 dan 37
minggu, manajemen ekspektan boleh dianjurkan, asalkan tidak terdapat hipertensi
yang tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan gawat janin. Lakukan pengawasan
ketat.
Pada ibu dengan preeklampsia berat yang kehamilannya sudah aterm, persalinan dini
dianjurkan.
Pada ibu dengan preeklampsia ringan atau hipertensi gestasional ringan yang sudah
aterm, induksi persalinan dianjurkan.
14
15
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan tekanan darah tinggi
16
Riwayat penyakit dahulu :
PEB saat hamil anak pertama hamil 8 bulan
Diabetes Militus disangkal
Penyakit Jantung disangkal
Alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu kandung: hipertensi
Ayah kandung: HT(-) DM(-) Jantung (-) Alergi (-)
Riwayat Menarche :
Usia 10 tahun, menstruasi teratur 6-7 hari. Ganti pembalut 2-3 x/hari, dismenorrhea (-)
Riwayat Persalinan :
I. By. Laki-laki, 2 tahun, BBL: 3000 gram, SC a.i KPD, di RS Harapan Bunda
II. Hamil saat ini
17
3.3 Pemeriksaan Fisik
18
Anogenital
I : v/u perdarahan (-), varices (-), oedem (-).
Io : Portio licin, OUE tertutup, fluksus (-), lakmus test (-)
VT : tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
08/12/2017
Darah Rutin
Hb 10.0 12.0 – 15.0 g/dl
Ht 37 37 -47 %
Eritrosit 4,6 4.2 – 5.4 106/mm3
Leukosit 12.6 4.5 – 10.5 103/mm3
Trombosit 242 150 – 450 103/mm3
MCV 82 80-100 %
MCH 27 27-31 %
MCHC 32 32-36 %
RDW 14.3 115-14.5 %
MPV 10.7 7.2-11.1 %
Hitung Jenis
Eosinofil 0 0 -6 %
Basofil 1 0–2 %
Netrofil Batang 0 2 -6 %
Netrofil Segmen 67 50 -70 %
Limfosit 26 20 -40 %
Monosit 6 2–8 %
CT 8 5-15 Menit
BT 2 1-7 Menit
SGOT 33 <31 U/L
SGPT 21 <34 U/L
19
GDS 121 <200 mg/dL
Ginjal
Ureum 10 13 – 43 mg/dl
Creatinin 0.63 0.51 - 0.95 mg/dl
Elektrolit
Na 138 132-146 mmol/L
K 3.7 3.7 - 5.4 mmol/L
Cl 108 98 - 106 mmol/L
Ca 9,3 8,6 – 10,3 mmol/L
Urinalisis ++ Negatif
Protein
20
Interpretasi Interpretasi
Janin I(kanan) Janin II (kiri)
-Baseline : 145dpm -Baseline : 140dpm
-Variabilitas : 5-15 -Variabilitas :5-15
-Akselerasi : tidak ada -Akselerasi :>2x
-Deselerasi :tidak ada -Deselerasi : tidak ada
-Gerakan janin : aktif -Gerakan janin : aktif
Kesan :CTG kategori I -Kesan :CTG kategori I
Hasil USG
(8/12/2017) (8/12/2017)
Interpretasi USG
Janin A Janin B
-BPD : 79.7 mm Janin II(kiri) -BPD : 77mm
-HC : 290.5 mm -HC : 289mm
-AC : 267.7 mm -AC : 279mm
-FL : 52.9 mm -FL : 52 mm
-EFW : 1782 gram -EFW : 1833 gram
Diagnosis
G2P1A0 Hamil 33-34 minggu, Janin Gemeli hidup keduanya persentasi kepala, Pre-Eklamsia
Berat, post pematangan paru, BSC 1 kali (IDT 2 tahun),
21
Penatalaksanaan
Terapi IGD:
- IVFD RL
- Protap PEB
MgSo4 40% 4gr
Nifedipin titrasi
Terapi ruangan:
- Observasi keadaan umum, TTV, perburukan PEB
- Cegah kejang Mentanance MgSO4 40% 1gr/ jam selama 24 jam
- Atasi hipertensiAdalat oros tablet 1x30mg
- Pemantangan paruInjeksi Dexametason 6mg/8jam (selama 2 hari)
- Sulfas ferrous 2x320mg
22
BAB IV
PEMBAHASAN
23
Peningkatan tekanan darah selama kehamilan yang dapat menyebabkan
preeklampsia dikarenakan peningkatan tekanan perifer untuk perbaikan oksigenasi jaringan
dan juga peningkatan cairan ekstraseluler yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
arteri. Selain itu, dengan adanya regangan uterus yang berlebihan akan menyebabkan iskemia
uteri yang akan menyebabkan arteri spirales cenderung vasokonstriksi sehingga
menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan
menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia/anoksia jaringan merupakan sumber reaksi
hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan
konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel.
Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan
hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila
keseimbangan antara peroksidase terganggu, dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan,
maka akan timbul keadaan yang disebut stess oksidatif. Pada PE-E serum anti oksidan
kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Peroksidase
lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan
sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan
mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan
mengakibatkan antara lain :
a) adhesi dan agregasi trombosit.
b) gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma yang mengakibatkan ekstravasasi
plasma.
c) terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat dari rusaknya
trombosit.
d) produksi prostasiklin terhenti yang merupakan PGE2 dengan sifat vasodilator kuat.
e) terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, dimana prostasiklin menurun
sedangkan tromboksan meningkat sehingga cenderung terjadi vasokonstriksi
f) terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak.
Akibat dari semua hal diatas adalah terjadinya vasokonstriksi lumen pembuluh darah yang
akan menimbulkan hipovolemia sehingga aliran darah ke regional menurun. Untuk mengatasi
hal tersebut, jantung akan bekerja lebih keras sehingga terjadilah hipertensi.
Pada kasus ini dikhawatirkan pasien menjadi eklampsia bila tidak dilakukan
penanganan segera. Untuk mencegah terjadinya kejang diberikan MgSO4 40% (sesuai
protab) Bolus MgSo4 40%, 4gr bolus pelan selama 15 menit, kemudian dilanjutkan
Maintenance MgSo4 40% 1gr/jam selama 24 jam, dimana obat ini mempunyai efek
24
mengurangi kepekaan saraf pusat pada hubungan neuromuskular. Obat ini menyebabkan
vasodilatasi, meningkatkan diuresis dan menambah aliran darah ke uterus. Namun harus
diperhatikan pula dalam pemberian MgSo4 Harus tersedia antidotum, yaitu kalsium glukonas
10% (1 jam dalam 10 cc) diberikan i.v dalam waktu 3-5 menit, Reflex patella positif kuat,
Frekuensi pernafasan > 16 kali permenit, Produksi urin > 30 cc dalam 1 jam sebelumnya (0,5
cc/kgbb/jam). Serta untuk menurunkan tekanan darah pasien diberikan obat antihipertensi
berupa nifedipin 1x10mg diulang 1x dalam 20 menit dengan maksimal dosis 120mg/hr,
kemudian diruangan pasien diberikan Adalat oros tablet 1x30mg. Pasien juga diberikan
Sulfas ferrous 2x320mg, yang merupakan suplementasi besi dimana kebutuhan akan kalori,
protein, dan asam lemak esensial jauh lebih meningkat pada ibu dengan kehamilan kembar.
Konsumsi energi harus ditingkatkan 300 kkal/hari.
Penatalaksanaan ibu dengan preeklamsi bertujuan mengurangi komplikasi kehamilan,
menghindari prematuritas dan memaksimalkan keselamatan ibu dan bayi. Memperlambat
tindakan pada kehamilan dapat mengarah pada perburukan preeklamsi dan berakhir pada
insufiensi plasenta dan disfungsi organ ibu. Kondisi tersebut berhubungan dengan
peningkatan risiko mortalitas ibu dan janin. Disfungsi organ maternal yang berhubungan
dengan preeklamsi dapat berupa eklampsi dan haemolysis, elevated liver enzymes dan low
platelet count (HELLP).
25
BAB V
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27